Anda di halaman 1dari 76

1

PREVALENSI KOMPLIKASIPENCABUTAN GIGI


DI RSGMP DRG. HALIMAH DG SIKATI FKG UNHAS
PERIODE APRIL-MEI 2013

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH :

ARFINA EKA PRIANA

J111 10 291

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013
2

HALAMAN PENGESAHAN
Menerangkan bahwa skripsi dari :

NAMA : ARFINA EKA PRIANA

NIM : J111 10 291

JUDUL : PREVALENSI KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGMP


DRG. HALIMAH DG SIKATI FKG UNHAS PERIODE APRIL-
MEI 2013

Telah diperiksa dan disahkan

Pada hari tanggal 2013

Oleh Pembimbing

drg. Netty Nelly Kawulusan, M.Kes.


NIP 19541126 198403 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Penanggung Jawab Program Pendidikan Strata Satu

Universitas Hasanuddin

Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D


NIP 19540625 198403 1 001
3

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan mahasiswa yang tercantum di bawah ini:

Nama : Arfina Eka Priana

NIM : J 111 10 291

Judul Skripsi : Prevalensi Komplikasi Pencabutan Gigi Di RSGMP drg.


Halimah Dg Sikati FKG Unhas Periode April-Mei 2013

Menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan adalah judul baru dan tidak
terdapat di perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Makassar, 2013

Staf Perpustakaan FKG Unhas

Nuraeda, S.Sos
4

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa

Ta’ala, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (S.KG) pada Jurusan Kedokteran

Gigi, Universitas Hasanuddin. Shalawat dan salam juga semoga tercurah kepada

Rasulullah Sallallaahu Alaihi Wassallam terkasih, keluarga beliau, para sahabatnya

dan seluruh ummatnya yang tetap istiqamah pada ajaran Islam.

Segala usaha dan upaya telah penulis lakukan untuk menyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik mungkin. Namun, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini

tidak luput dari berbagai kekurangan sebagaimana penulis hanya manusia biasa yang

memiliki keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu, saran dan kritik serta koreksi

dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan akan penulis terima dengan

baik.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak

akan terselesaikan. Maka dari itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. drg. Mansjur Natsir, Ph. D Selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin.


5

2. drg. Netty Nelly Kawulusan, M.Kes. Selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan,

motivasi, serta bimbingannya setiap saat dengan penuh kesabaran dan

ketulusan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Prof. Dr. drg. Sherly Horax, MS. selaku Penasehat Akademik

penulis. Terima Kasih atas bimbingan dan tempaannya selama ini,

sehingga kegiatan akademik penulis dapat berjalan dengan baik.

4. Sembah sujud dan terima kasihku yang tak terhingga kepada

Ayahandaku tecinta Karyadi, SE dan Ibunda luar biasaku Dra. Sri

Suryana Dinar, M.Hum yang telah mengasuh, membesarkan,

mendidik, membiayai, memberikan semangat, dan memfasilitasi serta

selalu mendoakan setiap langkah dalam proses pencarian ilmu demi

masa depan yang lebih baik. Sekali lagi Terima kasih atas segalanya.

Tanpa kalian, anakmu ini bukanlah apa-apa. Ya Allah, peliharalah

mereka sebagaimana mereka memeliharaku, berikanlah mereka pahala

yang besar atas kasih sayang yang mereka limpahkan dan berilah

mereka balasan yang sebaik-baiknya.

5. Untuk adik ku tercinta Andys Barlianta Adithama yang ikhlas dan

rela saya repotkan selama ini, terima kasih atas dukungannya,

motivasinya dan doanya selama ini. Adik bebiku tersayang Arloncy

Oktafian Agung yang lagi lucu-lucunya. Semoga kalian bisa sukses di

dunia dan akhirat. Insya Allah, amin.


6

6. Kepada keluargaku yang terhebat Om Yudi yang telah mengenalkanku

dengan Makassar, meminjamkan motornya yang entah kapan akan

saya kembalikan. Ta’ Ahri yang kapan saja bisa direpotakan dan

senantiasa ikhlas membantu dalam segala hal. Ta’ Paola yang telah

menemani orang tuaku. Terima kasih sebesar-besarnya untuk kalian.

7. Kepada sahabat-sahabat separuh jiwaku D’BATNAF (Diaz bareng

Ama Timy Nima Aster Fina) Ayu Dyas Pratiwy (diaz), Amarilis

Ari Sadela (ama), Tri Sakti Pratiwy (timy), Nirmayana (nima), dan

Astri Widyastuti (aster) terima kasih telah membuat dunia baru yang

sangat indah yang dinamakan persahabatan tanpa akhir. Jarak yang

memisahkan kita tidak berarti apa-apa dan bukan menjadi penghalang

untuk tetap bersama, seperti slogan kita ’When Alone We’re

Together’, I miss u so bad sob.

8. Kepada sahabat-sahabat kecilku Muliyanti (muly), Noviyanti

(james), Sitti Marhamah (ache), dan Rini Perdani (none) terima

kasih untuk tumbuh kembang bersama mengisi hari-hari gila dengan

tertawa. Kelak di hari esok kita bisa kumpul lagi sebagai wanita-wanita

dewasa yang sukses.

9. Kepada sahabat-sahabat gilaku tersayang GENGMO yang telah

mengisi halaman demi halaman dalam lembaran kehidupanku,

melewati pencarian jati diri bersama. Terima kasih untuk kalian bebb

miss gosip Andiny Febrianthi Saputri (andice), miss kepo Andi


7

Rindi Antika Juniafri (indi), miss ketawa Rezki Yunitasari (iski),

miss toa Jayarti Rohmadhani Marsa (yaya) dan miss cempreng

Novia Bani (nopi). Terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini.

Terima kasih untuk saran, kritikan, ocehan, koro-koroang nya selama

ini. Sekali lagi terima kasih telah menjadi sahabat terindah dalam

hidupku.

10. Kepada teman seperjuanganku Andi Rasdianti Inra P yang telah

banyak membantu, mendukung serta menjadi penyemangatku selama

ini. Terima kasih sudah berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi

ini.

11. Kapada teman-temanku tersayang Atrisi 2010, kakak-kakak Mamelon

2007, Halitosis 2008, Insisal 2009, adik-adik Oklusal 2011,

Mastikasi 2012 dan seluruh Keluarga Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi Unhas, Pengurus Bem dan Maperwa Periode

2012-2013, terima kasih untuk semua bantuan kalian. Semoga kelak

kita semua sukses. Amin.

12. Kepada kakak-kakak Koas Bagian Ilmu Bedah Mulut selama bulan

april-mei 2013, terima kasih banyak telah membantu selama penelitian.

Semoga kalian cepat jadi dokter gigi.

13. Kepada keluarga baruku teman-teman KKN-PK Unhas angkatan 44

Kelurahan Maradekaya Kecamatan Pattallassang Kabupaten

Takalar: Echa, Farez, Uni, Marina, Amma, Ivah, Eri, Ka’ Onci
8

dan Ka’ Rahma serta keluarga besar Dg Ngalle (bapak), Karaeng

Siang (ibu), Karaeng Asi (dato’), Dg Jippa, Wangi, Eki serta

seluruh Warga Kelurahan Maradekaya, terima kasih sebesar-

besarnya telah memberikan banyak pengalaman hidup, hidup dengan

sederhana tetapi bahagia dengan senyum dan tawa. Kelak kita akan

ketemu lagi dengan bahagia.

14. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, baik

secara langsung maupun secara tidak langsung, memberikan bantuan

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain mendoakan

semoga bantuan dari segala pihak dapat dibalas pahala oleh Allah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat konstruktif demi perbaikan penulis selanjutnya.

You can do anything, if you thing you can do it. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Wassalamu’alaikum

Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 2013

Penulis
9

ABSTRAK

Latar Belakang: Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan pembedahan


yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan
tersebut dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit
dengan adanya gerakan lidah dan rahang bawah. Keberhasilan dalam melakukan
tindakan pencabutan gigi pada umumnya sudah sering dijumpai. Akan tetapi
kesulitan dalam melakukan pencabutan gigi juga tidak bisa dihindari. Apabila dalam
melakukan pencabutan gigi ditemukan kesulitan-kesulitan yang sulit dihindari, maka
dapat terjadi beberapa komplikasi. Karenanya kita pelu waspada dan diharapkan
mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Komplikasi pencabutan gigi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Komplikasi
akibat pencabutan gigi dapat terjadi oleh berbagai sebab dan bervariasi pula dalam
akibat yang ditimbulkannya. Komplikasi tersebut kadang-kadang tidak dapat
dihindarkan tanpa memandang operator, kesempurnaan persiapan dan keterampilan
operator. Di RGMP drg. Halimah Dg. Sikati FKG Unhas masih sering terjadi
komplikasi pencabutan gigi yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di bagian
Ilmu Bedah Mulut. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui besar jumlah komplikasi pencabutan
gigi dan faktor-faktor penyebabnya yang terjadi di RSGMP drg. Halimah Dg Sikati
FKG Unhas selama periode april-mei 2013.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan
desain transversal atau studi cross-sectional pada 125 orang pasien pencabutan gigi
di RSMP drg. Halimah Dg Sikati FKG Unhas selama periode april-mei 2013.
Pengambilan data dilakukan menggunakan lembar penelitian. Pengolahan data
dilakukan secara manual.
Hasil: Besar komplikasi pencabutan gigi selama periode april-mei 2013
adalah sebanyak 47 orang (37,6%) dari 125 sampel, dengan prevalensi sebesar
16,8% untuk fraktur mahkota gigi, 13,6% untuk fraktur akar gigi, 4% untuk dry
socket, 1,6% untuk rasa sakit dan perdarahan, dan 0% untuk pembengkakan tidak
ditemukan dalam penelitian.
Simpulan: Komplikasi pencabutan gigi yang ditemukan selama periode
april-mei 2013 terdiri dari fraktur mahkota gigi, fraktur akar gigi, dry socket, rasa
sakit, dan perdarahan.
Kata Kunci: komplikasi, pencabutan, gigi, faktor, penyebab.
10

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ………………………………………………………………... I

Lembar Pengesahan ………………………………………………………….. ii

Surat Pernyataan ……………………………………………………………... iii

Kata Pengantar ……………………………………………………………….. iv

Abstrak ……………………………………………………………………….. ix

Daftar Isi ……………………………………………………………………... x

Daftar Gambar ………………………………………………………………... xiii

Daftar Tabel ………………………………………………………………….. xiv

Daftar Diagram ………………………………………………………………. xv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …...……………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah …...…………………………………………... 3

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 3

1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pencabutan Gigi ….…………………………………....... 5

2.1.1. Pencabutan Intra Alveolar ………………………………… 6

2.1.2. Pencabutan Trans Alveolar ……………………………….. 7

2.2. Indikasi dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi ….……………….. 8


11

2.2.1. Indikasi Pencabutan Gigi .………………………………… 8

2.2.2. Kontraindikasi Pencabutan Gigi ………………………….. 13

2.3. Komplikasi Pencabutan Gigi ………...………………………....... 15

2.3.1. Perdarahan ……….………………………………………... 16

2.3.2. Fraktur ……………………………………………………. 19

2.3.3. Infeksi …………………………………………………….. 27

2.3.4. Pembengkakan ….………………………………………… 27

2.3.5. Dry Soket …………………………………………………. 28

2.3.6. Rasa Sakit ….……………………………………………… 29

Kerangka Teori ……………………………………………………………….. 30

Kerangka Konsep …………………………………………………………….. 31

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ………………..…………………………………. 32

3.2. Desain Penelitian ………………………………...………………. 32

3.3. Lokasi Penelitian ………..……………………………………….. 32

3.4. Waktu Penelitian …………..…………………………………...... 32

3.5. Populasi Penelitian ……………………………………………..... 32

3.6. Sampel Penelitian ………………………………………………... 32

3.7. Subjek Penelitian ………………………………………………… 32

3.8. Metode Samping …………………………………………………. 32

3.9. Kriteria Sampel …………………………………………………... 32


12

3.10. Alat dan Bahan …………………………………………………. 33

3.11. Definisi Operasional …………………………………………..... 34

3.12. Analisis Data …………………………………………………… 34

3.13. Jalannya Penelitian ……...……………………………………… 34

3.14. Skema Alur Penelitian ………………………………………….. 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN ……………………………………………. 37

BAB V. PEMBAHASAN …………………………………………………… 39

BAB VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan …………………………………...………………….. 43

6.2. Saran …………………………………………..…………………. 44

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 45

LAMPIRAN …………………………………………………………………. 47
13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pencabutan Gigi ………………………………………………….. 6

Gambar 2. Pembengkakan Pasca Pencabutan Gigi …………………………... 28

Gambar 3. Dry Socket Pasca Ekstraksi ………………………………………. 29


14

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Prevalensi Komplikasi Pencabutan Gigi Di RSGMP Drg. Halimah

Dg. Sikati FKG Unhas Periode April-Mei 2013 ……………………………. 37


15

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram Prevalensi Pencabutan Gigi ……………………………………….. 38


16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bagi seorang dokter gigi, tentunya tindakan pencabutan gigi sudah

merupakan hal yang biasa dilakukan. Keberhasilan dalam melakukan tindakan

pencabutan gigi pada umumnya sudah sering dijumpai. Namun, kesulitan dalam

melakukan pencabutan gigi juga tidak bisa dihindari. Apabila dalam melakukan

pencabutan gigi ditemukan kesulitan-kesulitan yang sulit dihindari, maka dapat

terjadi beberapa komplikasi. Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu

mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Komplikasi

yang terjadi dapat berupa komplikasi lokal maupun sistemik.

Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan

jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh

bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan

lidah dan rahang bawah. 1

Pencabutan gigi dapat dilakukan bilamana keadaan lokal maupun keadaan

umum penderita (physical status) dalam keadaan yang sehat. Kemungkinan terjadi

suatu komplikasi yang serius setelah pencabutan, mungkin saja dapat terjadi

walaupun hanya dilakukan pencabutan pada satu gigi.1


17

Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang

utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan

penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak

menimbulkan problema prostetik pasca bedah.2

Pencabutan gigi pertama kali dilakukan hanya dengan menggunakan tang.

