Revisi - Kelompok 4 - Revisi Terbaru AskepCHF
Revisi - Kelompok 4 - Revisi Terbaru AskepCHF
Oleh Kelompok 4 :
A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ terpenting yang ada didalam tubuh manusia,
yang memiliki fungsi utama untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Fungsi
jantung ini dapat dilakukan dengan baik apabila kondisi dan kemampuan otot
jantung ketika memompa darah cukup baik, begitu juga dengan halnya katup
jantung, serta irama pemompa yang baik dan stabil.. Namun apabila terjadi
kelainan pada salah satu komponen jantung, maka akan menyebabkan
gangguan dalam proses pemompaan darah oleh jantung hingga menimbulkan
kegagalan dalam memompa darah. (Muttaqin, 2014)
Salah satu penyakit kardiovaskuler yang banyak diderita oleh
asyarakat di Indonesua adalah Congestive Heart Failure (CHF) atau yang
biasa dikenal dengan gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
janntung dalam memompa darah yang adekuat untuk memenuhi semua
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrsisi yang mencukupi sehingga
menyebabkan curah jantung yang seharusnya berfungsi normal mengalami
penurunan dan menimbulkan nyeri pada dada. Gagal jantung menyebabkan
curah jantung menurun, menyebabkan hipertrofi ventrikel, pemendekan
miokard, pengisian LV menurun, aliran tidak adekuat ke jantung dan otak,
menyebabkan resiko tinggi penurunan curah jantung, kemudianpenurunan
suplai O2 ke miokard, terjadi peningkatan hipoksia jaringan miokardium, dan
menyebabkan perubahan metabolism miokardium sehingga menimbulkan rasa
nyeri dada. (Purba, 2016)
Penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu didunia.
Dengan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular didunia terbilang
cukup tinggi, yaitu 17,5 juta jiwa atau sekitar 37% kematian dari jumla htotal
58 juta jiwa yang disebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2016).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064
individu di Indonesia menderita penyakit jantung.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penyakit gagal jantung yang terdaapat di sistem
kardiovaskuler dan dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
pada klien dengan gagal jantung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang definisi dari CHF atau gagal jantung
b. Mengetahui etiologi dan tanda gejala dari penyakit CHF atau gagal
jantung
c. Mengetahui dan mengidentifikasi masalah keperawatan serta
intervensi keperawatan dalam penyakit CHF
d. Menganalisa kasus etik legal yang terdapat pada CHF atau gagal
jantung
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dan dapat mengetahui masalah keperawatan serta intervensi
keperawatan.
2. Bagi Institusi
Dapat menjadi referensi untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
agar menjadi bahan pemebelajaran pada mahasiswa keperawatan.
BAB II
KONSEP TEORI
Hipertensi
Aterosklerosis
koroner Sistemik /Pulmonal
Faktor Sistemik
Peradangan dan Aliran darah ke
penyakit otot jantung
myocardium Afterload
terganggu
degeratif
Asidosis respiratorik
Hipoksia dan Terjadi Hipoksia
maupun metabolik Beban Kerja
anemia dan asidosis Jantung
Disfungsi
Merusak serabut Hipertrofi
myocardium
