PRAKTIKUM II
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari peralatan laboratorium yang akan digunakan dalam praktikum kimia klinis.
2. Mempelajari pemisahan, penyimpan dan transport cairan ekstraselular tubuh mencakup serum,
plasma darah, dan urin.
B. MATERI PRAKTIKUM
a. b. c. d. e.
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.
RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Hendrix CM, Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
3. IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB Press.
4. Lenhininger AL (Thenawijaya M). 1982. Principle of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia
Jilid 1,2, dan 3. Penerbit Erlangga
5. Sunarto. 2014. Keselamtan dan kesehatan kerja laboratorium kimia. Pendidikan Kimia FMIPA
UNY Yogyakarta http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drs-msi
Tgl Prakt/Jam :
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Asisten : 1.
2.
1 Nama Alat:
Fungsi :
2 Nama Alat :
Fungsi :
3 Nama Alat :
Fungsi :
4 Nama Alat :
Fungsi :
Fotometer
6 Nama Alat :
A.
A. B.
Fungsi :
A.
B.
B.
7 Nama Alat :
Fungsi :
8 Nama Alat :
Fungsi :
10 Nama alat :
Fungsi :
Cara Penggunaan:
11 Nama Alat :
A.
B.
Fungsi :
A.
A. B.
B.
12 Nama alat :
Fungsi :
Cara pemakaian :
13 Nama Alat :
Fungsi :
Cara Pemakaian:
14 pH Meter
15 Nama Alat :
Fungsi :
16 Nama Alat :
Fungsi :
17 Nama Alat :
Fungsi :
18 Nama Alat :
Fungsi :
19 Nama Alat :
Fungsi :
20 Nama Alat :
Kegunaan :
21 Nama Alat :
Kegunaan :
22 Nama Alat :
Kegunaan :
b. Pada setiap setiap tabung / wadah sampel biohazard yang anda terima atau yang akan anda
kirimkan secara berurutan?
2. Dibawah ini terlihat berbagai jenis tabung darah, lengkapi setiap pertanyaan di bawah ini
A. B. C. D. E.
Sebutkan antikoagulannya :
3. A. Tuliskan fungsi alat dibawah ini dan cara penggunaan alat di bawah ini
PRAKTIKUM III
DARAH 1
PENDAHULUAN
Darah merupakan bagian dari cairan ekstraselular yang terdiri atas cairan plasma dan
benda-benda darah yang mencakup sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP) dan trombosit.
Jika sampel darah diambil secara bertahap dalam waktu tertentu, dapat memperlihatkan gambaran
dinamis perkembangan keadaan fisiologis atau patologis (abnormal) hewan saat sampel darah
diambil. Sel-sel darah dibentuk dalam sumsum tulang dan dilepaskan dalam sirkulasi darah, organ
limpa, dan hati setelah pematangan sel tercapai yang ditandai dengan kadar hemoglobin tercukupi.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang mewarnai sel menjadi merah, hemoglobin
berperan sebagai pembawa gas O2 dalam darah dan dapat terpecah menjadi Heme dan Globin.
Proses pengikatan O2 pada Hb diatur oleh ion H+, CO2 dan ion fosfat organik (DPG).
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mempelajari sel darah merah secara kuantitatif setelah bereaksi dengan
sejumlah zat kimia untuk dapat melisiskan sel darah lain sehingga kondisi fisiologi normal
atau abnormal (patologi) dapat diketahui.
2. Mahasiswa mempelajari kandungan sel-sel darah merah yang mencakup penentuan kadar
hemoglobinnya dengan didasari prinsip-prinsip kimia yang berkaitan dengan kandungan
kimiawi ada dalam eritrosit.
B. MATERI PRAKTIKUM
Prinsip : pengenceran darah dengan larutan Hayem menyebabkab lisis sel selain sel darah
merah (SDM) sehingga memudahkan perhitungan SDM atau eritrosit.
9. Aquadest secukupnya
Perhitungan :
Dari setiap 5 kotak besar berisikan bujur sangkar kecil yang terdiri dari 16 kotak kecil
dengan ukuran luas 1/20mm x 1/20mm = 1/400mm2.
Volume 5 kotak = 5 x 16 x 1/400mm2 x 1/10mm
= 80/4000mm3 = 1/50mm3
Bila jumlah sel yang diperoleh adalah B, maka 1mm3 = B x 50. Faktor pengencer 200x.
Prosedur :
1. Isi tabung Sahli dengan HCl 0.1 N sampai garis terbawah atau angka 10 dalam tabung
2. Hisap darah menggunakan pipet Sahli sampai batas garis 20 mm3 (20 μL), sisa darah di
ujung luar pipet dibersihkan dengan kerta tissu.
3. Segera masukkan darah ke dalam tabung Sahli yang berisi HCl 0.1 N dengan meniup secara
perlahan. Bilas isi pipet 2-3 kali dengan menghisap cairan tsb dan ditiup perlahan-lahan
(jangan sampai melewati batas garis)
4. Diamkan selama 3 sampai 5 menit (sampai berwarna kecoklatan).
5. Encerkan isi tabung dengan aquadest dengan mengunakan pipet tetes sampai dengan
menyamai warna standar dari tabung yang ada di kanan dan kiri tabung Sahli, sambil terus
diaduk dengan batang pengaduk. Ingat jangan keluarkan batang pengaduk sebelum
pengenceran selesai.
Pembacaan Hasil:
1. Hentikan setelah terbentuknya coklat atau coklat kehitaman yang setarakan dengan warna
tabung standart yang ada di kanan dan kiri tabung
2. Kadar Hemoglobin dibaca dengan melihat meniskus bawah cairan pada tabung Sahli atau
tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli. Satuan Hemoglobin dinyatakan dengan gram
%.
3. Pembacaan langsung dengan melihat pada jalur gram % yang berarti banyaknya
Hemoglobin dalam gram per 100 mL darah. Catat hasil pengamatan.
Persiapan Reagensia :
Pembuatan Larutan Stok
1. Timbang 15.960 gram CuSO4.5H2O pa, larutkan dengan aquadest dalam labu ukur sampai
dengan 1000 mL (1 literal) .
2. Ukur suhu larutan dengan termometer.
3. Ukur berat jenis larutan dengan menggunakan urinometer (BJ 1.100 g/mL).
Perhitungan :
Berat jenis yang terbaca : 1.099 g/mL
Suhu larutan : 30 ºC
Suhu Urinometer : 27 ºC
Cara mengukur perbedaan suhu bila suhu larutan dengan suhu tera urinometer
naik 3 ºC ke atas tambahkan 0.001
turun 3 ºC ke bawah kurangi 0.001
(Suhu larutan−suhu urinometer)
Berat jenis sesungguhnya : BJterukur + [ 3
x 0.001]
30°−27°
1.099 + x 0.001
3
1.99 + 3/3 x 0.001 = 1.099 + 0.001
1.100
Jadi berat jenis sesungguhnya : 1.100 g/mL
Prosedur:
1. Lakukan sterilisasi lokal dengan kapas alkohol 70 %.
2. Lakukan tusukan perifer (hapus tetesan darah yang pertama keluar).
3. Pengganti point 1 dan 2, ambil darah berantikoagulan EDTA menggunakan mikropipet
sebanyak 500 µL
4. Teteskan darah di atas campuran larutan kerja CuSO4 dengan ketinggian ± 2-3 cm dan
perhatikan sampai dengan 15 detik.
