Oleh :
Kelompok 1
Nuzula 1118217014
Hasan Abdullah Azzam 1118217022
Rizky Ayu Mayasari 1118217026
Rahma Aryani Poetri 1118217031
UNIVERSITAS PANCASILA
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syuku penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karuniannya, sehingga penulis dapat
menyelesaiakan makalah kuliah umum dan penyusunan tugas dengan tepat waktu
serta tanpa halangan apapun.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan untuk menumbuh kembangkan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah3
1.3 Tujuan Penelitian 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Pengertian Korupsi 4
2.2 Bentuk dan Jenis Korupsi 5
2.3 Latar Belakang Terjadinya Korupsi dan Dampaknya 7
2.4 Dasar Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Lembaga yang
Berwenang 10
BAB IV PENUTUP 18
4.1 Kesimpulan 18
4.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 20
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak tahun 2002 lalu telah terjadi gelombang pengungkapan kasus dugaan
korupsi DPRD di berbagai daerah berawal dari maraknya pemberitaan tentang
korupsi DPRD propinsi Sumatera Barat dan menjalar ke berbagai wilayah lain
seperti Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Lampung dan kemudian hampir
merata di berbagai wilayah Indonesia lainnya. Berdasarkan data Kejati seluruh
Indonesia sampai dengan bulan September 2006 terdapat 265 kasus korupsi
DPRD dengan jumlah tersangka/terdakwa/terpidana sebanyak 967 orang anggota
DPRD yang ditangani oleh 29 Kejati. Pada periode yang sama, telah dikeluarkan
ijin pemeriksaan untuk anggota legislatif: 327 orang anggota DPRD propinsi dan
735 DPRD kabupaten kota.
1
No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-
Undang No.5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan di Daerah, lembaga
pemerintahan daerah memiliki kekuasaan lebih banyak terutama dalam mengatur
pengelolaan budget yang berimplikasi pada semakin terbukanya peluang
terjadinya korupsi.
Namun jika kita masuk dalam konteks Indonesia, tidak tepat untuk
mengatakan bahwa korupsi di daerah baru saja terjadi setelah diterapkannya
kebijakan desentralisasi. Disadari bahwa tidak terdapat cukup data menyangkut
kasus dugaan korupsi di daerah yang terangkat ke permukaan selama
pemerintahan Orde Baru mengingat kuatnya dominasi birokrasi dan lemahnya
penegakan hukum. Tapi adalah naif mengatakan bahwa tidak terjadi korupsi pada
masa tersebut. Desentralisasi sangat mungkin telah memberi latar baru bagi pentas
korupsi di tingkat lokal, entah menyangkut bergesernya relasi kekuasaan pusat –
daerah atau eksekutif – legislatif yang memunculkan pelaku korupsi baru atau
latar belakang dan modus operandi korupsi yang semakin bervariasi.
Dengan kata lain, praktek korupsi secara konsisten terjadi sejak lama
sebelum kebijakan desentralisasi diterapkan. Yang baru dan fenomenal adalah
fakta bahwa dalam 5 tahun terakhir terjadi fenomena terungkapnya dugaan kasus
korupsi dan munculnya aktor-aktor dari masyarakat yang secara konsisten
mendorong dan menuntut agar kasus-kasus tersebut dapat diselesaikan. Jika
merujuk pada pandangan Karklins di mana,“Anti-corruption work among public
2
administrator and high level official can help, but in the long run, the
mobilization of democratic forces from below and the forging of civil society is
the decisive way to contain corruption in democratic society”, maka dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan pengalaman berbagai negara, terlepas dari sistem
pemerintahan yang diterapkan, menguatnya partisipasi publik akan berdampak
pada terjadinya transparansi dan akuntabilitas pemerintahan.
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Korupsi berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok.secara harfiah, korupsi diartikan sebagai perilaku pejabat publik, baik
politikus/politisi maupun pegawi negeri, yang secara tidak wajar dantidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah
“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.”
4
menguntungkan diri sendiri yang dilakukan dengan menggunakan sarana tertentu
serta pihak lain denganterpaksa memberikan apa yang diinginkan. Sarana
pemerasan bisa berupa kekuasaan. Pejabat tinggi yang memeras bawahannya.
Sedangkan nepotisme adalah bentuk kerjasama yang dilakukan atas dasar
kekerabatan, yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dalam bentuk kolaborasi
dalam merugikan keuangan negara.
5
g. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi
berjamaah.