Kelainan Jantung Otot Jantung
Otot Suplai
Jantung oksigen ke Infrak
Kardiomegali
myocardium
Peningkatan Penurunan
1 afterload,perubahan Curah Jantung
2
volume sekuncup
1
2
Gagal Pompa
ventrikel kiri Gagal pompa
ventrikel kanan
Tekanan
Penurunan aliran Diastole
darah ke sistematik
Tekanan Vena Bendungan Atrium kanan
Pulmonalis
Ketidakefektifan Bendungan
meningkat Gangguan Sirkulasi darah
kembali ke jantung dari vena Sistemik
Penurunan Suplai Darah Perfusi Jaringan Tekanan kapiler
renal flow ke Jaringan paru meningkat ekstermitas atas dan kepala
Perifer
berkurang
Pelepasan Edema Paru Gangguan sirkulasi O2 Lien Hepa
RAA Nutrisi dan Iritasi r
oksigen ke mukosa
sel Hepatomegal
Hipoksia Jaringan otak Splenomegali
Retensi
Reflek Penimbunan i
Na dan air Metabolisme Batuk cairan dalam
sel alveoli Berisiko terjadi gangguan
Volume
Mendesak Diafragma
Intravaskular Penumpukan Perfusi jaringan otak
Metabolisme Gangguan
anaerob Pertukaran
sekret
Vasodiltasi gas Resiko Penurunan Kapasitas
Energi yang dihasilkan Ketidakefektifan Paru
Ketidakefektifan
kurang dari Perfusi Cerebral
Pembuluh
darah kebutuhan Jalan Napas
Ketidakseimbanga Hiperventilasi
Perpindahan n suplai dan
cairan ke kebutuhan O2
intrasitiil Ketidakefektifan
Penumpukan Pola Nafas
Intoleransi Asam Laktat
Edema Aktivitas
Merangsang
Kelebihan
Saraf Nyeri
Volume Cairan
Nyeri
Akut
BAB III
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN
PATHWAY KHUSUS
Hipertensi
sistemik/pulmonalis
afterload
Beban kerja
jantung
Hipertrofi otot
jantung
lasix 3 x 40 mg iv kardiomegali
Ny Kory (58 th) di rawat di Unit Penyakit Jantung. Pasien terlihat terbaring
lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Terdapat edema anasarka
dan haluaran urine 40 ml/jam. Pasien hanya membuka mata saat dibangunkan
kemudian tidur lagi. Pemeriksaan TTV, RR: 26x/menit, T :370C, HR : 120 x/menit,
TD : 150/90 mmHg, JVP (5+2)cm.. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bunyi jantung
S3, suara paru ronkhi (+). Pasien terpasang CVP dengan nilai 8 cmH2O. Pemeriksaan
rontgen thorak didapatkan hasil kardiomegali dan edema paru. Pemeriksaan EKG
dengan hasil irama sinus, ST elevasi pada V4. Pasien mendapat terapi IVFD 20tts/
mnt, lasix 3 x 40 mg iv, ascardia 1 x 80 mg, simvatatin 1 x 20 mg, captopryl 3 x 25
mg O2 3 liter/ mnt Nasal Kanul, infuse NaCl 10 tpm, diet jantung III ( 1700 kal ) dan
RG.
Etik Legal: Saat ini dokter menyarankan untuk pasien membatasi cairan tetapi
keluarga memaksa seorang perawat untuk memberikan pasien minum karena merasa
kasihan melihat bibir pasien kering
PENGKAJIAN
Nama perawat yang mengkaji : Ns. Putri Diana
Unit : Unit Penyakit Jantung
Ruang/ kamar : Anggrek/201 bed 3
Tanggal/waktu masuk RS : 5 Februari 2021
Tanggal/ Waktu Pengkajian : 6 Februari 2021
Cara pengkajian : AlIoamnanesa, observasi
A. Identitas klien
Nama : Ny. K
Jeniskelamin : Perempuan
Umur : 58 tahun
Tempat/tgllahir : Semarang, 1 Januari 1963
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru SD
Status perkawinan : Sudah kawin
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Dawung Pudak Payung RT 02/RW 02 Semarang
Dx medis : CHF
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. J