Namun, jika terjadi kegagalan dalam melakukan pencabutan yang menyebabkan gigi

tidak dapat dikeluarkan dengan hanya menggunakan tang, maka perlu dilakukan

pembedahan untuk mengeluarkan gigi tersebut.2

Komplikasi pencabutan gigi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi oleh berbagai sebab dan bervariasi

pula dalam akibat yang ditimbulkannya. Komplikasi tersebut kadang-kadang tidak

dapat dihindarkan tanpa memandang operator, kesempurnaan persiapan dan

keterampilan operator. Pada situasi perawatan tertentu sekalipun persiapan pra

operasi telah direncanakan sebaik mungkin untuk mencegah atau mengatasi

kemungkinan timbulnya kesulitan melalui hasil diagnosis secara cermat dan operator

telah melaksanakan prinsip-prinsip bedah dengan baik selama pencabutan gigi. 3

Perdarahan, fraktur mahkota gigi, fraktur akar gigi, infeksi, pembengkakan,

dry soket, dan rasa sakit merupakan komplikasi pencabutan gigi yang bisa terjadi.

Pengalaman operator juga sangat berpengaruh dalam keberhasilan tindakan

pencabutan gigi. Oleh karena itu, komplikasi pencabutan gigi lebih sering dijumpai

pada dokter gigi muda atau mahasiswa kepaniteraan yang baru belajar dan memiliki

sedikit pemgalaman.4
18

Pengetahuan yang mendalam tentang teknik-teknik pencabutan mutlak

diperlukan dalam melakukan tindakan pencabutan khususnya dengan jalan

pembedahan, agar dapat mencegah atau mengurangi terjadinya efek

samping/komplikasi yang tidak kita inginkan. Selain itu, perawatan pasca

pembedahan juga merupakan suatu hal yang penting agar prosedur pencabutan gigi

yang dilakukan berhasil dengan baik dan sempurna. Beberapa peneliti terdahulu telah

banyak meneliti mengenai perdarahan dan dry socket yang merupakan komplikasi

pencabutan gigi.2

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai komplikasi pencabutan gigi yang lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana prevalensi komplikasi pencabutan

gigi di RSGMP drg. Halimah Dg Sikati FKG Unhas periode april-mei 2013?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui prevalensi komplikasi pencabutan gigi di RSGMP drg. Halimah Dg

Sikati FKG Unhas periode april-mei 2013.


19

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

 Manfaat bagi penulis, sebagai media dalam menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai prevalensi komplikasi pencabutan gigi di RSGMP

drg. Halimah Dg Sikati FKG Unhas periode april-mei 2013.

 Manfaat sosial, sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat bahwa

dalam melakukan pencabutan gigi terdapat kesulitan-kesulitan yang

menyebabkan tindakan pencabutan gigi tidak dapat berjalan dengan lancar.

 Manfaat ilmiah, diharapkan penelitian ini dapat memperluas ilmu

pengetahuan dan merupakan bahan bacaan bagi mahasiswa kedokteran gigi

serta pengembangan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan tema

serupa.
20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pencabutan Gigi

Menurut Pedlar dan Frame, pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah

yang dapat dilakukan dengan menggunakan tang, elevator, atau penekanan trans

alveolar.5

Pencabutan gigi adalah pengangkatan gigi dari soketnya. Pencabutan gigi

dapat dilakukan dengan lokal anestesi jika gigi terlihat jelas dan tampak mudah

dicabut. 6

Ekstraksi gigi adalah suatu tindakan bedah pencabutan gigi dari soket gigi

dengan alat-alat ekstraksi (forceps). Kesatuan dari jaringan lunak dan jaringan keras

gigi dalam cavum oris dapat mengalami kerusakan yang menyebabkan adanya jalur

terbuka untuk terjadinya infeksi yang menyebabkan komplikasi dalam penyembuhan

dari luka ekstraksi. Oleh karena itu, tindakan aseptik merupakan aturan perintah

dalam bedah mulut.7

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, di

mana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi

juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak

dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan pencabutan

selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Definisi

pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau
21

akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas

pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di

masa mendatang.7

Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sangat komplek yang melibatkan

struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga mulut serta keseluruhan bagian tubuh.

Pada tindakan pencabutan gigi perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadaan suci hama

(asepsis) dan prinsip-prinsip pembedahan (surgery). Untuk pencabutan lebih dari

satu gigi secara bersamaan tergantung pada keadaan umum penderita serta keadaan

infeksi yang ada ataupun yang mungkin akan terjadi.7

Gambar 1: pencabutan gigi

Sumber: www.wikipedia.dentalextractioan.com

2.1.1. Pencabutan Intra Alveolar

Pencabutan intra alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan

menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga

di sebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada

sebagian besar kasus pencabutan gigi. 8,9


22

Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan masuk

ke dalam ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar.

Bila akar telah berpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kearah buko-lingual atau

buko-palatal dengan maksud menggerakkan gigi dari socketnya. Gerakan rotasi

kemudian dilakukan setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang

dilakukan haruslah merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari. 10,11

2.1.2. Pencabutan Trans Alveolar (8,9,12)

Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode

intra alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan

dengan metode trans alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih

dahulu mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut

metode terbuka atau metode surgical yang digunakan pada kasus-kasus:

- Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alveolar

- Gigi yang mengalami hypersementosis atau ankylosis

- Gigi yang mengalami germinasi atau dilacerasi

- Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein,

terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris.

Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans alveolar harus dibuat

secermat mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Masing-


23

masing kasus membutuhkan perencanaan yang berbeda yang disesuaikan dengan

keadaan dari setiap kasus.

Secara garis besarnya, komponen penting dalam perencanaan adalah bentuk

flap mukoperiostal, cara yang digunakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi dari

socketnya, seberapa banyak pengambilan tulang yang diperlukan.

2.2. Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi

2.2.1. Indikasi Pencabutan Gigi

Pencabutan dapat dilakukan pada gigi dengan karies yang besar atau gigi

patah yang sudah tidak dapat direstorasi lagi. Pada beberapa pasien lebih memilih

pencabutan gigi sebagai alternatif yang lebih murah dari pada dilakukan perawatan

dengan penambalan atau pembuatan mahkota pada gigi dengan karies yang besar.6

Berikut adalah beberapa contoh indikasi dari pencabutan gigi:

a. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth

Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth harus

segera dicabut karena keadaan tersebut dapat menyebabkan maloklusi pada gigi

permanen. Juga merupakan predisposisi terjadinya penyakit periodontal yang

prematur pada gigi geligi permanen karena adanya akumulasi dental plak dan

kalkulus dan akan menyebabkan trauma pada jaringan lunak.6


24

b. Penyakit periodontal yang parah

Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit periodontal

yang parah. Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa

waktu, maka akan Nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas

gigi yang irreversibel. Dalam situasi seperti ini, gigi yang mengalami mobilitas

yang tinggi harus dicabut. Penyakit periodontal yang parah, misalnya

periodontitis berkelanjutan yang perlu dilakukan pencabutan pada gigi adalah

apabila terdapat abses periapikal, poket periodontal yang meluas ke apeks gigi

hingga mencapai rongga hidung atau sinus maksila ataupun yang menyebabkan

gigi goyang.6

c. Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal

Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal yang perlu

dilakukan pencabutan adalah apabila sudah tidak dapat dilakukan perawatan

endodontik atau bila pasien menolak perawatan endodontik.6

d. Gigi yang terletak pada garis fraktur

Gigi yang terletak pada garis fraktur harus dicabut sebelum dilakukan

fiksasi dari rahang yang mengalami fraktur karena gigi tersebut dapat

menghalangi penyembuhan fraktur.6


25

e. Karies yang parah

Gigi dengan kerusakan enamel dan dentin yang parah atau disebut juga

dental karies apabila sudah tidak dapat direstorasi maka perlu dilakukan

pencabutan. Alasan paling umum yang dapat diterima secara luas untuk

pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi yang

karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk dilakukan

tindakan pencabutan.6

f. Gigi yang retak

Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi karena gigi telah retak.