5. Baca hasil.
Pembacaan Hasil :
Darah tenggelam berarti kadar Hb lebih dari 12.5 g/dL
Darah melayang berarti kadar Hb sama dengan 12.5 g/dL
Darah mengapung berarti kadar Hb kurang dari 12.5 g/dL
Prosedur :
1. Masukkan 0.5 mL darah ke dalam tiga tabung reaksi 5 mL. Beri label tabung darah 1, 2, 3.
Tabung 2 berfungsi sebagai kontrol
2. Tab darah 1, campurkan dengan 3 mL air suling atau aquadest. Campurkan dengan baik
perhatikan warna yang terbentuk (oksihemoglobin)
3. Tab.darah 2 teteskan 1-4 tetes campuran pereaksi stokes dan NH4OH lalu kocok campuran
tersebut.
4. Tabung 3 teteskan 1-4 tetes pereaksi stokes, kocok campuran tersebut dan tambahkan
NH4OH.
Campuran Pereaksi Stoke :
Prosedur : Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 mL pereaksi Stoke sebanya 2 mL dan
tambahkan NH4OH secukupnya jika terbentuk endapan.
TUGAS MANDIRI
1. Jelaskan prinsip metode Sahli dan jelaskan arti warna coklat pada hasil percobaan penentuan
kadar hemoglobin metode Sahli?
2. Jelaskan alasan arti darah tenggelam dalam pemeriksaan hemoglobin dengan metode Falling
drops?
3. Apa yang disebut dengan Hb teroksidasi? tuliskan rumus kimianya?
DAFTAR PUSTAKA
1. Penghitungan SDM
2. Kadar Hemoglobin
a.Metode Sahli
Warna
Terbentuk
Penjelasan
PRAKTIKUM IV
DARAH 2
PENDAHULUAN
Sel Darah Merah (SDM) atau eritrosit dalam sirkulasi darah harus bergerak fleksibel dengan
integritas membran sel yang terjaga dalam menjalankan perannya, sedangkan Sel Darah Putih (SDP) atau
leukosit seringkali merefleksikan adanya suatu proses fisiologis, dan dapat juga mencerminkan sistem
pertahanan tubuh dari individu bersangkutan. Eritrosit dalam larutan hipotonik akan menggelembung
karena cairan dari luar akan masuk ke dalam SDM. Bila pembengkakan SDM melewati batas fragilitas
membran SDM, maka SDM akan pecah dan terjadi hemolisis. Hb akan larut dalam cairan hipotonik
sehingga larutan akan berwarna jernih sebaliknya di dalam larutan hipertonik tekanan osmotik plasma darah
maka cairan dari SDM akan keluar dari SDM sehingga sel akan mengerut.
Manifestasi respon leukosit dapat berupa peningkatan atau penurunan pada satu atau lebih jenis
leukosit di dalam sirkulasi darah. Evaluasi SDM dan SDP merupakan bagian perhitungan pemeriksaan
hitung darah lengkap atau dikenal dengan Complete Blood Count (CBC) yang terdiri atas jumlah total
leukosit, hitung jenis leukosit atau diferensiasi jenis – jenis SDP seperti netrofil, limfosit, eosinofil, monosit
dan basofil, selain itu, mahasiswa juga dapat mengenal morfologi setiap jenis SDP.
A.TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mempelajari SDM dan SDP secara kualitatif untuk dapat mengetahui kondisi fisiologi
normal atau abnormal (patologi).
B. MATERI PRAKTIKUM
2. Pengukur waktu
3. Gelas pewarnaan (satu set untuk tiga kelompok)
4. Mikroskop
5. 2 bak pencuci
6. Metil alkohol (metanol)
7. Reagen : Deep quick atau Giemza
8. Darah dengan antikoagulan (EDTA)/darah perifer
Prosedur
1.1.Prosedur Giemza:
2. Mikroskop
3. Minyak immersi
4. Alat penghitung (counter)
Prosedur :
1. Mikroskop disiapkan dan dimulai dengan pembesaran rendah yakni lensa objektif 4x dan 10x untuk
orientasi keberadaan populasi eritrosit dan leukosit, pemilihan ulasan darah yang baik (sel-sel darah
tidak bertumpuk dan bentuk sel teramati dengan jelas).
2. Daerah ulasan darah yang sudah terpilih pada monolayer, lakukan pengamatan morfologi sel darah
dengan menempatkan lensa objektif 100x.
3. Lapang pandang digeser ke satu arah menelusuri daerah terpilih sampai daerah terpilih ini terlewati
seperti gambar 2 di bawah sambil mengamati morfologi dan abnormalitas eritrosit yang ditemukan
pada setiap lapang pandang. Catat hasil pengamatan.
4. Cara perhitungan lekosit: hitung leukosit minimal 10 lapang pandang hingga mencapai jumlah
100 sel lekosit yang terdiri dari bermacam-macam jenis lekosit. Satuan masing-masing jenis sel
leukosit adalah %.
Evaluasi Eritrosit
Dilakukan pada area monolayer sampai ke feather edge, evaluasi dilakukan terhadap ukuran
(size), bentuk (shape), warna (staining) dan ada tidaknya badan-badan inklusi atau parasit
darah.
Catatan : Ukuran dan bentuk eristrosit dalam kondisi normal setiap species berbeda AMATI
dan GAMBARKAN.
Evaluasi Hitung Jenis Lekosit
Terhadap leukosit dilaporkan dalam jumlah diperoleh dari pengamatan jenis sel kelosit pada
sepuluh lapang pandang menggunakan lensa objektif 100x yang dibantu minyak immersi,
hitung jenis dan kelainan morfologi. Keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut
urutan dalam sirkulasi darah adalah neutrofil (ada dua jenis batang dan neutrofil segmen),
limfosit, monosit, eosinofil dan basofil. Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran,
bentuk, inti, warna sitoplasma serta granula didalamnya AMATI dan GAMBARKAN.
5. Rak Tabung
6. Sentrifuge
7. Rak Tabung 15 mL
8. Spektrofotometer
9. Darah berantikoagulan EDTA
10. NaCl 0.5 %, 0.9 %, 2%
11. Aquadest
Prosedur :
1. Siapkan larutan NaCl stok (pokok) 2 % dan buat larutan kerja NaCl 0.9 % dan 0.5 % dari
larutan NaCl 2 % Stok.
2. Larutan kerja NaCl 0.85 % dibuat dari larutan stok 8.5 mL ditambah 1.5 mL dan begitu
juga untuk pembuatan larutan kerja untk NaCl 0.5 %.
3. Siapkan tiga tabung 15 mL perkelompok
Tabung 1 diisi dengan NaCl 0.9 % sebanyak 1 mL
Tabung 2 diisi dengan NaCl 0.5 % sebanyak 1 mL
Tabung 3 diisi dengan NaCl 2 % sebanyak 1 mL
4. Ke dalam setiap tabung tsb masukkan 100 µL darah pasien sakit (0.1 mL) lalu campurkan
secara merata tanpa mengocoknya tetapi dengan mengunakan pipet hisap dan keluarkan
secara berulang.
