Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEJARAH TENTANG IBNU HIBBAN

NAMA :

REKI PRANATA

GURU PEMBIMBING : ERMANSYAH S AG M.M

SMA NEGERI 07 OKU

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan


para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

1. Biodata Ibnu Hibban


2. Pujian ulama kepada ibnu hibban
3. Mengenal kitab shahih ibnu hiban
4. Peran al- amir alauddin ali al- farisy
5. Syarat-syarat perawi versi ibnu hibban
6. Contoh hadist dalam shahih ibnu hibban

DAFTAR PUSTAKA
SHAHIH IBNU HIBBAN
A. Latar Belakang
Kedudukan As-Sunnah sangat tinggi dan agung dalam islam di mana ia merupakan
sumber hukum dan syariat islam tertinggi setelah Al Qur’an Al-Karim. yang dengannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan ummatnya untuk menghafal dan
meriwayatkannya sebagaimana yang datang dari beliau, sebagaimana beliau menegaskan agar
pengambilan hadits dari beliau shahih (tepat) dan akurat, tanpa tambahan ataupun pengurangan
yang pada hakikatnya adalah kedustaan atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
pelakunya terancam neraka.
Maka bertitik tolak dari hal tersebut, kita dapat melihat secara gamblang dalam sejarah
islam betapa besar dan maksimalnya perhatian (‘inayah) ulama ummat ini terhadap As-Sunnah,
menghafalnya, memeliharanya (dengan pengamalan yang prima), mencatat dan
membukukannya, melakukan perjalanan (rihlah) yang panjang dan berat di jalan As-sunnah,
melakukan pemisahan antara riwayat yang shahih dengan yang lemah atau palsu, melakukan
pencatatan nama-nama periwayat hadits dan menjelaskan derajat kapabilitas ‘adalah serta
kekuatan hafalan dan pemahaman mereka, dan berbagai macam penilaian positif (ta’dil) maupun
negative (jarh) yang berkaitan dengan sanad hadits maupun matannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Imam Ibn Hibban ?
2. Apa-apa saja karya beliau ?
3. Bagaimana deskripsi dari Shahīh Ibn Hibbān, ?
4. Bagaiman syarat-syarat perawi versi Ibn Hibban ?

A. Biografi Ibn Hibban


Nama beliau adalah Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban bin Muaz bin Ma’bad
Abu hatim at-Tamimy al-Busty as-Sijistany. Beliau dilahirkan pada tahun 270 H/884 M di
daereh Sijistan, Afganistan (sekarang). Dan beliau wafat pada tahun 354 Hijriah.[1]
Menurut Az-Zahabi, pada awal tahun 300 Hijriah, Ibn Hibban melakukan pengayaan
intlektual dengan menimba ilmu di beberapa Negara, selain di daerah di mana ia dilahirkan, ia
juga pergi menuntut ilmu ke-Naisabur, Irak, Syam, Mesir, dan Hijaz. lewat pengembaraannya ini
-seperti yang ia sebutkan dalam muqaddimah kitabnya, gurunya mencapai ribuan. Akan tetapi
dari sekian banyak guru, ia hanya meriwayatkan hadis lewat jalur kurang lebih 150 guru saja,
dan menurut Ibn Hibban hanya 20 orang guru saja yang paling dhabit dan mu’tamad. Di
antaranya: Abu Ya’la al-Mausuly, Ibn Khuzaymah, Hasan bin Sufyan, dan Abu ‘Arubah al-
Harany.
Ibn Hibban adalah seorang ulama yang tidak hanya pandai dibidang hadits, akan tetapi
banyak displin ilmu lain yang ia kuasai, seperti fikih, kalam, kedokteran, dan ilmu falak.
Keahliaanya dibidang fikih bisa kita lihat dalam pertentangannya dengan pendapat Abu
Hanifah pada waktu itu, ketidak setujuaanya ini ia tuangkan dalam sebuah karya yang setebal 10
jilid.[2]
Keahlianya dibidang kalam bisa kita lihat beberapa pemahaman Ibn Hibban terhadap hadis
Rasul SAW, di antaranya adalah hadis nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim:

))‫((يتقارب الزمان و ينقص العلم‬


Menurut Ibn Hibban, “lewat hadis ini Rasul SAW memberi kabar bahwa pada akhir zaman
nanti ilmu akan berkurang, saya melihat pada dasarnya semua ilmu akan berkembang kecuali
pada displin ilmu satu ini yang beliau maksud adalah ilmu hadis dan sunan, setiap harinya ia
berkurang. Ilmu yang Nabi jadikan khitab kepada umatnya setiap harinya berkurang dengan
berkurangnya orang yang mengetahu sunan, jalan satu-satunya untuk mengetahui sunan adalah
mengetahui para perawi dhaif dan yang ditinggalkan”.[3]
Keahliannya dibidang ilmu kalam tidak selalu berhujung manis, bahkan atas pengaruh ilmu
kalamnya ia hampir saja terbunuh, karena gagasannya membuat bingung umat. Cobaaan ini
adalah imbas dari pernyataan Ibn Hibban “Kenabian dengan ilmu dan Amal”. Gagasan ini lah
yang membuat banyak orang yang memberi cap zindiq kepada Ibn Hibban. Tidak cukup itu saja,
ia juga diusir dari Sijistan dan dilaporkan kepada Khalifah. Akhirnya Khalifah memutuskan
untuk membunuhnya, akan tetapi Ibn Hibban lari dan bersembunyi.[4]

