Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN CHF

(Congestive Heart Failure)

Oleh Kelompok 4 :

Benedikta Indah P. (201911012)

Catharina Ellisa (201911013)

Martina Ganesh (201911040)

Pricilia Simoria (201911046)

Stevany Dwi Putri (201911050)

Stevany Indra C. (201911051)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ terpenting yang ada didalam tubuh manusia,
yang memiliki fungsi utama untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Fungsi
jantung ini dapat dilakukan dengan baik apabila kondisi dan kemampuan otot
jantung ketika memompa darah cukup baik, begitu juga dengan halnya katup
jantung, serta irama pemompa yang baik dan stabil.. Namun apabila terjadi
kelainan pada salah satu komponen jantung, maka akan menyebabkan
gangguan dalam proses pemompaan darah oleh jantung hingga menimbulkan
kegagalan dalam memompa darah. (Muttaqin, 2014)
Salah satu penyakit kardiovaskuler yang banyak diderita oleh
asyarakat di Indonesua adalah Congestive Heart Failure (CHF) atau yang
biasa dikenal dengan gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
janntung dalam memompa darah yang adekuat untuk memenuhi semua
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrsisi yang mencukupi sehingga
menyebabkan curah jantung yang seharusnya berfungsi normal mengalami
penurunan dan menimbulkan nyeri pada dada. Gagal jantung menyebabkan
curah jantung menurun, menyebabkan hipertrofi ventrikel, pemendekan
miokard, pengisian LV menurun, aliran tidak adekuat ke jantung dan otak,
menyebabkan resiko tinggi penurunan curah jantung, kemudianpenurunan
suplai O2 ke miokard, terjadi peningkatan hipoksia jaringan miokardium, dan
menyebabkan perubahan metabolism miokardium sehingga menimbulkan rasa
nyeri dada. (Purba, 2016)
Penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu didunia.
Dengan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular didunia terbilang
cukup tinggi, yaitu 17,5 juta jiwa atau sekitar 37% kematian dari jumla htotal
58 juta jiwa yang disebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2016).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064
individu di Indonesia menderita penyakit jantung.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penyakit gagal jantung yang terdaapat di sistem
kardiovaskuler dan dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
pada klien dengan gagal jantung.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang definisi dari CHF atau gagal jantung
b. Mengetahui etiologi dan tanda gejala dari penyakit CHF atau gagal
jantung
c. Mengetahui dan mengidentifikasi masalah keperawatan serta
intervensi keperawatan dalam penyakit CHF
d. Menganalisa kasus etik legal yang terdapat pada CHF atau gagal
jantung

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dan dapat mengetahui masalah keperawatan serta intervensi
keperawatan.
2. Bagi Institusi
Dapat menjadi referensi untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
agar menjadi bahan pemebelajaran pada mahasiswa keperawatan.
BAB II

KONSEP TEORI

Pathway CHF (Congestive Heart Failure)

Hipertensi
Aterosklerosis
koroner Sistemik /Pulmonal
Faktor Sistemik
Peradangan dan Aliran darah ke
penyakit otot jantung
myocardium Afterload
terganggu
degeratif
Asidosis respiratorik
Hipoksia dan Terjadi Hipoksia
maupun metabolik Beban Kerja
anemia dan asidosis Jantung

Disfungsi
Merusak serabut Hipertrofi
myocardium
Kelainan Jantung Otot Jantung
Otot Suplai
Jantung oksigen ke Infrak
Kardiomegali
myocardium

Kontraktilitas Kontraktilitas otot Gangguan Kerja


otot jantung Kontraktilitas jantung Jantung
Otot Jantung

Gagal Jantung Kongestif

Peningkatan Penurunan
1 afterload,perubahan Curah Jantung
2
volume sekuncup
1
2

Gagal Pompa
ventrikel kiri Gagal pompa
ventrikel kanan

Tekanan
Penurunan aliran Diastole
darah ke sistematik
Tekanan Vena Bendungan Atrium kanan
Pulmonalis
Ketidakefektifan Bendungan
meningkat Gangguan Sirkulasi darah
kembali ke jantung dari vena Sistemik
Penurunan Suplai Darah Perfusi Jaringan Tekanan kapiler
renal flow ke Jaringan paru meningkat ekstermitas atas dan kepala
Perifer
berkurang
Pelepasan Edema Paru Gangguan sirkulasi O2 Lien Hepa
RAA Nutrisi dan Iritasi r
oksigen ke mukosa
sel Hepatomegal
Hipoksia Jaringan otak Splenomegali
Retensi
Reflek Penimbunan i
Na dan air Metabolisme Batuk cairan dalam
sel alveoli Berisiko terjadi gangguan
Volume
Mendesak Diafragma
Intravaskular Penumpukan Perfusi jaringan otak
Metabolisme Gangguan
anaerob Pertukaran
sekret
Vasodiltasi gas Resiko Penurunan Kapasitas
Energi yang dihasilkan Ketidakefektifan Paru
Ketidakefektifan
kurang dari Perfusi Cerebral
Pembuluh
darah kebutuhan Jalan Napas
Ketidakseimbanga Hiperventilasi
Perpindahan n suplai dan
cairan ke kebutuhan O2
intrasitiil Ketidakefektifan
Penumpukan Pola Nafas
Intoleransi Asam Laktat
Edema Aktivitas

Merangsang
Kelebihan
Saraf Nyeri
Volume Cairan
Nyeri
Akut
BAB III
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN
PATHWAY KHUSUS

Hipertensi
sistemik/pulmonalis

afterload

Beban kerja
jantung

Hipertrofi otot
jantung

lasix 3 x 40 mg iv kardiomegali

Gangguan kerja jantung

CHF atau gagal jantung kongesif


Gagal jantung kongesif
merupakan kegagalan jantung dalam
CHF memompa pasokan darah yang
dibutuhkan tubuh.