5. Biarkan ketiga tabung tsb selama 30 menit atau lebih lama.
6. Bersamaan dengan percobaan itu dilakukan percobaan serupa dengan darah normal sebagai
kontrol (pasien sehat) (Prosedur 1 sampai 5 sama).
Daya tahan osmotik normal tidak memerlukan pemeriksaan selanjutnya; bila tabung berisi larutan NaCl 0.5
% tidak memperlihatkan adanya hemolysis.
Daya tahan osmotik tidak normal memerlukan pemeriksaan selanjutnya; bila tabung berisi larutan NaCl 0.5
% ada hemolisis (pecah terlihat merah berbutir) dan NaCl 0.9 % tidak ada hemolisis.
Prosedur :
1 2.0 - 1 20
11 - 2.0 0
3. Tambahkan 20 µL darah pada pengenceran yang dibuat dari tabel 1 s.d 10.
4. Tabung 11 digunakan sbg blanko (tidak ditambahkan darah).
5. Kocok lalu putar 2000 rpm selama 10 menit.
6. Lalu baca secara makroskopis dan pindahkan supernatan ke dalam tabung yang lain.
7. Baca absorban dari tabung 1 s.d tabung 10 terhadap blanko pada spektrofotometer.
8. Perhatikan permulaan hemolisis 0.42 % ± 0.02 % dan hemolisis sempurna 0.32 %± 0.02%.
Prosedur :
1. Siapkan 4 tabung reaksi dan masukkan ke setiap tabung NaCl 0.9 % sebanyak 5 mL.
2. Tabung 1 Kontrol.
3. Tabung 2-4 tambahkan dua tetes kloroform, aseton, dan alkohol, kocok merata.
4. Tambahkan ke setiap tabung dua tetes suspensi darah, biarkan selam 30 menit.
5. Perhatikan warna yang terbentuk dan bandingkan dengan kontrol.
TUGAS MANDIRI
1. Jelaskan perbedaan pewarnaan ulas darah dengah metode Giemza atau Deep quick ?
2. Jelas prinsip pelarut organis terhadap membran SDM ?
3. Jelaskan bagaimana posisi kondensor pada mikroskop saat evaluasi pemeriksaan morfologi
lekosit?
DAFTAR PUSTAKA
Tgl Prakt/Jam :
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisten
Asisten : 1.
2.
ERISTROSIT
LEUKOSIT :
Limfosit Eosinofil
Monosit Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
1 NaCl 2 %
2 NaCl 0.9 %
3. NaCl 0.5 %
Lanjutan
1.A
Absorban tabung 1
Absorban tabung 2
Absorban tabung 3
Absorban tabung 4
Absorban tabung 5
Absorban tabung 6
Absorban tabung 7
Absorban tabung 8
Absorban tabung 9
Absorban tabung 10
1 Kontrol
2 Kloroform
3 Aseton
4 Alkohol
PRAKTIKUM V
DARAH 3
PENDAHULUAN
banyak dari biasa. Pemeriksaan ini digunakan untuk mencari adanya kekurangan faktor-faktor
pembekuan darah pada jalur intrinsik, yaitu faktor V, VIII, IX, X, XI, XII, protrombin, dan
fibrinogen. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pada plasma rendah trombosit yang tidak
mengandung ion kalsium, ditambahkan sejumlah CaCl2, lamanya waktu untuk menyusun fibrin
adalah masa rekalsifikasi.
Sebagai gantinya, jumlah serum yang tertinggal dalam bekuan dapat diukur sebagai jumlah
volume cairan bekuan. Penentuan plasma trombin digunakan untuk mencari adanya gangguan
dalam proses pembekuan trombin dan fibrin. Jika dianggap bahwa faktor lain-lain dalam proses-
proses itu normal, maka masa protombin ini menjadi ukuran untuk aktivitas protombin. Plasma
diberi sejumlah tromboplastin dan ion kalsium yang optimal, dan lamanya waktu untuk menyusun
fibrin diukur. Sediaan tromboplastin yang kuat (aceton dehydrated rabbit brain) ditambahkan
plasma yang didapat dari darah citrat. Campuran tersebut diinkubasi pada 37 0C dan kemudian
direKalsifikasi dengan menambahkan larutan CaCl2. Waktu pembekuan plasma dicatat.
A.TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler dengan
mengetahui keadaan dinding kapiler dan jumlah trombosit yang juga didasari proses kimia dan
biokimia dalam tubuh.
B. MATERI PRAKTIKUM
Prosedur :
d. Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua ujung pipet dengan kedua jari,
e. Kocoklah selama 15-30 detik dengan membentuk angka 8, lalu diamkan selama 5 menit
dalam posisi horizontal,
f. Buang suspensi 2-3 tetes sebelum dimasukkan kedalam bilik hitung.
Prosedur :
Prosedur :
1. Mikroskop disiapkan dan dimulai dengan pembesaran rendah yakni lensa objektif 4x dan 10x
untuk orientasi keberadaan populasi eritrosit dan lekosit, pemilihan daerah ulasan darah yang
baik (sel-sel darah tidak bertumpuk dan bentuk sel teramati dengan jelas),
2. Daerah ulasan darah yang sudah terpilih pada monolayer, lakukan pengamatan morfologi
trombosit dengan menempatkan lensa objektif 100x sampai 1000x,
3. Cara perhitungan trombosit dalam 1000 sel eritrosit .
Prosedur:
1. Ambil kira-kira 1 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung reaksi,
2. Segera masukkan sebatang lidi dengan panjang 10 cm ke dalam tabung tadi,
3. Biarkan pada suhu kamar selama 2 – 3 jam atau semalam dalam lemari es,
4. Lepaskan bekuan darah dengan hati-hati melalui lidi yang terpasang dalam darah, usahakan
jangan terlepas lidi dari bekuan darah yang terbentuk,
5. Catat volume serum yang tersisa dalam tabung itu dan nyatakan volume itu dengan persen
dari volume darah semula =
(volume darah awal – volume serum)/(volume darah awal) x 100%
NILAI NORMAL : 40 – 60 % dari jumlah darah
Catatan: Selain mengukur jumlah serum yang keluar perhatikan juga konsistensi bekuan;
konsistensi itu harus kenyal. Kalau retraksi tidak terjadi dengan baik maka konsistensi bekuan
menjadi lembek dan lapuk sehingga bekuan mudah dipecahkan.