Alama : Jl. Dawung Pudak Payung RT 02/RW 02
Semarang
Hubungan dengan klien : Suami
= laki-laki
= perempuan
= pasien
= anak-anak
E. Kebutuhan
1. Oksigen
Sebelum masuk RS: Keluarga pasien mengatakan pasien sesak napas selama
berbaring
Sesudah masuk RS: Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak terlalu
sesak napassetelah mendapat terapi oksigen 3 liter Nasal
Kanul
2. Cairan
Sebelum masuk RS: Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk RS, pasien
minum air putih sebanyak 8 gelas/hari (2000 cc /hari),
makan 300 cc, eliminasi urine lebih kurang 42ml/jam
dan BAB 100 cc
BC = input-output
= (2000+300)cc– (IWL+42ml/jam.24jam+100)cc
= 2300cc – (1050+1008+100)cc
= 2300cc – 2158cc
=142 cc
Selama masuk RS: Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien minum air
putih sebanyak 2 gelas/hari (500 cc/hari), makan 300 cc,
infuse 1.500 cc, obat 50 cc, eliminasi urine lebih kurang
40 ml/jam, dan BAB 50 cc
BC = input-output
= (500+1.500+50)cc – (IWL+40ml/jam.24jam+50)cc
= (500+1.500+300+50)cc – (1050+960+50)cc
= 2350cc – 2060cc
= 290 cc
3. Nutrisi:
Sebelum masuk RS
a. Antopometri
TB = 160 cm
BB = 70 Kg
BBI = (TB-100)-10% (TB-100)
= (160-100)- 10% (160-100)
= 60-6
= 54 kg
IMT = BB / (TB X TB)
= 70 / (1,6 X 1,6)
= 27,3 (obesitas 1)
b. Biochemical
Eritrosit =4,6 Sel/mm3
Hemoglobin = 12,6 g/dl
Hematrosit = 44,4 vol%
HDL = 30 mg/dl
LDL =180 mg/dl
Trigliserida =170 mg/dl
c. Clinical Sign
- Wajah : Nampak pucat
- Kulit : Kulit teraba hangat
- Berat badan : Gemuk
- Otot : Mampu melakukan aktivitas
d. Diet
Riwayat diet:
- Diet : Pasien tidak melakukan diet
- Frekuensi : Pasien mengatakan setiap makan 1 porsi habis
- Keluhan : Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada
keluhan apapun
- Jenis Makanan : pasien mengatakan jenis makanan yang
dimakan sehari hari adalah nasi, lauk pauk, terkadang makanan yang
mengandung lemak
Selama di RS
a. Antopometri
TB = 160 cm
BB = 60 kg
BBI= (TB-100)-10%(TB-100)
= (160-100)-10%(160-100)
= 60-6
= 54 kg
IMT = BB=60 kg
TB= 160 cm
= Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 60/ (1,6 x 1,6)
= 23, 4 (kelebihan berat badan/overweight)
b. Biochemical
- Eritrosit = 4,8 Sel/mm3
- Hemaglobin =13g/dl
- Hematrosit =44,6vol%
- HDL =45 mg/dl
- LDL =130 mg/dl
- Trigliserida =140 mg/dl
c. Clinical Sign
- Wajah : Nampak pucat
- Kulit : Kulit teraba hangat
- Otot : Flaksial/lemah
- Kardiovaskuler : TD 150/90 mmHg
- Kaki : mengalami pembengkakan
d. Diet
- Diet: Pasien melakukan diet jantung III (1700 kalori) dan rendah
garam.
- Jenis makanan: Pasien harus mengkomsumsi makanan yang
rendah garam, rendah energy dan kalsium, tetapi cukup zat gizi
lain.
4. Eliminasi
a. Eliminasi Fekal:
Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan
b. Eliminasi Urin:
Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan
5. Aktivitas
SKOR A G
Keterangan :
A= mandiri untuk 6 fungsi
B= mandiri untuk 5 fungsi
C= mandiri, kecuali mandi dan fungsi lain
D=mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan fungsi lain
E= mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan fungsi lainnya
F= mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ketoilet, berpindah dan fungsi
lainnya
G= tergantung untuk 6 fungsi.