Gagal pompa bunyi jantung Gagal pompa ventrikel Peningkatan afterload,


ventrikel kiri S3 kanan perubahan volume
sekuncup

Tekanan diastole TD : 150/90


HIPERTENSI
Penurunan aliran Tekanan vena mmHg
Pemeriksaan EKG dengan hasil
darah ke sistemik pulmonalis irama sinus
CVP dengan captopryl 3 x 25
Bendungan ST elevasi pada V4
nilai 8 cmH2O mg
Tekanan kapiler atrium kanan
Penurunan Suplai darah ke jantung paru meningkat
renal flows PENURUNAN
Bendungan CURAH JANTUNG
Metabolism sel Edema paru vena sistemik
Pelepasan
RAA
Suara ronchi+ MK: PENURUNAN CURAH JANTUNG
Metabolism anaerob Lien Hepar
NOC:
Retensi
Infus NaCL
Na+H2O Iritasi mukosa 1. Status jantung paru
Energi yang splenomegali hepatomegali 2. Status pernapasan
dihasilkan <
Volume NIC: perawatan jantung
kebutuhan Reflek batuk
intravaskuler
Vasodilatasi Ketidakseimbangan Penumpukkan Mendesak diafragma Perawatan jantung
O2 3 liter/ mnt
PD suplai dan secret
Nasal Kanul Mandiri:
kebutuhan O2
Penurunan kapasitas
Perpindahan cairan KETIDAKEFEKTIFAN paru-paru
1. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah
ke interetitial KEBERSIHAN JALAN jantung atau memprovokasi serangan jantung
INTELORANSI
AKTIVITAS NAPAS 2. Dorong adanya peningkatan aktivitas bertahap ketika kondisi pasien
RR 26/Menit Hiperventilasi sudah distabilkan
Edema
3. Catat tanda dan gelaja penurunan curah jantung
KETIDAKEFEKTIFAN 4. Lakukan penilaian komprehensif pada sirkulasi perifer (edema) secara
KELEBIHAN
diet jantung III ( 1700 POLA NAPAS rutin.
VOLUME CAIRAN
kal )
5. Evaluasi perubahan tekanan darah
6. Evaluasi respon pasien terhadap ektopi atau disritmia
simvatatin 1 x 20
mg 7. Sediakan terapi antiaritmia sesuai kebijakan unit sebagaimana
mestinya
8. Bangun hubungan saling mendukung atara pasien dan keluarga
9. Dorong aktivitas yang tidak bersaing/kompetitif pada pasien dengan
risiko gangguan fungsi jantung
10. Lakukan terapi relaksasi, sebagai mestinya
11. Dokumentasikan disritmia jantung
Monitor:
1. Monitor EKG, adakah perubahan segmen ST, sebagaimana mestinya
2. Monitor TTV secara rutin
3. Monitor disritmia jantung, termasuk ritme dan konduksi jantung
4. Monitor status pernapasan terkait dengan adanya gejala gagal jantung
5. Monitor keseimbangan carian
6. Monitor nilai laboratorium yang tepat
7. Monitor respon pasien terhadap obat antiaritmia
8. Monitor toleransi aktivitas pasien
9. Monitor sesak napas, kelelahan, takipnea, orthopnea
Edukasi:
1. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai tujuan perawatan dan
bagaimana kemajuan akan diukur
2. Intruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera melaporkan bila
merasakan nyeri dada
3. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai terapi modalitas, batasan
aktivitas dan kemajuan
4. Rujuk ke program gagal jantung untuk dapat mengikuti program
edukasi pada rehabilitasi jantung, evaluasi dan dukungan yang sesuai panduan
utnuk meningkatkan aktivitas dan membangun hidup kembali, sebagaimana
mestinya
Kolaborasi:
1. Bekerjasama dalam menyediakan perawatan yang konsisten
Terapi IVFD 20 tts/mnt
Lasix 3x40 mg iv
Ascardia 1x80 mg
Simvatatin 1x20 mg
Captopryl 3x25 mg
Oksigen 3 lt/mnt nasal kanul
Infuse NaCl 10tpm
2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menye-diakan diet jan-tung yang
tepat (diet jantung III 1700 kal)
Kasus pemicu:

Ny Kory (58 th) di rawat di Unit Penyakit Jantung. Pasien terlihat terbaring
lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Terdapat edema anasarka
dan haluaran urine 40 ml/jam. Pasien hanya membuka mata saat dibangunkan
kemudian tidur lagi. Pemeriksaan TTV, RR: 26x/menit, T :370C, HR : 120 x/menit,
TD : 150/90 mmHg, JVP (5+2)cm.. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bunyi jantung
S3, suara paru ronkhi (+). Pasien terpasang CVP dengan nilai 8 cmH2O. Pemeriksaan
rontgen thorak didapatkan hasil kardiomegali dan edema paru. Pemeriksaan EKG
dengan hasil irama sinus, ST elevasi pada V4. Pasien mendapat terapi IVFD 20tts/
mnt, lasix 3 x 40 mg iv, ascardia 1 x 80 mg, simvatatin 1 x 20 mg, captopryl 3 x 25
mg O2 3 liter/ mnt Nasal Kanul, infuse NaCl 10 tpm, diet jantung III ( 1700 kal ) dan
RG.
Etik Legal: Saat ini dokter menyarankan untuk pasien membatasi cairan tetapi
keluarga memaksa seorang perawat untuk memberikan pasien minum karena merasa
kasihan melihat bibir pasien kering

PENGKAJIAN
Nama perawat yang mengkaji : Ns. Putri Diana
Unit : Unit Penyakit Jantung
Ruang/ kamar : Anggrek/201 bed 3
Tanggal/waktu masuk RS : 5 Februari 2021
Tanggal/ Waktu Pengkajian : 6 Februari 2021
Cara pengkajian : AlIoamnanesa, observasi
A. Identitas klien
Nama : Ny. K
Jeniskelamin : Perempuan
Umur : 58 tahun
Tempat/tgllahir : Semarang, 1 Januari 1963
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru SD
Status perkawinan : Sudah kawin
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Dawung Pudak Payung RT 02/RW 02 Semarang
Dx medis : CHF
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. J
Alama : Jl. Dawung Pudak Payung RT 02/RW 02
Semarang
Hubungan dengan klien : Suami

C. Riwayat Keperawatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah diderita: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
pernah menderita penyakit jantung atau sejenis penyakit lainnya.
2. Penyakit keturunan dalam Keluarga: Keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
3. Operasi yang pernah dilakukan: Keluarga pasien mengatakan belum pernah
melakukan operasi
4. Alergi: Keluarga pasien mengatakan tidak pernah memiliki alergi pada
cuaca, debu, obat-obatan, dan makanan
5. Imunisasi: Keluarga mengatakan pasien sudah mendapatkan 5 imunisasi
dasar lengkap yaitu, imunisasi hepatitis B, imunisasi polio, imunisasi BCG,
imunisasi campak, imunisasi DPT-HB-HiB.
6. Kebiasaan buruk: Keluarga pasien megatakan, pasien sering makan-
makanan yang berlemak. Pola makan sehari hari 5 kali.
7. Obat-obatan: Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan
8. Genogram:
Keterangan:

= laki-laki

= perempuan

= pasien

= anak-anak

D. Riwayat Keperawatan Saat Ini


1. Alasan masuk rumah sakit
pada hari jumat tanggal 5 Februari 2021 pukul 07.00 WIB. Ny. K hanya
membuka mata saat dibangunkan kemudian tidur lagi. Beberapa menit
kemudian, Ny. K tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran. Oleh karena itu,
Tn. J segera membawa Ny. K ke rumah sakit, dan sampai di rumah sakit
sekitar jam 08.30 WIB.
2. Tindakan atau terapi yang sudah diterima
Pasien saat ini terpasang infuse IV FD 20 tts/menit, Lasix 3x 40 mg IV,
infuse NaCL 10+pm, ascardia 1x80 mg, Simvatatin 1x20 mg, Coptopryl
3x25 mg O2 3 liter/menit dan nasa kanul
3. Keluhan utama : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien merasa
lemah
4. Keluhan penyerta : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri dan pasien mengalami penurunan
kesadaran.

E. Kebutuhan
1. Oksigen
Sebelum masuk RS: Keluarga pasien mengatakan pasien sesak napas selama
berbaring
Sesudah masuk RS: Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak terlalu
sesak napassetelah mendapat terapi oksigen 3 liter Nasal
Kanul
2. Cairan
Sebelum masuk RS: Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk RS, pasien
minum air putih sebanyak 8 gelas/hari (2000 cc /hari),
makan 300 cc, eliminasi urine lebih kurang 42ml/jam
dan BAB 100 cc
BC = input-output
= (2000+300)cc– (IWL+42ml/jam.24jam+100)cc
= 2300cc – (1050+1008+100)cc
= 2300cc – 2158cc
=142 cc
Selama masuk RS: Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien minum air
putih sebanyak 2 gelas/hari (500 cc/hari), makan 300 cc,
infuse 1.500 cc, obat 50 cc, eliminasi urine lebih kurang
40 ml/jam, dan BAB 50 cc
BC = input-output
= (500+1.500+50)cc – (IWL+40ml/jam.24jam+50)cc
= (500+1.500+300+50)cc – (1050+960+50)cc
= 2350cc – 2060cc
= 290 cc

3. Nutrisi:
Sebelum masuk RS
a. Antopometri
TB = 160 cm
BB = 70 Kg
BBI = (TB-100)-10% (TB-100)
= (160-100)- 10% (160-100)
= 60-6
= 54 kg
IMT = BB / (TB X TB)
= 70 / (1,6 X 1,6)
= 27,3 (obesitas 1)
b. Biochemical
Eritrosit =4,6 Sel/mm3
Hemoglobin = 12,6 g/dl
Hematrosit = 44,4 vol%
HDL = 30 mg/dl
LDL =180 mg/dl
Trigliserida =170 mg/dl
c. Clinical Sign
- Wajah : Nampak pucat
- Kulit : Kulit teraba hangat
- Berat badan : Gemuk
- Otot : Mampu melakukan aktivitas
d. Diet
Riwayat diet:
- Diet : Pasien tidak melakukan diet
- Frekuensi : Pasien mengatakan setiap makan 1 porsi habis
- Keluhan : Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada
keluhan apapun
- Jenis Makanan : pasien mengatakan jenis makanan yang
dimakan sehari hari adalah nasi, lauk pauk, terkadang makanan yang
mengandung lemak
Selama di RS
a. Antopometri
TB = 160 cm
BB = 60 kg
BBI= (TB-100)-10%(TB-100)
= (160-100)-10%(160-100)
= 60-6
= 54 kg
IMT = BB=60 kg
TB= 160 cm
= Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 60/ (1,6 x 1,6)
= 23, 4 (kelebihan berat badan/overweight)
b. Biochemical
- Eritrosit = 4,8 Sel/mm3
- Hemaglobin =13g/dl
- Hematrosit =44,6vol%
- HDL =45 mg/dl
- LDL =130 mg/dl
- Trigliserida =140 mg/dl
c. Clinical Sign
- Wajah : Nampak pucat
- Kulit : Kulit teraba hangat
- Otot : Flaksial/lemah
- Kardiovaskuler : TD 150/90 mmHg
- Kaki : mengalami pembengkakan
d. Diet
- Diet: Pasien melakukan diet jantung III (1700 kalori) dan rendah
garam.
- Jenis makanan: Pasien harus mengkomsumsi makanan yang
rendah garam, rendah energy dan kalsium, tetapi cukup zat gizi
lain.

4. Eliminasi
a. Eliminasi Fekal:
Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan

Sebelum 2x/hari Lunak Kekuningan Bau khas Tidak ada


masuk RS
Selama 1x / hari Bulatan Kekuningan Bau khas Konstipasi
masuk RS bulatan
terpisah

b. Eliminasi Urin:
Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan

Sebelum 42 ml/jam Cair Kuning Khas urine Pengeluaran


masuk RS tua urine
abnormal

Selama 40 ml/jam Cair Kuning Khas urine Pengeluaran


masuk RS tua urine
abnormal

5. Aktivitas

Aktivitas Sebelum di RS Saat di RS

Mandi Dapat mengerjakan ✓


sendiri
Pada bagian tertentu
dibantu
Memerlukan bantuan ✓
sepenuhnya
Berpakaian Seluruhnya tanpa ✓
dibantu
Pada kondisi tertentu
dibantu
Seluruhnya memerlukan ✓
bantuan sepenuhnya
Pergi ke Dapat mengerjakan ✓
toilet sendiri
Memerlukan bantuan ✓
sepenuhnya
Tidak dapat pergi ke ✓
toilet
Berpindah Tanpa bantuan ✓
atau
berjalan
Dengan bantuan ✓

Tidak dapat melakukan

BAB dan Dapat mengontrol ✓


BAK
Kadang-kadang ✓
ngompol
Dibantu seluruhnya ✓

Makan Tanpa bantuan ✓

Dapat makan sendiri ✓


kecuali hal-hal tertentu
Seluruhnya dibantu ✓

SKOR A G

Keterangan :
A= mandiri untuk 6 fungsi
B= mandiri untuk 5 fungsi
C= mandiri, kecuali mandi dan fungsi lain
D=mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan fungsi lain
E= mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan fungsi lainnya
F= mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ketoilet, berpindah dan fungsi
lainnya
G= tergantung untuk 6 fungsi.
Dari data tersebut, menyatakan bahwa pasien mengalami keterbatasan
aktivitas