Prosedur :
Persiapan Plasma Sampel
1. Darah (bahan pemeriksaan) dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus,
2. Putar dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit, pisahkan plasma,
3. Siapkan 3 tabung reaksi 3 mL masing-masing berisikan 2 mL larutan CaCl2 0.025 M, NaCl
0.85 %, dan 2 mL plasma sampel. Ketiganya dimasukkan ke dalam penangas air (inkubasi)
dengan temperatur 37 0C,
4. Siapkan 2 tabung yang masing-masing berisi campuran 0.5 mL plasma dan tambahkan 0.5
mL larutan NaCl 0.85 %, inkubasi pada suhu 37 0C selama 1-2 menit,
5. Siapkan penghitung waktu (Stopwatch), biarkan kedua tabung poin 2 di dalam penangas air
dan satu tabung ditambahkan beberapa tetes larutan CaCl2 saat mulai dicampurkan hitung
waktunya,
6. HATI-HATI, JANGAN TERLEWAT!! Saat diamati adanya benang–benang fibrin
pertanda proses pembekuan terjadi, hentikan stopwatch dan angkat kedua tabung dari
penangas air,
7. Lama waktu tersebut dicatat sebagai masa rekalsifikasi.
TUGAS MANDIRI
1. Dapatkah kita memastikan kelainan pembekuan darah dengan metode retraksi bekuan darah?
jelaskan jika ya atau tidaknya!
2. Apa peran CaCl2 dalam percobaan rekalsifikasi plasma darah?
DAFTAR PUSTAKA
Tgl Prakt/Jam :
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisiten :
Asisten : 1.
2.
1 Jumlah Trombosit
2. Morfologi Trombosit
PRAKTIKUM VI
GINJAL
PENDAHULUAN
Pengujian fisiologis ginjal dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal
dalam proses filtrasi, reabsorpsi, dan eksresi. Walaupun terdapat perbedaan pada dasar
pemeriksaan, namun hasil yang diberikan akan serupa. Terdapat dua pengujian fungsi ginjal
utama, yaitu pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir dari metabolisme
protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Apabila terdapat
gangguan pada proses ekskresi, maka pengeluaran ureum ke dalam urin akan terhambat, sehingga
kadar ureum dalam darah akan meningkat. Indikasi gangguan pada ginjal juga dapat dilihat dari
terbentuknya batu ginjal. Batu organik akan terbakar habis dan tidak larut dalam asam. Apabila
jenis batu ginjal diketahui, maka pencegahan yang berkaitan dengan pola asupan makanan (diet)
pada penderita dapat diatur.
A. TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa mempelajari ada atau tidaknya gangguan ginjal melalui proses kimiawi
beberapa kerja enzim yang terlibat dalam pembentukan produk metabolisme protein,
2. Mahasiswa mempelajari peran pelarut organik dan anorganik dalam menganalisis
komposisi batu urin.
B. MATERI PRAKTIKUM :
Prinsip :
urease
Uji Ureum : Urea + H2O + 2H+ 2NH4+ + CO2
Urease akan menghidrolisis urea menjadi ion amonium dan bikarbonat. Amonium yang terbentuk
akan bereaksi dengan oksoglutarat dan NADH. Oksoglutarat akan menjadi glutamat dengan
bantuan enzim GLDH yang disertai dengan perubahan NADH. Penurunan konsentrasi NADH
sebanding dengan konsentrasi ureum dalam sampel.
5. Beberapa vial 2 mL
6. Vortex
7. Aquadestillata
Prosedur :
Persiapan Pereaksi :
Pereaksi kerja : tambahkan 1 vial R2 ke dalam 1 botol R1
Pereaksi kerja stabil selama :
4 minggu pada suhu 2-8 0C atau
6 hari pada suhu 20-25 0C
R3 siap pakai dan stabil sampai masa kadaluarsa pada suhu 2-8 0C
R3 dapat digunakan langsung tanpa pengenceran atau diencerkan terlebih dahulu dengan
perbandingan 1:4 dengan akuabides. Pereaksi yang sudah diencerkan stabil selama 6 bulan
pada suhu 2-8 0C. Sedangkan R4 siap pakai.
Rb Std Spl
Standard/R4 - 10 μL -
Sampel - - 10 μL
Prosedur:
8. Evaluasi Fosfat: tambahkan Pb-asetat 5 % pada filtrat. Jika terdapat fosfat, maka akan
terbentuk endapan putih.
Prosedur :
Urate
1. Hancurkan batu dengan mortar, selanjutnya ditetesi HNO3 pekat
2. Keringkan di atas bunsen dengan cara melewati api, jika sudah mengering perhatikan jika
terjadi perubahan, catat warna yang terbentuk,
3. Di atas warna yang terbentuk yang mengering ditetesi NH4OH pekat sampai menjadi warna
lembayung (antara nila dan ungu),
4. Serbuk batu dilarutkan dalam larutan Na2CO3 dan tambahkan asam fosfo wolframat,
5. Jika terbentuk warna biru menunjukkan adanya urat.
TUGAS MANDIRI
1. Jelaskan uji mana yang menurut anda sensitif terhadap kerusakan fungsi faal finjal dan
jelaskan!
2. Jelaskan bagaimana batu ginjal atau batu kantung kemih dapat terbentuk!
3. Apakah pH urine merupakan faktor penunjang terbentuknya batu kantong kemih, jelaskan!
DAFTAR PUSTAKA
Tgl Prakt/Jam :
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisiten :
Asisten : 1.
2.
PRAKTIKUM VII
CAIRAN TUBUH dan MINERAL
PENDAHULUAN
Rongga–rongga dalam tubuh normal dilapisi oleh serosa dan mengandung sejumlah kecil cairan
(efusi). Cairan tersebut terdapat dalam rongga dada, rongga jantung (perikardium), dan rongga perut yang
berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotelium dapat bergerak tanpa geseran
atau friksi. Jumlah cairan dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit dan akan
bertambah pada beberapa keadaan patologi (sakit) yang dikenal dengan cairan transudat atau eksudat.
Transudat seringkali terjadi pada kondisi adanya gangguan keseimbangan cairan tubuh akibat perubahan
tekanan osmotik, koloid, atau tekanan hidrostatik. Sebaliknya eksudat terbentuk akibat suatu proses
peradangan sebagai indikasi manusia atau hewan sakit. Cairan tubuh sebagai transudat biasanya
mengandung kadar protein kurang dari 2.5 g/dL, sedangkan eksudat lebih dari 4 g/dL. Transudat tidak
mengandung lemak kecuali tercampur dengan chylus, sedangkan eksudat sebaliknya. Kalsium diendapkan
langsung dari serum atau cairan tubuh dengan amonium oksalat membentuk endapan Ca-oksalat. Endapan
dicuci dengan amonia encer lalu dititer dengan KMnO4.
A. TUJUAN PRAKTIKUM :
2. Mahasiwa dapat mempelajari berat jenis cairan tubuh mencakup efusi transudat maupun eksudat.
B. MATERI PRAKTIKUM
1. Refraktrometer
2. Tissue kertas pembersih (tissue kertas halus)
3. Sampel cairan tubuh
4. Aquadest
5. 2 buah pipet transfer
Prosedur:
1. Alat refraktometer disiapkan dengan hati-hati dan permukaan prisma dibersihkan dengan kertas tissue,
2. Alat difokuskan sampai garis indeks terlihat jelas,
3. Lakukan kalibrasi alat dengan meneteskan akuades ke atas kaca prisma refraktrometer sebanyak 1 tetes
menggunakan pipet transfer, dan BJ air diamati dengan meneropong lensa okuler menghadap cahaya
(BJ air harus =1 atau mendekati 1),
4. Akuades dibersihkan dari prisma dengan tissue hingga benar-benar kering,
5. Kemudian light plate dibuka dan sampel cairan efusi diteteskan 1-2 tetes kemudian ditutup perlahan-
lahan,
6. Pada lensa akan terlihat bagian terang (putih) dan gelap (biru). Lihat batas garis indeks SP (Serum
Protein, g/dL), Nd (Refractive index) dan U.G (Urinary Specific Gravity). Baca hasil pada posisi SP
batas garis bagian gelap dan catat hasil pengamatan.