6
2.3 Latar Belakang Terjadinya Korupsi dan Dampaknya
7
e. Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi
diriatas kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorang
cenderung melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya.Atas
keinginannya yang berlebihan ini, orang akan menggunakan kesempatan
untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
f. Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumur hidup
atau di buang ke Pulau Nusa kambangan. Hukuman seperti itulah yang
diperlukan untuk menuntaskan tindak korupsi.
g. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.
B. Moderna
a. Rendahnya Sumber Daya Manusia.Penyebab korupsi yang tergolong
modern itu sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia. Kelemahan
SDM ada empat komponen, sebagai berikut:
i. Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang
menguasai permasalahan yang berkaitan dengan sains dan
knowledge.
ii. Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing
komponen bangsa, baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa
dan negara, kepentingan dunia usaha, dan kepentingan seluruh
umat manusia.komitmen mengandung tanggung jawab untuk
melakukan sesuatu hanya yang terbaik dan menguntungkan semua
pihak.
iii. Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
iv. Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorang
mengemban tanggung jawab yang diberikan. Betapa pun memiliki
kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang
dengan kesehatan yang prima, tidak mungkin standar dalam
mencapai tujuan.
b. Struktur Ekonomi Pada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan
kebijakan ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara
bertahap.Sekarang tidak ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa ada
8
penggantinya,sehingga semuanya tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita
terlalu memporak-perandakan produk lama yang bagus
Dampak dari Tindak Pidana Korupsi
Bidang Kehidupan Dampak Korupsi
a. Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada
prinsip-prinsip keadilan hukum
b. Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan
peradilan.
c. Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat
Hukum d. Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan
dengan uang
e. Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat
terutama rakyat miskin
f. Peradilan dan kepastian hukum menjadi bertele-
tele karena disalahgunakan oleh apparat penegak
hukum.
a. Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara
tertentu (pemeritah pusat)
b. Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung
pada pemerintah pusat.
c. Lemahnya sikap dan moralitas para
penyelenggara negara
Politik d. Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan
sumber daya manusia indonesia.
e. Terjadinya ketidakstabilan politik karena rakyat
tidak percaya terhadap pemerintah.
f. Diabaikannya pembangunan nasional karena
penyelenggara negara disibukkan dengan
membuat kebijakan popilis bukan realistis.
Ekonomi a. Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi
dikuasai orang yang berada di lingkaran
kekuasaan.
b. Munculnya para pengusaha yang mengandalkan
kebijakan pemerintah bukan berdasarkan
kemandirian.
c. Rapuhnya dasar ekonomi nasional karena
pertumbuhan ekonomi bukan didasarkan pada
kondisi sebenarnya
d. Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki
basis ekonomi kerakyatan.
e. Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan
ekonomi secara keseluruhan
f. Hilangnya nilai moralitas dalam berusaha, yakni
diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang
9
sangat merugikan pengusaha menengah dan kecil.
g. Terjadinya tindak pencucian uang
2.4 Dasar Hukum Tindak Pidana Korupsi dan Lembaga yang Berwenang
10
guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Komisi ini didirikan
berdasarkan kepada Undang –Undang Republik Indonesa Nomor 30 Tahun 2002
mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Tugas dari KPK adalah sebagai berikut :
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
b. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi.
Wewenang dari KPK adalah sebagai berikut :
a. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi.
b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
11
BAB III
12
Taufikurrahman, SH bersama sejumlah timnya. Hadir dua saksi, mantan Kadisdik
Kota Mataram Sudenom dan kontraktor Catur Totok Hadianto.
Dijelaskan Kajari Mataram, Dr. I Ketut Sumedana, SH.,MH, ada tujuh
adegan yang dilakukan rekonstruksi. Semua rekonstruksi sesuai dengan proses
OTT Jumat, 14 September 2018 lalu. ‘’Hasil rekonstruksi itu, kami temukan fakta
baru yang ada hubungannya dengan pemeriksaan hari ini (kemarin),’’ kata I
Ketut Sumedana.
Dua saksi tambahan yang diperiksa itu pengacara Mochtar M Saleh,
SH.,MH dan Hijrat Prayitno, SH. Keduanya diketahui adalah pengacara Sudenom
dalam kasus lain, terkait dugaan pungutan liar (pungli) kepala sekolah senilai Rp
150 juta.