Kesimpulan: Sebelum pasien masuk rumah sakit, skor indeks katz pasien
adalah A yang artinya mandiri untuk melakukan 6 fungsi. Selama masuk
rumah sakit skor indeks katz pasien adalah G, yang artinya tergantung untuk
6 fungsi atau tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali dan tidak bisa
melakukan aktivitas karena sesak napas dan suara ronkhi karena edema paru.
Sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan kegiatan
antivitas pasien dibantu oleh perawat. Ketergantungan 6 fungsi tersebut,
yaitu:
a. Fungsi bathing
Tergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, tidak mandi sendiri.Pasien tidak dapat mandi
sendiri dan memerlukan bantuan sepenuhnya
b. Fungsi dressing
Tergantung: tidak memakai baju sendiri. Pasien seluruhnya memerlukan
bantuan sepenuhnya
c. Fungsi toileting
Tergantung: menggunakan bedpan atau pispot atau menerima bantuan
masuk dan menggunkan toilet. Pasien tidak dapat pergi ke toilet
d. Fungsi transferring
Tergantung: bantuan dalam berpindah, tidak melakukan satu atau lebih
perpindahan. Pasien tidak dapat berpindah atau berjalan
e. Fungsi continence
Tergantung: inkontinensia parsial atau total pada perkemihan atau
defekasi; control total atau parsial dengan enema. Untuk BAB dan BAK
pasien dibantu seluruhnya.
f. Fungsi feeding
Tergantung: bantuan dalam hal makan ; tidak makan sama sekali atau
makan berparenteral. Pasien saat makan seluruhnya dibantu

6. Tidur
Sebelum masuk RS : Keluarga pasien mengatakan bahwa dalam sehari
pasien tidur selama 6-7 jam dan setelah tidur pasien
merasa segar
Selama berada di RS : Keluarga pasien mengatakan bahwa saat tidur di
malam hari pasien merasa sesak napas. Selama di
rumah sakit keluarga pasien mengatakan tidurnya
tidak nyenyak karena pasien mengalami sesak. Dalam
semalam lama tidur pasien hanya 5 jam dan setelah
tidur pasien terlihat masih mengantuk.

7. Seksualitas
Sebelum masuk RS : Keluarga pasien mengatakan saat melakukan
hubungan seksual, pasien terkadang mengeluhkan
pusing, nyeri dada.
Selama berada di RS : Keluarga pasien mengatakan adanya penurunan
dengan hubungan seksualitas pasien
8. Intereksi Sosial
Sebelum masuk RS : keluarga pasien mengatakan sehari-hari
berinteraksi dengan keluarga dan tetangga sekitar
rumahnya
Selama berada di RS : keluarga pasien mengatakan hanya berinteraksi
dengan tenaga medis dan keluarganya.

9. Pencegahan masalah kesehatan


Sebelum masuk RS : Pasien merasa lemas
Selama berada di RS : Pasien terlihat terbaring lemah, tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri dan terdapat
diagnose medis CHF.

10. Promosi kesehatan


Sebelum masuk RS : Keluarga Pasien mengatakan belum pernah
mendapatkan promosi kesehatan mengenai CHF
Selama berada di RS : Keluarga dan pasien mendapatkan promosi
kesehatan mengenai CHF yaitu, komsumsi
makanan diet jantung III. Seperti sayuran dan
buahan dengan kandungan sodium yang rendah
(wortel, bayam, brokoli, apel, jeruk, pisang).
Membatasi cairan yang masuk ke dalam tubuh
pasien, saat mulai melakukan pembatasan cairan,
ada beberapa tips untuk mensiati rasa haus, yaitu
bilas mulut dengan air,tetapi jangan sampai ditelan
atau dengan menyemprotkan penyegar tenggorokan
rasa mint ,untuk mencegah mulut kering.

11. Psikososial dan konsep diri


Sebelum masuk RS:
a. Citra diri
1) TB : 160 cm
2) BB : 70 kg
b. Harga diri : Harga diri pasien baik
c. Penampilan diri : Penampilan pasien sopan, rapi, menarik, dan
terlihat sehat
d. Ideal diri : Pasien mengatakan dirinya ideal.
Selama berada di RS
a. Citra diri
1) TB : 160 cm
2) BB : 60kg
• Harga diri : Harga diri pasien kurang baik
• Penampilan diri : Penampilan pasien terlihat lemah
• Ideal diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya kurang ideal
dikarenakan terdapat diet jantung, membuat berat badan turun dan
harus dipantau berat badannya
Gejala Tidak Ringan sedang Berat Berat
kecemasan ada sekali
gejala
Perasaan
cemas

- Cemas

-Firasat ✓
Buruk

-Takut akan

pikiran
sendiri

Ketegangan

-Gelisah

-Lesu √

-Tidak bisa
istirahat

tenang
Selama berada di RS:
Gejala Tidak Ringan sedang berat Beratsekali
kecemasan ada
gejala
Perasaan
cemas