Dari data tersebut, menyatakan bahwa pasien mengalami keterbatasan
aktivitas
Kesimpulan: Sebelum pasien masuk rumah sakit, skor indeks katz pasien
adalah A yang artinya mandiri untuk melakukan 6 fungsi. Selama masuk
rumah sakit skor indeks katz pasien adalah G, yang artinya tergantung untuk
6 fungsi atau tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali dan tidak bisa
melakukan aktivitas karena sesak napas dan suara ronkhi karena edema paru.
Sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan kegiatan
antivitas pasien dibantu oleh perawat. Ketergantungan 6 fungsi tersebut,
yaitu:
a. Fungsi bathing
Tergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, tidak mandi sendiri.Pasien tidak dapat mandi
sendiri dan memerlukan bantuan sepenuhnya
b. Fungsi dressing
Tergantung: tidak memakai baju sendiri. Pasien seluruhnya memerlukan
bantuan sepenuhnya
c. Fungsi toileting
Tergantung: menggunakan bedpan atau pispot atau menerima bantuan
masuk dan menggunkan toilet. Pasien tidak dapat pergi ke toilet
d. Fungsi transferring
Tergantung: bantuan dalam berpindah, tidak melakukan satu atau lebih
perpindahan. Pasien tidak dapat berpindah atau berjalan
e. Fungsi continence
Tergantung: inkontinensia parsial atau total pada perkemihan atau
defekasi; control total atau parsial dengan enema. Untuk BAB dan BAK
pasien dibantu seluruhnya.
f. Fungsi feeding
Tergantung: bantuan dalam hal makan ; tidak makan sama sekali atau
makan berparenteral. Pasien saat makan seluruhnya dibantu
6. Tidur
Sebelum masuk RS : Keluarga pasien mengatakan bahwa dalam sehari
pasien tidur selama 6-7 jam dan setelah tidur pasien
merasa segar
Selama berada di RS : Keluarga pasien mengatakan bahwa saat tidur di
malam hari pasien merasa sesak napas. Selama di
rumah sakit keluarga pasien mengatakan tidurnya
tidak nyenyak karena pasien mengalami sesak. Dalam
semalam lama tidur pasien hanya 5 jam dan setelah
tidur pasien terlihat masih mengantuk.
7. Seksualitas
Sebelum masuk RS : Keluarga pasien mengatakan saat melakukan
hubungan seksual, pasien terkadang mengeluhkan
pusing, nyeri dada.
Selama berada di RS : Keluarga pasien mengatakan adanya penurunan
dengan hubungan seksualitas pasien
8. Intereksi Sosial
Sebelum masuk RS : keluarga pasien mengatakan sehari-hari
berinteraksi dengan keluarga dan tetangga sekitar
rumahnya
Selama berada di RS : keluarga pasien mengatakan hanya berinteraksi
dengan tenaga medis dan keluarganya.
-Firasat ✓
Buruk
-Takut akan
√
pikiran
sendiri
Ketegangan
✓
-Gelisah
-Lesu √
-Tidak bisa
istirahat
√
tenang
Selama berada di RS:
Gejala Tidak Ringan sedang berat Beratsekali
kecemasan ada
gejala
Perasaan
cemas
✓
- Cemas
-Firasat
Buruk ✓
-Takut akan
√
pikiran
sendiri
Ketegangan
√
-Gelisah
-Lesu √
✓
-Tidak bisa
istirahat
tenang
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: Pasien termasuk ke dalam sakit berat karena kesadaran
pasien yang somnolen dan terlihat terbaring lemas serta tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri dan pasien hanya membuka mata saat
dibangunkan kemudian tidur lagi.
