Anda di halaman 1dari 94

KIMIA KLINIS (KIM 209)

PRAKTIKUM II

PENGENALAN ALAT LABORATORIUM KIMIA KLINIS


DAN PENANGANAN SAMPEL BIOHAZARD

PENDAHULUAN

Laboratorium kimia klinis dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya dilengkapi


dengan peralatan yang memadai sesuai dengan kebutuhan uji/analisis yang terdiri atas peralatan
inti dan peralatan pendukung. Peralatan inti laboratorium kimia klinis/patologi klinis terdiri atas
peralatan laboratorium yang berfungsi melakukan proses pengujian dengan aman
(spektrofotometer/fotometer), pengukuran/penimbangan, pengendapan/konsentrasi (sentrifugasi),
alat pengujian/detektor, visualisasi, sterilisasi dan pemusnah limbah. Setiap pemanasan yang
menggunakan peralatan kaca, sebaiknya mengunakan penangas air. Wadah untuk menampung
larutan disesuaikan dengan keakuratan alat yang digunakan. Peralatan pendukung yang harus
tersedia di laboratorium kimia klinis adalah ruang asam, penangas air, meja yang harus terpisah
antara sampel biohazard yang mencakup darah, urin dan feses, serta sarung tangan dengan sampel
kertas, dll.

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mempelajari peralatan laboratorium yang akan digunakan dalam praktikum kimia klinis.
2. Mempelajari pemisahan, penyimpan dan transport cairan ekstraselular tubuh mencakup serum,
plasma darah, dan urin.

B. MATERI PRAKTIKUM

 Mahasiswa memperhatikan dan mencatat semua peralatan praktikum yang


disediakan per meja dan yang diinstruksikan dosen serta mengingat kembali
fungsinya

• Mahasiswa memperhatikan pengarahan tentang cara penggunaan mikroskop,


fotometer, refraktrometer, pH meter, kamar hitung, mikropipet, pipet transfer, alat
sentrifus, pipet thoma, pipet Sahli dan alat-alat gelas lainnya sebagai pendukung.

 Mahasiswa memperhatikan proses penanganan sampel :


1. Surat pengantar sampel diterima atau dibuat dengan memperhatikan data
identifikasi sampel diisi dengan tinta hitam dan ditulis dengan huruf cetak atau
tulisan terbaca mencakup :
• Nama pasien, jenis kelamin, umur, record number/registrasi (signalemen),

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 1|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

• Alamat lengkap pasien,


• Tanggal dan waktu pengambilan sampel,
• Jenis pemeriksaan atau uji laboratorium yang diperlukan (sangat penting),
• Faktor lain yang diperhatikan
 Kecukupan volume sampel darah, urin, dll yang berkaitan dengan uji
laboratorium yang diperlukan. Total volume untuk urin 24 jam,
 Keadaan sampel jika darah lisis tidaknya, sampel dibekukan terkirim pada
suhu 4 0C (blue ice), atau pada suhu kamar,
 Keadaan pasien (anamnese) : puasa atau tidak puasa, kondisi sakit,
 Dugaan diagnosa klinis (jika ada),
 Lain-lainnya.

2. Kriteria penolakan sampel


• Bila sampel tidak diberi identitas dengan benar,
• Bila tabung sudah pecah saat diterima,
• Jumlah atau volume sampel tidak cukup untuk uji-uji lab yang akan dilakukan,
• Sampel darah sudah sangat hemolisis,
• Sampel plasma darah diketahui terdapat bekuan darah.

3. Teknik Perolehan Serum, plasma dan urin


Mahasiswa dikenalkan dengan berbagai tabung darah dengan antikoagulan
berbeda, dan siswa mencatat dan mendekripsikan pada LKM (per meja praktikum).

a. b. c. d. e.

o Mahasiswa melakukan prosedur pemisahan serum atau plasma


 Perhatikan sampel darah pada setiap tabung dihadapan praktikan,
 Apabila sampel dari tabung dengan antikoagulan, lakukan pengocokan tabung
dengan membalikkan tabung sebanyak 5 kali secara perlahan,
 Apabila sampel dari tabung tanpa antikoagulan, tidak dilakukan pengocokan
tabung, biarkan darah membeku pada suhu kamar selama 30 menit dan tidak
lebih dari 1 jam,
 Kedua tabung berisi sampel darah disentrifugasi dengan kecepatan rata-rata
2500 RPM selama 10 menit,
 Pindahkan serum/plasma darah dengan volume tertentu (alliquot) dengan hati-
hati memakai mikropipet atau pipet transfer ke dalam vial/tabung Eppendorf
bersih (tunggu instruksi).

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 2|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

o Mahasiswa melakukan pemisahan sedimentasi urin


 Sentrifugasi dengan kecepatan rata-rata 1500 RPM selama 15 menit,
 Gunakan pipet transfer untuk memperoleh sedimentasi urin,
 Tempatkan dalam vial plastik dengan ukuran sesuai kebutuhan.
Koleksi Urin dan Sedimentasi Urin
 Koleksi urin secara menampung atau kateter atau sitosentesis,
 Catat teknik koleksi urin dari sampel terkirim,
 Sampel urin dikoleksi harus dalam tempat yang tidak mudah bocor, tutup yang
aman dan berbahan plastik. Jika waktu pemeriksaan urin ditunda, tabung sampel
urin dibungkus dengan alumunium foil (sensitif cahaya dan panas).
 Simpan sampel dalam keadaan tertutup rapat pada suhu 2-8 °C,
 Jangan dibekukan lebih dahulu jika untuk pemeriksan BJ dan kristal urin,
 Sampel harus diuji dalam waktu kurang dari satu minggu.

o Mahasiswa memperhatikan wadah koleksi sampel urin dan tinja/feses


 Gunakan wadah bertutup yang antibocor,
 Cegah spesimen dari kekeringan; cegah kontaminasi urin atau kotoran,
 Feses harus diperiksa 30 menit setelah dikoleksi terutama untuk pemeriksaan
trophozoit.

4. Teknik penyimpan sampel yang dibekukan:


a. Mahasiswa melakukan penyimpanan serum/plasma/urin
1. Sampel dibekukan hanya bila ada permohonan,
2. Sampel diberi data atau label yang ditempelkan selotape dan pasang sampai
overlapping agar label tidak basah dan lepas,
3. Sampel tersimpan dalam beberapa tabung atau vial plastik (tabung Eppendorf)
dengan volume maksimal ¾ volume tabung,
4. Simpan dalam freezer sebaiknya pada posisi 45º,
5. Apabila sampel akan digunakan setelah penyimpanan dalam freezer, sampel
harus dibiarkan dalam suhu kamar 20 menit sampai 1 jam sebelum
dibuka/digunakan, kemudian homogenkan dengan digoyangkan perlahan-
lahan.
b. Mahasiswa melakukan penyimpanan Feces
1. Gunakan larutan pengawet jika pemeriksaan tidak dilakukan segera mungkin.
Jenis larutan pengawet: 10% formol-saline (100 mL formaldehida dan 900 mL
natrium klorida 0.85%); polyvinyl alcohol (PVA) atau formalin 10%,
2. Spesimen jangan dibekukan, dicairkan (thawing), atau dimasukkan inkubator
karena dapat merusak bentuk parasit,
3. Jangan menyimpan feses pada temperatur tinggi, harus di tempat teduh dan
sejuk.

AKTIVITAS MAHASISWA DALAM PRAKTIKUM /HASIL DITULISKAN PADA LKM

EVALUASI

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 3|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

1. Jelaskan kriteria penolakan sampel untuk sampel darah!


2. Sebutkan definisi serum dan plasma!
3. Jelaskan alasan pemakaian tabung sodium fluoride untuk penentuan glukosa darah!
4. Berapa kecepatan sentrifus untuk urin? Berapa kecepatan sentrifus untuk sampel darah yang
digunakan untuk memperoleh serum atau plasma? Jelaskan alasan kecepatan alat sentrifuse
untuk kedua sampel tersebut berbeda!

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.
RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Hendrix CM, Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
3. IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB Press.
4. Lenhininger AL (Thenawijaya M). 1982. Principle of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia
Jilid 1,2, dan 3. Penerbit Erlangga
5. Sunarto. 2014. Keselamtan dan kesehatan kerja laboratorium kimia. Pendidikan Kimia FMIPA
UNY Yogyakarta http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drs-msi

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 4|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Praktikum 2 : Peralatan Laboratorium Kimia Klinis Penilaian Aktivitas:

Dan Penanganan Sampel

Tgl Prakt/Jam :

Nama Mahasiswa/NIM :

Dosen Praktikum :

Asisten : 1.

2.

TULISKAN HASIL PRAKTIKUM DENGAN MELENGKAPI DI BAWAH INI :

I. Pengenalan Alat Praktikum Kimia Klinis

NO GAMBAR URAIAN / PENJELASAN

1 Nama Alat:

Fungsi :

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 5|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

2 Nama Alat :

Fungsi :

3 Nama Alat :

Fungsi :

4 Nama Alat :

Fungsi :

Fotometer

Jelaskan Prinsip Kerja:

Sebutkan Jenis Sampel yang digunakan:

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 6|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

6 Nama Alat :

A.

A. B.

Fungsi :

A.

B.
B.

7 Nama Alat :

Fungsi :

8 Nama Alat :

Fungsi :

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 7|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

9 Nama alat :Spektrofotometer

Jelaskan prinsip kerja alat ini ::

10 Nama alat :

Fungsi :

Cara Penggunaan:

11 Nama Alat :

A.

B.

Fungsi :

A.
A. B.
B.

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 8|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

12 Nama alat :

Fungsi :

Cara pemakaian :

13 Nama Alat :

Fungsi :

Cara Pemakaian:

14 pH Meter

Jelaskan secara singkat pemakaiannya:

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 9|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

15 Nama Alat :

Fungsi :

16 Nama Alat :

Fungsi :

17 Nama Alat :

Fungsi :

18 Nama Alat :

Fungsi :

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 10 |


KIMIA KLINIS (KIM 209)

19 Nama Alat :

Fungsi :

20 Nama Alat :

Kegunaan :

21 Nama Alat :

Kegunaan :

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 11 |


KIMIA KLINIS (KIM 209)

22 Nama Alat :

Kegunaan :

II. Penanganan Sampel Lab. Kimia Klinis

1.Tuliskan informasi – informasi yang sangat dibutuhkan untuk ditulis :


a. Pada setiap lembar surat permohonan pemeriksaan laboratorium kimia klinis yang anda terima
atau yang akan anda kirimkan secara berurutan?

b. Pada setiap setiap tabung / wadah sampel biohazard yang anda terima atau yang akan anda
kirimkan secara berurutan?

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 12 |


KIMIA KLINIS (KIM 209)

2. Dibawah ini terlihat berbagai jenis tabung darah, lengkapi setiap pertanyaan di bawah ini

A. B. C. D. E.

A. Tabung darah bertutup ungu

Sebutkan antikoagulannya :

Jelaskan prinsip kerja antikoagulan tsb :

B. Tabung darah bertutup biru

Sebutkan jenis anti koagulannya :

Jelaskan prinsip kerja antikoagulan tsb :

C. Tabung darah bertutup merah

Sebutkan jenis anti koagulan :

Jelaskan prinsip kerja antikoagulan tsb :

D. Tabung darah bertutup hijau

Sebutkan jenis anti koagulan :

Jelaskan prinsip kerja antikoagulan tsb :

E. Tabung darah bertutup abu-abu

Sebutkan jenis anti koagulan :

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 13 |


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Jelaskan prinsip kerja antikoagulan tsb :

3. A. Tuliskan fungsi alat dibawah ini dan cara penggunaan alat di bawah ini

Apakah fungsi kondensor ?

Jelaskan cara penggunaannya pada preparat natif dan


preparat terfiksasi/terwarnai?

B. Jelaskan prinsip kerja spektrofotometer ?

C. Jelaskan faktor yang diperhatikan dalam pemakaian fotometer?

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 14 |


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 15 |


KIMIA KLINIS (KIM 209)

PRAKTIKUM III

DARAH 1

PENDAHULUAN

Darah merupakan bagian dari cairan ekstraselular yang terdiri atas cairan plasma dan
benda-benda darah yang mencakup sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP) dan trombosit.
Jika sampel darah diambil secara bertahap dalam waktu tertentu, dapat memperlihatkan gambaran
dinamis perkembangan keadaan fisiologis atau patologis (abnormal) hewan saat sampel darah
diambil. Sel-sel darah dibentuk dalam sumsum tulang dan dilepaskan dalam sirkulasi darah, organ
limpa, dan hati setelah pematangan sel tercapai yang ditandai dengan kadar hemoglobin tercukupi.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang mewarnai sel menjadi merah, hemoglobin
berperan sebagai pembawa gas O2 dalam darah dan dapat terpecah menjadi Heme dan Globin.
Proses pengikatan O2 pada Hb diatur oleh ion H+, CO2 dan ion fosfat organik (DPG).

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mempelajari sel darah merah secara kuantitatif setelah bereaksi dengan
sejumlah zat kimia untuk dapat melisiskan sel darah lain sehingga kondisi fisiologi normal
atau abnormal (patologi) dapat diketahui.
2. Mahasiswa mempelajari kandungan sel-sel darah merah yang mencakup penentuan kadar
hemoglobinnya dengan didasari prinsip-prinsip kimia yang berkaitan dengan kandungan
kimiawi ada dalam eritrosit.

B. MATERI PRAKTIKUM

B.1. PENGHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT

Prinsip : pengenceran darah dengan larutan Hayem menyebabkab lisis sel selain sel darah
merah (SDM) sehingga memudahkan perhitungan SDM atau eritrosit.

Alat dan Bahan:


1. Pipet thoma eritrosit yang bertanda bola merah
2. Tabung gelas/plastik volume 5 mL
3. Larutan pengencer Hayem.
4. Kamar (bilik) hitung Neubaurer (haemocytometer) yang dilengkapi dengan kaca penutup
khusus (cover glass) untuk kamar hitung.
5. Pipet transfer
6. Kertas tissue
7. Mikroskop.
8. Darah berantikoagulan EDTA/Heparin atau whole blood (darah perifer)

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 1|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

9. Aquadest secukupnya

Bahan Pembuatan Larutan Hayem :


1. Natrium Sulfat 2.5 gram
2. Natrium Klorida 0.5 gram
3. Merkuri Klorida 0.25 gram
4. Aquadestilata 100 mL
Prosedur :

1. Mengisi pipet eritrosit


a. Hubungkan pipet thoma berbola merah dengan karet penghisap
b. Hisap darah dengan pipet tsb sampai angka 0.5, bersihkan bagian luar pipet dengan kertas
tisu
c. Dengan pipet yang sama hisap larutan Hayem sampai angka 101. Hati-hati jangan sampai
terjadi gelembung
d. Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua ujung pipet dengan kedua jari
e. Kocoklah selama 15-30 detik dengan membentuk angka 8, kemudian diamkan dalam posisi
horizontal selama 5 menit.

2. Mengisi kamar hitung


a. Siapkan kamar hitung dan penutup gelas dalam keadaan bersih.
b. Kocok kembali pipet berisi cairan darah dan larutan Hayem tadi.
c. Buang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam kamar hitung.
d. Masukan tetes tsb ke dalam kamar hitung dengan cara menyentuh ujung pipet dengan sudut
30 derajat pada permukaan kamar hitung, dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan
tsb

3. Menghitung jumlah eritrosit


Letakkan kamar hitung pada meja mikroskop, turunkan kondensor atau kecilkan diafragma.
kemudian gunakan lensa objektif 40X, amati penyebaran sel yang merata lalu hitung jumlah
eritrosit pada 5 bidang sedang ditengah R

R = Sel darah merah


W = Sel darah putih

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 2|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Perhitungan :
 Dari setiap 5 kotak besar berisikan bujur sangkar kecil yang terdiri dari 16 kotak kecil
dengan ukuran luas 1/20mm x 1/20mm = 1/400mm2.
Volume 5 kotak = 5 x 16 x 1/400mm2 x 1/10mm

= 80/4000mm3 = 1/50mm3

Bila jumlah sel yang diperoleh adalah B, maka 1mm3 = B x 50. Faktor pengencer 200x.

Jadi jumlah eritrosit / mm3 = B x 50 x 200

B.2. PENENTUAN KADAR HEMOGLOBIN


B.2.1. Metode Sahli

Alat dan Bahan :


1. Satu set Haemoglobinometer Sahli
Pipet tetes
Batang Pengaduk
Pipet hisap Sahli
Tabung Sahli dan standard
2. Darah berantikoagulan EDTA/(whole blood)
3. HCl 0.1 N
4. Aquadest

Prosedur :
1. Isi tabung Sahli dengan HCl 0.1 N sampai garis terbawah atau angka 10 dalam tabung
2. Hisap darah menggunakan pipet Sahli sampai batas garis 20 mm3 (20 μL), sisa darah di
ujung luar pipet dibersihkan dengan kerta tissu.
3. Segera masukkan darah ke dalam tabung Sahli yang berisi HCl 0.1 N dengan meniup secara
perlahan. Bilas isi pipet 2-3 kali dengan menghisap cairan tsb dan ditiup perlahan-lahan
(jangan sampai melewati batas garis)
4. Diamkan selama 3 sampai 5 menit (sampai berwarna kecoklatan).
5. Encerkan isi tabung dengan aquadest dengan mengunakan pipet tetes sampai dengan
menyamai warna standar dari tabung yang ada di kanan dan kiri tabung Sahli, sambil terus
diaduk dengan batang pengaduk. Ingat jangan keluarkan batang pengaduk sebelum
pengenceran selesai.

Pembacaan Hasil:

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 3|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

1. Hentikan setelah terbentuknya coklat atau coklat kehitaman yang setarakan dengan warna
tabung standart yang ada di kanan dan kiri tabung
2. Kadar Hemoglobin dibaca dengan melihat meniskus bawah cairan pada tabung Sahli atau
tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli. Satuan Hemoglobin dinyatakan dengan gram
%.
3. Pembacaan langsung dengan melihat pada jalur gram % yang berarti banyaknya
Hemoglobin dalam gram per 100 mL darah. Catat hasil pengamatan.

B.2.2. Metode Falling Drop (Berat Jenis)

Alat dan Bahan :


1. Mikropipet dan tips, lancet
2. Termometer larutan
3. Labu ukur 1000 mL
4. Urinometer
5. Gelas piala 100 mL, gelas ukur 50 mL,
6. Timbangan
7. CuSO4.5H2O pa
8. Darah berantikoagulan

Persiapan Reagensia :
Pembuatan Larutan Stok
1. Timbang 15.960 gram CuSO4.5H2O pa, larutkan dengan aquadest dalam labu ukur sampai
dengan 1000 mL (1 literal) .
2. Ukur suhu larutan dengan termometer.
3. Ukur berat jenis larutan dengan menggunakan urinometer (BJ 1.100 g/mL).

Perhitungan :
Berat jenis yang terbaca : 1.099 g/mL
Suhu larutan : 30 ºC
Suhu Urinometer : 27 ºC
Cara mengukur perbedaan suhu bila suhu larutan dengan suhu tera urinometer
naik 3 ºC ke atas tambahkan 0.001
turun 3 ºC ke bawah kurangi 0.001
(Suhu larutan−suhu urinometer)
Berat jenis sesungguhnya : BJterukur + [ 3
x 0.001]
30°−27°
1.099 + x 0.001
3
1.99 + 3/3 x 0.001 = 1.099 + 0.001
1.100
Jadi berat jenis sesungguhnya : 1.100 g/mL

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 4|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Pembuatan Larutan Kerja


1. Ambil 52 mL larutan stok tambahkan 48 mL aquadest didapatkan larutan CuSO4 BJ 1.052
g/mL.
2. Ukur suhu larutan dengan termometer.
3. Ukur berat jenis larutan dengan menggunakan urinometer (BJ 1.052 g/mL).

Prosedur:
1. Lakukan sterilisasi lokal dengan kapas alkohol 70 %.
2. Lakukan tusukan perifer (hapus tetesan darah yang pertama keluar).
3. Pengganti point 1 dan 2, ambil darah berantikoagulan EDTA menggunakan mikropipet
sebanyak 500 µL
4. Teteskan darah di atas campuran larutan kerja CuSO4 dengan ketinggian ± 2-3 cm dan
perhatikan sampai dengan 15 detik.
5. Baca hasil.

Pembacaan Hasil :
Darah tenggelam berarti kadar Hb lebih dari 12.5 g/dL
Darah melayang berarti kadar Hb sama dengan 12.5 g/dL
Darah mengapung berarti kadar Hb kurang dari 12.5 g/dL

B3. UJI OKSIHEMOGLOBIN DAN DEOKSIHEMOGLOBIN

Alat dan Bahan:


1. 1 Rak Tabung untuk 5 mL
2. 4 buah Tabung reaksi 5 mL perkelompok
3. Larutan NH4OH
4. Pereaksi Stoke
5. Darah segar/darah berantikoagulan EDTA

Prosedur :
1. Masukkan 0.5 mL darah ke dalam tiga tabung reaksi 5 mL. Beri label tabung darah 1, 2, 3.
Tabung 2 berfungsi sebagai kontrol
2. Tab darah 1, campurkan dengan 3 mL air suling atau aquadest. Campurkan dengan baik
perhatikan warna yang terbentuk (oksihemoglobin)
3. Tab.darah 2 teteskan 1-4 tetes campuran pereaksi stokes dan NH4OH lalu kocok campuran
tersebut.
4. Tabung 3 teteskan 1-4 tetes pereaksi stokes, kocok campuran tersebut dan tambahkan
NH4OH.
Campuran Pereaksi Stoke :
Prosedur : Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 mL pereaksi Stoke sebanya 2 mL dan
tambahkan NH4OH secukupnya jika terbentuk endapan.

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 5|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

TUGAS MANDIRI

1. Jelaskan prinsip metode Sahli dan jelaskan arti warna coklat pada hasil percobaan penentuan
kadar hemoglobin metode Sahli?
2. Jelaskan alasan arti darah tenggelam dalam pemeriksaan hemoglobin dengan metode Falling
drops?
3. Apa yang disebut dengan Hb teroksidasi? tuliskan rumus kimianya?

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.


RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Hendrix CM., Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
3. IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB Press.
4. Lenhininger AL (Thenawijaya M). 1982. Principle of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia
Jilid 1,2, dan 3. Penerbit Erlangga
5. Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Mulia Medika
6. Sunarto. 2014. Keselamtan dan kesehatan kerja laboratorium kimia. Pendidikan Kimia
FMIPA UNY Yogyakarta http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drs-msi

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 6|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Praktikum 3 KIM 209 : Darah 1 Penilaian


Aktifitas:
Tgl Prakt/Jam :
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisten
Asisten : 1.
2.

Tuliskan hasil percobaan didalam tabel di bawah ini :

1. Hitung jumlah SDM dan Hemofgobin SDM

No Materi Perhitungan dan Hasil Jelaskan


Percobaan
Praktikum (satuan) Prinsip Singkat

1. Penghitungan SDM

2. Kadar Hemoglobin

a.Metode Sahli

b.Metode Falling Drops

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 7|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

2. OksiHb dan Deoksi Hb

Hasil Tabung 1 OksiHemoglobin Tabung 2 Tabung 3


Reoksigenasi
DeoksiHemoglobin DeoksiHb

Warna
Terbentuk

Penjelasan

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 8|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

PRAKTIKUM IV

DARAH 2

PENDAHULUAN

Sel Darah Merah (SDM) atau eritrosit dalam sirkulasi darah harus bergerak fleksibel dengan
integritas membran sel yang terjaga dalam menjalankan perannya, sedangkan Sel Darah Putih (SDP) atau
leukosit seringkali merefleksikan adanya suatu proses fisiologis, dan dapat juga mencerminkan sistem
pertahanan tubuh dari individu bersangkutan. Eritrosit dalam larutan hipotonik akan menggelembung
karena cairan dari luar akan masuk ke dalam SDM. Bila pembengkakan SDM melewati batas fragilitas
membran SDM, maka SDM akan pecah dan terjadi hemolisis. Hb akan larut dalam cairan hipotonik
sehingga larutan akan berwarna jernih sebaliknya di dalam larutan hipertonik tekanan osmotik plasma darah
maka cairan dari SDM akan keluar dari SDM sehingga sel akan mengerut.

Manifestasi respon leukosit dapat berupa peningkatan atau penurunan pada satu atau lebih jenis
leukosit di dalam sirkulasi darah. Evaluasi SDM dan SDP merupakan bagian perhitungan pemeriksaan
hitung darah lengkap atau dikenal dengan Complete Blood Count (CBC) yang terdiri atas jumlah total
leukosit, hitung jenis leukosit atau diferensiasi jenis – jenis SDP seperti netrofil, limfosit, eosinofil, monosit
dan basofil, selain itu, mahasiswa juga dapat mengenal morfologi setiap jenis SDP.

A.TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mempelajari SDM dan SDP secara kualitatif untuk dapat mengetahui kondisi fisiologi
normal atau abnormal (patologi).

2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi ketahanan membran SDM.

B. MATERI PRAKTIKUM

B. 1. MORFOLOGI ERITROSIT dan HITUNG JENIS LEUKOSIT

Pembuatan dan Pewarnaan Sediaan Hapus Darah

Alat dan Bahan:

1. 6 Gelas/kaca preparat perkelompok

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 1|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

2. Pengukur waktu
3. Gelas pewarnaan (satu set untuk tiga kelompok)
4. Mikroskop
5. 2 bak pencuci
6. Metil alkohol (metanol)
7. Reagen : Deep quick atau Giemza
8. Darah dengan antikoagulan (EDTA)/darah perifer

Prosedur

1.1.Prosedur Giemza:

1. Siapkan dua gelas preparat bersih.


2. Metil alkohol (metanol) dan Giemza disiapkan dalam bak pewarnaan tidak dilakukan untuk setiap
kelompok tetapi pertiga kelompok.
3. Teteskan satu tetes darah pada salah satu ujung dari gelas preparat. Dengan menggunakan gelas
preparat kedua darah dibiarkan menyebar pada salah satu ujung tepian kaca preparat tsb dan ulaskan
darah tersebut dengan cara mendorong dengan sudut 45º sehingga terbentuk ulasan darah.
4. Biarkan kering secara alami dengan mengayun-ayunkannya beberapa kali di udara.
5. Fiksasi point 3 dengan metanol yang tersedia pada gelas pewarnaan selama 5 menit atau dengan
larutan 1 deep quick selama 5 celupan.
6. Setelah itu preparat diangkat dan dikeringudarakan.
7. Selanjutnya preparat berisikan ulasan darah tsb diwarnai dengan Giemza selama 15 menit.
8. Bilas dengan air mengalir pada bagian belakang gelas preparat usahakan air jangan berhadapan
langsung dengan ulasan darah.

1.2. Prosedur Diferential Quick :

1. Siapkan dua gelas preparat bersih.


2. Siapkan zat warna dift quick yang terdiri atas 3 pewarna, perhatikan kandungan setiap botol
dan masukkan ke setiap wadah gelas pewarnaan.
3. Teteskan satu tetes darah pada salah satu ujung dari satu gelas preparat. Dengan
menggunakan gelas preparat kedua darah dibiarkan menyebar pada salah satu ujung tepian
kaca preparat tsb dan ulaskan darah tersebut dengan cara mendorong dengan sudut 45º
sehingga terbentuk ulasan darah.
4. Biar kering secara alami dengan mengayun-ayunkannya beberapa kali di udara.
5. Lakukan pencelupan selama 5 kali celupan dan di antara celupan bilas dengan air.

Pemeriksaan Ulas Darah

Alat dan Bahan:

1. Preparat ulas darah yang telah diwarnai dengan pewarnaan Giemza

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 2|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

2. Mikroskop
3. Minyak immersi
4. Alat penghitung (counter)

Prosedur :

1. Mikroskop disiapkan dan dimulai dengan pembesaran rendah yakni lensa objektif 4x dan 10x untuk
orientasi keberadaan populasi eritrosit dan leukosit, pemilihan ulasan darah yang baik (sel-sel darah
tidak bertumpuk dan bentuk sel teramati dengan jelas).
2. Daerah ulasan darah yang sudah terpilih pada monolayer, lakukan pengamatan morfologi sel darah
dengan menempatkan lensa objektif 100x.
3. Lapang pandang digeser ke satu arah menelusuri daerah terpilih sampai daerah terpilih ini terlewati
seperti gambar 2 di bawah sambil mengamati morfologi dan abnormalitas eritrosit yang ditemukan
pada setiap lapang pandang. Catat hasil pengamatan.
4. Cara perhitungan lekosit: hitung leukosit minimal 10 lapang pandang hingga mencapai jumlah
100 sel lekosit yang terdiri dari bermacam-macam jenis lekosit. Satuan masing-masing jenis sel
leukosit adalah %.

Evaluasi Eritrosit

Dilakukan pada area monolayer sampai ke feather edge, evaluasi dilakukan terhadap ukuran
(size), bentuk (shape), warna (staining) dan ada tidaknya badan-badan inklusi atau parasit
darah.
Catatan : Ukuran dan bentuk eristrosit dalam kondisi normal setiap species berbeda AMATI
dan GAMBARKAN.
Evaluasi Hitung Jenis Lekosit

Terhadap leukosit dilaporkan dalam jumlah diperoleh dari pengamatan jenis sel kelosit pada
sepuluh lapang pandang menggunakan lensa objektif 100x yang dibantu minyak immersi,
hitung jenis dan kelainan morfologi. Keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut
urutan dalam sirkulasi darah adalah neutrofil (ada dua jenis batang dan neutrofil segmen),
limfosit, monosit, eosinofil dan basofil. Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran,
bentuk, inti, warna sitoplasma serta granula didalamnya AMATI dan GAMBARKAN.

B.2. SIFAT MEMBRAN ERITROSIT

Daya Tahan Osmotik


Alat dan Bahan:
1. 4 Tabung reaksi 15 mL perkelompok
2. Pipet transfer
3. Pipet volumetrik
4. Mikropipet 100 µL dan tips, serta pipet Mohr

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 3|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

5. Rak Tabung
6. Sentrifuge
7. Rak Tabung 15 mL
8. Spektrofotometer
9. Darah berantikoagulan EDTA
10. NaCl 0.5 %, 0.9 %, 2%
11. Aquadest

Prosedur :
1. Siapkan larutan NaCl stok (pokok) 2 % dan buat larutan kerja NaCl 0.9 % dan 0.5 % dari
larutan NaCl 2 % Stok.
2. Larutan kerja NaCl 0.85 % dibuat dari larutan stok 8.5 mL ditambah 1.5 mL dan begitu
juga untuk pembuatan larutan kerja untk NaCl 0.5 %.
3. Siapkan tiga tabung 15 mL perkelompok
Tabung 1 diisi dengan NaCl 0.9 % sebanyak 1 mL
Tabung 2 diisi dengan NaCl 0.5 % sebanyak 1 mL
Tabung 3 diisi dengan NaCl 2 % sebanyak 1 mL
4. Ke dalam setiap tabung tsb masukkan 100 µL darah pasien sakit (0.1 mL) lalu campurkan
secara merata tanpa mengocoknya tetapi dengan mengunakan pipet hisap dan keluarkan
secara berulang.
5. Biarkan ketiga tabung tsb selama 30 menit atau lebih lama.
6. Bersamaan dengan percobaan itu dilakukan percobaan serupa dengan darah normal sebagai
kontrol (pasien sehat) (Prosedur 1 sampai 5 sama).

Catatan Hasil Pemeriksaan :

Daya tahan osmotik normal tidak memerlukan pemeriksaan selanjutnya; bila tabung berisi larutan NaCl 0.5
% tidak memperlihatkan adanya hemolysis.

Daya tahan osmotik tidak normal memerlukan pemeriksaan selanjutnya; bila tabung berisi larutan NaCl 0.5
% ada hemolisis (pecah terlihat merah berbutir) dan NaCl 0.9 % tidak ada hemolisis.

Pemeriksaan Fotokolorimeter: (seluruh kelompok)

Prosedur :

1. Siapkan 11 tabung reaksi dan rak tabungnya.


2. Buat pengenceran NaCl dengan aquadest dari 1 % hingga 0.1 % seperti tabel di bawah
ini:

Tabel Pengenceran NaCl

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 4|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

No Larutan NaCl 1 % (mL) Aquadest (mL) Hasil Darah (µL)

Kadar NaCl (%)

1 2.0 - 1 20

2 1.8 0.2 0.9 20

3 1.6 0.4 0.8 20

4 1.4 0.6 0.7 20

5 1.2 0.8 0.6 20

6 1.0 1.0 0.5 20

7 0.8 1.2 0.4 20

8 0.6 1.4 0.3 20

9 0.4 1.6 0.2 20

10 0.2 1.8 0.1 20

11 - 2.0 0

3. Tambahkan 20 µL darah pada pengenceran yang dibuat dari tabel 1 s.d 10.
4. Tabung 11 digunakan sbg blanko (tidak ditambahkan darah).
5. Kocok lalu putar 2000 rpm selama 10 menit.
6. Lalu baca secara makroskopis dan pindahkan supernatan ke dalam tabung yang lain.
7. Baca absorban dari tabung 1 s.d tabung 10 terhadap blanko pada spektrofotometer.
8. Perhatikan permulaan hemolisis 0.42 % ± 0.02 % dan hemolisis sempurna 0.32 %± 0.02%.

B.3. PENGARUH PELARUT ORGANIK TERHADAP MEMBRAN SDM

Alat dan Bahan :


1. 4 Tabung Reaksi
2. Darah berantikoagulan EDTA
3. Larutan NaCl 0.9 %
4. Kloroform
5. Aseton
6. Alkohol
7. 4 Pipet tetes
8. 2 Pipet transfer

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 5|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Prosedur :
1. Siapkan 4 tabung reaksi dan masukkan ke setiap tabung NaCl 0.9 % sebanyak 5 mL.
2. Tabung 1 Kontrol.
3. Tabung 2-4 tambahkan dua tetes kloroform, aseton, dan alkohol, kocok merata.
4. Tambahkan ke setiap tabung dua tetes suspensi darah, biarkan selam 30 menit.
5. Perhatikan warna yang terbentuk dan bandingkan dengan kontrol.

TUGAS MANDIRI

1. Jelaskan perbedaan pewarnaan ulas darah dengah metode Giemza atau Deep quick ?
2. Jelas prinsip pelarut organis terhadap membran SDM ?
3. Jelaskan bagaimana posisi kondensor pada mikroskop saat evaluasi pemeriksaan morfologi
lekosit?

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.


RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20. Penerbit
Buku EGC.
3. Hendrix CM., Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
4. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and
Febige4. Philadelphia. USA
5. Priyana A. 2010. Patologi Klinik. Penerbit Universitas Trisakti
6. Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Mulia Medika
7. Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium. Bagian
Biokimia FKUI

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 6|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Praktikum 3 KIM 209 : Darah 2 Penilaian


Aktifitas

Tgl Prakt/Jam :

Nama Mahasiswa/NIM :

Dosen Praktikum :

Dosen Asisten

Asisten : 1.

2.

Tuliskan hasil percobaan praktikum di dalam tabel di bawah ini :


1. Morfologi SDM (Eritrosit) Dan Hitung Jenis SDP (Lekosit)

Morfologi Sel Darah

ERISTROSIT

LEUKOSIT :

Netrofil Segmen Netrofil Batang (muda)

Limfosit Eosinofil

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 7|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Monosit Basofil

Hitung Jenis Leukosit (dalam 100%)

Jenis Sel Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑


Normal

Netrofil

Limfosit

Monosit

Eosinofil

Basofil

2.Sifat Membran SDM :

No Tabung Jenis NaCl + SDM Deskripsikan dan Foto

1 NaCl 2 %

2 NaCl 0.9 %

3. NaCl 0.5 %

Lanjutan

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 8|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

No Daya Tahan Osmotik Hasil Makroskopik


Percobaan
(satuan)

1.A

Absorban tabung 1

Absorban tabung 2

Absorban tabung 3

Absorban tabung 4

Absorban tabung 5

Absorban tabung 6

Absorban tabung 7

Absorban tabung 8

Absorban tabung 9

Absorban tabung 10

3.Sifat Pelarut Organik Terhadap Membran SDM

No Tabung Pelarut Organik Hasil Deskripsikan dan Foto

1 Kontrol

2 Kloroform

3 Aseton

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 9|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

4 Alkohol

4. Catatan dan Diskusi dikerjakan di laporan kelompok

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 10 |


KIMIA KLINIS (KIM 209)

PRAKTIKUM V

DARAH 3

PENDAHULUAN

Keadaan patologik (abnormal ~ sakit) dapat menyebabkan berbagai macam perubahan


patologi pada darah, antara lain timbulnya pendarahan. Kondisi tersebut dapat dihentikan oleh
mekanisme tubuh yang melibatkan beberapa faktor pembekuan darah (hemostasis). Jika kondisi
perdarahan tidak dapat dihentikan, maka dapat dikatakan bahwa terjadi gangguan hemostasis yang
perlu dibuktikan dengan pengujian sejumlah uji yang lebih khusus. Pengetahuan terkait dengan
faktor-faktor hemostasis dalam massa perdarahan seperti fungsi pembuluh darah kapiler, jumlah
dan fungsi trombosit, dapat membantu pendeteksian dini dan penanganan kondisi abnormalitas
(patologi) pendarahan seorang individu.
Trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit, suatu sel muda yang besar
dalam sumsum tulang. Trombosit tidak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 1-4 mikrometer
dan volume 7-8 fL. Penghitungan trombosit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Metode langsung menggunakan kamar hitung, yaitu menggunakan mikroskop fase kontras dan
mikroskop cahaya (Rees-Ecker), maupun secara otomatis. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-
25%. Hal ini disebabkan karena faktor teknik pengambilan sampel yang menyebabkan trombosit
bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat dan penyebaran trombosit yang
tidak merata. Jumlah trombosit normal adalah 150.000 – 450.000 per mm3 darah. Kondisi
trombositopenia ringan terjadi apabila jumlah trombosit antara 100.000 – 150.000 per mm3 darah.
Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mm3 darah, maka akan cenderung terjadi
perdarahan. Jika jumlah trombosit di atas 40.000 per mm3, biasanya tidak terjadi perdarahan
spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma.
Retraksi bekuan menguji fungsi trombosit, yang ditentukan oleh banyak faktor seperti :
kadar nitrogen, jenis permukaan yang bersentuhan dengan darah beku, dan faktor-faktor lain dalam
serum yang mengajukan retraksi. Bila darah dibiarkan membeku, maka protrombin diubah
menjadi thrombin. Tetapi dalam serum masih terdapat sisa protrombin, sehingga bila serum
dicampur dengan larutan fibrinogen, tromboplastin, dan kalsium, maka terjadi bekuan dalam
waktu yang agak lama (± 30 detik). Jika kadar protrombin dalam serum semakin sedikit, maka
waktu SPT akan semakin lama. Oleh karena itu, hasil SPT yang panjang adalah normal. Sedangkan
bila kekurangan salah satu faktor, misalnya : faktor VII, IX, XI, XII, maka perubahan protrombin
menjadi trombin akan terganggu. Akibatnya, di dalam serum masih terdapat protrombin yang
banyak, sehingga bila serum dicampurkan dengan larutan fibrinogen, tromboplastin, dan kalsium,
maka akan terjadi pembekuan yang lebih cepat. Sehingga, hasil SPT yang memendek adalah nilai
yang abnormal. Volume serum yang dikeluarkan secara spontan dari bekuan menjadi ukuran bagi
retraksi bekuan yang terjadi. Retraksi mulai terjadi satu jam sesudah darah membeku dan
sempurna setelah 24 jam. Cara yang tersebut memberikan nilai semi kuantitatif. Jika darah yang
diperiksa mempunyai nilai hematokrit rendah, maka jumlah serum yang diperas keluar lebih

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 1|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

banyak dari biasa. Pemeriksaan ini digunakan untuk mencari adanya kekurangan faktor-faktor
pembekuan darah pada jalur intrinsik, yaitu faktor V, VIII, IX, X, XI, XII, protrombin, dan
fibrinogen. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pada plasma rendah trombosit yang tidak
mengandung ion kalsium, ditambahkan sejumlah CaCl2, lamanya waktu untuk menyusun fibrin
adalah masa rekalsifikasi.
Sebagai gantinya, jumlah serum yang tertinggal dalam bekuan dapat diukur sebagai jumlah
volume cairan bekuan. Penentuan plasma trombin digunakan untuk mencari adanya gangguan
dalam proses pembekuan trombin dan fibrin. Jika dianggap bahwa faktor lain-lain dalam proses-
proses itu normal, maka masa protombin ini menjadi ukuran untuk aktivitas protombin. Plasma
diberi sejumlah tromboplastin dan ion kalsium yang optimal, dan lamanya waktu untuk menyusun
fibrin diukur. Sediaan tromboplastin yang kuat (aceton dehydrated rabbit brain) ditambahkan
plasma yang didapat dari darah citrat. Campuran tersebut diinkubasi pada 37 0C dan kemudian
direKalsifikasi dengan menambahkan larutan CaCl2. Waktu pembekuan plasma dicatat.

A.TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler dengan
mengetahui keadaan dinding kapiler dan jumlah trombosit yang juga didasari proses kimia dan
biokimia dalam tubuh.

B. MATERI PRAKTIKUM

B1. PERHITUNGAN TROMBOSIT DENGAN HEMOSITOMETER

Alat dan Bahan :

1. Pipet eritrosit (pipet pengencer dengan bola kecil berwarna merah)


2. Kamar hitung dan gelas penutup
3. Tisu kertas
4. Alat penghitung (counter)
5. Mikroskop
6. Serum dengan antikoagulan EDTA
7. Larutan BaCl2/ amonium oksalat 1 %

Prosedur :

1. Mengisi pipet eritrosit


a. Hubungkan pipet Thoma berbola merah dengan karet penghisap,
b. Hisap darah dengan pipet sampai angka 0.5, bersihkan bagian luar pipet dengan kertas
tisu,
c. Dengan pipet yang sama hisap larutan amonium oksalat sampai angka 101. Hati-hati
jangan sampai terjadi gelembung,

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 2|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

d. Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua ujung pipet dengan kedua jari,
e. Kocoklah selama 15-30 detik dengan membentuk angka 8, lalu diamkan selama 5 menit
dalam posisi horizontal,
f. Buang suspensi 2-3 tetes sebelum dimasukkan kedalam bilik hitung.

2. Mengisi kamar hitung


a. Siapkan kamar hitung dan penutup gelas dalam keadaan bersih,
b. Kocok kembali pipet berisi cairan darah dan larutan BaCl2/ amonium oksalat 1 %,
c. Buang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam kamar hitung,
d. Masukan tetes tsb ke dalam kamar hitung dengan cara menyentuh ujung pipet dengan sudut
30° pada permukaan kamar hitung, dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan tsb.

3. Menghitung jumlah trombosit :


a. Letakkan kamar hitung pada mikroskop, turunkan kondensor atau kecilkan diafragma.
kemudian gunakan lensa objektif 40x, amati penyebaran sel yang merata,
b. Pusatkan perhatian pada 25 kotak sedang yang terletak bagian tengah kamar hitung (setiap
kotak sedang terdiri dari 16 kotak kecil),
c. Sel-sel yang menyentuh garis atas dan kiri kotak termasuk dalam hitungan, sedangkan sel-
sel yang menyentuh garis batas kedua sisi lainnya (kanan dan bawah) tidak termasuk
hitungan.
d. Perhitungan :
o Masing-masing bujur sangkar kecil (kotak) terdiri dari 25 kotak sedang dengan ukuran
satu kotak sedang terdiri dari 16 kotak kecil dengan luas kotak kecil = 1/20mm x
1/20mm = 1/400mm2 x16=1/25 mm2
o Volume 1 kotak sedang = 1/25 mm2 x 1/10mm = 1/250 mm3
o Volume keseluruhan dari 25 kotak sedang = 1/250 mm3x25 =1/10 mm3
o Jadi jumlah trombosit = Jumlah perhitungan trombosit (N) x 100 x FP

B.2. MORFOLOGI TROMBOSIT

Pembuatan dan Pewarnaan Sediaan Hapus Darah

Alat dan Bahan :

1. 6 Gelas/kaca preparat perkelompok


2. Pengukur waktu
3. Gelas pewarnaan (satu set untuk tiga kelompok)
4. Mikroskop
5. 2 bak pencuci
6. Metil alkohol (metanol)

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 3|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

7. Pereaksi : Deft quick


8. Darah dengan antikoagulan (EDTA)/darah perifer

Prosedur :

1. Siapkan dua gelas preparat bersih,


2. Siapkan zat warna Deft quick yang terdiri atas 3 pewarna, perhatikan kandungan setiap
botol dan masukan kesetiap wadah gelas pewarnaan,
3. Teteskan satu tetes darah pada salah ujung dari satu gelas preparat. Dengan menggunkan
gelas preparat kedua darah dibiarkan menyebar pada salah satu ujung tepian kaca
preparat tsb, dan ulaskan darah tersebut dengan cara mendorong dengan sudut 45º
sehingga terbentuk ulasan darah,
4. Biar kering secara alami dengan mengayun-ayunkannya beberapa kali di udara,
5. Lakukan pencelupan selama 5 kali celupan dan di antara celupan bilas dengan air.

Pemeriksaan Ulas Darah

Alat dan Bahan:

1. Preparat ulas darah yang telah diwarnai dengan pewarnaan Giemza


2. Mikroskop
3. Minyak immersi
4. Alat penghitung (counter)

Prosedur :

1. Mikroskop disiapkan dan dimulai dengan pembesaran rendah yakni lensa objektif 4x dan 10x
untuk orientasi keberadaan populasi eritrosit dan lekosit, pemilihan daerah ulasan darah yang
baik (sel-sel darah tidak bertumpuk dan bentuk sel teramati dengan jelas),
2. Daerah ulasan darah yang sudah terpilih pada monolayer, lakukan pengamatan morfologi
trombosit dengan menempatkan lensa objektif 100x sampai 1000x,
3. Cara perhitungan trombosit dalam 1000 sel eritrosit .

B.3. RETRAKSI BEKUAN DAN KONSISTENSINYA

Alat dan Bahan (reagensia) :


1. Spoit jarum suntik 5 ml
2. Tabung reaksi 3 mL
3. Lidi
4. Lemari es
5. Stopwatch
6. Kapas
7. Alkohol 70%

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 4|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

8. Darah Vena dengan antikoagulan

Prosedur:
1. Ambil kira-kira 1 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung reaksi,
2. Segera masukkan sebatang lidi dengan panjang 10 cm ke dalam tabung tadi,
3. Biarkan pada suhu kamar selama 2 – 3 jam atau semalam dalam lemari es,
4. Lepaskan bekuan darah dengan hati-hati melalui lidi yang terpasang dalam darah, usahakan
jangan terlepas lidi dari bekuan darah yang terbentuk,
5. Catat volume serum yang tersisa dalam tabung itu dan nyatakan volume itu dengan persen
dari volume darah semula =
(volume darah awal – volume serum)/(volume darah awal) x 100%
NILAI NORMAL : 40 – 60 % dari jumlah darah
Catatan: Selain mengukur jumlah serum yang keluar perhatikan juga konsistensi bekuan;
konsistensi itu harus kenyal. Kalau retraksi tidak terjadi dengan baik maka konsistensi bekuan
menjadi lembek dan lapuk sehingga bekuan mudah dipecahkan.

B.4. MASA REKALSIFIKASI PLASMA

Alat dan Bahan


1. 5 Tabung reaksi 3 mL
2. Sentrifus
3. Stopwatch/penghitung waktu
4. Waterbath 37 0C
5. Mikropipet 1000 µL, 200 µL beserta tips pipet
6. Larutan CaCl2 0.025 M
Campuran :
CaCl2 1.38 g
Aquadest 500 mL
7. Larutan NaCl 0.85 %.
8. Plasma darah

Prosedur :
Persiapan Plasma Sampel
1. Darah (bahan pemeriksaan) dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus,
2. Putar dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit, pisahkan plasma,
3. Siapkan 3 tabung reaksi 3 mL masing-masing berisikan 2 mL larutan CaCl2 0.025 M, NaCl
0.85 %, dan 2 mL plasma sampel. Ketiganya dimasukkan ke dalam penangas air (inkubasi)
dengan temperatur 37 0C,
4. Siapkan 2 tabung yang masing-masing berisi campuran 0.5 mL plasma dan tambahkan 0.5
mL larutan NaCl 0.85 %, inkubasi pada suhu 37 0C selama 1-2 menit,

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 5|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

5. Siapkan penghitung waktu (Stopwatch), biarkan kedua tabung poin 2 di dalam penangas air
dan satu tabung ditambahkan beberapa tetes larutan CaCl2 saat mulai dicampurkan hitung
waktunya,
6. HATI-HATI, JANGAN TERLEWAT!! Saat diamati adanya benang–benang fibrin
pertanda proses pembekuan terjadi, hentikan stopwatch dan angkat kedua tabung dari
penangas air,
7. Lama waktu tersebut dicatat sebagai masa rekalsifikasi.

NILAI NORMAL : 90-250 detik.


Catatan :
Selain oleh faktor-faktor pembekuan, masa rekalsifikasi juga dipengaruhi oleh jumlah trombosit,
makin banyak trombosit maka rekalisifikasi makin singkat.

TUGAS MANDIRI

1. Dapatkah kita memastikan kelainan pembekuan darah dengan metode retraksi bekuan darah?
jelaskan jika ya atau tidaknya!
2. Apa peran CaCl2 dalam percobaan rekalsifikasi plasma darah?

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.


RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20. Penerbit Buku
EGC.
3. Hendrix CM., Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
4. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and Febiger
Philadelphia. USA
5. Priyana A. 2010. Patologi Klinik. Penerbit Universitas Trisakti

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 6|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Praktikum V KIM 209 : DARAH 3 Penilaian


Aktivitas :

Tgl Prakt/Jam :

Nama Mahasiswa/NIM :

Dosen Praktikum :

Dosen Asisiten :

Asisten : 1.

2.

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 7|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Tuliskan hasil percobaan praktikum di dalam tabel di bawah ini :

No Materi Percobaan Hasil (satuan jangan lupa), Jelaskan dan


Deskripsikan (gambar)

1 Jumlah Trombosit

2. Morfologi Trombosit

(dibandingkan dengan ukuran SDM)

3. Retraksi Pembekuan Darah

4. Masa Rekalsifikasi Plasma

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 8|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 9|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

PRAKTIKUM VI

GINJAL

PENDAHULUAN
Pengujian fisiologis ginjal dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal
dalam proses filtrasi, reabsorpsi, dan eksresi. Walaupun terdapat perbedaan pada dasar
pemeriksaan, namun hasil yang diberikan akan serupa. Terdapat dua pengujian fungsi ginjal
utama, yaitu pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir dari metabolisme
protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Apabila terdapat
gangguan pada proses ekskresi, maka pengeluaran ureum ke dalam urin akan terhambat, sehingga
kadar ureum dalam darah akan meningkat. Indikasi gangguan pada ginjal juga dapat dilihat dari
terbentuknya batu ginjal. Batu organik akan terbakar habis dan tidak larut dalam asam. Apabila
jenis batu ginjal diketahui, maka pencegahan yang berkaitan dengan pola asupan makanan (diet)
pada penderita dapat diatur.

A. TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Mahasiswa mempelajari ada atau tidaknya gangguan ginjal melalui proses kimiawi
beberapa kerja enzim yang terlibat dalam pembentukan produk metabolisme protein,
2. Mahasiswa mempelajari peran pelarut organik dan anorganik dalam menganalisis
komposisi batu urin.

B. MATERI PRAKTIKUM :

B.1. PENENTUAN UREUM DARAH METODE KOLORIMETER

Prinsip :
urease
Uji Ureum : Urea + H2O + 2H+ 2NH4+ + CO2

Urease akan menghidrolisis urea menjadi ion amonium dan bikarbonat. Amonium yang terbentuk
akan bereaksi dengan oksoglutarat dan NADH. Oksoglutarat akan menjadi glutamat dengan
bantuan enzim GLDH yang disertai dengan perubahan NADH. Penurunan konsentrasi NADH
sebanding dengan konsentrasi ureum dalam sampel.

Alat dan Bahan:


1. Fotometer

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 1|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

2. Mikropipet 1000 µL dan 200 µL


3. Serum darah
4. Pereaksi :
R1 berisi phosphate buffer pH 6.7, EDTA, sodium salicylate dan sodium nitroprusside
R2 berisi urease
R3 berisi sodium hypochloride, sodium hydroxide
R4 berisi urea

5. Beberapa vial 2 mL
6. Vortex
7. Aquadestillata

Prosedur :

Persiapan Pereaksi :
Pereaksi kerja : tambahkan 1 vial R2 ke dalam 1 botol R1
Pereaksi kerja stabil selama :
4 minggu pada suhu 2-8 0C atau
6 hari pada suhu 20-25 0C
R3 siap pakai dan stabil sampai masa kadaluarsa pada suhu 2-8 0C
R3 dapat digunakan langsung tanpa pengenceran atau diencerkan terlebih dahulu dengan
perbandingan 1:4 dengan akuabides. Pereaksi yang sudah diencerkan stabil selama 6 bulan
pada suhu 2-8 0C. Sedangkan R4 siap pakai.

Lindungi semua pereaksi dari cahaya langsung.


1. Siapkan alat fotometer dengan ketentuan di bawah ini :

Panjang gelombang : 578 nm (580 - 600 nm)


Temperatur : 20 ºC atau 25 ºC atau 37 ºC
Kuvet : 1 cm
Pengukuran terhadap : blanko pereaksi (Rb)

Rb Std Spl

Standard/R4 - 10 μL -

Sampel - - 10 μL

Reagen R1 + R3 1000 μL 1000 μL 1000 μL

Homogenkan dengan vortex dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37


ºC atau 10 menit pada suhu 25 ºC.

Reagen R2 1000 μL 1000 μL 1000 μL

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 2|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Homogenkan dengan vortex dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37


ºC atau 10 menit pada suhu 25 ºC. Baca absorban pada fotometer.

2. Catat hasil pemeriksaan dan dituliskan pada lembar kerja,


3. Bersihkan kuvet dengan alirkan fotometer dengan aquadestillata.

B.2. ANALISIS BATU GINJAL SEBAGAI ORGANIK ATAU ANORGANIK


Alat dan Bahan:

1. Mortar dan pestle


2. Lakmus merah
3. Kertas saring
4. Larutan HCl dan NaOH encer, KMnO4 0.01 N, HNO3 pekat
5. Aquadest
6. Penangas air
7. Gelas piala 100 mL
8. Pipet tetes
9. Pb-asetat 5%
10. H2SO4 encer
11. Larutan Na2CO3, NH4OH pekat, asam fosfo wolframat

B.2.1. Analisis Garam Anorganik :

Prosedur:

Oksalat dan Fosfat


1. Hancurkan batu dengan mortar,
2. Larutkan sedikit serbuk batu dalam 5 mL HCl encer kemudian lakukan penyaringan dengan
kasa.
3. Alkaliskan campuran larutan hasil penyaringan dengan penambahan NaOH setetes demi
setetes sambil dievaluasi dengan kertas lakmus jika sudah bersifat alkalis, maka stop
penetesan NaOH, dan perhatikan ada tidaknya endapan terbentuk,
4. Asamkan dengan penambahan asam asetat dan disaring,
5. Perhatikan hasil saat penyaringan :
a. Garam oksalat akan tertahan dikertas saring
b. Garam fosfat ikut dengan filtrat
6. Evaluasi Oksalat; jika terdapat endapan pada kertas saring lakukan pencucian beberapa kali
dengan aquadest,
7. Larutkan dengan H2SO4 encer dan teteskan dengan sejumlah cukup tetesan KMnO4 0.01 N
menggunakan pipet tetes hingga larutan campuran tsb berwarna kemerah-merahan yang
berarti ada garam Oksalat.

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 3|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

8. Evaluasi Fosfat: tambahkan Pb-asetat 5 % pada filtrat. Jika terdapat fosfat, maka akan
terbentuk endapan putih.

B.2.2. Analisis Garam Organik :

Prosedur :
Urate
1. Hancurkan batu dengan mortar, selanjutnya ditetesi HNO3 pekat
2. Keringkan di atas bunsen dengan cara melewati api, jika sudah mengering perhatikan jika
terjadi perubahan, catat warna yang terbentuk,
3. Di atas warna yang terbentuk yang mengering ditetesi NH4OH pekat sampai menjadi warna
lembayung (antara nila dan ungu),
4. Serbuk batu dilarutkan dalam larutan Na2CO3 dan tambahkan asam fosfo wolframat,
5. Jika terbentuk warna biru menunjukkan adanya urat.

TUGAS MANDIRI

1. Jelaskan uji mana yang menurut anda sensitif terhadap kerusakan fungsi faal finjal dan
jelaskan!
2. Jelaskan bagaimana batu ginjal atau batu kantung kemih dapat terbentuk!
3. Apakah pH urine merupakan faktor penunjang terbentuknya batu kantong kemih, jelaskan!

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.


RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20. Penerbit
Buku EGC.
3. Hendrix CM., Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
4. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and
Febige4. Philadelphia. USA
5. Priyana A. 2010. Patologi Klinik. Penerbit Universitas Trisakti
6. Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Mulia Medika

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 4|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Praktikum VI KIM 209 : GINJAL Penilaian


Aktivitas:

Tgl Prakt/Jam :

Nama Mahasiswa/NIM :

Dosen Praktikum :

Dosen Asisiten :

Asisten : 1.

2.

TULISKAN HASIL PERCOBAAN DENGAN MENGISI TABEL DI BAWAH INI

No Materi Percobaan Hasil (satuan jangan lupa) dan Deskripsikan

1 Penentuan kadar ureum

2. Analisis batu ginjal

a. Analisis batu ginjal organik Jelaskan prinsip prosedur

Hasil analisis sampel

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 5|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

3 b. Analisis batu ginjal anorganik Jelaskan prinsip prosedur

Hasil analisis sampel :

Catatan diskusi dibuat di laporan

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 6|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

PRAKTIKUM VII
CAIRAN TUBUH dan MINERAL

PENDAHULUAN

Rongga–rongga dalam tubuh normal dilapisi oleh serosa dan mengandung sejumlah kecil cairan
(efusi). Cairan tersebut terdapat dalam rongga dada, rongga jantung (perikardium), dan rongga perut yang
berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotelium dapat bergerak tanpa geseran
atau friksi. Jumlah cairan dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit dan akan
bertambah pada beberapa keadaan patologi (sakit) yang dikenal dengan cairan transudat atau eksudat.
Transudat seringkali terjadi pada kondisi adanya gangguan keseimbangan cairan tubuh akibat perubahan
tekanan osmotik, koloid, atau tekanan hidrostatik. Sebaliknya eksudat terbentuk akibat suatu proses
peradangan sebagai indikasi manusia atau hewan sakit. Cairan tubuh sebagai transudat biasanya
mengandung kadar protein kurang dari 2.5 g/dL, sedangkan eksudat lebih dari 4 g/dL. Transudat tidak
mengandung lemak kecuali tercampur dengan chylus, sedangkan eksudat sebaliknya. Kalsium diendapkan
langsung dari serum atau cairan tubuh dengan amonium oksalat membentuk endapan Ca-oksalat. Endapan
dicuci dengan amonia encer lalu dititer dengan KMnO4.

A. TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Mahasiswa dapat mempelajari komposisi atau kandungan dalam efusi tubuh,

2. Mahasiwa dapat mempelajari berat jenis cairan tubuh mencakup efusi transudat maupun eksudat.

B. MATERI PRAKTIKUM

B.1. PENENTUAN KADAR PROTEIN DAN BJ CAIRAN TUBUH

Alat dan Bahan:

1. Refraktrometer
2. Tissue kertas pembersih (tissue kertas halus)
3. Sampel cairan tubuh
4. Aquadest
5. 2 buah pipet transfer

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 1|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

Prosedur:

1. Alat refraktometer disiapkan dengan hati-hati dan permukaan prisma dibersihkan dengan kertas tissue,
2. Alat difokuskan sampai garis indeks terlihat jelas,
3. Lakukan kalibrasi alat dengan meneteskan akuades ke atas kaca prisma refraktrometer sebanyak 1 tetes
menggunakan pipet transfer, dan BJ air diamati dengan meneropong lensa okuler menghadap cahaya
(BJ air harus =1 atau mendekati 1),
4. Akuades dibersihkan dari prisma dengan tissue hingga benar-benar kering,
5. Kemudian light plate dibuka dan sampel cairan efusi diteteskan 1-2 tetes kemudian ditutup perlahan-
lahan,
6. Pada lensa akan terlihat bagian terang (putih) dan gelap (biru). Lihat batas garis indeks SP (Serum
Protein, g/dL), Nd (Refractive index) dan U.G (Urinary Specific Gravity). Baca hasil pada posisi SP
batas garis bagian gelap dan catat hasil pengamatan.

B.2. PENENTUAN KANDUNGAN LEMAK

Alat dan Bahan :

1. NaOH 1 N

2. Etilalkohol 95%

3. Sampel cairan tubuh

5. Tabung reaksi 3 mL

6. Kertas saring dan corong

7. Gelas piala 50 mL

Prosedur :

1. Berilah larutan NaOH 1 N ke dalam tabung reaksi yang berisi cairan efusi sebanyak 200 µL, sehingga
menjadi lindi (lindi=cairan dengan kandungan organik tinggi ~ kental )

2. Lakukan ekstraksi dengan etanol 95%

Amati : Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya disebabkan oleh Chylus; dan jika tidak jernih maka
diperkirakan warna putih mengindikasikan adanya lesitin dalam keadaan emulsi.

3. Dilakukan pengenceran 5x dengan etilalkohol 95%,

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 2|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

4. Panaskan hati-hati dalam bejana air selama 10 menit. Jika cairan menjadi jernih, putihnya
disebabkan oleh lesitin,

5. Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam kedaan masih panas dengan ditampung dalam
gelas piala,

6. Filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai volume menjadi sebesar volume awal
(sebelum diberi etilalkohol). Biarkan menjadi dingin lagi,

7. Jika kembali menjadi keruh, maka keberadaan lesitin terbukti. Kekeruhan akan bertambah jika diberi
sedikit air.

B.3. PENENTUAN KANDUNGAN PROTEIN

Alat dan Bahan:

1. Gelas erlenmeyer 200 mL


2. Gelas piala 250 mL
3. Asam asetat glasial
4. Sampel cairan tubuh
5. Aquades

Prosedur :

1. Aqudest sebanyak 20 mL dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer,

2. Tuangkan ke dalam gelas piala dan tambahkan 1 tetes asam asetat glasial dan campur secara merata
dengan gelas pengaduk,

3. Jatuhkanlah 1 tetes cairan tubuh (sampel) yang diperiksa ke dalam campuran ini dilepaskan kira-kira 1
cm dari atas permukaan,

4. Perhatikan tetes itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam asetat,

5. Pengamatan hasil, Perhatikan tiga kemungkinan hasil:

Hasil (-) : jika tetes itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa menimbulkan
kekeruhan sama sekali

Hasil (+) lemah : jika kekeruhan yang sangat ringan serupa kabut halus

Hasil (+) kuat : jika tetes itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau dalam
keadaan ekstrem satu presipitat yang putih

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 3|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

B.4. PENENTUAN KADAR KALSIUM DARAH METODE CLARK DAN COLLIB

Alat dan Bahan

1. Amonium oksalat
2. Amoniak 2%
3. H2SO4 1 N
4. KMnO4 0.01 N ekivalen dengan 0.2 mg Ca
5. Serum darah dan erlenmeyer kecil
6. Alat Titrasi (1 untuk 2 kelompok)

Prosedur:

1. Erlenmeyer disiapkan sebanyak 2 buah dan siapakan sesuai isi tabel di bawah ini :

Tabung 1 Tabung 2

Serum 2 mL -

Akuades 2 mL 4 mL

Ammonium Oksalat 1 mL 1 mL

2. Homogenkan setiap larutan menggunakan pengaduk kecil hingga terbentuk endapan dan biarkan
selama 30 menit,
3. Sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm,
4. Buang supernatan. Letakkan tabung secara terbalik di atas kertas  10 menit, keringkan cairan di mulut
tabung dengan kertas saring,
5. Tambahkan amoniak 2% pada masing-masing tabung ditambahkan sebanyak 3 mL,
6. Homogenkan dan sentrifugasi kembali,
7. Tambahkan H2SO4 1 N sebanyak 2 mL pada masing-masing tabung, kemudian aduk sampai larut,
8. Masukkan ke dalam penangas air 70 °C. Setelah itu titer dengan KMnO4 0.01 N sampai titik akhir
larutan berwarna merah jambu,
9. Percobaan dilakukan secara duplo.

Note : Kadar Ca normal dalam darah : 8.10 - 10.40 (mg/100mL)

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 4|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

EVALUASI

1. Jelaskan perbedaan transudat dan eksudat berdasarkan pemeriksaan kimia klinis yang kalian ketahui!

2. Sebutkan beberapa peran kalsium dalam cairan tubuh!

3. Jelaskan alasan dilakukannya pemeriksaan kandungan lemak dalam cairan tubuh khususnya transudat
dan eksudat!

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad. RS. Dr.
Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20. Penerbit Buku EGC.
3. Hendrix CM., Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
4. IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB Press.
5. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and Febige4.
Philadelphia. USA
6. Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Mulia Medika

7 .Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium. Bagian
Biokimia FKUI

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 5|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Praktikum VII KIM 209 : CAIRAN TUBUH Penilaian


Aktifitas :
Tgl Prakt/Jam :
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisiten :
Asisten : 1.
2.

TULISKAN HASIL PERCOBAAN DENGAN MENGISI TABEL DI BAWAH INI!

No Materi Percobaan Efusi Hasil (satuan jangan lupa/perubahan warna)

1 Penentuan Protein dan BJ BJ :

Protein :

2 Penentuan kandungan lemak

3 Penentuan kandungan glukosa dan


protein

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 6|


KIMIA KLINIS (KIM 209)

4 Penentuan Kadar Kalsium

Penuntun Praktikum KIM Klinis/2022 7|


PRAKTIKUM VIII
URINALISIS 1

PENDAHULUAN
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan informasi kesehatan ginjal dan saluran
urin, tetapi juga mengenai fungsi dari berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu,
adrenal dan pankreas. Jika kita melakukan pemeriksaan urin atau urinalisis dengan memakai
contoh urin dan tampungan 24 jam pada seseorang atau seekor hewan, hasilnya tidak banyak
berbeda dari susunan urin berikutnya. Sebaliknya jika digunakan contoh urin yang diperoleh dari
waktu berbeda maka juga akan diperoleh susunan contoh urin dapat berbeda jauh dari sampel
lainnya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan
pemeriksaan. Urinalisis atau evaluasi urin rutin mencakup evaluasi makroskopis atau fisik urin,
sedangkan dengan penetapan berat jenis urin juga akan dapat diperkirakan kandungan zat dalam
urin. Jumlah zat padat urin dihitung dengan cara mengkalikan 2 angka terakhir berat jenis
dengan 2.6 (=koefisien long), angka yang diperoleh ini menyatakan gram zat padat dalam 1 liter
urin. Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) urin dipengaruhi oleh berbagai macam zat yang
terdapat dalam urin baik yang terlarut maupun yang tidak terlarut. BJ urin dapat diukur dengan
urinometer atau refraktrometer.
Pemeriksaan carik celup biasanya sangat cepat untuk mengetahui komposisi organik dan
anorganik urin, metode ini mudah dan spesifik. Metode ini sensitif dan spesifik tetapi
pelaksanaan metode ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditentukan karena jika tidak
mengikuti petunjuk tersebut seringkali diperoleh hasil yang menyimpang dari keadaan
sebenarnya. Komposisi urin pada keadaan abnormal dapat ditemukan adanya protein, glukosa
dan badan keton serta berbagai senyawa lain. Keberadaan zat tersebut di dalam urin dapat
diketahui dengan menganalisis urin menggunakan uji kimia, yaitu uji bang, koagulasi dan Heller
untuk protein.

A. TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan komposisi urin dengan mempelajari fisik urin, dan berat
jenis urin.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa organik maupun anorganik yang
mengindikasikan suatu kondisi abnormal pada urin manusia atau urin hewan dengan
menggunakan zat-zat kimia tertentu.

B. MATERI PRAKTIKUM

B.1. SIFAT FISIK URIN


Alat dan Bahan
1. Gelas piala/wadah sampel urin dengan volume 250 mL bertutup
2. Alumunium Foil
3. Sampel urin
4. Label data

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 53


Prosedur :
1. Tuangkan urin ke dalam gelas piala sebanyak 20 sampai 30 mL
2. Amati warna, bau, kejernihan dan pH urin dengan prosedur sbb :
Warna : amati warna urin di bawah penerangan atau cahaya yang cukup
Bau : kibaskan kelima jari tangan di atas tabung/gelas piala yang berisi sampel
urin (jangan terlalu dekat)
Kejernihan : perhatikan transparansi urin, apakah urin yang dianalisis keruh atau jernih,
pH : celupkan kertas lakmus ke dalam urin dan amati perubahan pada kertas
lakmus tersebut. Reaksi asam berarti terjadi perubahan lakmus biru menjadi
merah, reaksi basa berarti kertas lakmus merah menjadi biru.

3. Catat seluruh hasil pengamatan pada LKM.

B.2. BERAT JENIS DAN TOTAL PADATAN URIN

B.2.1. Metode Urinometer

Alat dan Bahan:


1.Termometer
2.Urinometer beserta tabung urinometer
3.Gelas ukur 50 mL
4.Sampel urin (mahasiswa) dengan volume minimal 15 mL

Prosedur:
1. Kalibrasi urinometer dengan aquades
2. Suhu tera yang tercantum pada urinometer diperhatikan dengan teliti.
3. Sampel urin dituangkan ke dalam gelas ukur 50 mL sampai ¾ penuh dan hilangkan buih
yang timbul dengan menggunakan kertas saring
4. Celupkan sumbu urinometer ke dalam gelas piala berisi urin secara perlahan-lahan dengan
melepaskan sumbu urinometer sehingga urinometer benar-benar terapung atau bebas dalam
arti tidak menempel pada dinding tabung.
5. Selanjutnya BJ dibaca pada skala, angka yang terdapat pada batas antara bagian urinometer
yang tenggelam dan yang muncul dari permukaan urin
6. Suhu urin diukur dengan termometer
7. Faktor Koreksi :
1. Faktor kalibrasi dengan aquades
▪ Misalnya BJ aquades =1.003 maka BJ urin jadi dikurangi 0.003
▪ Misalnya BJ aquades =1.005 maka BJ urin jadi dikurangi 0.005
2. Faktor suhu
▪ Suhu tera urinometer dibaca lebih dahulu
▪ Tentukan suhu ruangan pengukuran
▪ Jika suhu urin tidak sama dengan suhu tera urinometer, maka angka yang
diperoleh harus dikoreksi yakni dengan menambah atau mengurangi 1/1000

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 54


atau 0.001 untuk setiap derajat di atas atau di bawah suhu tera. Catat hasil
pengamatan.
▪ Atau setiap kenaikan 3 ºC dari suhu tera urinometer maka BJ urin + 0.001
3. Faktor pengenceran
▪ Banyak pengenceran terhadap urin x 2 angka paling belakang pada BJ urin
▪ Contoh : pengenceran 2x, BJ urin 1.013 maka 13 x 2 jadi BJ urin =1.026
4. Faktor protein dan glukosa
▪ Tiap 1 g protein atau glukosa yang terkandung dalam urin maka BJ urin (–)
0.003

B.2.2. Metode Refraktometer

Alat dan Bahan:


1. Refraktrometer
2. Kertas/Tisu lensa
3. Sampel urin
4. Akuadest/air

Prosedur (seperti pemakaian refraktometer di praktikum ke-7):


1. Siapkan alat refraktometer dengan hati-hati dan bersihkan permukaan prisma dengan kertas
tissu
2. Fokuskan alat sampai garis indeks terlihat jelas
3. Kemudian, teteskan akuades ke atas kaca prisma refraktrometer sebanyak 1 tetes, dan BJ air
diamati dengan meneropong lensa okuler (BJ air + 1 atau mendekati 1) menghadap cahaya
4. Bersihkan akuades dari prisma dengan kertas tisu hingga benar-benar kering
5. Selanjutnya serupa dengan point 4, light plate dibuka dan gunakan sampel urin yang
diteteskan sebanyak 1-2 tetes ke atas kaca prisma, tutup perlahan-lahan dan baca hasilnya
dengan meneropong refraktometer dan perhatikan lensa binokular akan terlihat bagian terang
(putih) dan gelap (biru). Lihat batas garis indeks SP (Serum Protein, g/dL), Nd (Refractive
index) dan U.G (Urinary Specific Gravity). Baca hasil pada posisi batas garis bagian gelap
dan catat hasil pengamatan untuk UG

Catatan : BJ urin normal berkisar antara 1.008 – 1.020

B.3. KUALITATIF KIMIA URIN

Carik Celup Urin (COMBUR TEST)

Alat dan Bahan:


1. Sampel Urin
2. Tabung reaksi, batang pengaduk gelas
3. Dipstick combur test
4. Penghitung waktu

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 55


Prosedur:
1. Campurkan sampel urin secara merata dengan mengocok atau mengaduk sampel
menggunakan batang pengaduk
2. Ambil satu kertas carik dengan memegang ujung atas kertas carik (jangan sentuh atau
memegang bagian kertas carik yang mengandung strip-strip reagensia dengan jari)
3. Celupkan 1x kertas carik ke dalam urin
4. Hilangkan kelebihan urin yang melekat pada kertas carik dengan menyentuhkan pinggir
kertas carik ke pinggir wadah urin, keringkan kertas carik di udara dengan mengayun-ayun
kertas carik tersebut (jangan terlalu lama).
5. Amati perubahan warna pada kertas carik, dan bandingkan hasil kertas carik ke hasil standar
(indikator) kualitatif kimia yang tercantum pada tabung reagensia tanpa menyentuhkan
kertas carik sampel ke tabung.
6. Hasil pengamatan dicatat tidak lebih dari 30 detik
7. Catat hasil pengamatan pada LKM.

B.4. PENENTUAN PROTEIN URIN

B.4.1. UJI KOAGULASI

Alat dan Bahan:


1. Kertas saring dan corong
2. Bunsen Api
3. Pipet tetes
4. Tabung reaksi 15 mL
5. Pipet Mohr
6. Erlenmeyer 50 mL
7. Asam asetat 6 %
8. Urin

Prosedur :
1. 10 mL urin yang akan diperiksa disaring terlebih dahulu dan ditampung dengan erlenmeyer
2. Pipet sampel urin sebanyak 5 mL dan masukkan ke tabung reaksi 15 mL dan panaskan
sampai mendidih
3. Lakukan pengamatan kekeruhan yang terjadi
4. Kemudian diteteskan asam asetat 6 % (1-3 tetes).
5. Amati perubahan yang terjadi dan catat hasilnya pada LKM

Pengamatan :
- Cairan tetap jernih seperti semula
- Cairan agak keruh
- Cairan keruh
- Ada endapan
- Catatan : Bila cairan menjadi jernih kembali maka kekeruhan disebabkan adanya fosfat.
Bila kekeruhan cairan semakin jelas maka disebabkan adanya protein.

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 56


B.4.2. UJI BANG

Alat dan Bahan


1. Urin
2. Pipet tetes
3. Pipet Mohr
4. Kertas saring dan corong
6. Bunsen Api
7. Tabung reaksi 10 mL
8. Erlenmeyer
9. Pereaksi Bang adalah larutan Buffer asetat dengan pH 4.7

Prosedur:
1. Sampel urin yang telah disaring dipipet sebanyak 5 mL (diperoleh dari sisa pada B.4.1.)
2. Kemudian ditambahkan 2 mL pereaksi Bang
3. Campuran di atas dididihkan, bila ada protein maka cairan akan menjadi keruh
4. Catat hasil pengamatan pada lembar kerja

B.4.3. UJI HELLER

Alat dan Bahan


1. Urin
2. Pipet tetes
3. Pipet mohr
4. Tabung reaksi 10 mL
8. Asam nitrat pekat

Prosedur
1. Pipetkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan seperti terlihat pada Tabel di bawah ini
secara berurutan:

Jenis Larutan Tabung


Asam nitrat pekat 5 mL
Miringkan tabung reaksi dan tambahkan perlahan-lahan di ruang asam
Urin jernih (normal/patologis) 5 mL
Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin putih di atas lapisan HNO3 pekat.

2. Catat hasil pengamatan pada LKM

B.5. Penentuan Titrasi Keasaman Urin

Alat dan Bahan :


1. Sampel urin
2. Fenolftalein
3. NaOH 0.1 N

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 57


4. Labu Erlenmeyer 50 mL
5. Alat titrasi

Prosedur:
1. 10 mL sampel urin yang tidak disaring dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan beberapa tetes fenolftalein
2. Lakukan titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai berwarna merah muda
3. Pengujian dilakukan secara duplo

Catatan :
Definisi keasaman adalah banyaknya 0.1 N basa yang diperlukan untuk menitrasi 100 mL urin.

EVALUASI

1. Jelaskan komposisi kimiawi urin yang tercantum dalam indikator kertas carik celup?
2. Sebutkan tiga senyawa yang dapat ditemukan dalam urin pada keadaan patologi / sakit tetapi
tidak ditemukan saat manusia atau hewan sehat? Terangkan apa kira-kira penyebabnya
senyawa tersebut teridentifikasi?
3. Sebutkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berat jenis urin?
4. Apa peran fenolftalein dalam titrasi keasaam urin?

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.


RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20. Penerbit
Buku EGC.
3. Hendrix CM., Sirois M. 2002. Laboratory Procedure Vet Technician. Mosby Elsevier
4. IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB Press.
5. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and
Febige4. Philadelphia. USA
6. Priyana A. 2010. Patologi Klinik. Penerbit Universitas Trisakti
7. Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Mulia Medika
8. Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium.
Bagian Biokimia FKUI

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 58


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Praktikum VIII : URINALISIS 1 Penilaian Aktivitas

Tgl Prakt/Jam :

Nama Mahasiswa/NIM :

Dosen Praktikum :

Dosen Asisiten :

Asisten : 1.
2.

1.HASIL PERCOBAAN
No Materi Percobaan Hasil (jika ada satuan jangan lupa)
1 Sifat Fisik Urin
Volume

Warna

Konsistensi

Kejernihan

Bau

pH

2 BJ Urin
Urinometer

Refraktometer

3 Carik Celup Urin

4 Penentuan Protein Urin


Uji Koagulasi Prinsip Uji

Hasil :

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 59


Uji Bang Prinsip Uji

Hasil :

Uji Heller Prinsip Uji

Hasil :

5. Titrasi Keasaman Urin

2. CATATAN dan DISKUSI dikerjakan di laporan kelompok :

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 60


PRAKTIKUM IX

URINALISIS 2

PENDAHULUAN

Pemeriksaan urin dengan analisis biokimia dilakukan untuk mengetahui komposisi


organik dan anorganik urin, metode tsb mudah dan spesifik. Komposisi urin pada kondisi normal
klorida (10 g), kalsium, magnesium dan iodium dalam jumlah sedikit, urea berkisar 20-30 g,
kreatinin 1,5 g sedangkan amonia dan asam urat berkisar 0,7 g. Benda keton tidak ditemukan
pada kondisi tubuh normal, namun akan ditemukan pada penderita diabetes, alkoholik, dan
kondisi manusia atau hewan yang kelaparan berkepanjangan. Hal ini mengindikasikan adanya
gangguan metabolisme karbohidrat yang disertai peningkatan metabolisme lipid. Pigmen dan
garam empedu juga ditemukan dalam urin jika hanya dalam kondisi tubuh abnormal, pigmen ini
pada urin berwarna kuning sampai kecokelatan, jika urin mengalami oksidasi berlebihan maka
akan terbentuk warna pigmen-pigmen lain seperti akan teramati pada uji Gmelin.
Glukosa dalam urin dapat dianalisis dengan cara tidak spesifik menggunakan sifat
glukosa sebagai zat pereduksi, di antara banyaknya macam reagen yang dipakai untuk
menyatakan adanya reduksi yang secara umum garam cupri yang banyak digunakan.

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa organik maupun anorganik yang


mengindikasikan suatu kondisi abnormal pada urin manusia atau urin hewan dengan
menggunakan zat-zat kimia tertentu

B. MATERI PRAKTIKUM

B.1. Penentuan Kadar Keton (Uji Rothera)

Tujuan: untuk mengetahui benda keton dalam urin (terutama asam aseto asetat/aseton)
Prinsip: reaksi antara natrium nitroprusida dengan asam aseto asetat / aseton akan membentuk
cincin ungu atau jingga merah

Alat dan Bahan:


1. Tabung Reaksi 10 atau 15 mL
2. 3 Pipet tetes
3. Sampel Urin normal dan urin yang mengandung benda keton
4. Kristal amonium sulfat
5. Kristal Na nitroprusid 5%
6. Amonium hidroksida pekat (NH4OH p/rothera)
Prosedur : lakukan sbb
No urutan Bahan Tabung
1 Urin (normal/patologis) (2 sampel) 5 mL
2 Kristal amonium sulfat Ditambah sampai jenuh

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 61


3 Na nitroprusida 2-3 tetes
4 Amonium hidroksida pekat 1-2 tetes
5 Campur, diamkan 30 menit. Hasil positif ditandai oleh warna ungu atau
jingga merah

B.2. Penentuan Kadar Pigmen Empedu (Uji Gmelin)

Alat dan Bahan :


1. 2 Tabung reaksi 10 -15 mL
2. 2 Pipet Mohr dan bulb karet
3. 2 jenis urin, Urin normal dan urin yang mengandung pigmen empedu (pasien)
4. Asam nitrat pekat

Prosedur: lakukan sbb

No Bahan Tabung
Urutan
1 Asam nitrat pekat 2 mL
2 Campurkan urin 2 mL perlahan, r asam
3 Reaksi positif ditunjukkan oleh adanya perubahan warna mulai dari hijau
menjadi biru, ungu, merah, dan jingga.

2. Amati perubahan warna yang terlihat dan catat pada LKM

B.3. Penentuan Kadar Bilirubin Urin (Uji Faucet )

Prinsip: adanya bilirubin dalam urin akan dioksidasi oleh reagen Fauchet menjadi biliverdin
yang berwarna hijau, sebelumnya bilirubin di endapkan oleh barium chlorida.

Alat dan Bahan :


1. Bunsen
2. Tabung reaksi 10 - 15 mL dan Rak
3. Kertas saring dan Corong
4. BaCl2 10 %
5. Reagen Faucet asam trichlor asetat (FeCI3)
6. Akuadest
7. Sampel urin

Prosedur :
1. Ambilah 3 mL urin, masukkan dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 3 mL BaCl2 10% campurkan dan saring
3. Kertas saring berisi presipitat diangkat dari corong dan dibuka lipatannya, kemudian letakkan
mendatar di atas corong.
4. Biarkan beberapa lama sampai agak kering, teteskan 2-3 tetes reagen Fauchet di atas kertas
saring
5. Evaluasi hasil :

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 62


(-) negatif tidak terjadi atau tidak ada perubahan warna.
(+) positif terjadi perubahan warna hijau makin lama makin jelas

B.4. Penentuan Glukosa Urin

B.4.1. Uji Benedict

Prinsip : Glukosa dalam urin akan mereduksi garam kompleks dari reagen Benedict atau
Fehling (ion kupri direduksi jadi kupro) dan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O
berwarna hingga merah bata. Untuk mengetahui terjadinya reduksi pada urin pasien,
guna menentukan ada atau tidaknya gula (glukosa) dalam urin.

Alat dan Bahan


1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Penjepit tabung
4. Pipet tetes
5. Bunsen spiritus
6. Urin segar
7. Reagen Benedict

Prosedur :

1. Pembuatan Reagen Benedict


Campurkan sodium sitrate 173 g, sodium karbonat anhidrit 100 g dan air
Lalu dipanaskan dan biarkan dingin sampai mencapai suhu ruang. (larutan 1)
Campurkan Cu(SO4) sebanyak 17,3 g ke dalam 100 mL air dingin. (larutan 2)
Hati-hati : Campurkan larutan I dan II sampai volume mencapai 1000 mL
2. Pipet pereaksi Benedict ke dalam tabung yang bersih sebanyak 5 mL
3. Pipet sebanyak 0.5 mL (3 tetes urin) ke dalam tabung yang berisi pereaksi Benedict
4. Campuran di atas dipanaskan dengan bunsen hingga mendidih kira-kira 2 menit
5. Perhatikan perubahan warna yang terjadi. Adanya gula pereduksi dalam urin ditandai
dengan terbentuknya endapan Cu2O (terjadi perubahan warna larutan yaitu dari hijau-kuning
hingga merah bata). Catat hasil pengamatan.

Catatan : Urin yang mengandung protein harus diendapkan dulu proteinnya dengan pereaksi
Bang. Urin basa harus dinetralkan dengan asam asetat 6 %.

EVALUASI

1. Jelaskan peran kristal amonium sulfat dan kristal Na nitroprusida 5 % pada analisis urin
dengan uji Rhotera ?
2. Uji pigmen empedu positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu sampai jingga,
jelaskan hal tersebut terjadi secara reaksi kimiawai dan jelaskan peran asam nitrat pekat ?
3. Jelaskan hasil uji Benedict?

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 63


DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.


RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Hendrix CM., Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
3. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and
Febige4. Philadelphia. USA
4. Lenhininger AL (Thenawijaya M). 1982. Principle of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia
Jilid 1,2, dan 3. Penerbit Erlangga
5. Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium.
Bagian Biokimia FKUI
6. Sunarto. 2014. Keselamtan dan kesehatan kerja laboratorium kimia. Pendidikan Kimia
FMIPA UNY Yogyakarta http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drs-
msi

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 64


LEMBAR KERJA MAHASISWA
Praktikum IX KIM216 : URINALISIS 2 Penilaian Aktivitas :
Tgl Prakt/Jam :

Nama Mahasiswa/NIM :

Dosen Praktikum :

Dosen Asisiten :

Asisten : 1.

2.

TULISKAN HASIL PERCOBAAN DENGAN MENGISI TABEL DI BAWAH INI


No Materi Percobaan Hasil (jika ada satuan jangan lupa) dan jelaskan
prinsipnya
1 Uji Rhotera

2 Uji Gmelin

3 Uji Faucet

4 Uji Glukosa urin Benedict

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 65


PRAKTIKUM X

ANALISIS TINJA
PENDAHULUAN

Kepentingan utama analisis fecal atau tinja untuk mengetahui ada tidaknya protozoa,
larva atau telur cacing. Pemeriksaan feses dilakukan dengan cara manual yang dapat diawali
dengan evaluasi makroskopis dan dilanjutkan dengan evaluasi mikroskopis untuk melihat adanya
unsur-unsur organik dan anorganik. Sedangkan prosedur teknik konsentrasi sedimentasi
merupakan salah satu prosedur yang direkomendasikan adalah formalin-eter (formalin-etil
asetat) karena dapat mengevaluasi ada tidaknya semua jenis tipe telur cacing, larva, protozoa,
dan kista dapat ditemukan. Organisme yang terlihat pada pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan secara langsung. Pada ulas basah dengan teknik konsentrasi menggunakan salin,
inti kista dapat difiksasi dan dilihat. Pemeriksaan endoparasit dengan ulasan iodin dapat juga
digunakan untuk identifikasi lebih lanjut. Pemeriksaan adanya pendarahan kecil yang tidak dapat
diamati dengan makroskopis ataupun mikroskopis yaitu pemeriksaan darah samar, juga
pemeriksaan adanya urobilin penting, karena pada ikterus obstruktif kemungkinan jumlah
urobilin berkurang sehingga hasil pemeriksaan negatif. Diketahui bahwa haemoglobin sebagai
peroksidase akan menguraikan H2O2 menjadi H2O dan On. On yang terbentuk akan
mengoksidasi benzidin membentuk warna biru kehijauan. Metode lainnya mengevaluasi
stercobilin dimanan stercobillin dengan HgCl2 bila dibiarkan akan terbentuk warna merah

A. TUJUAN PRAKTIKUM :

B. MATERI PRAKTIKUM :

B.1. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK TERHADAP


ENDOPARASIT
B1.1. Evaluasi Makroskopik

Alat dan Bahan:


1. Wadah feces dan cawan petri
2. Lidi kayu
3. Feces hewan

Prosedur:
1. Feces, gunakan batang lidi kayu yang tersedia dan periksa konsistensinya :
F (formed), atau
S (soft), atau
L (loose), atau
W (watery)
2. Perhatikan ada tidaknya lendir pada feces,
Indikator hasil :

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 66


M (mukoid), jika ada darah tulis B (blood). Jika ada beberapa spesimen dalam waktu yang
bersamaan, sampel berisi darah dan lendir harus diperiksa lebih dahulu.
3. Laporkan evaluasi hasil pengamatan pada LKM

B.1.2. Evaluasi Mikroskopik

A.Metode Ulas Basah

1. Ulas basah Salin


Tujuan : memeriksa telur, larva, tropozoit dari protozoa dan kista, juga dapat digunakan untuk
memeriksa adanya RBC dan WBC

2. Ulas basah Iodine


Tujuan : mewarnai glikogen, dapat juga inti kista serta memeriksa amoebik dan kista
flagellata.

3. Ulas basah Buffered Methylene Blue (BMB)


Tujuan : pemeriksaan lanjut yang dilakukan ketika Amoebic trophozoite terlihat pada ulas
basah Salin. Ulas basah BMB digunakan untuk spesimen yang masih baru atau segar dan
tidak diawetkan.

Alat dan Bahan:

1. Gelas preparat/slide beserta kaca penutup


2. Salin solution, isotonik, lugol iodin (1%), BMB
3. Pena atau marker untuk melabel
4. Tusuk gigi kayu
5. Sampel Feces

Prosedur Persiapan Sampel Ulas Basah (Salin, Iodine dan BMB)


1. Tuliskan identitas spesimen dan tanggal pembuatan preparat di sebelah kiri kaca preparat.
2. Teteskan salin pada posisi kiri tengah kaca preparat dan setetes iodin di posisi kanan tengah.
Jika dicurigai adanya tropozoit amoebik, maka digunakan BMB.
3. Gunakan tusuk gigi kayu, spesimen diambil sedikit dan dicampur dengan salin atau iodin
tersebut.
4. Campuran feses dengan iodin atau salin tadi ditutup dengan kaca penutup.
5. Penggunaan Buffered Methylene Blue (BMB) untuk tropozoit amoebik

Proses pada ulasan ini sama dengan tahap ulasan pada salin dan iodin. Tetapi BMB berfungsi
sebagai pengganti salin atau iodin. Pada ulas basah BMB, setelah pencampuran BMB dan
spesimen, tunggu selama 5 - 10 menit sebelum diperiksa agar pewarna meresap ke dalam
tropozoit tersebut. Tropozoit kadang masih dapat bergerak, tetapi seringkali melingkar.

Prosedur Pemeriksaan Sampel Ulas Basah


1. Letakkan ulasan feses pada kaca preparat pada mikroskop

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 67


2. Turunkan kondesor secukupnya, cahaya pada mikroskop diatur dan gunakan lensa objektif
dengan pembesaran 10x, jika perlu amati dengan 40x
Catatan: cahaya diatur untuk dapat melihat objek yang berbeda, terlalu banyak atau terlalu
sedikit cahaya akan mempengaruhi pengamatan sampel.
3. Gerakkan lensa objektif mikroskop menggunakan pemutar dari sudut kiri atas dan bergerak
secara sistematis dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
4. Ketika organisme sudah terlihat, gunakan pembesaran tinggi 40x dan tingkatkan cahaya
dengan cara membuka diafragma untuk mengamati morfologi secara detail.

Evaluasi Telur Cacing dan Protozoa :


1. Ulasan feses pada kaca preparat diletakkan pada mikroskop dan diamati dengan pembesaran
10x, pembesaran 40x penting untuk menentukan struktur organisme.
2. Pada pembesaran tinggi dapat dilihat pergerakan dan badan seperti eritrosit dan yeast dalam
tropozoit amoebik.
3. Pengamatan telur dan larva Cacing dalam ulas basah salin dapat dengan mudah dideteksi
dan diidentifikasi, kecuali larva hookworm tidak biasa ditemukan kecuali pada sampel segar.
4. Karakteristik dan ciri-ciri digunakan dalam mengidentifikasi spesies telur dan larva. Untuk
membantu dalam identifikasi, dapat digunakan kunci identifikasi.

Contoh : Evaluasi bagian protozoa


Kista  bulatan atau oval dengan struktur yang refraktil
Tropozoit amoeba  berbentuk bulat atau tidak teratur
Flagellata  piriform

Pada BMB :tropozoit, inti dan badan akan terwarnai biru gelap, sedangkan sitoplasma berwarna
biru terang.
Pada Iodin : organisme tidak refraktil seperti pada ulas basah salin,
Entamoeba  susunan sekitar kromatin dan karyosom harus dapat diamati. Jika tidak terlihat,
bukanlah entamoeba.

B. Metode / Teknik Konsentrasi Sedimentasi


Catatan :
teknik analisis feces ini direkomendasikan dengan menggunakan formalin-eter (formalin-etil
asetat).
Keuntungan : semua jenis tipe telur cacing, larva, protozoa dan kista dapat ditemukan.

Alat dan Bahan:

1. Stik kayu
2. Wadah plastik bertutup
3. Sentrifuse
4. Tabung sentrifuse 15 mL
5. Kaca penutup
6. Corong, gelas piala100 mL
7. Kain kasa

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 68


8. Kaca preparat
9. Pipet Mohr / volumetrik dengan Bulb
10. Rak untuk tabung
11. Formalin 10%
12. Eter (etil-asetat)
13. Lugol iodin 1% solution
14. Salin solution, isotonik,
15. Sampel feces hewan

Prosedur :
1. Tambahkan 10 mL formalin 10 % pada sekitar 1 g feses
2. Aduk campuran menggunakan stik kayu sampai tercampur homogen
3. Saring campuran menggunakan kain kasa dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse hingga
volume mencapai 7 mL
4. Lalu tambahkan etil asetat atau eter sebanyak 3 mL, dan disentrifuse selama 1 menit
5. Campuran dipindahkan kembali ke dalam tabung sentrifuse lain dan disentrifuse kembali
selama 1 menit dengan kecepatan rendah sehingga akan terpisah bagian sedimen dan
supernatan.
6. Hilangkan debris dengan stik kayu dan supernatan dibuang
7. Gunakan pembesaran 10x dan 40x untuk pengamatan
C.Metode Konsentrasi Pengapungan Dengan Garam Jenuh
Alat dan Bahan:
1. Kontainer atau gelas piala 100 mL
2. Gelas preparat/slide
3. Stik kayu
4. Garam jenuh
5. Sampel feces
6. Pehitung waktu

Prosedur :
1. Kontainer/wadah yang digunakan adalah kontainer dengan kapasitas 15-20 mL, memiliki
dasar permukaan yang rata dan bertutup rapat.
2. Masukkan 1 mL atau sedikit spesimen feses ke dalam wadah dan tambahkan sedikit larutan
garam jenuh (saturated salt solution) yang memiliki BJ 1.2 kemudian diaduk sampai
homogen
3. Tambahkan larutan garam jenuh sampai wadah hampir penuh dan
kembali aduk perlahan sampai rata
4. Buang material yang mengambang di permukaan
5. Letakkan wadah pada permukaan yang rata, larutan garam jenuh
diteteskan sampai membentuk meniskus cembung
6. Letakkan kaca preparat di atas wadah secara perlahan
7. Kemudian didiamkan  20 menit, dan kaca preparat diangkat secara perlahan
8. Kaca preparat ditutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 69


9. Gambar hasil pengamatan yang ditemukan

B.2. PEMERIKSAAN KIMIA

B.2.1. Pemeriksaan Stercobilin Metode Schmidt


Alat dan Bahan:
1. Mortir
2. Batang pengaduk
3. Lumpang
4. Cawan
5. Feses segar
6. HgCl2 jenuh

Prosedur :
1. Campurkan beberapa gram feses dengan HgCl2 jenuh
2. Panaskan campuran
3. Amati ada tidaknya stercobilin
4. Evaluasi hasil pengamatan dinilai sbb :
(-) : tidak ada perubahan warna (tidak mengandung stercobilin)
(+) : terbentuk warna merah (mengandung stercobilin)

EVALUASI
1. Jelaskan keuntungan evaluasi endoparasit dengan teknik kosentrasi ?
2. Apa tujuan penambahan hidrogen peroksidase pada pemeriksaan kimia darah feces ?
3. Apa singkatan dari RBC dan WBC ?
4. Jelaskan kegunaan lugol iodine 1% ?

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.


RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Hendrix CM., Sirois M. 2002. Laboratory Procedure. Mosby Elsevier
3. IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB Press.
4. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and
Febige4. Philadelphia. USA
5. Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium.
Bagian Biokimia FKUI
6. Sunarto. 2014. Keselamtan dan kesehatan kerja laboratorium kimia. Pendidikan Kimia
FMIPA UNY Yogyakarta http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drs-
msi

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 70


Praktikum X KIM216 : ANALISIS TINJA Penilaian
Aktifitas :
Tgl Prakt/Jam :
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisten :
Asisten : 1.
2.

TULISKAN HASIL PERCOBAAN DENGAN MENGISI TABEL DI BAWAH INI

No Hasil Percobaan Keterangan Hasil


1. Evaluasi Makroskopis Kosistensi Lendir/Darah

2. Evaluasi Mikroskopik Prinsip metode Hasil (+)

A.Ulas Basah
Salin

Iodin

BMB

B. Metode Kosentrasi Sedimen Prinsip metode Hasil (+)

C. Metode Garam Jenuh Prinsip metode Hasil (+)

4 Pemeriksaan Kimia Feses


Metode Stercobilin

CATATAN dan DISKUSI HASIL diletakkan di laporan kelompok:

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 71


PRAKTIKUM XI

METABOLISME KARBOHIDRAT: GLUKOSA


PENDAHULUAN

Glukosa adalah produk utama metabolisme karbohidrat. Glukosa masuk ke dalam sel
secara normal kemudian mengalami proses fosforilasi untuk membentuk glukosa 6-fosfat dengan
bantuan enzim heksokinase, sedangkan di dalam hati enzim dengan bantuan enzim glukokinase
yang mana kadarnya akan meningkat oleh insulin dan menurun pada keadaan kelaparan atau
pada penderita diabetes. Penurunan dan peningkatan kadar glukosa disebut hipoglikemia dan
hiperglikemia

Glukosa akan diubah oleh enzim-enzim glikolisis di dalam SDM menjadi asam laktat, dengan
penambahan inhibitor maka lebih sedikit glukosa yang diubah menjadi laktat

A.TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Mahasiswa memahami proses glikolisis di dalam SDM dengan mengukur kadar glukosa
yang tersisa pada setiap sampel dari pasien dengan fisiologos berubah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh inhibitor terhadap proses glikolisis

B. MATERI PRAKTIKUM :

B.1.PENENTUAN GLUKOSA DARAH

B1.1. Glukometer :

Alat dan Bahan :

1. Kapas
2. Glukometer (Advantage) dengan kalibrator
3. Lancet
4. Pinset
5. Alkohol 70%.
6. Darah perifer

Prosedur :
1. Alat Glukometer disiapkan, baterai dimasukkan pada bagian belakang alat.

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 72


2. Tekan ON, pada layar dan kode chip dimasukkan (sesuai kode chip pada tabung strip
Glukometer sebagai kalibrator).
3. Pada layar terbaca L1, kemudian masukkan strip Glukometer dengan dibantu pinset
mencegah terkontaminasinya strip reagensia
4. Tusuk ujung jari yang sudah dibersihkan dengan alkohol 70% dengan lanset kemudian darah
diteteskan secukupnya jangan berlebihan pada posisi tanda kuning sampai darah meresap
penuh, tunggu beberapa menit sampai hasil pemeriksaan terbaca pada layar, kemudian tekan
MEM (hasil tersimpan di alat)
5. Catat hasil pemeriksaan.
6. Keluarkan strip glukosa yang sudah terbaca, matikan alat dengan menekan tanda OFF

B1.2. Fotometer
Alat dan Bahan:
1. Fotometer
2. Mikropipet 100 dan 1000 µL (pemakaian bersama)
3. Pipet transfer
4. Reagensia
5. Aquadestilata
6. Sampel serum darah

Prosedur:
Persiapan dan Stabilitas Reagensia

 Reagen dan standar siap untuk digunakan


 Reagen stabil meskipun setelah dibuka sampai dengan masa kadaluarsa pada suhu
penyimpanan 2-8 °C
 Kontaminasi mengakibatkan kerusakan
 Pada suhu 15-25 °C reagen enzim stabil untuk 2 minggu

Pengaturan Program Fotometer

1.Tekan (Method/Change/Copy) : Method Edit/Method New)


2.Tentukan Basic Method (1s/d 11) CP 6 (C/S/RB)
Untuk melihat keseluruhan Basic Method dengan cara menekan :
Page 1

- Wavelenght : 546 nm
- Factor : 100
- Temp : 37 °C
- Delay Time :4s
- Unit : mg/dL
- Measurement Volume : 800 μL
Page 2
- Min Value :0
- Max Value : 500
- Method Name : Glukosa

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 73


- Multi Measurement : Off
- Wash Volume : 1000 μL
 Page 3
- ID S1 : (Untuk Kontrol 1)
- Min Value S1 : (Isi nilai batas bawah)
- Required S1 : (Isi nilai actual/tengah)
- Max Value S1 : (Isi nilai batas atas)
- ID S2 : (Untuk kontrol 2)
- Dan seterusnya,
Tekan :OK

Method No : 31

Setelah selesai pengisian program tekan [ENTER]

Catatan : Makro dan mikro dimaksudkan makro berarti pemakaian sampel dan reagen
dengan volume maksimum, sedangkan mikro dilkukan sampel dan reagen dikurangi
namun tidak mempengaruhi hasil

Analisis sampel:

1. Pipet ke dalam tabung sebagai berikut

Tab/Perlakuan Makro (Demo Saja) Semi-mikro (Dilakukan)

Standar / Reagen Standar / Reagen


Sampel Blank Sampel Blank

Standar/Sampel 20 μL 10 μL

Reagen 2000 μL 2000 μL 1000 μL 1000 μL

Campur, inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25 °C atau 5 menit pada suhu 37 °C,
baca pada fotometer.

2. Catat hasilnya dan tuliskan pada lembar kerja

Pengukuran :
- Tekan No. 31 → tekan [Enter]
- Pengguna → tekan [Enter]
- Ukur Blanko → tekan [Zero]
- Isap / masukan aquabidest
- Isap / masukan blanko reagen
- Isap / masukan standar
- Isap / masukan sampel

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 74


B3. Spektrofotometer
Alat dan Bahan:
1. 3 Tabung reaksi 15 mL
2. 3 Pipet Mohr 1 mL dan 1 pipet Mohr 10-20 mL
3. Erlenmeyer 50 mL
4. SDM
5. Reagen Follin Wu
6. Larutan standar glukosa 0.1 mg/mL
7. Na-Wolframat 10%
8. H2SO4 0,67 N

Prosedur :

1. Pipet 1 mL darah ke dalam erlenmeyer kecil, tambahkan 7 mL akuades, 1 mL Na-


wolframat 10%, dan 1 mL H2SO4 0,67 N (tetes demi tetes).
2. Campurkan baik-baik, biarkan 10 menit saring dengan kertas saring dan siapkan 3
tabung Folin Wu.
3. Isilah ketiga tabung tersebut dengan campuran sebagai berikut:
Bahan Tabung a (mL) Tabung b (mL) Tabung c
(mL)
Filtrat 1 mL - -
Standar glukosa - 1 mL -
Akuades - - 1 mL
Kupritartrat 1 mL 1 mL 1 mL
4. Panaskan ketiga tabung dalam air mendidih selama 8 menit tepat.
5. Kemudian dinginkan, encerkan dengan 7 mL akuades.
6. Kemudian tambahkan 1 mL fosfomolibdat pada setiap tabung.
7. Baca intensitas warnanya pada panjang gelombang = 660 nm.

EVALUASI

1. Jelaskan pembentukan laktat dan bukan piruvat pada proses glikolisis di dalam sel darah
merah?
2. Jelaskan mekanisme pembentukan warna pada uji Follin Wu?

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK


UnPad. RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20. Penerbit
Buku EGC.
3. IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB Press.
4. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and
Febige4. Philadelphia. USA
5. Lenhininger AL (Thenawijaya M). 1982. Principle of Biochemistry (Dasar-dasar
Biokimia Jilid 1,2, dan 3. Penerbit Erlangga

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 75


6. Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Mulia Medika
7. Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V ., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium.
Bagian Biokimia FKUI

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 76


LEMBAR KERJA MAHASISWA
Praktikum XI KIM216 : Metabolisme Karbohidrat : Glukosa Penilaian
Aktivitas :
Tgl Prakt/Jam :
Nama Mahasiswa/NIM :
Dosen Praktikum :
Dosen Asisten :
Asisten : 1.
2.

TULISKAN HASIL PERCOBAAN DENGAN MENGISI TABEL DI BAWAH INI

No Percobaan Kadar Glukosa Darah (unit/satuan)

1. Glukometer

2. Fotometer

3. Spektrofotometer

2.CATATAN dan DISKUSI HASIL diletakkan di laporan kelompok:

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 77


PRAKTIKUM XII

ENZIM

PENDAHULUAN
Enzim adalah protein yang fungsi utamanya sebagai biokatalisator. Enzim hati atau hepar
yang khas adalah ALT, ALP dan AST, sedangkan amilase merupakan salah satu enzim yang
sangat penting keberadaannya di tubuh kita. Amilase sendiri merupakan enzim katalis yang
berfungsi untuk menghidrolisis gula dan pati dengan memecah molekul karbohidrat
(polisakarida) dari amilum menjadi disakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu
maltosa dalam metabolisme karbohidrat. Enzim amilase merupakan enzim yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah kita yakni kelenjar parotis di mulut dan kelenjar pankreas. Uji ALT/GPT
merupakan uji diagnostik utama keterlibatan hati karena enzim ini ditemukan banyak di dalam
sel hati (hepatosit).

Prinsip analisis ALT/SGPT:


GPT
2-oxoglutarate + L-alanine L-glutamate + pyruvate
LDH
Pyruvate + NADH + H+ L-lactate + NAD+

Prinsip analisis amilase :


Substrat (4,6-ethyldene-p-nitrophenyl-alpha-D-maltoheptaoside) akan diuraikan oleh enzim
amilase menjadi oligosakarida yang akan dihidrolisis oleh α-glukosidase menghasilkan glukosa
dan p-nitrophenol.

A.TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami konsep aktivitas spesifik suatu enzim
yang mengindikasikan kerusakan organ hati menggunakan fotometer.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami konsep aktivitas spesifik suatu enzim
yang mengindikasikan kerusakan organ pankreas menggunakan fotometer.

B.MATERI PRAKTIKUM :
B.1. PENENTUAN KADAR ALANINE TRANSFERASE (ALT)

Alat dan Bahan:


1. Mikropipet 100 mL dan 1000 mL
2. 2 Tabung reaksi 3 mL
3. Serum sampel, setiap kelompok kerjakan
4. Fotometer
5. Vortex
6. Reagensia :
R1 berisi Tris buffer (pH 7.5), L-alanine dan LDH (enzyme reagen)
R2 berisi 2-oxoglutarate, NADH (starting reagen)
Reagen kerja : 1 mL R2 + 1 botol R1

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 78


Reagen kerja stabil pada suhu 2-8 0C selama 4 minggu atau suhu 15-25 0C selama 5 hari

Prosedur :
1. Persiapan reagen : keluarkan reagen dari kulkas dan diamkan dalam suhu kamar 5-10 menit.
Perhatikan jenis reagen yang akan dipakai serta kandungannya.

2. Persiapan Fotometer :
Panjang gelombang : 340 nm, Temperatur 37 °C, tebal kuvet 1 cm, blanko terhadap
udara atau akuades

3. Analisis sampel:
Pipet kedalam tabung :

 Reagen kerja 1000 µL


 Serum/plasma 100 µL

4. Homogenkan dengan vortex, inkubasi pada suhu 37 °C selama 1 menit dan baca dengan
fotometer yang telah dipersiapkan untuk analisis enzim ALT.

5. Catat hasil percobaan dan tuliskan di lembar kerja


Catatan :
Pengenceran sampel menggunakan NaCl 0.9 %
Sampel : NaCl = 1 : 1 (hasil dikalikan 2)
Sampel : NaCl = 1 : 2 (hasil dikalikan 3)
2.Catat hasil percobaan dan tuliskan dilembar kerja

B.2. PENENTUKAN KADAR AMYLASE PANKREAS

Alat dan Bahan:

1. Mikropipet 100 mL dan 1000 mL


2 Tabung reaksi 3 mL
3 Fotometer
4 Vortex
5 Reagen Amilase
6. Serum sampel (setiap kelompok mengerjakan satu sampel)

Prosedur :
1. Persiapan reagen : keluarkan reagen dari kulkas dan diamkan dalam suhu kamar 5-10 menit.
Perhatikan jenis reagen yang akan dipakai serta kandungannya.

Persiapan dan Stabilitas Reagensia


 Campur 20 mL R1 + 5 mL R2 (4:1)
 Stabil 6 bulan 2-8 C atau 4 minggu 15-25 C

2. Pengaturan Program Fotometer:

 Tekan (Method/Change/Copy) : Method Edit/Method New)


 Tentukan Basic Method (1s/d 11) CP 11 (KIN/F/RB)
Untuk melihat keseluruhan Basic Method dengan cara menekan ….

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 79


Page
 Page 1
- Wavelenght : 405 nm
- Factor : 24820
- Temp : 37 °C
- Delay Time : 30 s
- Unit : U/L
- Measurement Volume : 800 μL
- Deltas :5
- Time / delta : 12
 Page 2
- Min Value :0
- Max Value : 7500
- Min Rˆ2 : 0.8
- Method Name : Amylase
- Multi Measurement : Off
- Wash Volume : 1000 μL
 Page 3
- ID S1 : (Untuk Kontrol 1)
- Min Value S1 : (Isi nilai batas bawah)
- Required S1 : (Isi nilai actual/tengah)
- Max Value S1 : (Isi nilai batas atas)
- ID S2 : (Untuk kontrol 2)
- Dan seterusnya,
-
Tekan : OK
Method No : 25

Setelah selesai pengisian program tekan [ENTER]


3. Analisis sampel :
a. Pipet sampel sebanyak 20 L, selanjutnya tambahkan reagen 1000 L
b. Homogenkan dengan memvorteks
c. Setelah larutan campuran tsb homogen dilakukan inkubasi selama 1 menit, 37 C
d. Mix, pembacaaan hasil pengukuran :

Pengukuran :
- Tekan No. 25 → tekan [Enter]
- Pengguna → tekan [Enter]
- Ukur Blanko → tekan [Zero]
- Isap akuabidest
- Isap sampel

Catatan analisis pankreas


Hindari hemolisis sampel /serum

Stabil 7 hari 4-8 C,atau 20-25 C, 1 tahun suhu -20 C

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 80


EVALUASI
1. Sebutkan jenis enzim mana yang cocok dipakai untuk membantu penegakkan diagnosis
kerusakan hati dan berikan alasannya?

2. Jelaskan peran amilase dalam proses metabolisme karbohidrat?

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK UnPad.
RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20. Penerbit
Buku EGC.IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB
Press.
3. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and
Febige4. Philadelphia. USA
4. Lenhininger AL (Thenawijaya M). 1982. Principle of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia
Jilid 1,2, dan 3. Penerbit Erlangga
5. Priyana A. 2010. Patologi Klinik. Penerbit Universitas Trisakti
6. Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Mulia Medika
7. Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V ., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium.
Bagian Biokimia FKUI

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 81


LEMBAR KERJA MAHASISWA
Praktikum XII KIM 216 : ENZIM ALT dan AMILASE Peilaian
Aktivitas :
Tgl Prakt/Jam :

Nama Mahasiswa/NIM :

Dosen Praktikum :

Dosen Asisiten :

Asisten : 1.

2.

TULISKAN HASIL PERCOBAAN DENGAN MENGISI TABEL DI BAWAH INI:

No Materi Percobaan Hasil (satuan jangan lupa)


1 Analisis enzim ALT Kadar ALT :

Tuliskan reaksi kimia yang berlangsung :

3 Penentuan Kadar Amilase Kadar ALT :

Tuliskan reaksi kimia yang berlangsung :

2. CATATAN dan DISKUSI diletakkan di laporan kelompok:

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 82


PRAKTIKUM XIII

TOTAL PROTEIN

PENDAHULUAN

Total protein biasanya diukur sebagai serum protein. Kadar protein berbeda-beda
pada setiap spesies makhluk hidup. Serum protein segar mengandung semua plasma protein
kecuali fibrinogen, faktor V dan faktor VIII. Ketiga faktor tersebut merupakan protein
pembekuan darah yang bersifat non-enzimatik dan digunakan selama proses pembekuan
darah. Kolesterol adalah prekursor hormon-hormon steroid dan asam lemak yang merupakan
unsur pokok penting di dalam membran sel. Peningkatan kadar kolesterol berperan penting
dalam beberapa mekanisme suatu penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, hipertensi, dan
diabetes.

Prinsip analisis total protein :

Protein bereaksi dengan ion kupri membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar protein total dalam sampel.

Prinsip analisis kolesterol:

Kolesterol esterase

Ester kolesterol + H2O kolesterol + asam lemak bebas

Kolesterol oksidase

Kolesterol + O2 kolesten-3-ona + H2O2

POD
H2O2 + fenol + 4-amino-antipirena quinoneimina-4 +H2O(merah muda)

A.TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Mahasiswa mampu menentukan kadar total protein dengan berbagai metode analisis kimia
dengan memahami prinsip dasar proses kimiawi.

2. Mahasiswa mampu menentukan kadar kolesterol dengan berbagai metode analisis kimia
dengan memahami prinsip dasar proses kimiawi.

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 83


B.MATERI PRAKTIKUM :

B1.1. PENENTUAN TOTAL PROTEIN METODE KOLORIMETER

Alat dan Bahan:


1. Tabung reaksi 3 mL
2. Fotometer
3. Mikropipet 100 µL dan 1000 µL
4. Vortex
5. Serum atau plasma (EDTA atau heparin)
6. Pereaksi:

a. R1 berisi potassium iodide, potassium sodium tartrate, copper sulphate, sodium


hydroxide . R4 berisi Albumin Bovine Fraktion V
Pereaksi stabil sampai masa kadaluarsa pada suhu 2-8 °C dan terhindar dari sinar
matahari langsung.
b. Larutan standard

Prosedur :
1. Persiapan peraksi, pereaksi tersedia dalam kemasan berupa kit.,
2. Persiapan fotometer.
 : 546
Temperatur : 25 ºC
Kuvet : 1 cm
Pengukuran : Blanko peraksi (RB)

RB Std Sample
Standard / R4 - 20 μL -
Sampel - - 20 μL
R1 1000 μL 1000 μL 1000 μL
Homogenkan dengan vortex dan inkubasi selama 10 menit pada suhu 25 ºC.
2. Analisis dengan fotometer, dan catat hasil pengamatan.

B1.2. PENENTUAN PROTEIN METODE REFRAKTOMETER

Alat dan Bahan:


1. Refraktometer
2. Kertas tisu/lensa
3. 2 Pipet transfer
4. Plasma protein
5. Air/Aquadest

Prosedur
1. Siapkan alat refraktometer secara hati-hati dan bersihkan prisma dengan kertas lensa,

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 84


2. Perhatikkan suhu di samping alat, atur suhu di atas alat untuk menyamakan nilai
temperatur. Contoh: jika temperatur disamping alat menunjukkan 20 °C, putar dan
sesuaikan dengan temperatur 20 0C,
3. Fokuskan alat sampai garis indeks terlihat jelas,
4. Teteskan akuades ke atas kaca prisma refraktrometer sebanyak 1 tetes, dan BJ air diamati
dengan meneropong lensa okuler (BJ air mendekati 1),
5. Bersihkan akuadest dari prisma dengan tisu hingga benar-benar kering,
6. Kemudian light plate dibuka dan sampel plasma protein diteteskan 1-2 tetes kemudian
ditutup perlahan-lahan.

B2. PENENTUAN KOLESTEROL DARAH METODE KOLORIMETER

Alat dan Bahan

1.Tabung reaksi 3 mL
2. Fotometer
3. Mikropipet 100 µL dan 1000 µL
4. Vortex
5. Serum atau plasma (EDTA atau heparin)
6. Perekasi:
R1 = bufer pH 6.9, phenol, cholesterol oxidase, cholesterol esterase,
peroxidase, 4-aminoantipyrene
R4 = kolesterol
Pereaksi stabil sampai masa kadaluarsa pada suhu 2-8 °C. Pereaksi yang sudah dibuka
stabil selama 4 minggu pada suhu 20-25 °C atau 12 minggu pada 2-8 °C.

Prosedur :

1.Persiapan pereaksi, pereaksi tersedia dalam kemasan berupa kit,

2.Persiapkan fotometer :

 : 546 nm
Temperatur : 37 ºC
Kuvet : 1 cm
Pengukuran : Blanko pereaksi (RB)

3. Analisis kolesterol
RB Std Sample
Standard / R4 - 10 μL -
Sampel - - 10 μL
R1 1000 μL 1000 μL 1000 μL
Homogenkan dengan vortex dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37 ºC.
Baca dengan fotometer dan catat hasil pengamatan.
Catatan :

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 85


Pengenceran dilakukan jika hasil >500 mg/dL
Pengenceran sampel menggunakan NaCl 0.9 %
Sampel : NaCl = 1 : 1 (hasil dikalikan 2)

B4. PENENTUAN KOLESTEROL DARAH LIEBERMANN-BURCHARD (Dilakukan


jika eter tersedia dan asam asetat anhidrida)

Alat dan Bahan:


1. 4 Tabung Sentrifuse 15 mL dengan penutup, spektrofotometer
2. Vortex
3. Gelas piala 50 mL
4. Penangas air
5. Gelas ukur 10 mL
6. Serum
7. Pelarut : Alkohol : eter = 3 : 1
Asam sulfat pekat
Asam asetat anhidrida
Kolesterol Standar = 0.4 mg dalam 5 mL kloroform
Prosedur:

1. Siapkan tabung sentrifus berukuran 15 mL, kemudian isikan sebanyak 12 mL campuran


alkohol-eter,
2. Masukkan 1 mL serum, aduk perlahan sampai homogen,
3. Tutup tabung sentrifus, kocok kuat-kuat dengan vortex selama satu menit,
4. Miringkan sekitar 450 agar endapan menyebar selama 10 menit,
5. Sentrifus selama 3 menit, pindahkan supernatan ke dalam gelas piala ukuran 50 mL dan
uapkan pada penangas air mendidih sampai supernatan kering,
6. Residunya dibubuhi kloroform 2 - 2.5 mL, kocok perlahan agar residu terekstrak,
7. Pindahkan ekstraknya ke dalam gelas ukur 10 mL,
8. Gelas piala dibilas dengan 2 - 2.5 mL kloroform dan campurkan bilasan ini ke dalam
gelas ukur, tepatkan ukuran ekstrak menjadi 5 mL dengan kloroform,
9. Siapkan 3 tabung reaksi dan isi dengan larutan sebagai berikut sebagai analisis kolesterol
:
Larutan Tabung I Tabung II Tabung III

Kloroform - - 5 mL

Sampel - 5 mL -

Standar kolesterol 5 mL - -

As. Asetat Anhidrida 2 mL 2 mL 2 mL

As. Sulfat pekat 0.1 mL 0.1 mL 0.1 mL

10. Simpan diruang gelap selama  15 menit,

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 86


11. Ukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420
nm. Catat hasil pengukuran.
EVALUASI

1. Buatkan rumus bangun kolesterol ?


2. Jika batas terang dan gelap menunjukkan nilai BJ menunjukkan angka 1.030, berapa
kadar protein dengan refraktomer?
3. Apa peran alkohol-eter pada prosedur tahap pertama dalam penentuan protein dengan
metode Liebermann – Burchard?

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1985. Pemeriksaan Laboratorium BIOKIMIA. Bagian Patologi Klinik. FK


UnPad. RS. Dr. Hasan Sadikin
2. Granner DK., Martin DW., et al. 1985. Harper’s review of Biochemistry. Ed 20.
Penerbit Buku EGC.
3. IPB-Australia Project. 1990. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Bogor: IPB Press.
4. Kaplan A., Szabo LL. 1983. Clinical Chemistry;Interpretation and Technique. Lea and
Febige4. Philadelphia. USA
5. Lenhininger AL (Thenawijaya M). 1982. Principle of Biochemistry (Dasar-dasar
Biokimia Jilid 1,2, dan 3. Penerbit Erlangga
6. Priyana A. 2010. Patologi Klinik. Penerbit Universitas Trisakti
7. Soewoto H., Sadikin M, Kurniati V., et al. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratroium.
Bagian Biokimia FKUI

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 87


LEMBAR KERJA MAHASISWA
Praktikum XIII KIM 216 : TOTAL PROTEIN SERUM Penilaian
Aktivitas :
Tgl Prakt/Jam :

Nama Mahasiswa/NIM :

Dosen Praktikum :

Dosen Asisten :

Asisten : 1.

2.

1.HASIL PERCOBAAN:

Metode Hasil (satuan) Keterangan :


(Ada /tidak perubahan warna)
1.Kadar Protein Kolorimeter

2.Kadar Protein Refraktometer Prinsip Uji jelaskan:

3.Kadar Kolesterol Prinsip Uji jelaskan:


Kolorimeter

4.Kadar Kolesterol
Liebermann – Burchard

2.CATATAN dan DISKUSI HASIL diletakkan di laporan kelompok :

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 88


PRAKTIKUM XIV

PROTEIN DAN LIPID DARAH II

PENDAHULUAN

Darah adalah cermin kesehatan jantung seseorang, selain membantu menegakkan


diagnosis, pemeriksaan laboratorium darah sangat membantu dokter untuk memberikan
gambaran tentang risiko seseorang terkena penyakit kardiovasikular di masa mendatang.
Lipid darah seperti kolesterol sangat berperan penting di dalam tubuh. Kolesterol merupakan
prekursor hormon-hormon steroid dan asam lemak komponen penyusun membran sel.
Sebaliknya peningkatan kadar kolesterol juga merupakan kondisi yang perlu diperhatikan
karena merupakan faktor penyebab terjadinya suatu penyakit degeneratif seperti hipertensi,
aterosklerosis, dan diabetes. Mengukur kadar lipid dalam darah dapat memberika informasi
terkait kadar kolesterol dan trigliserida yang keduanya berpengaruh terhadap kesehatan
jantung.

A.TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Mahasiswa mampu menentukan kadar total protein dengan berbagai metode analisis kimia
dengan memahami prinsip dasar proses kimiawi.

2. Mahasiswa mampu menentukan kadar kolesterol dengan berbagai metode analisis kimia
dengan memahami prinsip dasar proses kimiawi.

B.MATERI PRAKTIKUM :

B. 1. Uji MDA Hati

Alat dan Bahan:


1. Larutan 1,1,3,3-tetrametoksippropana (TMP) 6 M
2. TBA 1% dalam asam asetat 50%
3. Aquades
4. Sentrifus
5. Butanol:piridin
6. Tabung reaksi, sentrifus, dan spektrofotometer

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 89


Prosedur :
Pembuatan Kurva Standar

1. Buat standar dari larutan 1,1,3,3-tetrametoksippropana (TMP) 6 M


2. Encerkan menjadi 0.5 , 1.0 , 1.5 , 3.0 , dan 6.0 M dengan volume 100 mL
3. Blanko dibuat dari aquades
4. Pipet 4 mL larutan dari masing-masing konsentrasi ke dalam tabung reaksi
5. Tambahkan larutan TBA 1% dalam asam asetat 50% sebanyak 1 mL
6. Didihhkan selama 60 menit
7. Dinginkan pada suhu kamar
8. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna merah muda
9. Tambahkan 1 mL aquades dan 5 mL butanol:piridin (15:1 v/v)
10. Campurkan dengan vortex
11. Sentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit
12. Pindahkan lapisan atas yang berwarna merah muda ke dalam kuvet
13. Analisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm

B. 2. Analisis Lipid Peroksida

Alat dan Bahan:


1. Organ Hati (2 gram)
2. KCl 1.15 % dingin, SDS, asam asetat 20% dan 50%, NaOH 1 M, TBA
3. Kertas saring, tabung reaksi, pH meter, spektrofotometer

Prosedur
1. Bilas 2 g organ hati dengan KCl 1.15% dingin
2. Keringkan dengan kertas saring
3. Homogenkan organ hati dengan KCl dingin 1.15% dengan konsentrasi 10% b/v
4. Ambil 0.1 mL homogenat ke dalam tabung reaksi bertutup
5. Tambahkan 0.2 mL SDS 8.1% dan 1.5 mL asam asetat 20% serta atur pH menjadi 3.5
dengan menggunakan NaOH 1 M (sekitar 0.7 mL)
6. Tambahkan 0.7 mL aquades dan 1.5 mL TBA 1% dalam pelarut asam asetat 50%
7. Didihkan selama 60 menit
8. Dinginkan pada suhu kamar
9. Hasil positif ditantai dengan terbentuknya warna merah muda
10. Tambahkan 1 mL aquades dan 5 mL butanol:piridin 15:1 (v/v)
11. Homogenkan menggunakan vortex
12. Sentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit
13. Pindahkan lapisan atas yang berwarna merah muda ke dalam kuvet
14. Analisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 90


LEMBAR KERJA MAHASISWA
Praktikum XIV KIM 216 : LIPID DARAH Penilaian
Aktivitas :
Tgl Prakt/Jam :

Nama Mahasiswa/NIM :

Dosen Praktikum :

Dosen Asisten :

Asisten : 1.

2.

1.HASIL PERCOBAAN:

No Percobaan Hasil (satuan)

1.Kadar MDA

2.Kadar Lipid Peroksida

2.CATATAN dan DISKUSI HASIL diletakkan di laporan kelompok :

Penuntun Praktikum KIM 216/2020 Page 91

Anda mungkin juga menyukai