Pencabutan gigi yang retak bias sangat sakit dan rumit dengan teknik yang lebih

konservatif. Bahkan prosedur restoratif endodontik dan kompleks tidak dapat

mengurangi rasa sakit akibat gigi yang retak tersebut.13

g. Nekrosis pulpa

Nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan untuk

perawatan endodontik. Mungkin dikarenakan jumlah pasien yang menurun atau

perawatan endodontik saluran akar yang berliku-liku, kalsifikasi dan tidak dapat

diobati dengan teknik endodontik standar. Dengan kondisi ini, perawatan

endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit

sehingga diindikasikan untuk pencabutan.13


26

h. Gigi impaksi

Gigi impaksi harus dicabut jika menyebabkan gangguan-gangguan pada

hidung, masalah orthodontik atau rasa sakit. Dentigerous cyst dapat juga terjadi

akibat gigi impaksi. Kista ini dapat ekspansi hingga mengakibatkan asimetri

wajah, pergeseran gigi yang ekstrim dan resorpsi akar gigi yang berdekatan.

Dentigerous cyst dapat juga menjadi ameloblastoma. Jika terdapat sebagian gigi

yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak

memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut.

Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat kontraindikasi

seperti pada kasus kompromi medis, impaksi tulang penuh pada pasien yang

berusia di atas 35 tahun atau pada pasien dengan usia lanjut, maka gigi impaksi

tersebut dapat dibiarkan.6

i. Alasan orthodontik

Pasien yang akan mengalami perawatan orthodontik sering membutuhkan

pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang

paling sering diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah.13

j. Gigi yang mengalami malposisi

Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan

dalam situasi yang parah. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak

dapat ditangani oleh perawatan orthodontik, gigi tersebut harus diekstraksi.

Contoh umum ini adalah molar ketiga rahang atas yang keluar kearah bukal yang
27

parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak di pipi. Dalam situasi

gigi yang mengalami malposisi ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan

pencabutan.13

k. Pra-prostetik ekstraksi

Kadang-kadang, gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari

peralatan prostetik seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan atau

gigi tiruan cekat. Ketika hal ini terjadi, pencabutan sangat diperlukan.13

l. Gigi yang terkait dengan lesi patologis

Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan.

Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi endodontik dapat

dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi depan operasi lengkap

pengangkatan lesi, gigi tersebut harus dicabuti.13

m. Terapi pra-radiasi

Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus

memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan.13

n. Gigi yang mengalami fraktur rahang

Pasien yang mempertahankan fraktur mandibula atau proses alveolar

kadang-kadang harus merelakan giginya harus dicabut. Dalam sebagian besar

kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi jika gigi

terluka maka pencabutan mungkin diperluka untuk mencegah infeksi.13


28

o. Estetik

Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik.

Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna karena tetracycline atau

fluorosis, atau mungkin malposisi yang berlebihan sangat menonjol. Meskipun

ada teknik lain seperti bonding yang dapat meringankan masalah pewarnaan dan

prosedur onthodontik atau osteotomy dapat digunakan untuk memperbaiki

tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih untuk rekonstruksi ekstraksi

dan prostetik.13

p. Ekonomis

Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua

indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan di atas dapat menjadi kuat jika

pasien tidak mau atau tidak mampu secara financial untuk mendukung keputusan

dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidakmampuan pasien untuk membayar

prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi.13

2.2.2. Kontraindikasi Pencabutan Gigi7

Kontra indikasi pencabutan gigi atau tindakan bedah lainnya disebabkan oleh

faktor lokal atau sistemik.

a. Kontraindikasi sistemik7

1. Kelainan jantung
29

2. Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukemia,

haemoragic purpura, hemophilia dan anemia

3. Diabetes melitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan

luka.

4. Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini bila dilakukan

ekstraksi gigi akan menyebabkan keadaan akut

5. Penyakit hepar (hepatitis).

6. Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama

tubuh sangat rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan

akan memakan waktu yang lama.

7. Alergi pada anastesi lokal

8. Rahang yang baru saja telah diradiasi, pada keadaan ini suplai darah

menurun sehingga rasa sakit hebat dan bisa fatal.

9. Toxic goiter

10. Kehamilan. Pada trimester ke-dua karena obat-obatan pada saat itu

mempunyai efek rendah terhadap janin.

11. Psychosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil

karena dapat berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi

12. Terapi dengan antikoagulan.


30

b. Kontraindikasi lokal7

1. Radang akut. Keradangan akut dengan cellulitis, terlebih dahulu

keradangannya harus dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih

luas. Jadi tidak boleh langsung dicabut.

2. Infeksi akut. Pericoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat M3

RB erupsi terlebih dahulu.

3. Malignancy oral. Adanya keganasan (kanker, tumor dll), dikhawatirkan

pencabutan akan menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan

itu. Sehingga luka bekas ekstraksi gigi sulit sembuh. Jadi keganasannya

harus diatasi terlebih dahulu.

4. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan

konservasi, endodontik dan sebagainya

2.3. Komplikasi Pencabutan Gigi

Komplikasi, merupakan kondisi yang tidak diharapkan terjadi pada tindakan

medis. Berbicara masalah pencabutan gigi tidak terlepas dari beberapa komplikasi

normal yang menyertainya seperti terjadinya perdarahan sesaat, oedem

(pembengkakan) dan timbulnya rasa sakit. Komplikasi sendiri merupakan kejadian

yang merugikan dan timbul diluar perencanaan dokter gigi. Oleh karena itu, kita

selaku dokter gigi harus tetap mewaspadai segala kemungkinan dan berusaha untuk

mengantisipasinya sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

komplikasi lanjutan dengan resiko yang lebih besar pula.14,15


31

Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya komplikasi diantaranya karena

kondisi sistemik dan lokal pasien lalu keahlian, keterampilan dan pengalaman sang

operator serta standar prosedur pelaksanaan juga mempengaruhi. Berbagai

komplikasi dapat terjadi, seperti:15

2.3.1. Perdarahan

Perdarahan post ekstraksi merupakan kejadian yang mungkin bisa terjadi di

praktek dokter gigi. Pengetahuan dan anamnesis yang tepat oleh dokter gigi terhadap

pasiennya dalam mendiagnosis, mencegah dan penanganannya sangat diperlukan.

Perdarahan dapat terjadi karena kelainan bawaan atau yang didapat selain itu

ditentukan pula oleh kondisi sistemik pasien serta keadaan lokal di rongga mulut.

Penanganan perdarahan sangat tergantung dari penyebab terjadinya perdarahan dapat

dengan cara penanganan lokal atau perlu diberikan obat-obatan yang membantu

proses pembekuan darah.16

Perdarahan (hemorragie), keadaan ini merupakan terjadinya perdarahan yang

hebat saat pencabutan gigi. Ini terjadi karena bermacam hal, seperti: kelainan

sistemik pada pasien (misalnya hipertensi yang tidak terkontrol) ataupun faktor

lokal.17

a. Faktor lokal17

Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal,

seperti:

1. Trauma yang berlebihan pada jaringan lunak.


32

2. Mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi.

3. Tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien.

4. Tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan

menghisap-hisap.

