NAMA :
REKI PRANATA
DAFTAR PUSTAKA
SHAHIH IBNU HIBBAN
A. Latar Belakang
Kedudukan As-Sunnah sangat tinggi dan agung dalam islam di mana ia merupakan
sumber hukum dan syariat islam tertinggi setelah Al Qur’an Al-Karim. yang dengannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan ummatnya untuk menghafal dan
meriwayatkannya sebagaimana yang datang dari beliau, sebagaimana beliau menegaskan agar
pengambilan hadits dari beliau shahih (tepat) dan akurat, tanpa tambahan ataupun pengurangan
yang pada hakikatnya adalah kedustaan atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
pelakunya terancam neraka.
Maka bertitik tolak dari hal tersebut, kita dapat melihat secara gamblang dalam sejarah
islam betapa besar dan maksimalnya perhatian (‘inayah) ulama ummat ini terhadap As-Sunnah,
menghafalnya, memeliharanya (dengan pengamalan yang prima), mencatat dan
membukukannya, melakukan perjalanan (rihlah) yang panjang dan berat di jalan As-sunnah,
melakukan pemisahan antara riwayat yang shahih dengan yang lemah atau palsu, melakukan
pencatatan nama-nama periwayat hadits dan menjelaskan derajat kapabilitas ‘adalah serta
kekuatan hafalan dan pemahaman mereka, dan berbagai macam penilaian positif (ta’dil) maupun
negative (jarh) yang berkaitan dengan sanad hadits maupun matannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Imam Ibn Hibban ?
2. Apa-apa saja karya beliau ?
3. Bagaimana deskripsi dari Shahīh Ibn Hibbān, ?
4. Bagaiman syarat-syarat perawi versi Ibn Hibban ?
E. Peran Al-Amir Alauddin Ali Al-Farisy dalam Penyusunan Sahīh Ibn Hibbān
Al-Farisy adalah orang yang menyusun Sahīh Ibn Hibbān sehingga menjadi kitab yang
sistematis, diberi nomer, bab fikihnya berurutan. Usaha Al-Farisy ini menjadikan kitab yang
popeler dihadapan kita dengan sebutan Al-Ihsān bi Tartīb Sahīh Ibn Hibbān. Meskipun
demikian, Al-Farisi tidak melupakan hal-hal penting yang sudah ditetapkan oleh Ibn Hibban,
seperti istinbath fikih-nya dan komentar-nya terhadap beberapa hadis.[12]
Ada lima syarat perawi yang ditetapkan Ibn Hibban dalam kitab sahihnya:
Pertama, adil dalam agama dengan satr al-Jamīl.[13]
Kedua, Jujur di dalam hadis dengan kemasyhurannya;
Ketiga, Hadis yang diceritakan bisa dimengerti oleh perawi;
Keempat, Mengrtahui kesulitan makna hadis yang diriwayatkan;
Kelima, Hadisnya bebas dari tadlīs.
Jika ke-lima hal ini ada pada perawi, maka hadisnya bisa dijadikan hujjah, tapi jika tidak,
maka hadisnya ditolak.[14]
Meskipun syarat-syarat yang ditetapkan Ibn Hibban sangatlah ketat, pada beberapa hal
justru Ibn Hibban melanggar syarat-syarat yang beliau tetapkan. Dalam ke-tsiqahan ia lebih
cendrung member dispensasi, dalam jarh ia sangat ketat, sehingga Muhammad bin Fadl as-
Sudusi yang dijuluki ‘Ārim dan terkenal ke-tsiqahannya malah ia jarh dengan sesuatu yang tidak
pantas.[15]
, حدثنا الليث: قال, حدثنا يزيد بن موهب: قال,) أخبرنا محمد بن الحسن بن قتيبة120(
. عن عبيد هللا بن أبي نهيك,عن أبي ملكية
ّ
يتغن ((ليس منا من لم: قال, عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم,عن سعد بن أبي وقاص
.))بالقرأن
: ((ليس منا)) فى هذه األخبار يريد به: معنى قوله صلى هللا عليه وسلم:قال أبو حاتم
. فمن فعل ذلك ليس مثلنا, ألنا النفعله,ليس مثلنا فى استعمال هذا الفعل
[16]
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang memebangun
sanagat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://gudangsemuamakalahkuliah.blogspot.co.id/2016/03/makalah-shahih-ibnu-hibban.html