2. Kesadaran:
a. Mata : Nilai GCS 3 (Karena mata pasien terbuka hanya dengan
mendengar suara /perintah saja,yaitu pada saat dibangunkan)
b. Suara : Nilai GCS 2 (Jika suara yang keluar seperti rintihan tanpa kata-
kata)
c. Gerakan : Nilai GCS 3
Skala GCS : 8
3. TTV
TD : 150/90 mmHg
MAP : 1 Sistolik + 2 Diastolik
3
: 1 (150) + 2 (90)
3
: 110 mmHg
Suhu : 370C
Frekuensi Nadi :120 x/menit
Frekuensi Nafas : 26 x/menit
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
Inspeksi: bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, tidak rontok,
rambut tampak bersih
Palpasi : Tidak ada benjolan dan luka, tidak ada nyeri saat ditekan
b. Wajah
Inspeksi: wajah simetris, wajah nampak pucat
c. Mata
Inspeksi: Konjungtivita Anemis (+), Strabismus (-)
Palpasi: tidak ada benjolan
Tes lain: tidak buta warna, reflek pupil normal, reflek kornea normal.
d. Hidung
Inspeksi: Lesi (-), Sinusitis (-), terpasang nasal kanul
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi: Stomatitis (-), Tonsilitis (-), Karies (-)
Palpasi : Tidak ada benjolan ,tidak ada nyeri tekan
f. Telinga
Inspeksi: Tidak ada serumen, tidak ada lesi
g. Leher
Inspeksi: Terlihat vena jugularis
Palpasi : Vena jugularis terukur (5+2) cm
h. Kulit
Kulit teraba hangat, turgor kulit lambat
i. Dada
1) Paru-paru
Inspeksi: Bentuk dada normal, dada simetris
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Ladang dada berbunyi sonor
Auskultasi: Suara paru ronkhi (+)
2) Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Ictus cordis teraba dengan diameter 2 cm
Perkusi: Batas atas ICS 2 linea para sternalis sinistra
Batas kanan ICS 4 linea strenalis dexstra
Batas bawah ICS 5 mid klavikula sinistra
Batas kiri ICS 4 mid axila sinistra
Auskultasi: S3 Terdengar bunyi dup di ICS 3
j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka
Ausukultrasi : Hiperstaltik frekuensi 6x/menit
Perkusi : Kuadran I : Perkusi abdomen terdengar tympani
Kuadran II : Perkusi abdomen terdengat tympani
Kuadran III: Perkusi abdomen terdengar tympani
Kuadran IV: Perkusi abdomen terdengar pekak
Palpasi : Tidak teraba pembesaran hati
k. Estremitas
1) Atas
Inspeksi : Terdapat edema anasarka
Palpasi : Capillary refill 4 detik, piting edema derajat II dengan
kedalaman 3-5 ml dengan waktu kembali 5 detik
2) Bawah
Inspeksi : Terdapat edema anasarka
Palpasi : Capillary refill 4 detik, piting edema derajat II dengan
kedalaman 3-5 ml dengan waktu kembali 5 detik
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratotium
Nama Hasil Satuan Nilai Keterangan
Pemeriksaan normal
Eristrosit 4,6 Sel/mm3 4,4- N
5,9x1012
Hemaglobin 12,6 g/100ML 14-18 g/dl N
(Hb)
Hematrosit 44,4 vol% 42-54 N
vol%
HDL 30 >40 mg/dl L
Keterangan
L : Low (rendah)
H: High (tinggi)
N: Normal
2. Hasil Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ronthen thorak : -Terdapat Kardiomegali
-Terdapat Edema paru
Pemeriksaan EKG : -Irama sinus, ST elevasi pada V4
3. Terapi
Nama Komposisi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Tgl
obat obat pemberian
ANALISA DATA
Nama klien : Ny. K
Umur : 58 tahun
Ruang dirawat : Unit Penyakit Jantung
Dx. Medis : CHF (Congestive Heart Failure)
Alamat : JI. Dawung Pudak Payung Rt 02 Rw 02 Semarang
Tanggal/ Data Fokus Maslah Etiologi
waktu
6/2/2021 DS: Keluarga pasien Penuruna n curah • Perubahan
Jam 10.35 mengatakan bahwa pasien jantung Frekuensi/Irama
WIB lemah dan pasien tidak dapat jantung
melakukan aktivitas secara • Perubahan
mandiri. Preload
• Perubahan
DO: Afterload
1. Pasien terlihat terbaring • Perubahan
lemah Kontraktilitas
2. Pasien tidak dapat
melakukan aktivitas
secara mandiri
3. indeks katz pasien
bernilai G
(ketergantungan pada 6
fungsi)
4. Skala GCS: 8 (pasien
mengalami penurunan
kesadaran)
5. Pemeriksaan TTV
TD: 150/90 mmHg
MAP: 110 mmHg
(Hipertensi)
RR: 26 x/menit
HR: 120 x/menit
T: 37 0C
6. Pemeriksaan Fisik
• Leher
Palpasi : Vena
jugularis terukur
(5+2) cm
• Paru-paru
Auskultasi : Suara
paru ronkhi (+)
• Jantung
Auskultasi : S3
terdengar bunyi dup
di ICS 3
• Estremitas Atas dan
Bawah
Inspeksi : Terdapat
edema anasarka
Palpasi : Capillary
refill 4,pitting edema
derajat II dengan
kedalaman 3-5 ml
dengan waktu
kembali 5 detik.