B. Pujian Ulama Kepada Ibn Hibban


Menurut al-Hakim, Ibn Hibban adalah orang yang peduli terhadap ilmu, fikih, hadis,
bahasa, dan nasehat, ia juga termasuk orang-orang yang cerdas.
Menurut Khatib al-Baghdadi, Ibn Hibban adalah orang baik dan terpercaya, karyanya juga
banyak.[5]
Ibn ‘Asir berkomentar, Ibn Hibban adalah imam pada masanya, jumlah karyanya tidak
tertandingi.[6]
C. Karya-Karya Ibn Hibban
Ibn Hibban adalah salah satu ulama yang sangat produktif, sehingga banyak sekali
peninggalan-peninggalan karyanya yang bisa dimanfatkan oleh generasi-genarasi berikutnya.
Meskipun demikian, tidak semua karyanya bisa kita temukan. Karya Ibn Hibban yang
tidak bisa kita jumpai saat ini adalah: ‘Ilal Auhām al-Muarrikhīn (kitab ini terdiri atas 10
juz), ‘Ilal hadīst az-Zuhrī (20 jilid), ‘Ilal Hadīst Mālik (10 Juz), Wasf al-Ulum wa ‘Anwā’uhā (30
juz).
Peninggaln Ibn Hibban yang masih dapat kita jumpai adalah: Kitāb as-Tsiqāt, Kitāb al-
Majruhīn min ad-Dhuafā’ wa al-Matrukīn min ar-Ruwwāt. Kedua kitab ini adalah ringkasan
dari Kitāb at-Tārikh karya Ibn Hibban juga, Kitāb Masyāhīr al-Ulamā’ al-Amshār, Raudhah al-
Uqalā’ wa Nuzhah al-Fudhalā’, dan Sahīh Ibn Hibbān.[7]
D. Mengenal Kitab Shahīh Ibn Hibbān
Kitab ini populer dengan sebutan Sahīh Ibn Hibbān, padahal jika kita observasi lebih jauh,
nama asli kitab ini adalah Al-Musnad as-Sahīh ‘ala at-Taqāsim wa al-‘Anwā’ min Ghair Wujud
Qat’ fī Sanadihā wa la Tsubut Jarh fī Nāqilihā.
Kata Taqāsim dan ‘Anwa’ mempunyai maksud tersendiri -mirip dengan metode atau
sistematika penulisan-, yang di maksud Taqāsim adalah bagian lima:
 Pertama, Perintah-perintah yang Allah wajibkan terhadap hamba-Nya;
 Kedua, Larangan-larangan yang Allah haramkan bagi hamba-Nya;
 Ketiga, Kabar-kabar dari Allah SWT yang wajib diketahui;
 Keempat, Ibahah yang Allah perbolehkan untuk hamba-Nya;
Kelima, Perbuatan Nabi Muhammad SAW yang ia lakukan sendiri, tidak untuk umat.
Sahīh Ibn Hibbān tidak lepas dari lima bagian ini, setiap bagian mempunyai aneka ragam
bentuk (bab) di dalamnya, misalnya dalam “Perintah-perintah yang Allah wajibkan terhadap
hamba-Nya” ada 110 bab, dan setiap bab memuat beberapa hadis. Begitu juga pada bagian
kedua.
Bagian ketiga memuat 80 bab, bagian keemapat dan kelima memuat 50 bab, jumlah
seluruhnya 400 bab.[8]
Dalam hal dua riwayat tsiqah yang bertentangan, satunya marfu’ dan satunyalgi mauquf,
atau satunya mausul dan satunya mursal, Ibn Hibban menggunakan metode untuk menerima
yang marfu’dan mausul dengan tidak menjelaskan ‘ilat yang lainya, karena kedua-
duanya tsiqah.[9]
Latar belakang penulisan buku ini tertera dalam muqaddimah Sahīh Ibn Hibbān, yaitu, Ibn
Hibban melihat banyak manusia yang berpaling dari Sihah as-Sunnah, banyak sekali hal-hal
aneh dan lemah masuk di dalam hadis. Atas dasar cinta Ibn Hibban terhadap sunah Rasul SAW
kemudian ia mengarang kitab Sahīh Ibn Hibbān ini. Kecintaanya tidak hanya terwujud dalam
bentuk karnya saja, akan tetapi ia memberikan pernyataan; “Hendaklah manusia
menghafal Sunan dan berpegang teguh dengan metode yang benar seperti yang telah dilakukan
oleh ulama klasik.[10]
Ibn Hibban memberikan wejangan atas sulitnya bahasa yang ia gunakan, untuk dapat
memahamiSahīh Ibn Hibbān hendaklah didekati dengan dua hal ini:[11]
 Pertama, membaca kitab ini darai awal sampai akhir, hal demikian ini akan
memudahkan pembaca menemukan ha-hal yang sulit…
 Kedua, menghafal kitab ini, jika hafal, maka akan mudah baginya untuk
mendatangkan hadis yang ia inginkan.