- Cemas

-Firasat
Buruk ✓

-Takut akan

pikiran
sendiri

Ketegangan

-Gelisah

-Lesu √

-Tidak bisa
istirahat
tenang

F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: Pasien termasuk ke dalam sakit berat karena kesadaran
pasien yang somnolen dan terlihat terbaring lemas serta tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri dan pasien hanya membuka mata saat
dibangunkan kemudian tidur lagi.
2. Kesadaran:
a. Mata : Nilai GCS 3 (Karena mata pasien terbuka hanya dengan
mendengar suara /perintah saja,yaitu pada saat dibangunkan)
b. Suara : Nilai GCS 2 (Jika suara yang keluar seperti rintihan tanpa kata-
kata)
c. Gerakan : Nilai GCS 3
Skala GCS : 8
3. TTV
TD : 150/90 mmHg
MAP : 1 Sistolik + 2 Diastolik
3
: 1 (150) + 2 (90)
3
: 110 mmHg
Suhu : 370C
Frekuensi Nadi :120 x/menit
Frekuensi Nafas : 26 x/menit
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
Inspeksi: bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, tidak rontok,
rambut tampak bersih
Palpasi : Tidak ada benjolan dan luka, tidak ada nyeri saat ditekan
b. Wajah
Inspeksi: wajah simetris, wajah nampak pucat
c. Mata
Inspeksi: Konjungtivita Anemis (+), Strabismus (-)
Palpasi: tidak ada benjolan
Tes lain: tidak buta warna, reflek pupil normal, reflek kornea normal.
d. Hidung
Inspeksi: Lesi (-), Sinusitis (-), terpasang nasal kanul
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi: Stomatitis (-), Tonsilitis (-), Karies (-)
Palpasi : Tidak ada benjolan ,tidak ada nyeri tekan
f. Telinga
Inspeksi: Tidak ada serumen, tidak ada lesi
g. Leher
Inspeksi: Terlihat vena jugularis
Palpasi : Vena jugularis terukur (5+2) cm
h. Kulit
Kulit teraba hangat, turgor kulit lambat
i. Dada
1) Paru-paru
Inspeksi: Bentuk dada normal, dada simetris
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Ladang dada berbunyi sonor
Auskultasi: Suara paru ronkhi (+)
2) Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Ictus cordis teraba dengan diameter 2 cm
Perkusi: Batas atas ICS 2 linea para sternalis sinistra
Batas kanan ICS 4 linea strenalis dexstra
Batas bawah ICS 5 mid klavikula sinistra
Batas kiri ICS 4 mid axila sinistra
Auskultasi: S3 Terdengar bunyi dup di ICS 3
j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka
Ausukultrasi : Hiperstaltik frekuensi 6x/menit
Perkusi : Kuadran I : Perkusi abdomen terdengar tympani
Kuadran II : Perkusi abdomen terdengat tympani
Kuadran III: Perkusi abdomen terdengar tympani
Kuadran IV: Perkusi abdomen terdengar pekak
Palpasi : Tidak teraba pembesaran hati
k. Estremitas
1) Atas
Inspeksi : Terdapat edema anasarka
Palpasi : Capillary refill 4 detik, piting edema derajat II dengan
kedalaman 3-5 ml dengan waktu kembali 5 detik
2) Bawah
Inspeksi : Terdapat edema anasarka
Palpasi : Capillary refill 4 detik, piting edema derajat II dengan
kedalaman 3-5 ml dengan waktu kembali 5 detik

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratotium
Nama Hasil Satuan Nilai Keterangan
Pemeriksaan normal
Eristrosit 4,6 Sel/mm3 4,4- N
5,9x1012
Hemaglobin 12,6 g/100ML 14-18 g/dl N
(Hb)
Hematrosit 44,4 vol% 42-54 N
vol%
HDL 30 >40 mg/dl L

LDL 180 <110 mg/dl H

Trigliserida 170 <150 mg/dl H

Keterangan
L : Low (rendah)
H: High (tinggi)
N: Normal
2. Hasil Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ronthen thorak : -Terdapat Kardiomegali
-Terdapat Edema paru
Pemeriksaan EKG : -Irama sinus, ST elevasi pada V4
3. Terapi
Nama Komposisi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Tgl
obat obat pemberian

Infuse -NaCL 10 PerIV Sebaga hipersensitif 5 Februari


NaCL 0,9% tpm pengganti 2021
cairan tubuh
Lasix Furosemide 3x40 PerIV Edema akibat -pasien dengan 5 Februari
40 mg mg gangguan kondisi 2021
jantung, hati, hipersensitif
ginjal, serta terhadap
hipertensi furosemide dan
sulfonsmide
Ascardia Acetylsalic 1x80 Peroral Menurunkan -pasien yang 5 Februari
Acid 80 mg mg resiko hipersensitiv 2021
thrombosis terhadap aspirin
koroner atau NSAID lain
-anak-anak
usia<16 tahun
dan sedang
dalam proses
pemulihan dari
infeksi virus
Captopryl Captopril 3x25 Peroral Hipertensi, Hamil 5 Februari
25 mg gagal ginjal 2021
jantung pasien
dengan
tekanan darah
normal
Simvastin Simvastin 1x20 Peroral -mengalami -pasien dengan 5 Februari
10 mg dan mg peningkatan kondisi 2021
20 mg resiko hipersesitif
atherosclerosis terhadap
vaskuler simvasti atau
-sebagai terapi kompnen obat
penunjang
pada diet
ketat, apabila
respon klnis
dari diet yang
dilakkan
-Pada
penderita
dengan
penderita
dengan
penyakit
jantung
coroner
Oksigen O2 3 Nasa terapi oksigen terapi oksigen 5 Februari
liter Kanul dengan dengan nasal 2021
kebutuhan kanul adalah
oksigen jalan napas yang
rendah hingga tersumbat, baik
sedang, laju 1- akibat trauma
4 L/menit hidung,
tanpa sistem penggunaan
humidifikasi tampon hidung,
dan 1-10 atau akibat
L/menit infeksi/inflamasi.
dengan sistem
humidifikasi.

ANALISA DATA
Nama klien : Ny. K
Umur : 58 tahun
Ruang dirawat : Unit Penyakit Jantung
Dx. Medis : CHF (Congestive Heart Failure)
Alamat : JI. Dawung Pudak Payung Rt 02 Rw 02 Semarang
Tanggal/ Data Fokus Maslah Etiologi
waktu
6/2/2021 DS: Keluarga pasien Penuruna n curah • Perubahan
Jam 10.35 mengatakan bahwa pasien jantung Frekuensi/Irama
WIB lemah dan pasien tidak dapat jantung
melakukan aktivitas secara • Perubahan
mandiri. Preload
• Perubahan
DO: Afterload
1. Pasien terlihat terbaring • Perubahan
lemah Kontraktilitas
2. Pasien tidak dapat
melakukan aktivitas
secara mandiri
3. indeks katz pasien
bernilai G
(ketergantungan pada 6
fungsi)
4. Skala GCS: 8 (pasien
mengalami penurunan
kesadaran)
5. Pemeriksaan TTV
TD: 150/90 mmHg
MAP: 110 mmHg
(Hipertensi)
RR: 26 x/menit
HR: 120 x/menit
T: 37 0C
6. Pemeriksaan Fisik
• Leher
Palpasi : Vena
jugularis terukur
(5+2) cm
• Paru-paru
Auskultasi : Suara
paru ronkhi (+)
• Jantung
Auskultasi : S3
terdengar bunyi dup
di ICS 3
• Estremitas Atas dan
Bawah
Inspeksi : Terdapat
edema anasarka
Palpasi : Capillary
refill 4,pitting edema
derajat II dengan
kedalaman 3-5 ml
dengan waktu
kembali 5 detik.
• Hasil Pemeriksaan
Radiologi
• Terdapat kardiomegali
(jantung mengalami
pembesaran)
• Terdapat edema paru
• Pemeriksaan EKG
• Irama sinus, ST elevasi
pada V4