5. Kumur-kumur yang berlebihan.

6. Memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi.

b. Faktor sistemik17

Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan:

1. Penyakit kardiovaskuler

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan

darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk

terdorong sehingga terjadi perdarahan.

2. Hipertensi

Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor,

pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat,

pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita

menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah

dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.

Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat


33

tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-

obatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.

3. Hemofilli

Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi faktor

VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX.

Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan

platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.

4. Diabetes Mellitus

Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer,

sehingga penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu,

PMN akan menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena

hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya

perdarahan.

5. Malfungsi Adrenal

Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma

Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.

6. Pemakaian obat antikoagulan

Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin)

menyebabkan PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih


34

dahulu dengan internist untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum

pencabutan gigi.

2.3.2. Fraktur

a. Fraktur mahkota gigi

Selama pencabutan mungkin tidak dapat dihindari bila gigi sudah

mengalami karies atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh

tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bilah tang di aplikasikan pada mahkota

gigi bukan pada akar atau massa akar gigi, atau dengan sumbu panjang tang yang

tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Bila operator memilih tang dengan

ujung terlalu lebar dan hanya memberikan ‘kontak 1 titik’ gigi dapat pecah bila

tang ditekan. Bila tangkai tang tidak dipegang dengan kuat, ujung tas mungkin

terlepas dari akar dan mematahkan mahkota gigi. Terburu-buru biasanya

merupakan penyebab dari semua kesalahan, yang sebenarnya dapat dihindari bila

operator bekerja sesuai metode. Pemberia tekanan berlebihan dalam upaya

mengatasi perlawanan dari gigi tidak dianjurkan dan bisa menyebabkan fraktur

mahkota gigi.18

Bila fraktur mahkota gigi terjadi, metode yang digunakan untuk

mengambil sisa dari gigi bergantung pada banyaknya gigi yang tersisa serta

penyebab kegagalannya. Terkadang diperlukan aplikasi tang atau elevator

tambahan untuk mengungkit gigi dan metode pencabutan transalveolar.18


35

b. Fraktur Akar Gigi

Fraktur akar merupakan salah satu komplikasi pencabutan gigi yang bisa

terjadi. Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan tang, pada gigi yang

mati oleh karena rapuh, akar gigi yang bengkok, atau adanya hipersementosis dan

lain-lain. Bila akar yang fraktur amat kecil dan letaknya jauh terbenam dalam

tulang dapat dibiarkan dengan catatan penderita diberitahu keadaan tersebut. 3,4

Fraktur yang menyebabkan mahkota mungkin juga menyebabkan fraktur

akar. Meskipun idealnya semua fragmen akar harus dikeluarkan, tetapi alangkah

bijaksana untuk meninggalkannya pada keadaan-keadaan/kasus-kasus tertentu.

Akar gigi dapat dianggap sebagai fragmen akar gigi bila kurang dari 5 mm dalam

dimensi terbesarnya. Pada pasien yang sehat sisa akar dari gigi yang sehat jarang

menimbulkan masalah dan dalam kebanyakan kasus fragmen akar tersebut boleh

ditinggalkan kecuali bila posisinya memungkinkan untuk terlihat secara jelas. 19

Fraktur akar sebagian besar disebabkan oleh faktor iatrogenik yang sering

terjadi pada gigi dengan restorasi yang luas. Penyebab fraktur mahkota-akar

kebanyakan bersifat iatrogenik, antara lain disebabkan tekanan yang berlebihan

pada saat preparasi saluran akar, insersi pasak atau sementasi inlay, dan dapat

juga disebabkan menggigit benda keras. Fraktur dapat berkembang lambat yang

penyebabkan adalah bruxism atau clenching, kebiasaan menggigit es atau sebagai

akibat efek wedging restorasi oklusal luas. 3

Pencabutan dari 1/3 apikal akar palatal molar atas bila harus

mengikutsertakan pembuangan sejumlah besar tulang alveolar dan mungkin


36

dipersulit dengan terdorongnya fragmen ke dalam sinus maxillaris atau

menyebabkan terbentuknya fistula oro antral pada kebanyakan kasus lebih baik

dipertimbangkan untuk ditinggalkan dan tidak diganggu. Dan jika diindikasikan

untuk dikeluarkan sebaiknya didahului dengan pemeriksaan radiografi dan

dilakukan oleh operator yang berpengalaman dengan menggunakan teknik

pembuatan flap. 18

Pengeluaran Akar dan Ujung Akar Menggunakan Elevator:

Berbagai elevator dapat digunakan untuk mengeluarkan akar dan ujung

akar. Elevator yang paling sering digunakan adalah elevator lurus. Elevator ini,

selain dapat mengeluarkan akar gigi, juga dapat digunakan untuk mengekstraksi

gigi utuh, terutama gigi molar ketiga rahang atas dan bawah, akar anatomi

memungkinkan. Elevator lurus merupakan intrumen yang ideal selama digunakan

secara benar. jika tidak, dapat menyebabkan sejumlah komplikasi yang tidak

diinginkan. Untuk menghindari situasi seperti itu, perlu diperhatikan:19

1. Elevator lurus harus dipegang oleh tangan yang dominan dan jari telunjuk

ditempatkan disepanjang blade, meninggalkan ujung anterior yang terkena,

yang digunakan untuk meluksasi gigi atau akar.

2. Instrument ini harus selalu digunakan pada bagian bukal, dan jangan pernah

digunakan pada bagian lingual atau palatal.

3. Permukaan cekung blade harus berkontak dengan permukaan mesial atau

distal dari gigi yang diekstraksi, dan duduk di antara gigi dan tulang alveolar.
37

4. Ketika instrument berada diantara gigi posterior rahang atas, harus tegak

lurus dengan sumbu ask gigi.

5. Selama luksasi, cotton roll atau kasa harus ditempatkan di antara jari di

palatal atau lingual, untuk menghindari cedera jari atau lidah dalam kasus

elevator slips.

6. Selama luksasi, gigi yang berdekatan tidak boleh digunakan sebagai titik

tumpu, tetapi hanya tulang alveolar. Jika tidak, ada risiko merusak serat

ligamen periodontal.

7. Elevator lurus tidak boleh digunakan untuk mengektraksi gigi berakar ganda,

karena ada resiko patah akar karena belum dipotong sebelumnya.

Selama luksasi menggunakan elevator lurus, jari-jari tangan yang tidak

dominan harus berada dalam posisi tertentu:19

a. Khusus untuk dokter gigi yang menggunakan tangan kanan (tidak kidal)

Maxilla: dari premolar kanan sampai molar ketiga kanan, jari telunjuk

ditempatkan di palatal dan ibu jari ditempatkan di bukal. Dari kaninus kanan

sampai molar ketiga kiri, jari telunjuk ditempatkan di labial atau bukal dan

ibu jari ditempatkan di palatal.

Mandibula: dari premolar satu kanan sampai molar ketiga kanan, tangan

yang tidak dominan memegang kepala pasien dan jari telunjuk ditempatkan

di bukal, sementara ibu jari ditempatkan di lingual. Dari kaninus kanan

sampai molar ketiga kiri, jari telunjuk ditempatkan di lingual dan ibu jari

ditempatkan dilabial atau bukal.