E. Peran Al-Amir Alauddin Ali Al-Farisy dalam Penyusunan Sahīh Ibn Hibbān
Al-Farisy adalah orang yang menyusun Sahīh Ibn Hibbān sehingga menjadi kitab yang
sistematis, diberi nomer, bab fikihnya berurutan. Usaha Al-Farisy ini menjadikan kitab yang
popeler dihadapan kita dengan sebutan Al-Ihsān bi Tartīb Sahīh Ibn Hibbān. Meskipun
demikian, Al-Farisi tidak melupakan hal-hal penting yang sudah ditetapkan oleh Ibn Hibban,
seperti istinbath fikih-nya dan komentar-nya terhadap beberapa hadis.[12]

F. Syarat-Syarat Perawi Versi Ibn Hibban

Ada lima syarat perawi yang ditetapkan Ibn Hibban dalam kitab sahihnya:
 Pertama, adil dalam agama dengan satr al-Jamīl.[13]
 Kedua, Jujur di dalam hadis dengan kemasyhurannya;
 Ketiga, Hadis yang diceritakan bisa dimengerti oleh perawi;
 Keempat, Mengrtahui kesulitan makna hadis yang diriwayatkan;
 Kelima, Hadisnya bebas dari tadlīs.
Jika ke-lima hal ini ada pada perawi, maka hadisnya bisa dijadikan hujjah, tapi jika tidak,
maka hadisnya ditolak.[14]
Meskipun syarat-syarat yang ditetapkan Ibn Hibban sangatlah ketat, pada beberapa hal
justru Ibn Hibban melanggar syarat-syarat yang beliau tetapkan. Dalam ke-tsiqahan ia lebih
cendrung member dispensasi, dalam jarh ia sangat ketat, sehingga Muhammad bin Fadl as-
Sudusi yang dijuluki ‘Ārim dan terkenal ke-tsiqahannya malah ia jarh dengan sesuatu yang tidak
pantas.[15]

G. Contoh Hadis dalam Shahīh Ibn Hibbān


Larangan kepada seseorang untuk beranggapan bahwa dia tidak butuh dengan apa yang ada
dalam Quran.

,‫ حدثنا الليث‬:‫ قال‬,‫ حدثنا يزيد بن موهب‬:‫ قال‬,‫) أخبرنا محمد بن الحسن بن قتيبة‬120(
.‫ عن عبيد هللا بن أبي نهيك‬,‫عن أبي ملكية‬
ّ
‫يتغن‬ ‫ ((ليس منا من لم‬:‫ قال‬,‫ عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬,‫عن سعد بن أبي وقاص‬
.))‫بالقرأن‬
:‫ ((ليس منا)) فى هذه األخبار يريد به‬:‫ معنى قوله صلى هللا عليه وسلم‬:‫قال أبو حاتم‬
.‫ فمن فعل ذلك ليس مثلنا‬,‫ ألنا النفعله‬,‫ليس مثلنا فى استعمال هذا الفعل‬
[16]

Khazanah ke-Islaman sekaligus penjaggan terhadap peninggalan Nabi Muhammad SAW,


ternyata tidak ada hentinya.
Ibn Hibban adalah bagian dari deretan ulama yang sangat peduli dengan hadis-hadis nabi
Muhammad SAW, hal ini terbukti dengan peningalan karya-karya beliau yang sampai saat ini
masih bisa dinikmati oleh generasi-generasi berikutnya.
Meskipun demikian, sistematika karya beliau yang kita temukan dan mudah untuk kita
dekati, tentu setelah melalu proses penyempuranan dengan beberapa ta’līq, tahqīq, penomeran
hadis, dan penyusunan bab dari mereka yang sangat perhatian terhadap peninggalan karya-karya
ulama besar.
Tanpa perhatian mereka, tentu sukar bagi kita untuk menemukan manuskrip-manuskrip
kuno peninggalan Ibn Khuzaymah dan Ibn Hibban.
Oleh karena itu, bagaimana kita berusaha untuk mengenal lebih jauh tentang Sahīh Ibn
Hibbān serta apa yang termaktub di dalamnya, agar karya besar seperti ini bisa lebih bermanfaat
bagi kita khususnya dan umumnya bagi masyarakat.
.Saran

Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang memebangun
sanagat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://gudangsemuamakalahkuliah.blogspot.co.id/2016/03/makalah-shahih-ibnu-hibban.html

Anda mungkin juga menyukai