• Hasil Pemeriksaan
Radiologi
• Terdapat kardiomegali
(jantung mengalami
pembesaran)
• Terdapat edema paru
• Pemeriksaan EKG
• Irama sinus, ST elevasi
pada V4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Dengan bekerja-
sama bersama dokter
dan apoteker,
perawat dapat
memberi-kan terapi
farma-kologi seperti
terapi IVFD 20
tts/mnt, Lasix 3x40
mg iv, Ascardia
1x80 mg, Simvatatin
1x20 mg, Captopryl
3x25 mg, Oksigen 3
lt/mnt nasal kanul,
dan Infuse NaCl 10
tpm. Sehingga
Dengan berkola-borasi
dengan ahli gizi, pola
diet jantung pasien bisa
lebih terarah dalam
rangka mempercepat
kesembuhan
ANALISIS KASUS ETIK LEGAL
A. Otonomi (autonomy)
Otonomi adalah kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang rasional
dan tidak terpengaruh. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa otonomi
merupakan indikator utama kesehatan. Prinsip otonomi memandang hak individu
untuk menentukan nasib sendiri. Ini berakar pada penghormatan masyarakat
terhadap kemampuan individu untuk membuat keputusan berdasarkan informasi
tentang masalah pribadi.
B. Keadilan (justice)
Prinsip ini didasarkan pada gagasan bahwa beban dan manfaat pengobatan baru
atau eksperimental harus didistribusikan secara merata diantara semua kelompok
dimasyarakat. Penerapan prinsip membutuhkan prosedur yang menjunjung tinggi
semangat hukum yang ada dan adil bagi semua pihak yang terlibat.
C. Kebermanfaatan (benefisicence)
Prinsip ini diperlukan agar prosedur keperawatan diberikan dengan niat baik
untuk pasien yang terlibat. Prinsip ini juga mengharuskan penyediaan layanan
kesehatan mengembangkan dan memelihara keterampilan dan pengetahuan, terus
meperbaharui pelatihan, mempertimbangkan keadaan individu dari semua pasien,
dan berusaha untuk mendapatkan keuntungan bersih. Istilah beneficence
mengacu pada tindakan yang mempromosikan kesejahteraan orang lain. Dalam
konteks medis ini berarti mengambil tindakan yang melayani kepentingan terbaik
pasien.
