Anda di halaman 1dari 2

Hukum perlindungan konsumen dalam banyak aspek berkolerasi erat dengan hukum-hukum

perikatan perdata, namum tidak berarti hukum perlindungan konsumen semata-mata ada dalam
wilayah hukum perdata. Ada aspek-aspek hukum perlindungan konsumen yang berada dalam
hukum publik. Coba Anda diskusikan dengan teman-teman Anda mana yang lebih efektif dalam
aspek hukum publik berkaitan dengan perlindungan konsumen.

Dalam pembahasan mengenai efektivitas aspek hukum perlindungan konsumen pada hukum
public dan juga pada hukum private, berikut penjabaran saya :

Kawasan-kawasan yang dimasuki hukum konsumen dalam hukum privat adalah:

a. Hukum perdata, khususnya mengenai perikatan, yakni mengatur aspek- aspek kontraktual
antara konsumen dan pelaku usaha.
b. Hukum bisnis atau hukum perdata. niaga, khususnya mengenai pengangkutan, hak atas
kekayaan intelektual (HAKI), monopoli dan persaingan usaha, asuransi, dan lain-lain.

Kawasan-kawasan yang dimasuki hukum konsumen dalam hukum publik adalah:

a. Hukum pidana: kriminalisasi dalam berbagai ketentuan standar, isi, takaran, label, etiket,
pengelabuan dalam promosi, Man, lelang, pencantuman klausul baku (perjanjian standar).
b. Hukum administrasi: ketentuan sanksi administratif.
c. Hukum tata usaha negara: kewenangan pejabat-pejabat perizinan, pengawasan.

Kawasan hukum privat dan hukum publik yang dimasuki hukum konsumen adalah:

a. Hukum Kesehatan/Hukum Kedokteran


b. Hukum Perbankan
c. Hukum Perumahan
d. Hukum Komunikasi/Pers
e. Hukum Asuransi
f. Hukum Antimonopoli dan Persaingan Usaha
g. Hukum Industri
h. Hukum Lingkungan

Adapun contoh regulasi hukum publik yang memuat perlindungan konsumen adalah Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2014 tentang Perdagangan

Dalam buku "Consumer Protection Law in a Nutshell" milik Gene A. Marsh dan Michael L.
Rustad, hukum publik yang berkaitan dengan perlindungan konsumen antara lain:
a. Hukum tentang standar keselamatan dan kesehatan produk, termasuk sertifikasi produk, tanda
peringatan, dan label peringatan.
b. Hukum tentang praktik bisnis yang tidak adil atau menyesatkan, termasuk iklan palsu, praktik
penjualan paksa, dan praktik penjualan yang menyesatkan.
c. Hukum tentang standar dan persyaratan layanan publik, termasuk tarif yang wajar dan
layanan yang memadai.

Oleh karena itu, hukum publik cenderung lebih efektif dalam melindungi konsumen,
dikarenakan pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan untuk menegakkan regulasi tersebut
dan memberikan sanksi pada pelaku usaha yang melanggar. Pemerintah dapat memberikan
edukasi kepada masyarakat tentang hak dan perlindungan konsumen, serta melakukan
pengawasan dan pemeriksaan terhadap produk dan layanan yang disediakan oleh pelaku usaha.

Meskipun hukum publik memiliki peran penting dalam perlindungan konsumen, hukum perdata
juga masih diberlakukan dalam menyelesaikan sengketa yang timbul antara konsumen dan
pelaku usaha. Hukum perdata dapat memberikan solusi yang lebih konkret dan spesifik dalam
menyelesaikan masalah individual yang dialami oleh konsumen.

Adapun kesimpulan dari penjabaran diatas, hukum publik dan hukum perdata sama-sama
memiliki peran yang penting dalam perlindungan konsumen. Namun, hukum publik relatif lebih
efektif dalam melindungi konsumen secara menyeluruh, dengan adanya pengaturan dan
pengawasan aktivitas bisnis, sementara hukum perdata lebih fokus pada menyelesaikan sengketa
antara konsumen dan pelaku usaha secara individual.

Sumber : http://repository.uin-suska.ac.id/2728/4/BAB%20III.pdf

Dajaan, Susilowati, dkk. 2022. Hukum Perlindungan Konsumen. Tanggerang : Universitas


Terbuka

Marsh, G. A., & Rustad, M. L. (2017). Consumer Protection Law in a Nutshell. West Academic
Publishing.

Alpa, G., & Viverita. (2020). Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Perdata dan
Publik. Jurnal Sosio-Humaniora, 12(2), 139-152.

Anda mungkin juga menyukai