Menurut Kajari, keduanya dianggap mengetahui rangkaian peristiwa
sebelum OTT dilakukan. “Yang namanya saksi, tentu dia mendengar,
mengetahui, merasakan,” ujarnya.
Hanya saja Kajari enggan membuka peran kedua pengacara tersebut. Ia
hanya menjelaskan posisinya sebagai saksi dalam perkara HM. ‘’Kedua
pengacara ini memang pengacaranya Sudenom dalam kasus lain (Pungli Kepsek).
Tapi mereka diperiksa dalam kasus OTT ini,’’ jelasnya.
Terkait fakta baru dan hubungan dengan pemeriksaan pengacara tersebut,
belum bisa dibukanya. “Nanti akan kita buka di persidangan,” ujarnya singkat.
Sementara Muchtar M Saleh dan Hijrat hingga siang kemarin dimintai keterangan
di ruangan penyidik Pidsus Kejari Mataram.
Tujuh Adegan
Suasana rekonstruksi berlangsung tegang. Tersangka tidak saja datang
didampingi pengacara. Puluhan pendukungnya mengawasi dari jarak beberapa
meter. Mereka berkumpul di sekitar Warung Encim. Untuk mengantisipasi
gangguan, pasukan Dalmas Polres Mataram dikerahkan untuk mengamankan
jalannya rekonstruksi yang berlangsung tertutup di warung.
Adegan pertama, tersangka HM duduk di kursi pojok warung, menghadap
pintu masuk warung. Di depannya, dua saksi Kadisdik Sudenom dan Catur Totok
Hadianto selaku kontraktor.
13
Adegan paling substantif dari proses hukum itu pada bagian keempat,
ketika saksi Catur menyerahkan amplop berwarna cokelat kepada tersangka HM.
‘’Dalam adegan ke empat itu terungkap adanya penyerahan dan
penerimaan uang dari saksi Catur Totok kepada tersangka HM. Itu semua sudah
sesuai dengan keterangan saksi di lokasi rekonstruksi,” kata Kajari Mataram I
Ketut Sumedana.
Selanjutnya, proses OTT Kejaksaan muncul pada adegan terakhir atau reka
ulang ke tujuh. Ketika tim Kejaksaan kuncul dan langsung menunjuk tersangka
HM yang dilihat melempar amlop cokelat tersebut kepada saksi Catur Totok.
‘’Dalam adegan ke tujuh itu tersangka tertangkap tangan mengembalikan
amplop dengan cara melemparnya ke saksi Catur Totok,’’ ujarnya.
Tim pengacara tersangka mengamati detail proses reka ulang. Mereka
menyangkal beberapa adegan yang dianggapnya janggal. Tersangka melalui tim
pengacaranya langsung memberi penjelasan soal sanggahannya.
‘’Rekonstruksi yang digelar pihak Kejaksaan tersebut sudah tidak sesuai
dengan keterangan klien saya. Dari adegan yang ditampilkan tadi, klien kami
mengaku tidak pernah menerima amplop uang dari saksi Catur Totok. Memang
dia disodorkan amplop uang, tapi tidak diambilnya,” kata Burhanudin.
Sebab itu, Burhanudin menilai rekonstruksi yang digelar Kejaksaan
tersebut tidak sah. Ia meminta reka ulang digelar sesuai isi permohonan dalam
sidang praperadilan.
‘’Itu kan versi Kejaksaan, kita klaim itu tidak sah. Makanya kita ajukan
praperadilan, dan meminta hakim untuk menggelar ulang rekonstruksinya dan
mengacu dari fakta persidangan.’’
Sementara Kajari Mataram menanggapi santai komentar tim kuasa hukum
tersangka. “Yang keberatan kan pengacaranya, bukan tersangka,” jawabnya.
Pada kasus, tersangka Muhir dijerat dengan Pasal 11, Pasal 12b, dan atau
Pasal 12e Undang-Undang RI Nomor 20/2001 tentang Perubahan atas UU RI
Nomor 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Jeratan pasal berlapis tersebut diberikan kepada tersangka karena
tertangkap tangan menerima uang sejumlah Rp 30 juta dari Kepala Dinas
Pendidikan Kota Mataram Sudenom yang didampingi stafnya Catur Totok pada
Jumat 14 September 2018 lalu di sebuah rumah makan wilayah Cakranegara.
14
Uang tersebut terindikasi sebagai jatah yang diminta tersangka kepada
kepala dinas terkait proyek rehabilitasi senilai Rp 4,2 miliar.