D. Tidak membahayakan (nonmaleficence)
Prinsip ini diperlukan agar prosedur yang dilakukan tidak membahayakan pasien
yang terlibat atau orang lain dimasyarakat. Spesialis infertilitas beroperasi
dengan asumsi bahwa mereka tidak membahayakan atau setidaknya
meminimalkan bahaya dengan mencapai hasil positif yang lebih besar. Prinsip ini
berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
E. Kejujuran (veracity)
Kejujuran adalah prinsip pengajaran kebenaran, dan didasarkan pada pasien serta
konsep otonomi. Agar seseorang dapat membuat pilihan rasional sepenuhnya, dia
harus memiliki informasi yang relefan dengan keputusannya apalagi informasi
ini harus sejelas dan seakurat mungkin. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif dan objektif, kebenaran merupakan dasar membina hubungan
saling percaya.
F. Kesetiaan (fidelity)
Prinsip kesetiaan secara luas mensyaratkan bahwa kita bertindak dengan
cara yang setia. Ini termasuk menepati janji, melakukan apa yang diharapkan,
melakukan tugas dan dapat dipercaya kesetiaan peran mencakup loyalitas
spesifik yang terkait dengan penunjukan profesional tertentu.
G. Informed Consent
Informed consent dalam etika biasanya mengacu pada gagasan bahwa
seseorang harus diberi tahu sepenuhnya dan memahami potensi manfaat dan
resiko pilihan pengobatan mereka. Orang yang kuarang informasi berisiko salah
memilih yang tidak mencerminkan nilai atau keinginannya. Ini tidak secara
khusus berarti proses mendapatkan persetujuan, atau persyaratan hokum spesifik,
yang bervariasi dari satu tempat ketempat lain, namun dalam kapasitas untuk
mendapatkan persetujuan.
H. Hak Kerahasiaan (confidentiality)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien
yang dipercaya pasien kepada perawat. Dokumentasi tentang keadaan klien
hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan klien.
I. Akuntabilitasi (accountability)
Akuntabilitasi adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, pasien, sesama teman sejawat,
karyawan dan masyarakat.
Etik Legal: Saat ini dokter menyarankan untuk pasien membatasi cairan tetapi
keluarga memaksa seorang perawat untuk memberikan pasien minum karena merasa
kasihan melihat bibir pasien kering. Berdasarkan kasus, analisa etik legal yang sesuai
adalah Otonomi (autonomy). Dimana perawat tidak boleh menentang keputusan
pasien atau keluarga. Pada kasus, pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga,
hak otonomi terdapat pada keluarga pasien. Perawat juga dapat menjelaskan tentang
kondisi pasien dan saran dari dokter untuk membatasi cairan pada pasien, tetapi jika
pasien tetap ingin memberikan pasien minum karena merasa kasihan pada pasien,
perawat harus tetap menghargai keputusan keluarga pasien dan perawat dapat
meminta keluarga pasien untuk menandatangani lembar informed consent
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Jantung merupakan organ terpenting yang ada di dalam tubuh manusia
yang memiliki fungsi utama untuk memompa darah ke seluruh tubuh. fungsi
jantung ini dapat dilakukan dengan baik apabila kondisi dan kemampuan otot
jantung ketika memompa darah cukup baik. CHF atau gagal jantung kongestif
adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient.
Gagal jantung menyebabkan curah jantung menurun, menyebabkan
curah jantung menurun, menyebabkan hipertrofiventrikel, pemendekan
miokard, pengisian LV menurun, aliran tidak adekuat ke jantung dan otak.
Pasien CHF umumnya memiliki keluhan badan lemah, mengalami penurunan
kesadaran dan tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Untuk
menentukan diagnosis diperkuat dengan hasil diagnosis EKG. Mendiagnosis
CHF secara pasti dilakukan menggunakan EKG ynag ditandai dengan irama
sinus, ST elevasu pada V4
B. Saran
Dengan adanya asuhan keperawatan terhadap pasien yang terdiagnosis
medis CHF diharapkan dapat menambah wawasan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dan dapat mengetahui masalah keperawatan serta
intervensi keperawatan. Selain itu, asuhan keperawatan ini juga diharapkan
bisa bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agar menjadi bahan
pembelajaran bagi mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, E., 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th edition.Mosby: Elsevier Inc.