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahaan frekuensi, perubahan


preload, perubahan afterload, perubahan kontraktilitas ditandai dengan pasien terlihat
terbaring lemah, pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri. Skala GCS: 8
(pasien mengalami penurunan kesadaran), indeks katz pasien bernilai G
(ketergantungan pada 6 fungsi). TTV RR 26 x/menit, HR 120 x/menit, TD 150/90
mmHg, MAP: 110 mmHg (Hipertensi). Pemeriksaan fisik, pada leher terukur JVP
(5+2) cm, pada paru-paru ada suara ronkhi (+), pada jantung terdapat bunyi jantung
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tgl No. Nama Tujuan Intervensi Rasional
Dx Dx
6/2/2021 00029 Penuru- Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung Perawatan jantung
nan keperawatan selama 3 x 24 jam, Mandiri: Mandiri:
curah penurunan jantung pasien dapat 1. Pastikan tingkat 1. Untuk membantu
jantung diminimalkan. aktivitas pasien yang pasien dalam
Dengan kriteria hasil: tidak membahayakan melakukan/memban
Outcome: curah jantung atau tu aktivitas yang
Domain : Domain II Kesehatan memprovokasi tidak
fisiologi serangan jantung membahayakan
Kelas : E (jantung paru) 2. Dorong adanya atau memperburuk
1. Status jantung paru (0414) peningkatan aktivitas curah jantung
Indikasi A T Skala bertahap ketika 2. Untuk membantu
kondisi pasien sudah pasien dalam
Edema paru 3 5 1 : edema
distabilkan meningkatkan
paru sangat
3. Catat tanda dan aktivitas pasien
berat
gelaja penurunan secara bertahap jika
2 : edema
curah jantung kondisi pasien
paru berat
4. Lakukan penilaian sudah stabil dari
3 : edema
komprehensif pada kondisi somnolen
paru
sirkulasi perifer ataupun ketika
sedang
(edema) secara rutin. masalah curah
4 : edema
5. Evaluasi perubahan jantung terkurangi
paru ringan
tekanan darah atau sampai normal
5 : tidak
6. Evaluasi respon 3. Perawat dapat
ada edema
pasien terhadap mengetahui tanda
paru
ektopi atau disritmia gejala penu-runan
Edema 3 5 1 : edema 7. Sediakan terapi curah jan-tung (RR
anasarka anasarka antiaritmia sesuai 26x /mnt (takipnea),
sangat kebijakan unit HR 120x/mnt, TD
berat sebagaimana 150/90 mm Hg,
2 : edema mestinya bunyi jantung S3,
anasarka 8. Bangun hubungan kardiomegali dan
berat saling mendukung edema paru) dan
3 : edema atara pasien dan merencanakan
anasarka keluarga tindak lanjut untuk
sedang 9. Dorong aktivitas membantu pasien
4 : edema yang tidak dalam
anasarka bersaing/kompetitif meminimalisir
ringan pada pasien dengan penurunan curah
5 : tidak risiko gangguan jantung
ada edema fungsi jantung 4. Membantu menilai
anasarka 10. Lakukan terapi tingkat edema
relaksasi, sebagai anasarka pada
Intoleransi 1 3 1 : Tergan-
mestinya pasien dan dengan
aktivitas tung 6
11. Dokumentasikan begitu perawat bisa
fungsi
disritmia jantung menentukan
2 : Mandiri
Monitor: tindakan untuk
1-2 fungsi
mengatasainya
3 : Mandiri 1. Monitor EKG,
5. Untuk mengetahui
3 fungsi adakah perubahan
kira-kira terjadi
4 : Mandiri segmen ST,
perubahan tekanan
4-5 fungsi sebagaimana
darah sebelum
5 : Mandiri mestinya
(150/90 mmHg)
6 fungsi 2. Monitor TTV secara
dan setelah diberi
Tekanan 2 4 1 : 154-164 rutin
captopryl 3x25 mg
darah sistol mmgHg 3. Monitor disritmia
atau tidak, sehingga
2 : 143-153 jantung, termasuk
perawat bisa
mmHg ritme dan konduksi
menentukan tindak
3 : 132-142 jantung
lanjut untuk
mmHg 4. Monitor status
mengatasi tekanan
4 : 121-131 pernapasan terkait
darah pasien
mmHg dengan adanya
6. Untuk mengetahui
5 : 110-120 gejala gagal jantung
bagaimana respon
mmHg 5. Monitor
pasien terhadap
Tekanan 4 5 1 : 114-124 keseimbangan carian
disritmia akibat
darah mmHg 6. Monitor nilai
penurunan curah
diastol 2 : 103-113 laboratorium yang
jantung serta dapat
mmHg tepat
membantu
3 : 92-102 7. Monitor respon
mmHg pasien terhadap obat menentukan
4 : 81-91 antiaritmia tindakan untuk
mmHg 8. Monitor toleransi mengatasi disritmia
5 : 70-80 aktivitas pasien pasien
mmHg 9. Monitor sesak napas, 7. Untuk membantu
Denyut nadi 3 4 1 : >130 kelelahan, takipnea, mengatasi disritmia
perifer x/menit orthopnea (HR 120x/menit)
2 : 125- Edukasi: pasien akibat
130 penurunan curah
1. Instruksikan pasien
x/menit jantung dengan
dan keluarga
3 : 115-120 pemberian obat
mengenai tujuan
x/menit 8. Untuk membantu
perawatan dan
4 : 105- pasien dalam
bagaimana kemajuan
110 mendapatkan
akan diukur
x/menit dukungan dari
2. Intruksikan pasien
5 : 60 – keluarga sehingga
tentang pentingnya
100 bisa mendorong
untuk segera
x/menit kesembuhan pasien
melaporkan bila
Tingkat 3 5 1 : 32- 9. Untuk membantu