15
Berikut fakta terkait kasus korupsi dana rehabilitasi gempa oleh HM.
1. Tertangkap di sebuah warung Ilustrasi penangkapan(Think Stock) HM
merupakan ketua Komisi IV DPRD Kota Mataram. Dia tertangkap tangan
bersama dua orang lainnya, yaitu Kepala Dinas Pendidikan SD dan seorang
kontraktor CT, di sebuah warung di kawasan Cakranegara, Kota Mataram,
Jumat (14/9/2018). "Pada pagi hari ini, kami lakukan penangkapan terhadap
yang bersangkutan dengan barang bukti uang Rp 30 juta," kata Kepala
Kejaksaan Negeri Mataram Ketut Sumedana, Jumat (14/9/2018). Baca Juga:
Oknum ASN Terjaring OTT Polda Papua
2. HM korupsi dana rehabilitasi untuk gedung sekolah Sejumlah warga di
pengungsian korban gempa Lombok.(Kompas.com/Fitri) Entah apa yang
dipikirkan oleh HM. Dirinya tega memeras kepala dinas dan kontraktor ketika
masih banyak pengungsi menderita pasca bencana gempa mengguncang
Lombok, NTB. HM meminta "jatah" Rp 30 juta dari kepala Dinas Pendidikan
Kota Mataram dan seorang kontraktor. Lebih lanjut, Sumedana menjelaskan,
uang tersebut diduga jatah proyek yang diminta oknum anggota DPRD yang
sudah ditetapkan dalam APBD Perubahan tahun 2018. Khusus mengenai
rehabilitasi penanganan pasca-gempa bumi untuk gedung SD dan SMP,
dananya sebesar Rp 4,2 miliar.
3. Kejakasaan lakukan penggeledahan pasca-penangkapan Ilustrasi(Thinkstock)
Kejaksaan Negeri Mataram segera menggeledah dua ruangan di kantor DPRD
kota Mataram pasca menangkap HM. Dua ruangan yang digeledah yakni
ruang kerja anggota DPRD berinisial HM dan ruang Sekretaris Dewan.
"Senin akan kita lakukan penggeledahan di tempat lain. Baru dua ruangan.
Kita sudah izin ketua DPRD, dan ketua DPRD welcome juga," terang Kepala
Kejaksaan Negeri Mataram Dr Ketut Sumedana SH MH kepada wartawan,
Jumat (14/9/2018). Dari hasil penggeledahan, petugas mengamankan satu
boks berisi dokumen, catatan-catatan kecil dan rekaman CCTV. "Berkasnya
banyak, dokumen, termasuk catatan-catatan kecilnya dia. Dokumen file
CCTV juga kita sita," terang Sumedana.
4. Permintaan maaf Ketua DPRD Kota Mataram Ketua DPRD Mataram, H Didi
Sumardi(KOMPAS.com/ Karnia Septia) Ketua DPRD Kota Mataram Didi
16
Sumardi meminta maaf kepada masyarakat setelah HM, salah satu
anggotanya, terjaring dalam Operasi Tangkap Tangan ( OTT) oleh Kejaksaan
Negeri terkait dugaan pemerasan dana rehabilitasi gempa, Jumat (14/8/2018).
"Kami menyampaikan permohonan maaf kami kepada masyarakat khususnya
(masyarakat) Kota Mataram atas terjadinya masalah ini," katanya, Senin
(17/9/2018). Didi mengakui, kejadian tersebut memalukan dan secara
langsung atau tidak langsung akan mengganggu tugas kedewanan. Namun,
dirinya mencoba akan tetap menjaga tugas kedewanan berjalan normal.
"Meskipun ini ada masalah, kami berupaya maksimal untuk tetap
melaksanakan tugas dan fungsi kami sebagaimana mestinya dan wujud
komitmen kami memperhatikan kepentingan masyarakat," kata Didi.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya
pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan
lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia,
serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
Adminstrative Coruption dan Against The Rule Corruption. Serta ada hukum
yang mengatur tindakan tersebut dan ada lembaga tersendiri yang menangani
kasus tersebut.
4.2 Saran
18
d. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus dimulai dari diri sendiri dari
hal-hal yang kecil dan mulai hari ini agar setiap daerah terbebas dari
korupsi.
e. Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan
pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah dilakukan.
Melalui pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi atau program yang
sukses dan gagal. Program yang sukses sebaiknya silanjutkan, sementara
yang gagal dicari penyebabnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
20