1. NaOH 1 N
2. Etilalkohol 95%
5. Tabung reaksi 3 mL
7. Gelas piala 50 mL
Prosedur :
1. Berilah larutan NaOH 1 N ke dalam tabung reaksi yang berisi cairan efusi sebanyak 200 µL, sehingga
menjadi lindi (lindi=cairan dengan kandungan organik tinggi ~ kental )
Amati : Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya disebabkan oleh Chylus; dan jika tidak jernih maka
diperkirakan warna putih mengindikasikan adanya lesitin dalam keadaan emulsi.
4. Panaskan hati-hati dalam bejana air selama 10 menit. Jika cairan menjadi jernih, putihnya
disebabkan oleh lesitin,
5. Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam kedaan masih panas dengan ditampung dalam
gelas piala,
6. Filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai volume menjadi sebesar volume awal
(sebelum diberi etilalkohol). Biarkan menjadi dingin lagi,
7. Jika kembali menjadi keruh, maka keberadaan lesitin terbukti. Kekeruhan akan bertambah jika diberi
sedikit air.
Prosedur :
2. Tuangkan ke dalam gelas piala dan tambahkan 1 tetes asam asetat glasial dan campur secara merata
dengan gelas pengaduk,
3. Jatuhkanlah 1 tetes cairan tubuh (sampel) yang diperiksa ke dalam campuran ini dilepaskan kira-kira 1
cm dari atas permukaan,
4. Perhatikan tetes itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam asetat,
Hasil (-) : jika tetes itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa menimbulkan
kekeruhan sama sekali
Hasil (+) lemah : jika kekeruhan yang sangat ringan serupa kabut halus
Hasil (+) kuat : jika tetes itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau dalam
keadaan ekstrem satu presipitat yang putih
1. Amonium oksalat
2. Amoniak 2%
3. H2SO4 1 N
4. KMnO4 0.01 N ekivalen dengan 0.2 mg Ca
5. Serum darah dan erlenmeyer kecil
6. Alat Titrasi (1 untuk 2 kelompok)
Prosedur:
1. Erlenmeyer disiapkan sebanyak 2 buah dan siapakan sesuai isi tabel di bawah ini :
Tabung 1 Tabung 2
Serum 2 mL -
Akuades 2 mL 4 mL
Ammonium Oksalat 1 mL 1 mL
2. Homogenkan setiap larutan menggunakan pengaduk kecil hingga terbentuk endapan dan biarkan
selama 30 menit,
3. Sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm,
4. Buang supernatan. Letakkan tabung secara terbalik di atas kertas 10 menit, keringkan cairan di mulut
tabung dengan kertas saring,
5. Tambahkan amoniak 2% pada masing-masing tabung ditambahkan sebanyak 3 mL,
6. Homogenkan dan sentrifugasi kembali,
7. Tambahkan H2SO4 1 N sebanyak 2 mL pada masing-masing tabung, kemudian aduk sampai larut,
8. Masukkan ke dalam penangas air 70 °C. Setelah itu titer dengan KMnO4 0.01 N sampai titik akhir
larutan berwarna merah jambu,
9. Percobaan dilakukan secara duplo.
EVALUASI
1. Jelaskan perbedaan transudat dan eksudat berdasarkan pemeriksaan kimia klinis yang kalian ketahui!
3. Jelaskan alasan dilakukannya pemeriksaan kandungan lemak dalam cairan tubuh khususnya transudat
dan eksudat!
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad. RS. Dr.
Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20. Penerbit Buku EGC.
3. Hendrix CM., Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
4. IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB Press.
5. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and Febige4.
Philadelphia. USA
6. Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Mulia Medika
7 .Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium. Bagian
Biokimia FKUI
Protein :
PENDAHULUAN
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan informasi kesehatan ginjal dan saluran
urin, tetapi juga mengenai fungsi dari berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu,
adrenal dan pankreas. Jika kita melakukan pemeriksaan urin atau urinalisis dengan memakai
contoh urin dan tampungan 24 jam pada seseorang atau seekor hewan, hasilnya tidak banyak
berbeda dari susunan urin berikutnya. Sebaliknya jika digunakan contoh urin yang diperoleh dari
waktu berbeda maka juga akan diperoleh susunan contoh urin dapat berbeda jauh dari sampel
lainnya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan
pemeriksaan. Urinalisis atau evaluasi urin rutin mencakup evaluasi makroskopis atau fisik urin,
sedangkan dengan penetapan berat jenis urin juga akan dapat diperkirakan kandungan zat dalam
urin. Jumlah zat padat urin dihitung dengan cara mengkalikan 2 angka terakhir berat jenis
dengan 2.6 (=koefisien long), angka yang diperoleh ini menyatakan gram zat padat dalam 1 liter
urin. Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) urin dipengaruhi oleh berbagai macam zat yang
terdapat dalam urin baik yang terlarut maupun yang tidak terlarut. BJ urin dapat diukur dengan
urinometer atau refraktrometer.
Pemeriksaan carik celup biasanya sangat cepat untuk mengetahui komposisi organik dan
anorganik urin, metode ini mudah dan spesifik. Metode ini sensitif dan spesifik tetapi
pelaksanaan metode ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditentukan karena jika tidak
mengikuti petunjuk tersebut seringkali diperoleh hasil yang menyimpang dari keadaan
sebenarnya. Komposisi urin pada keadaan abnormal dapat ditemukan adanya protein, glukosa
dan badan keton serta berbagai senyawa lain. Keberadaan zat tersebut di dalam urin dapat
diketahui dengan menganalisis urin menggunakan uji kimia, yaitu uji bang, koagulasi dan Heller
untuk protein.
A. TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan komposisi urin dengan mempelajari fisik urin, dan berat
jenis urin.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa organik maupun anorganik yang
mengindikasikan suatu kondisi abnormal pada urin manusia atau urin hewan dengan
menggunakan zat-zat kimia tertentu.
B. MATERI PRAKTIKUM
Prosedur:
1. Kalibrasi urinometer dengan aquades
2. Suhu tera yang tercantum pada urinometer diperhatikan dengan teliti.
3. Sampel urin dituangkan ke dalam gelas ukur 50 mL sampai ¾ penuh dan hilangkan buih
yang timbul dengan menggunakan kertas saring
4. Celupkan sumbu urinometer ke dalam gelas piala berisi urin secara perlahan-lahan dengan
melepaskan sumbu urinometer sehingga urinometer benar-benar terapung atau bebas dalam
arti tidak menempel pada dinding tabung.
5. Selanjutnya BJ dibaca pada skala, angka yang terdapat pada batas antara bagian urinometer
yang tenggelam dan yang muncul dari permukaan urin
6. Suhu urin diukur dengan termometer
7. Faktor Koreksi :
1. Faktor kalibrasi dengan aquades
▪ Misalnya BJ aquades =1.003 maka BJ urin jadi dikurangi 0.003
▪ Misalnya BJ aquades =1.005 maka BJ urin jadi dikurangi 0.005
2. Faktor suhu
▪ Suhu tera urinometer dibaca lebih dahulu
▪ Tentukan suhu ruangan pengukuran
▪ Jika suhu urin tidak sama dengan suhu tera urinometer, maka angka yang
diperoleh harus dikoreksi yakni dengan menambah atau mengurangi 1/1000
Prosedur :
1. 10 mL urin yang akan diperiksa disaring terlebih dahulu dan ditampung dengan erlenmeyer
2. Pipet sampel urin sebanyak 5 mL dan masukkan ke tabung reaksi 15 mL dan panaskan
sampai mendidih
3. Lakukan pengamatan kekeruhan yang terjadi
4. Kemudian diteteskan asam asetat 6 % (1-3 tetes).
5. Amati perubahan yang terjadi dan catat hasilnya pada LKM
Pengamatan :
- Cairan tetap jernih seperti semula
- Cairan agak keruh
- Cairan keruh
- Ada endapan
- Catatan : Bila cairan menjadi jernih kembali maka kekeruhan disebabkan adanya fosfat.
Bila kekeruhan cairan semakin jelas maka disebabkan adanya protein.
Prosedur:
1. Sampel urin yang telah disaring dipipet sebanyak 5 mL (diperoleh dari sisa pada B.4.1.)
2. Kemudian ditambahkan 2 mL pereaksi Bang
3. Campuran di atas dididihkan, bila ada protein maka cairan akan menjadi keruh
4. Catat hasil pengamatan pada lembar kerja
Prosedur
1. Pipetkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan seperti terlihat pada Tabel di bawah ini
secara berurutan:
Prosedur:
1. 10 mL sampel urin yang tidak disaring dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan beberapa tetes fenolftalein
2. Lakukan titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai berwarna merah muda
3. Pengujian dilakukan secara duplo
Catatan :
Definisi keasaman adalah banyaknya 0.1 N basa yang diperlukan untuk menitrasi 100 mL urin.
EVALUASI
1. Jelaskan komposisi kimiawi urin yang tercantum dalam indikator kertas carik celup?
2. Sebutkan tiga senyawa yang dapat ditemukan dalam urin pada keadaan patologi / sakit tetapi
tidak ditemukan saat manusia atau hewan sehat? Terangkan apa kira-kira penyebabnya
senyawa tersebut teridentifikasi?
3. Sebutkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berat jenis urin?
4. Apa peran fenolftalein dalam titrasi keasaam urin?
DAFTAR PUSTAKA
Tgl Prakt/Jam :
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisiten :
Asisten : 1.
2.
1.HASIL PERCOBAAN
No Materi Percobaan Hasil (jika ada satuan jangan lupa)
1 Sifat Fisik Urin
Volume
Warna
Konsistensi
Kejernihan
Bau
pH
2 BJ Urin
Urinometer
Refraktometer
Hasil :
Hasil :
Hasil :
URINALISIS 2
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
B. MATERI PRAKTIKUM
Tujuan: untuk mengetahui benda keton dalam urin (terutama asam aseto asetat/aseton)
Prinsip: reaksi antara natrium nitroprusida dengan asam aseto asetat / aseton akan membentuk
cincin ungu atau jingga merah
No Bahan Tabung
Urutan
1 Asam nitrat pekat 2 mL
2 Campurkan urin 2 mL perlahan, r asam
3 Reaksi positif ditunjukkan oleh adanya perubahan warna mulai dari hijau
menjadi biru, ungu, merah, dan jingga.
Prinsip: adanya bilirubin dalam urin akan dioksidasi oleh reagen Fauchet menjadi biliverdin
yang berwarna hijau, sebelumnya bilirubin di endapkan oleh barium chlorida.
Prosedur :
1. Ambilah 3 mL urin, masukkan dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 3 mL BaCl2 10% campurkan dan saring
3. Kertas saring berisi presipitat diangkat dari corong dan dibuka lipatannya, kemudian letakkan
mendatar di atas corong.
4. Biarkan beberapa lama sampai agak kering, teteskan 2-3 tetes reagen Fauchet di atas kertas
saring
5. Evaluasi hasil :
Prinsip : Glukosa dalam urin akan mereduksi garam kompleks dari reagen Benedict atau
Fehling (ion kupri direduksi jadi kupro) dan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O
berwarna hingga merah bata. Untuk mengetahui terjadinya reduksi pada urin pasien,
guna menentukan ada atau tidaknya gula (glukosa) dalam urin.
Prosedur :
Catatan : Urin yang mengandung protein harus diendapkan dulu proteinnya dengan pereaksi
Bang. Urin basa harus dinetralkan dengan asam asetat 6 %.
EVALUASI
1. Jelaskan peran kristal amonium sulfat dan kristal Na nitroprusida 5 % pada analisis urin
dengan uji Rhotera ?
2. Uji pigmen empedu positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu sampai jingga,
jelaskan hal tersebut terjadi secara reaksi kimiawai dan jelaskan peran asam nitrat pekat ?
3. Jelaskan hasil uji Benedict?
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisiten :
Asisten : 1.
2.
2 Uji Gmelin
3 Uji Faucet
ANALISIS TINJA
PENDAHULUAN
Kepentingan utama analisis fecal atau tinja untuk mengetahui ada tidaknya protozoa,
larva atau telur cacing. Pemeriksaan feses dilakukan dengan cara manual yang dapat diawali
dengan evaluasi makroskopis dan dilanjutkan dengan evaluasi mikroskopis untuk melihat adanya
unsur-unsur organik dan anorganik. Sedangkan prosedur teknik konsentrasi sedimentasi
merupakan salah satu prosedur yang direkomendasikan adalah formalin-eter (formalin-etil
asetat) karena dapat mengevaluasi ada tidaknya semua jenis tipe telur cacing, larva, protozoa,
dan kista dapat ditemukan. Organisme yang terlihat pada pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan secara langsung. Pada ulas basah dengan teknik konsentrasi menggunakan salin,
inti kista dapat difiksasi dan dilihat. Pemeriksaan endoparasit dengan ulasan iodin dapat juga
digunakan untuk identifikasi lebih lanjut. Pemeriksaan adanya pendarahan kecil yang tidak dapat
diamati dengan makroskopis ataupun mikroskopis yaitu pemeriksaan darah samar, juga
pemeriksaan adanya urobilin penting, karena pada ikterus obstruktif kemungkinan jumlah
urobilin berkurang sehingga hasil pemeriksaan negatif. Diketahui bahwa haemoglobin sebagai
peroksidase akan menguraikan H2O2 menjadi H2O dan On. On yang terbentuk akan
mengoksidasi benzidin membentuk warna biru kehijauan. Metode lainnya mengevaluasi
stercobilin dimanan stercobillin dengan HgCl2 bila dibiarkan akan terbentuk warna merah
A. TUJUAN PRAKTIKUM :
B. MATERI PRAKTIKUM :
Prosedur:
1. Feces, gunakan batang lidi kayu yang tersedia dan periksa konsistensinya :
F (formed), atau
S (soft), atau
L (loose), atau
W (watery)
2. Perhatikan ada tidaknya lendir pada feces,
Indikator hasil :
Proses pada ulasan ini sama dengan tahap ulasan pada salin dan iodin. Tetapi BMB berfungsi
sebagai pengganti salin atau iodin. Pada ulas basah BMB, setelah pencampuran BMB dan
spesimen, tunggu selama 5 - 10 menit sebelum diperiksa agar pewarna meresap ke dalam
tropozoit tersebut. Tropozoit kadang masih dapat bergerak, tetapi seringkali melingkar.
Pada BMB :tropozoit, inti dan badan akan terwarnai biru gelap, sedangkan sitoplasma berwarna
biru terang.
Pada Iodin : organisme tidak refraktil seperti pada ulas basah salin,
Entamoeba susunan sekitar kromatin dan karyosom harus dapat diamati. Jika tidak terlihat,
bukanlah entamoeba.
1. Stik kayu
2. Wadah plastik bertutup
3. Sentrifuse
4. Tabung sentrifuse 15 mL
5. Kaca penutup
6. Corong, gelas piala100 mL
7. Kain kasa
Prosedur :
1. Tambahkan 10 mL formalin 10 % pada sekitar 1 g feses
2. Aduk campuran menggunakan stik kayu sampai tercampur homogen
3. Saring campuran menggunakan kain kasa dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse hingga
volume mencapai 7 mL
4. Lalu tambahkan etil asetat atau eter sebanyak 3 mL, dan disentrifuse selama 1 menit
5. Campuran dipindahkan kembali ke dalam tabung sentrifuse lain dan disentrifuse kembali
selama 1 menit dengan kecepatan rendah sehingga akan terpisah bagian sedimen dan
supernatan.
6. Hilangkan debris dengan stik kayu dan supernatan dibuang
7. Gunakan pembesaran 10x dan 40x untuk pengamatan
C.Metode Konsentrasi Pengapungan Dengan Garam Jenuh
Alat dan Bahan:
1. Kontainer atau gelas piala 100 mL
2. Gelas preparat/slide
3. Stik kayu
4. Garam jenuh
5. Sampel feces
6. Pehitung waktu
Prosedur :
1. Kontainer/wadah yang digunakan adalah kontainer dengan kapasitas 15-20 mL, memiliki
dasar permukaan yang rata dan bertutup rapat.
2. Masukkan 1 mL atau sedikit spesimen feses ke dalam wadah dan tambahkan sedikit larutan
garam jenuh (saturated salt solution) yang memiliki BJ 1.2 kemudian diaduk sampai
homogen
3. Tambahkan larutan garam jenuh sampai wadah hampir penuh dan
kembali aduk perlahan sampai rata
4. Buang material yang mengambang di permukaan
5. Letakkan wadah pada permukaan yang rata, larutan garam jenuh
diteteskan sampai membentuk meniskus cembung
6. Letakkan kaca preparat di atas wadah secara perlahan
7. Kemudian didiamkan 20 menit, dan kaca preparat diangkat secara perlahan
8. Kaca preparat ditutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop
Prosedur :
1. Campurkan beberapa gram feses dengan HgCl2 jenuh
2. Panaskan campuran
3. Amati ada tidaknya stercobilin
4. Evaluasi hasil pengamatan dinilai sbb :
(-) : tidak ada perubahan warna (tidak mengandung stercobilin)
(+) : terbentuk warna merah (mengandung stercobilin)
EVALUASI
1. Jelaskan keuntungan evaluasi endoparasit dengan teknik kosentrasi ?
2. Apa tujuan penambahan hidrogen peroksidase pada pemeriksaan kimia darah feces ?
3. Apa singkatan dari RBC dan WBC ?
4. Jelaskan kegunaan lugol iodine 1% ?
DAFTAR PUSTAKA
A.Ulas Basah
Salin
Iodin
BMB
Glukosa adalah produk utama metabolisme karbohidrat. Glukosa masuk ke dalam sel
secara normal kemudian mengalami proses fosforilasi untuk membentuk glukosa 6-fosfat dengan
bantuan enzim heksokinase, sedangkan di dalam hati enzim dengan bantuan enzim glukokinase
yang mana kadarnya akan meningkat oleh insulin dan menurun pada keadaan kelaparan atau
pada penderita diabetes. Penurunan dan peningkatan kadar glukosa disebut hipoglikemia dan
hiperglikemia
Glukosa akan diubah oleh enzim-enzim glikolisis di dalam SDM menjadi asam laktat, dengan
penambahan inhibitor maka lebih sedikit glukosa yang diubah menjadi laktat
A.TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa memahami proses glikolisis di dalam SDM dengan mengukur kadar glukosa
yang tersisa pada setiap sampel dari pasien dengan fisiologos berubah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh inhibitor terhadap proses glikolisis
B. MATERI PRAKTIKUM :
B1.1. Glukometer :
1. Kapas
2. Glukometer (Advantage) dengan kalibrator
3. Lancet
4. Pinset
5. Alkohol 70%.
6. Darah perifer
Prosedur :
1. Alat Glukometer disiapkan, baterai dimasukkan pada bagian belakang alat.
B1.2. Fotometer
Alat dan Bahan:
1. Fotometer
2. Mikropipet 100 dan 1000 µL (pemakaian bersama)
3. Pipet transfer
4. Reagensia
5. Aquadestilata
6. Sampel serum darah
Prosedur:
Persiapan dan Stabilitas Reagensia
- Wavelenght : 546 nm
- Factor : 100
- Temp : 37 °C
- Delay Time :4s
- Unit : mg/dL
- Measurement Volume : 800 μL
Page 2
- Min Value :0
- Max Value : 500
- Method Name : Glukosa
Method No : 31
Catatan : Makro dan mikro dimaksudkan makro berarti pemakaian sampel dan reagen
dengan volume maksimum, sedangkan mikro dilkukan sampel dan reagen dikurangi
namun tidak mempengaruhi hasil
Analisis sampel:
Standar/Sampel 20 μL 10 μL
Campur, inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25 °C atau 5 menit pada suhu 37 °C,
baca pada fotometer.
Pengukuran :
- Tekan No. 31 → tekan [Enter]
- Pengguna → tekan [Enter]
- Ukur Blanko → tekan [Zero]
- Isap / masukan aquabidest
- Isap / masukan blanko reagen
- Isap / masukan standar
- Isap / masukan sampel
Prosedur :
EVALUASI
1. Jelaskan pembentukan laktat dan bukan piruvat pada proses glikolisis di dalam sel darah
merah?
2. Jelaskan mekanisme pembentukan warna pada uji Follin Wu?
DAFTAR PUSTAKA
1. Glukometer
2. Fotometer
3. Spektrofotometer
ENZIM
PENDAHULUAN
Enzim adalah protein yang fungsi utamanya sebagai biokatalisator. Enzim hati atau hepar
yang khas adalah ALT, ALP dan AST, sedangkan amilase merupakan salah satu enzim yang
sangat penting keberadaannya di tubuh kita. Amilase sendiri merupakan enzim katalis yang
berfungsi untuk menghidrolisis gula dan pati dengan memecah molekul karbohidrat
(polisakarida) dari amilum menjadi disakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu
maltosa dalam metabolisme karbohidrat. Enzim amilase merupakan enzim yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah kita yakni kelenjar parotis di mulut dan kelenjar pankreas. Uji ALT/GPT
merupakan uji diagnostik utama keterlibatan hati karena enzim ini ditemukan banyak di dalam
sel hati (hepatosit).
A.TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami konsep aktivitas spesifik suatu enzim
yang mengindikasikan kerusakan organ hati menggunakan fotometer.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami konsep aktivitas spesifik suatu enzim
yang mengindikasikan kerusakan organ pankreas menggunakan fotometer.
B.MATERI PRAKTIKUM :
B.1. PENENTUAN KADAR ALANINE TRANSFERASE (ALT)
Prosedur :
1. Persiapan reagen : keluarkan reagen dari kulkas dan diamkan dalam suhu kamar 5-10 menit.
Perhatikan jenis reagen yang akan dipakai serta kandungannya.
2. Persiapan Fotometer :
Panjang gelombang : 340 nm, Temperatur 37 °C, tebal kuvet 1 cm, blanko terhadap
udara atau akuades
3. Analisis sampel:
Pipet kedalam tabung :
4. Homogenkan dengan vortex, inkubasi pada suhu 37 °C selama 1 menit dan baca dengan
fotometer yang telah dipersiapkan untuk analisis enzim ALT.
Prosedur :
1. Persiapan reagen : keluarkan reagen dari kulkas dan diamkan dalam suhu kamar 5-10 menit.
Perhatikan jenis reagen yang akan dipakai serta kandungannya.
Pengukuran :
- Tekan No. 25 → tekan [Enter]
- Pengguna → tekan [Enter]
- Ukur Blanko → tekan [Zero]
- Isap akuabidest
- Isap sampel
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.
RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20. Penerbit
Buku EGC.IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB
Press.
3. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and
Febige4. Philadelphia. USA
4. Lenhininger AL (Thenawijaya M). 1982. Principle of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia
Jilid 1,2, dan 3. Penerbit Erlangga
5. Priyana A. 2010. Patologi Klinik. Penerbit Universitas Trisakti
6. Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Mulia Medika
7. Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V ., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium.
Bagian Biokimia FKUI
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisiten :
Asisten : 1.
2.
TOTAL PROTEIN
PENDAHULUAN
Total protein biasanya diukur sebagai serum protein. Kadar protein berbeda-beda
pada setiap spesies makhluk hidup. Serum protein segar mengandung semua plasma protein
kecuali fibrinogen, faktor V dan faktor VIII. Ketiga faktor tersebut merupakan protein
pembekuan darah yang bersifat non-enzimatik dan digunakan selama proses pembekuan
darah. Kolesterol adalah prekursor hormon-hormon steroid dan asam lemak yang merupakan
unsur pokok penting di dalam membran sel. Peningkatan kadar kolesterol berperan penting
dalam beberapa mekanisme suatu penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, hipertensi, dan
diabetes.
Protein bereaksi dengan ion kupri membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar protein total dalam sampel.
Kolesterol esterase
Kolesterol oksidase
POD
H2O2 + fenol + 4-amino-antipirena quinoneimina-4 +H2O(merah muda)
A.TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa mampu menentukan kadar total protein dengan berbagai metode analisis kimia
dengan memahami prinsip dasar proses kimiawi.
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar kolesterol dengan berbagai metode analisis kimia
dengan memahami prinsip dasar proses kimiawi.
Prosedur :
1. Persiapan peraksi, pereaksi tersedia dalam kemasan berupa kit.,
2. Persiapan fotometer.
: 546
Temperatur : 25 ºC
Kuvet : 1 cm
Pengukuran : Blanko peraksi (RB)
RB Std Sample
Standard / R4 - 20 μL -
Sampel - - 20 μL
R1 1000 μL 1000 μL 1000 μL
Homogenkan dengan vortex dan inkubasi selama 10 menit pada suhu 25 ºC.
2. Analisis dengan fotometer, dan catat hasil pengamatan.
Prosedur
1. Siapkan alat refraktometer secara hati-hati dan bersihkan prisma dengan kertas lensa,
1.Tabung reaksi 3 mL
2. Fotometer
3. Mikropipet 100 µL dan 1000 µL
4. Vortex
5. Serum atau plasma (EDTA atau heparin)
6. Perekasi:
R1 = bufer pH 6.9, phenol, cholesterol oxidase, cholesterol esterase,
peroxidase, 4-aminoantipyrene
R4 = kolesterol
Pereaksi stabil sampai masa kadaluarsa pada suhu 2-8 °C. Pereaksi yang sudah dibuka
stabil selama 4 minggu pada suhu 20-25 °C atau 12 minggu pada 2-8 °C.
Prosedur :
2.Persiapkan fotometer :
: 546 nm
Temperatur : 37 ºC
Kuvet : 1 cm
Pengukuran : Blanko pereaksi (RB)
3. Analisis kolesterol
RB Std Sample
Standard / R4 - 10 μL -
Sampel - - 10 μL
R1 1000 μL 1000 μL 1000 μL
Homogenkan dengan vortex dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37 ºC.
Baca dengan fotometer dan catat hasil pengamatan.
Catatan :
Kloroform - - 5 mL
Sampel - 5 mL -
Standar kolesterol 5 mL - -
DAFTAR PUSTAKA
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisten :
Asisten : 1.
2.
1.HASIL PERCOBAAN:
4.Kadar Kolesterol
Liebermann – Burchard
PENDAHULUAN
A.TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa mampu menentukan kadar total protein dengan berbagai metode analisis kimia
dengan memahami prinsip dasar proses kimiawi.
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar kolesterol dengan berbagai metode analisis kimia
dengan memahami prinsip dasar proses kimiawi.
B.MATERI PRAKTIKUM :
Prosedur
1. Bilas 2 g organ hati dengan KCl 1.15% dingin
2. Keringkan dengan kertas saring
3. Homogenkan organ hati dengan KCl dingin 1.15% dengan konsentrasi 10% b/v
4. Ambil 0.1 mL homogenat ke dalam tabung reaksi bertutup
5. Tambahkan 0.2 mL SDS 8.1% dan 1.5 mL asam asetat 20% serta atur pH menjadi 3.5
dengan menggunakan NaOH 1 M (sekitar 0.7 mL)
6. Tambahkan 0.7 mL aquades dan 1.5 mL TBA 1% dalam pelarut asam asetat 50%
7. Didihkan selama 60 menit
8. Dinginkan pada suhu kamar
9. Hasil positif ditantai dengan terbentuknya warna merah muda
10. Tambahkan 1 mL aquades dan 5 mL butanol:piridin 15:1 (v/v)
11. Homogenkan menggunakan vortex
12. Sentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit
13. Pindahkan lapisan atas yang berwarna merah muda ke dalam kuvet
14. Analisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisten :
Asisten : 1.
2.
1.HASIL PERCOBAAN:
1.Kadar MDA