merasakan nyeri
pernapasan 36x/menit pasien dalam
dada
2 : 27- melakukan aktivitas
3. Instruksikan pasien
31x/menit yang tidak memicu
dan keluarga
3 : 22- terjadinya/peningka
mengenai terapi
26x/menit tan penurunan
modalitas, batasan
4 : 17- curah jantung
aktivitas dan
21x/menit 10. Untuk membantu
kemajuan
5 : 12- pasien jika berada
4. Rujuk ke program
16x/menit dalam kondisi
gagal jantung untuk
Irama 4 5 1 : Bunyi yang parah, maka
dapat mengikuti
pernapasan ronkhi dianjurkan untuk
program edukasi
++++ melakukan terapi
pada rehabilitasi
2 : Bunyi relaksasi.
jantung, evaluasi dan
ronkhi +++ 11. Dengan
dukungan yang
3 : Bunyi mendokumentasik
sesuai panduan
ronkhi ++ an disritmia
utnuk meningkatkan
4 : Bunyi aktivitas dan jantung pasien,
ronkhi + membangun hidup bisa berguna untuk
5 : Tidak kembali, mengetahui
ada bunyi sebagaimana perkembangan
ronkhi mestinya ritme jantung
Urine 3 4 1 : 20-29,9 Kolaborasi: pasien yaitu
output cc/jam semakin parah
1. Bekerjasama dalam
2 : 30-39,9 (disritmia
menyediakan
cc/jam meningkat) atau
perawatan yang
3 : 40-49,9 semakin normal
konsisten
cc/jam Monitor:
Terapi IVFD 20 tts/mnt
4 : 50-59,9 1. Untuk mengetahui
Lasix 3x40 mg iv
cc/jam perubahan segmen
Ascardia 1x80 mg
5 : ±60 ST (ST elevasi V4)
Simvatatin 1x20 mg
cc/jam setelah dilakukan
Captopryl 3x25 mg
JVP 5 5 1 : 20-22 terapi
Oksigen 3 lt/mnt nasal
mmHg 2. Untuk mengetahui
kanul
2 : 17-19 suhu (37°C), nadi
Infuse NaCl 10tpm
mMHg (129x/mnt), RR
2. Kolaborasi dengan
3 : 13-16 (26x/mnt) diberi
ahli gizi dalam
mmHg oksigen 3 liter/mnt
menye-diakan diet
4 : 9-12 nasal kanul dan
jan-tung yang tepat
mmHg tekanan darah
(diet jantung III
5 : ≤8 (150/90 mmHg)
1700 kal)
mmHg yang bisa
Somnolen 3 4 1 : koma berpengaruh pada
2 : semi MAP, diberi obat
koma captopryl 3 x 25 mg,
3 : somno- mengalami
lem ketidaknormalan
4 : deliri- atau tidak dan
um mengalami
5 : compos perubahan setelah
mentis diberi obat atau tidak
Irama 3 4 1 : >130 3. Untuk mengetahui
jantung x/menit apakah ada
2 : 125- gangguan ritme dan
130 konduksi jantung
x/menit karena penurunan
3 : 115-120 curah jantung yang
x/menit bisa mengakibatkan
4 : 105- edema anasarka dan
110 edema anasarka bisa
x/menit diminimalisir serta
5 : 60 – CVP dan JVP
100 dipertahankan.
x/menit 4. Untuk mengetahui
status pernapasan
Peningkatan 3 5 1 : obesitas
(RR 26x/mnt, dan
BB 2 (≥30)
adanya suara ronchi
2 : obesitas
karena edema paru)
1 (25-29,9)
apakah termasuk
3 : over
gejala gagal jantung
weight
atau tidak
(23-24,9)
5. Untuk mengetahui
4:
cairan di dalam
5 : normal
tubuh pasien sudah
(18,5-22,9)
seimbang atau belum
MAP 4 5 1 : 191-210
yang bisa dilihat dari
mmHg
haluaran urine (40
2 : 161-190
cc/jam), sehingga
mmHg
bisa ditentukan
3 : 131-160
tindak lanjut jika
mmHg
keseimbangan
4 : 101-130
mengalami
mmHg
ketidakseimbangan
5 : 70-100
6. Untuk mengetahui
mmHg
nilai laboratorium
CVP 5 5 1 : 26-30
pasien dengan tepat
cmH2O
baik itu nilai lab
2 : 21-25 seperti eritrosit 4,6
cmH2O sel/mm3, Hb 12,6
3 : 16-20 g/ml, Hmt 44,4
cmH2O vol%, HDL 30mg/dl,
4 : 11-15 LDL 180mg/dl,
cmH20 Trigliserida 170
5 : 5-10 mg/dl. Sehingga bisa
cmH2O dilihat alasan BB
Bunyi 2 3 1 : bunyi pasien tidak normal
jantung S4 dan bisa ditentukan
2 : bunyi tindak lanjut apa
S3 yang bisa dilakukan
3 : bunyi seperti pemberian
S1 dan S2 simvatatin 1x20 mg
dalam mengatasi
LDL ynag tinggi
7. Untuk mengetahui
respon/apa yang
dirasakan pasien
setelah diberikannya
terapi obat untuk
mengatasi aritmia.
8. Untuk mengetahui
pasien mengalami
intoleransi atau tidak
dengan
menggunakan indeks
katz (selama di RS
indeks katz pasien G
dan pasien
somnolen) sehingga
bila terjadi masalah
toleransi aktivitas,
bisa direncanakan
perawatannya
9. Untuk mengetahui
kira-kira pasien
mengalami sesak
napas, kelelahan,
takipnea, atau
ortopnea karena
adanya edema paru
yang mengakibatkan
bunyi ronkhi.
Edukasi:
1. Untuk membantu
pasien dan keluarga
dalam mengetahui
tujuan dilakukannya
perawatan jantung
beserta bagaimana
kemajuan diukur
2. Untuk membantu
pasien agaar saat
pasien mengalami
nyeri, pasien bisa
segera
menghubungi
perawat supaya bisa
dilakukan tindakan
lebih lanjut untuk
mengatasi nyeri
pasien dengan
segera.
3. Untuk membantu
pasien dan keluarga
dalam mengetahui
terapi modalitas,
batasan aktivitas
untuk
menganstisipasi
kerja jantung yang
berlebih untuk
mengetahui
kemajuan pasien
saat di rumah serta
membantu
perawatan ADL
pasien di rumah
4. Untuk membantu
pasien mengetahui
tentang gagal
jantung dengan
dirujuk ke program
gagal jantung
Kolaborasi:

1. Dengan bekerja-
sama bersama dokter
dan apoteker,
perawat dapat
memberi-kan terapi
farma-kologi seperti
terapi IVFD 20
tts/mnt, Lasix 3x40
mg iv, Ascardia
1x80 mg, Simvatatin
1x20 mg, Captopryl
3x25 mg, Oksigen 3
lt/mnt nasal kanul,
dan Infuse NaCl 10
tpm. Sehingga
Dengan berkola-borasi
dengan ahli gizi, pola
diet jantung pasien bisa
lebih terarah dalam
rangka mempercepat
kesembuhan
ANALISIS KASUS ETIK LEGAL

A. Otonomi (autonomy)
Otonomi adalah kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang rasional
dan tidak terpengaruh. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa otonomi
merupakan indikator utama kesehatan. Prinsip otonomi memandang hak individu
untuk menentukan nasib sendiri. Ini berakar pada penghormatan masyarakat
terhadap kemampuan individu untuk membuat keputusan berdasarkan informasi
tentang masalah pribadi.
B. Keadilan (justice)
Prinsip ini didasarkan pada gagasan bahwa beban dan manfaat pengobatan baru
atau eksperimental harus didistribusikan secara merata diantara semua kelompok
dimasyarakat. Penerapan prinsip membutuhkan prosedur yang menjunjung tinggi
semangat hukum yang ada dan adil bagi semua pihak yang terlibat.
C. Kebermanfaatan (benefisicence)
Prinsip ini diperlukan agar prosedur keperawatan diberikan dengan niat baik
untuk pasien yang terlibat. Prinsip ini juga mengharuskan penyediaan layanan
kesehatan mengembangkan dan memelihara keterampilan dan pengetahuan, terus
meperbaharui pelatihan, mempertimbangkan keadaan individu dari semua pasien,
dan berusaha untuk mendapatkan keuntungan bersih. Istilah beneficence
mengacu pada tindakan yang mempromosikan kesejahteraan orang lain. Dalam
konteks medis ini berarti mengambil tindakan yang melayani kepentingan terbaik
pasien.
D. Tidak membahayakan (nonmaleficence)
Prinsip ini diperlukan agar prosedur yang dilakukan tidak membahayakan pasien
yang terlibat atau orang lain dimasyarakat. Spesialis infertilitas beroperasi
dengan asumsi bahwa mereka tidak membahayakan atau setidaknya
meminimalkan bahaya dengan mencapai hasil positif yang lebih besar. Prinsip ini
berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
E. Kejujuran (veracity)
Kejujuran adalah prinsip pengajaran kebenaran, dan didasarkan pada pasien serta
konsep otonomi. Agar seseorang dapat membuat pilihan rasional sepenuhnya, dia
harus memiliki informasi yang relefan dengan keputusannya apalagi informasi
ini harus sejelas dan seakurat mungkin. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif dan objektif, kebenaran merupakan dasar membina hubungan
saling percaya.
F. Kesetiaan (fidelity)
Prinsip kesetiaan secara luas mensyaratkan bahwa kita bertindak dengan
cara yang setia. Ini termasuk menepati janji, melakukan apa yang diharapkan,
melakukan tugas dan dapat dipercaya kesetiaan peran mencakup loyalitas
spesifik yang terkait dengan penunjukan profesional tertentu.
G. Informed Consent
Informed consent dalam etika biasanya mengacu pada gagasan bahwa
seseorang harus diberi tahu sepenuhnya dan memahami potensi manfaat dan
resiko pilihan pengobatan mereka. Orang yang kuarang informasi berisiko salah
memilih yang tidak mencerminkan nilai atau keinginannya. Ini tidak secara
khusus berarti proses mendapatkan persetujuan, atau persyaratan hokum spesifik,
yang bervariasi dari satu tempat ketempat lain, namun dalam kapasitas untuk
mendapatkan persetujuan.
H. Hak Kerahasiaan (confidentiality)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien
yang dipercaya pasien kepada perawat. Dokumentasi tentang keadaan klien
hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan klien.

I. Akuntabilitasi (accountability)
Akuntabilitasi adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, pasien, sesama teman sejawat,
karyawan dan masyarakat.

Etik Legal: Saat ini dokter menyarankan untuk pasien membatasi cairan tetapi
keluarga memaksa seorang perawat untuk memberikan pasien minum karena merasa
kasihan melihat bibir pasien kering. Berdasarkan kasus, analisa etik legal yang sesuai
adalah Otonomi (autonomy). Dimana perawat tidak boleh menentang keputusan
pasien atau keluarga. Pada kasus, pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga,
hak otonomi terdapat pada keluarga pasien. Perawat juga dapat menjelaskan tentang
kondisi pasien dan saran dari dokter untuk membatasi cairan pada pasien, tetapi jika
pasien tetap ingin memberikan pasien minum karena merasa kasihan pada pasien,
perawat harus tetap menghargai keputusan keluarga pasien dan perawat dapat
meminta keluarga pasien untuk menandatangani lembar informed consent
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Jantung merupakan organ terpenting yang ada di dalam tubuh manusia
yang memiliki fungsi utama untuk memompa darah ke seluruh tubuh. fungsi
jantung ini dapat dilakukan dengan baik apabila kondisi dan kemampuan otot
jantung ketika memompa darah cukup baik. CHF atau gagal jantung kongestif
adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient.
Gagal jantung menyebabkan curah jantung menurun, menyebabkan
curah jantung menurun, menyebabkan hipertrofiventrikel, pemendekan
miokard, pengisian LV menurun, aliran tidak adekuat ke jantung dan otak.
Pasien CHF umumnya memiliki keluhan badan lemah, mengalami penurunan
kesadaran dan tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Untuk
menentukan diagnosis diperkuat dengan hasil diagnosis EKG. Mendiagnosis
CHF secara pasti dilakukan menggunakan EKG ynag ditandai dengan irama
sinus, ST elevasu pada V4

B. Saran
Dengan adanya asuhan keperawatan terhadap pasien yang terdiagnosis
medis CHF diharapkan dapat menambah wawasan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dan dapat mengetahui masalah keperawatan serta
intervensi keperawatan. Selain itu, asuhan keperawatan ini juga diharapkan
bisa bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agar menjadi bahan
pembelajaran bagi mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda International. 2018. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. 11th edition. Jakarta:EGC

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, E., 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th edition.Mosby: Elsevier Inc.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K.,Dochterman, J. M., Wagner, C. M., 2013.


Nursing Interventions Classification (NIC). 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai