Makalah Tasawuf Uts
Makalah Tasawuf Uts
Disusun oleh :
KELAS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Pekalongan, Mei
2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibrahim ibn Adham lahir di Balkh dengan nama Abu Ishak Ibrahim
bin Adham pada tahun 168 Hijriah atau 782 Masehi. Ibrahim bin Adham
merupakan seorang raja di Balkh yakni sebuah daerah tempat awal
perkembangan ajaran Budha. Kisah Ibrahim bin Adham adalah satu kisah
yang cukup menonjol di masa awal kesufian.
Ibrahim bin Adham terlahir dari keluarga bangsawan Arab yang dalam
sejarah sufi ia sangat dikenal karena meninggalkan kerajaannya dan
memilih menjalani latihan pengendalian tubuh dan jiwa sama seperti yang
dilakukan oleh Budha Sidharta. Dalam tradisi kesufian banyak
menceritakan tentang tindakan keberanian, rendah hati, serta gaya
hidupnya yang cukup bertolak belakang dengan kihidupannya semasa
menjadi Raja Balkh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Kehidupan Ibrahim Bin Adham?
2. Bagaimana Pemikiran-Pemikiran Ibrahim Bin Adham?
3. Bagaimana Ajaran Dan Nasehat Ibrahim bin Adham?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Sejarah kehidupan Ibrahim Bin Adham.
2. Untuk Mengetahui Pemikiran-Pemikiran Ibrahim Bin Adham.
3. Untuk Mengetahui Ajaran dan Nasehat Ibrahim bin Adham
BAB II
PEMBAHASAN
Ibrahim ibn Adham lahir di Balkh dengan nama Abu Ishak Ibrahim bin
Adham pada tahun 168 Hijriah atau 782 Masehi. Ibrahim bin Adham
merupakan seorang raja di Balkh yakni sebuah daerah tempat awal
perkembangan ajaran Budha. Kisah Ibrahim bin Adham adalah satu kisah
yang cukup menonjol di masa awal kesufian.
Ibrahim bin Adham terlahir dari keluarga bangsawan Arab yang dalam
sejarah sufi ia sangat dikenal karena meninggalkan kerajaannya dan
memilih menjalani latihan pengendalian tubuh dan jiwa sama seperti yang
dilakukan oleh Budha Sidharta. Dalam tradisi kesufian banyak
menceritakan tentang tindakan keberanian, rendah hati, serta gaya
hidupnya yang cukup bertolak belakang dengan kihidupannya semasa
menjadi Raja Balkh.
Dalam tradisi muslim, keluarga Ibrahim bin Adham berasal dari Kufah,
namun ia dilahirkan di Balkh (bagian wilayah Afganistan sekarang).
Beberapa penulis mencoba menelusuri silsilah Ibrahim bin Adham hingga
ke Abdullah, saudara Ja'far al-Sadiq anak dari Muhammad al-Baqir, cucu
Husain bin Ali, salah satu silsilah keluarga paling penting dalam sejarah
Sufi, namun sebagian besar penulis percaya bahwa silsilahnya berasal dari
Umar bin Khattab. Sejarah kehidupan Ibrahim bin Adham dicatat oleh
penulis besar abad pertengahan yakni Ibnu Asakir dan Bukhari.
Guru spritual pertama Ibrahim bin Adham adalah seorang pendeta Kristen
bernama Simeon. Ibrahim bin Adham meriwayatkan dialognya dengan
sang pendeta melalui tulisan-tulisannya. Berikut kutipan percakapan
mereka:
Sama seperti hanya para sufi yang lain, makam Ibrahim bin Adham juga
memiliki sujumlah makam yang ada di berbagai tempat. Menurut Ibnu
Asakir, Ibrahim bin Adham dimakamkan di sebuah pulau di Bizantium,
sementara sumber lain menyatakan makamnya ada di Tirus, di Baghdad,
ada juga yang menyatakan bahwa makamnya ada di kota Nabi Luth.
Pendapat lain juga mengatakan makam Ibrahim bin Adham terletak di
dalam gua Yeremia di Yerusalem, dan pendapat terakhir menyatakan
bahwa makam Ibrahim bin Adham terletak di kota Jablah (sekitar pantai
Suriah).
Cerita Ibrahim bin Adham yang tercatat dalam Memorial Persia tersebut
tersebar hingga ke wilayah India dan Indonesia. Namun cerita tersebut
semakin ditambai dengan cerita-cerita fiksi lainnya sehingga semakin
menarik.
Ibrahim bin Adham mempunya julukan Abu Ishak, yang berasal dari
penduduk balakh, yaitu salah satu kota yang terkenal di khurosan. Beliau
termasuk anak seorang raja. Pada suatu hari beliau keluar berburu lalu
beliau mendengar suatu suara yang tidak diketahui sumbernya yang
menyadarkannya dari kelalaian, lalu beliau meninggalkan jalan yang
selama ini ditempuhnya yaitu jalan cinta dunia. Kemudian beliau
mengikuti tarekat ahli zuhud dan warak dan beliau pergi ke Mekkah dan
diikuti oleh Sofyan ats-Tsauri dan Fudhail bin Iyadh. Beliau memasuki
kota Syam dan bekerja didalamnya dan makan dari hasil keringatnya
sendiri.
Sebab Taubatnya
Pembantu Ibrahim bin Adham yang bernama Ibrahim bin Basyar al-
Khurosani berkata .“ Aku pernah menemani tuanku Ibrahim bin Adham ke
kota Syam dan aku pernah berkata pada suatu hari: “Wahai Abu Ishak,
coba ceritakan kepada awal dari permulaan kehidupanmu?” Ibrahim
menjawab :” Ayahku seorang raja terkenal di Khurosan. Saat itu aku masih
muda, dan aku menyertai sekelompok orang untuk berburu sebagaimana
kebiasaan anak-anak raja. Aku menunggangi kendaraan dan bersamaku
seekor anjing lalu aku berhasil menangkap seekor musang atau kelinci.
Ketika aku sedang asik-asiknya berburu, tiba-tiba aku mendengar suara
yang tidak bisa aku lihat yang berkata kepadku, wahai Ibrahim apakah
karena ini engkau diciptakan, Apakah karena ini engkau diperintahkan?
Kemudian aku bertemu dengan seorang pengembala kambing ayahku lalu
aku mengambil jubahnya yang terbuat dari kulit domba, sehingga aku
memakainya sebagai baju dan aku membayar uang kepadanya sebagai
gantinya. Kemudian aku pergi ke Mekkah al-Mukaromah dan ketika aku
ditengah-tengah gurun, aku bertemu dengan seorang lelaki yang sedang
berjalan tanpa kendaraan dan tanpa bekal. Tatkalah memasuki waktu sore
dan kemudian ia melakukan sholat maghrib, ia menggerakan bibirnya
dengan suatu ucapan yang tidak aku mengerti dan tiba-tiba dihadapanku
ada makanan dalam wadah lain yang didalamnya ada minuman. Aku
makan dan minum bersamanya dan kau dalam keadaan seperti ini selama
beberapa hari lalu ia mengajariku ismullahil a’zham ( nama Allah yang
agung). Lalu ia berkata kepadaku :”janganlah kamu berdoa dengannya atas
seseorang yang antara kamu dan dia terjadi permusuhan karena kamu
dapat mengahncurkannya dengan kehancuran dunia dan akhirat, tetapi
berdoalah kepada Allah agar dengannya ia dapat menghilangkan rasa
takutmu dan menguatkan kelemahanmu serta membuatmu tenang dan
membuatmu selalu bergairah pada setiap saat”. Kemudian ia pergi
meninggalkan aku.
b. Kita harus dapat memperoleh hikmah dri hidup ini untuk itu kita harus
taqwa kepada Allah SWT. Sebab ketaqwaan dapat mendatangkan dan
memunculkan keikhlasan hati untuk dapat berbakti kepada Allah SWT.
Supaya kita mendapatkan hikmah yang memancar dari kesucian hati dan
ketaqwaan.1
“keanehan apa?” tanya Ibrahim bin Adham penasaran. “Saat aku sedang
beristirahat di sebuah bangunan rusak. Aku memperhatikan seekor burung
yang pincang dan buta. Aku pun bertanya-tanya dalam hati. “Bagaimana
burung ini bisa bertahan hidup, padahal ia berada ditempat yang jauh dari
teman-temannya, matanya tidak bisa melihat, berjalan pun tidak bisa.
Tidak lama kemudian ada seekor burung lain yang dengan susah payah
mengampirinya sambil membawa makanan untuknya. Seharian penuh aku
terus memperhatikan gerak-gerik burung itu. Ternyata ia tak pernah
kekurangan makanan, karena ia berulang kali diberi makanan oleh
temannya.”
Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, tentu saja tidak selayaknya kita
berperilaku seperti burung pincang dan buta yang selalu meminta belas
kasihan teman-temannya.
Ibrahim adalah salah satu seorang zahid dari khurasan yang sangan
termasyur di zamannya. Dia tidak pernah terpesona oleh kekuasaan dan
kerajaan yang di milikinya. Dia lebih mendambakan dan menyukai
memakai baju bulu domba yang kasar. Dia hidup dari hasil bekerja sebagai
tukang kebun dan menggumuli pekerjaan kasar lainnya di syria (syam).
Namun akhirnya, orang tau juga siapa dia sebenarnya. Dan akhirnya dia
pergi ke gurun Sahara, di padang Sahara ia pernah bertemu seorang lelaki
yang mengajarinya nama Allah al- a’zham, lalu ia berdoa dengan nama itu,
dan tidak berapa lama ia bertemu nabi khidhir a.s yang mengatakan
kepadanya, “ yang mengajarimu nama Allah al-a’zham adalah saudaraku
Dawud as,” cerita ini saya peroleh dari penuturan Abu Abdurrahman As-
sulami. Kata Ibrahim bin Basyar. “ saya telah bersahabat dengan Ibrahim
bin Adam, lalu menanyakan kepadanya tentang asal mula tobatnya. Ia
menjawab dengan cerita seperti itu.”3
Suatu ketika ibeahim bin adham, seorang alim yang terkenal zuhud
dan wara’nya, melewati pasar yang ramai. Selang beberapa saat
beliaupun di kerumuni banyak orang yang ingin minta nasehat. Salah
seorang diantara mereka bertanya,:” wahai guru! Allah telah berjanji
dalam kitab-Nya bahwa dia akan mengabulkan doa hambaNya. Kami
telah berdoa setiap hari, siang dan malam, tapi mengapa sampai saat
ini doa kami tidak di kabulkan?”
Ibrahim bin Adham diam sejenak lalu berkata,: “saudara sekalian, ada
sepuluh hal yang menyebabkan doa kalian tidak dijawab oleh Allah.
5 http://ikmalonline.com/seri-tokoh-sufi-mengenal-ibrahim-bin-adam-bagian-pertama/