38

b. Khusus untuk dokter gigi yang menggunakan tangan kiri (kidal)

Maxilla: dari premolar kiri sampai molar ketiga kiri, jari telunjuk

ditempatkan di palatal dan ibu jari ditempatkan di bukal. Dari kaninus kiri

sampai molar ketiga kanan, jari telunjuk ditempatkan di labial atau bukal dan

ibu jari ditempatkan di palatal.

Mandibula: dari premolar satu kiri sampai molar ketiga kiri, tangan yang

tidak dominan memegang kepala pasien dan jari telunjuk ditempatkan di

bukal, sementara ibu jari ditempatkan di lingual. Dari kaninus kiri sampai

molar ketiga kanan, jari telunjuk ditempatkan di lingual dan ibu jari

ditempatkan di labial atau bukal.

Pengeluaran Ujung Akar Menggunakan Elevator:

Untuk mengeluarkan ujung akar dari rahang atas dan rahang bawah,

elevator bersudut ganda merupakan instrument yang tepat, karena ujungnya tajam,

yang cocok dengan mudah antara ujung akar dan tulang alveolar, pertama

menggoyangkan kemudian meluksasi ujung akar dari soket.19

Ketika ujung akar sangat kecil dan dalam di dalam soket, elevator

bersudut sempit ditempatkan diantara tulang alveolar dan ujung akar, dan

instrument terdorong ke apikal selembut mungkin. Kemudian dilakukan luksasi

sampai ujung akar tergoyang. Jika ujung akar tidak goyang sama sekali, usahakan

lanjutkan dari aspek mesial dan distal dari soket sampai ujung akar benar-benar

goyang, sehingga dapat dikeluarkan dengan sangat mudah. Saat ekstraksi

melibatkan ujung akar dari molar rahang atas atau rahang bawah dan ekstraksi
39

terbukti sulit, bagian dari tulang intra radikular harus dihilangkan dari dalam soket

dengan bur bulat atau benda tajam, supaya ada ruangan untuk luksasi. Jika ujung

akar yaitu akar palatal, meskipun ekstraksi dapat dicapai dengan menggunakan

prosedur yang sama, dokter gigi harus berhati-hati, karena ada peningkatan risiko

terdorongnya ujung akar ke dalam sinus maksilaris. Ujung akar juga dapat

dikeluarkan dengan bantuan file endodontik, yang pertama ditempatkan di dalam

soket dan kemudian dipasangkan ke dalam saluran akar, di mana ujung akar

ditekan dengan baik dengan tangan atau needle holder. Ketika needle holder

digunakan, kasa pelindung ditempatkan diantaranya dan di permukaan oklusal

dari gigi yang terletak.19

Pengeluaran Ujung Akar dengan Teknik Bedah:

Jika ujung akar fraktur dalam di dalam soket dan tidak mungkin

dikeluarkan dengan luksasi sederhana, maka dapat dilakukan teknik bedah.19

Dokter gigi harus memperhatikan dengan baik ketika akan mengeluarkan

ujung akar karena dapat terdorong masuk ke dalam sinus maksilaris.19

Ketika akar dan ujung akar dari gigi posterior rahang atas fraktur dan

terdorong masuk ke sinus maksilaris saat dilakukan luksasi, itu merupakan

komplikasi yang serius dan harus dilakukan penanganan sesegera mungkin. Untuk

menghindari kemungkinan tersebut, sebelum dilakukan pencabutan gigi posterior

rahang atas, pemeriksaan radiografi harus dilakukan dengan teliti untuk

menentukan seberapa dekat ujung akar ke sinus maksilaris.19


40

Jika ujung akar telah masuk ke dalam sinus maksilaris, pasien

diberitahukan tentang situasi tersebut dan pertemuan baru dijadwalkan agar

pengeluaran ujung akar dapat dilakukan. Jika dokter gigi ragu untuk melakukan

perawatan, maka pasien harus dirujuk ke dokter gigi spesialis bedah mulut.

Prosedur pada kasus ini sebagai berikut.19

Setelah konfirmasi radiografi dan lokalisasi yang tepat dari ujung akar

dalam sinus maksilaris, dibuat insisi lurus, yang dimulai dari kaninus sampai pada

yang berbentuk trapesium, termasuk soket pasca ekstraksi. Setelah pembukaan

flap, akses ke sinus maksilaris dicapai dengan membuka tulang bukal. Mukosa

sinus maksilaris kemudian diinsisi menggunakan scalpel, dan setelah pemeriksaan

area ujung akar, ujung akar dapat dikeluarkan menggunakan pengisapan atau tang

anatomis. Jika ada jaringan granulasi di area fistula, itu dikeluarkan menggunakan

kuret periapikal melalui lubang di sinus maksilaris dan melalui soketnya. Segera

setelah pengeluaran ujung akar, lakukan penutupan. Lebih khusus, flap trapesium

yang ada diperpanjang dengan insisi horizontal periosteum ditengah dan di dasar

flap, sehingga flap cukup besar untuk menutupi fistula. Tepi tulang dari luka

kemudian dihaluskan dan flap direposisi dan dijahit dengan jaringan lunak palatal.

Perawatan pasca operasi meliputi pemberian antibiotik spektrum luas dan

dekongestan dari mukosa hidung (xylometazoline 0,1% semprotan atau larutan)

selama kurang lebih satu minggu. Jahitan dilepas sepuluh hari setelah prosedur

bedah dan pasien harus check up dua bulan kemudian.19


41

c. Fraktur tulang alveolar

Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa

terjadi fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari

tulang yang patah, baru dilanjutkan pencabutan.18

d. Fraktur tuberositas maxillaris

Terjadi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu

dihindari oleh karena tuberositas diperlukan sebagai retensi pada pembuatan gigi

tiruan.18

e. Fraktur yang bersebelahan atau gigi antagonis

Fraktur gigi yang bersebelahan atau gigi antagonis selama pencabutan

dapat dihindari. Pemeriksaan praoperasi secara cermat dapat menunjukkan

apakah gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut telah mengalami

karies, restorasi besar, atau terletak pada arah pencabutan. Bila gigi yang akan

dicabut adalah gigi penjangkaran, mahkota jembatan harus dibelah dengan disk

vulkarbo atau intan sebelum pencabutan. Bila gigi sebelahnya terkena karies dan

tambalannya goyang atau mengaung (overhanging) maka harus diambil atau

ditambal dengan tambalan sementara sebelum dilakukan pencabutan. Tidak boleh

diaplikasikan tekanan pada gigi yang berdekatan selama pencabutan, dan gigi

lainnya tidak boleh digunakan sebagai fulcrum untuk elevator kecuali bila gigi

tersebut juga akan dicabut pada kunjungan yang sama.18


42

Gigi antagonis bisa pecah atau fraktur bila gigi yang akan dicabut tiba-

tiba diberikan tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut.

Teknik pencabutan yang terkontrol dapat mencegah kejadian ini.18

f. Fraktur mandibula atau maxilla

Kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang tidak diharapkan dari

bagian soket gigi, atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat melekatnya

tulang alveolar berada. Paling umum terjadi dikarenakan kesalahan teknik

operator saat melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu operator diharuskan

memiliki teknik yang benar dan bisa memperhitungkan seberapa besar

penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan cara menggunakan alat dengan

tepat.18

2.3.3. Infeksi

Meskipun jarang terjadi, tapi hal ini jangan dianggap sepeleh. Bila terjadi,

dokter gigi dapat memberikan resep berupa antibiotik untuk pasien yang beresiko

terkena infeksi.18

2.3.4. Pembengkakan

Keadaan ini terjadi akibat perdarahan yang hebat saat pencabutan gigi. Ini

terjadi karena bermacam hal, seperti kelainan sistemik pada pasien.18


43

Gambar 2: pembengkakan pasca pencabutan gigi

Sumber: www.wikipedia.dentalextraction.com

2.3.5. Dry Socket

Kerusakan bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat ekstraksi

(ekstraksi dengan komplikasi), dokter gigi yang kurang berhati-hati, penggunaan

kontrasepsi oral, penggunaan kortikosteroid, dan suplai darah (suplai darah di rahang

bawah lebih sedikit daripada rahang atas). Kurangnya irigasi saat dokter gigi

melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket. Gerakan menghisap dan

menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera setelah pencabutan dapat

mengganggu dan merusak bekuan darah. 18

Selain itu, kontaminasi bakteri adalah faktor penting, oleh karena itu, orang

dengan kebersihan mulut yang buruk lebih beresiko mengalami dry socket pasca

pencabutan gigi. Demikian juga pasien yang menderita gingivitis (radang gusi),

periodontitis (peradangan pada jaringan penyangga gusi), dan perikoronitis

(peradangan gusi di sekitar mahkota gigi molar tiga yang impaksi). 18


44

Gambar 3: dry socket pasca ekstraksi

Sumber: www.wikipedia.dentalextraction.com

2.3.6. Rasa Sakit

Rasa sakit pasca operasi akibat trauma jaringan keras dapat berasal dari

cederanya tulang karena terkena instrument atau bur yang terlalu panas selama

pembuangan tulang. Dengan mencegah kesalahan tekhnis dan memperhatikan

penghalusan tepi tulang yang tajam, serta pembersihan soket tulang setelah

pencabutan dapat menghilangkan penyebab rasa sakit setelah pencabutan gigi.18


45

KERANGKA TEORI

INDIKASI DAN
KONTRAINDIKASI

PENCABUTAN
GIGI
PENCABUTAN INTRA ALVEOLAR
PENCABUTAN TRANS ALVEOLAR

KOMPLIKASI PERDARAHAN
PENCABUTAN GIGI FRAKTUR MAHKOTA
FRAKTUR AKAR
INFEKSI
PEMBENGKAKAN
DRY SOKET
RASA SAKIT
46

KERANGKA KONSEP

PENCABUTAN GIGI

KOMPLIKASI PENCABUTAN
GIGI

PERDARAHAN
FRAKTUR MAHKOTA
FRAKTUR AKAR
DRY SOKET
PEMBENGKAKAN
RASA SAKIT

Keterangan:

Variabel Independen

Variable Dependen
47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian : Observasional Deskriptif

3.2. Desain penelitian : Studi Cross-Sectional atau Transversal

3.3. Lokasi penelitian : Rumah Sakit Gigi dan Mulut drg. Halimah Dg. Sikati

FKG Unhas, Makassar

3.4. Waktu penelitian : Penelitian ini dilakukan pada bulan april-mei 2013

3.5. Populasi penelitian : Pasien bagian Ilmu Bedah Mulut di RSGM drg.

Halimah Dg. Sikati FKG Unhas

3.6. Sampel penelitian : 125 pasien

3.7. Subjek penelitian : Pasien pencabutan gigi pada bagian Ilmu Bedah

Mulut di RSGM drg. Halimah Dg. Sikati FKG Unhas

3.8. Metode sampling : Convenience sampling

3.9. Kriteria sampel

1. Kriteria inklusi : a. Pasien pencabutan gigi pada bagian bedah mulut di

RSGM drg. Halimah Dg. Sikati FKG Unhas

b. Bersedia ikut serta dalam penelitian (kooperatif)


48

2. Kriteria eksklusi : Tidak bersedia ikut sert dalam penelitian

3.10. Alat dan bahan :

 Alat dan bahan penelitian:

Alat yang digunakan berupa pulpen, kartu status pasien, kartu status

penelitian dan kalkulator untuk mencatat dan menghitung prevalensi

terjadinya komplikasi pencabutan gigi. Peneliti menggunakan jas praktikum

dan berpakaian rapi serta sopan selama penelitian.

 Alat dan bahan pencabutan gigi yang digunakan oleh mahasiswa

kepaniteraan:

- Tang pencabutan gigi (forceps)

- Bein

- Oral diagnostic set

- Try sekat

- Nearbeken

- Spoit

- Masker

- Handscond

- Celemek

- Lidokain

- Betadine

- Air kumur
49

3.11. Definisi operasional:

a. Prevalensi komplikasi pencabutan gigi adalah jumlah pasien yang

mengalami komplikasi pencabutan gigi di RSGMP drg. Halimah Dg Sikati

FKG Unhas periode april-mei 2013.

b. Pencabutan gigi adalah suatu proses pengeluaran gigi dari soketnya.

Pencabutan gigi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses

pengeluaran gigi dengan teknik sederhana yang menggunakan tang dan

dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan bagian ilmu bedah mulut.

c. Komplikasi pencabutan gigi adalah akibat dari pencabutan gigi yang tidak

tepat. Komplikasi pencabutan gigi dapat terjadi karena faktor lokal

maupun sistemik.

3.12. Analisis data:

a. Jenis data : data primer

b. Pengolahan data : secara manual

c. Penyajian data : data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang

3.13. Jalannya penelitian:

1. Pasien datang dan diananmesis.

2. Mengambil data pasien dari kartu status (no. kartu, nama, usia, jenis

kelamin, alamat, diagnosis, gigi yang dicabut dan anastesi).

3. Meminta no. telp/hp pasien yang dapat dihubungi.


50

4. Mencatat semua data pasien di kartu status penelitian.

5. Memberitahukan pasien bahwa tiga hari kemudian saya akan menelpon

anda untuk menanyakan tentang kondisi bekas luka pencabutan gigi masih

sakit/bengkak atau tidak.

6. Mengamati proses pencabutan gigi yang dilakukan oleh mahasiswa

kepaniteraan bagian ilmu bedah mulut.

7. Mencatat komplikasi pencabutan gigi yang terjadi.

8. Menelpon pasien tiga hari setelah pencabutan gigi untuk menanyakan

kondisi bekas luka pencabutan giginya.

3.14. Skema alur penelitian

Pasien datang
dan dianamnesis

Pengambilan
data pasien dari
kartu status

Meminta no telp/hp
pasien yang dapat
dihubungi
51

Mencatat semua
data pasien di kartu
status penelitian

Menginformasikan pasien
bahwa saya akan
menghubunginya tiga hari
kemudian

Mengamati proses pencabutan


gigi yang dilakukan oleh
mahasiswa kepaniteraan bagian
ilmu bedah mulut.

Mencatat
komplikasi yang
terjadi

Menghubungi pasien
tiga hari setelah
pencabutan gigi

Pengumpulan data Olah data Analisis data


52

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data dari hasil penelitian yang dilakukan di RSGMP drg.

Halimah Dg. Sikati FKG Unhas pada bulan april-mei 2013, diperoleh 125 sampel

pasien yang datang dilakukan pencabutan gigi.

Hasil penelitian komplikasi pencabutan gigi di RSGMP drg. Halimah Dg.

Sikati FKG Unhas periode april-mei 2013 disajikan dalam bentuk tabel dan diagram

batang di bawah ini.

Tabel : Prevalensi komplikasi pencabutan gigi di RSGMP drg. Halimah Dg. Sikati
FKG Unhas periode april-mei 2013

KOMPLIKASI JUMLAH PERSENTASE


PENCABUTAN GIGI KASUS (%)

FRAKTUR MAHKOTA 21 16,8

FRAKTUR AKAR 17 13,6

DRY SOCKET 5 4

PERDARAHAN 2 1,6

RASA SAKIT 2 1,6

PEMBENGKAKAN 0 0

TOTAL = 47 37,6
53

Prevalensi komplikasi pencabutan gigi


18
16
14
Persentase (%)

Fraktur mahkota
12
Fraktur akar
10
Dry socket
8
Perdarahan
6
Rasa sakit
4
Pembengkakan
2
0
Kompikasi pencabutan gigi

Diagram : Prevalensi komplikasi pencabutan gigi di RSGMP drg. Halimah Dg. Sikati FKG Unhas
periode april-mei 2013, fraktur mahkota 21 (16,8%), fraktur akar 17 (13,6%), dry socket 5 (4%),
perdarahan 2 (1,6%), rasa sakit 2 (1,6%) dan pembengkakan 0 (0%)
54

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSGMP drg. Halimah Dg.

Sikati FKG Unhas periode april-mei 2013, diperoleh kasus komplikasi pencabutan

gigi sebanyak 47 dari 125 sampel pasien ekstraksi atau sebanyak 37,6% dari

keseluruhan sampel. Komplikasi pencabutan gigi ini terbagi atas kasus fraktur

mahkota, fraktur akar, dry socket, perdarahan, dan rasa sakit. Pembengkakan pasca

pencabutan gigi tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Prevalensi puncak dari komplikasi pencabutan gigi (diagram) adalah kasus

fraktur mahkota gigi yaitu 16,8% (21 kasus fraktur mahkota gigi dari 125 pencabutan

gigi). Prevalensi kedua dari komplikasi pencabutan gigi adalah kasus fraktur akar

gigi yaitu 13,6% (17 kasus fraktur akar gigi dari 125 pencabutan gigi). Kedua kasus

ini merupakan komplikasi pencabutan gigi yang paling banyak ditemukan selama

penelitian. Selanjutnya kasus komplikasi pencabutan gigi dalam penelitian ini yang

memiliki prevalensi yang terbilang sedikit yaitu kasus dry socket 4% (5 kasus dry

socket dari 125 pencabutan gigi), kasus perdarahan 1,6% (2 kasus perdarahan dari

125 pencabutan gigi), dan rasa sakit 1,6% (2 rasa sakit dari 125 pencabutan gigi).

Sementara pembengkakan pasca pencabutan gigi memiliki prevalensi 0% (0

pembengkakan dari 125 pencabutan gigi).

Alasan mengapa fraktur mahkota gigi menjadi komplikasi yang paling

banyak terjadi sangat beragam. Gigi yang sudah rapuh, memiliki lubang yang dalam,
55

atau pun memiliki tambalan juga dapat menunjang terjadinya fraktur mahkota gigi

pada saat dilakukan pencabutan gigi. Selain itu, faktor operator juga sangat berperan

dalam terjadinya kasus fraktur mahkota gigi. Operator biasanya kurang tepat

mengaplikasikan tang pada gigi, misalnya bilah tang di aplikasikan pada mahkota

gigi bukan pada akar atau massa akar gigi, atau dengan sumbu panjang tang yang

tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi.Bila operator memilih tang dengan ujung

terlalu lebar dan hanya memberikan ‘kontak 1 titik’ gigi dapat pecah bila tang

ditekan. Bila tangkai tang tidak dipegang dengan kuat, ujung tas mungkin terlepas

dari akar dan mematahkan mahkota gigi. Terburu-buru biasanya merupakan

penyebab dari semua kesalahan, yang sebenarnya dapat dihindari bila operator

bekerja sesuai metode. Pemberian tekanan berlebihan dalam upaya mengatasi

perlawanan dari gigi tidak dianjurkan dan bisa menyebabkan fraktur mahkota gigi.18

Selain itu, posisi operator yang salah juga dapat menyebabkan terjadinya

fraktur mahkota gigi. Salah posisi dalam melakukan pencabutan gigi dapat

menyulitkan operator sehingga kemungkinan terjadinya fraktur mahkota gigi sangat

besar. Pemilihan tang yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan gigi mudah fraktur.

Hal-hal inilah yang banyak ditemukan dalam penelitian ini sehingga kasus fraktur

mahkota gigi merupakan komplikasi pencabutan gigi yang memiliki prevalensi

paling tinggi.

Prevalensi terbanyak kedua yaitu kasus fraktur akar gigi. Variasi anatomi

akar gigi dapat menyulitkan tindakan pencabutan gigi, sepertiakar gigi yang
56

bengkok, terlalu besar, akar gigi dengan sementosis, atau gigi yang mati oleh karena

rapuh. 3,4,18

Kurangnya pengetahuan operator akan bentuk akar gigi yang akan dicabut

juga sangat berperan dalam kasus ini. Oleh karena itu, rontgen foto sangat diperlukan

sebelum melakukan tindakan pencabutan gigi untuk mengetahui keadaan akar gigi

yang akan dicabut.

Dry socket, perdarahan, dan rasa sakit merupakan komplikasi pencabutan gigi

yang prevalensinya tidak banyak dalam penelitian ini. Dry socket kebanyakan terjadi

pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. Ini mirip dengan temuan hasil studi

lain termasuk MacGreoger yang melaporkan insiden dry socket lebih tinggi terjadi

pada wanita akibat dari penggunaan kontrasepsi oral. Kurangnya irigasi saat dokter

gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket. Gerakan menghisap

dan menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera setelah pencabutan dapat

mengganggu dan merusak bekuan darah. 18

Perdarahan yang terjadi dalam penelitian ini sangat sedikit. Hal ini dapat

terjadi karena trauma berlebihan pada jaringan lunak pasien. Proses ekstraksi gigi

yang terlalu lama biasanya menjadikan operator lelah sehingga terkadang alatnya

bergeser dan melukai jaringan lunak. Pasien juga sering menghisap-hisap daerah

bekas pencabutan sehingga perdarahan bisa terjadi.17

Rasa sakit setelah pencabutan gigi sedikit ditemukan dalam penelitian ini.

Sakit yang dirasakan pasien selama proses pencabutan gigi karena terdapat

granuloma.
57

Selain yang dipaparkan di atas, masih banyak lagi komplikasi pencabutan

gigi lainnya. Akan tetapi penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, yaitu hanya

meneliti mengenai fraktur mahkota gigi, fraktur akar gigi, perdarahan, dry socket,

rasa sakit dan pembengkakan. Keterbatasan penelitian ini juga mengarah ke hasil

penelitian, yaitu dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya pembengkakan pasca

pencabutan gigi.
58

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasakan hasil .penelitian yang dilakukan di RSGMP drg. Halimah Dg.

Sikati FKG Unhas periode april-mei 2013, maka dapat disimpulkan bahwa:

 Prevalensi komplikasi pencabutan gigi di RSGMP drg. Halimah Dg. Sikati

FKG Unhas periode april-mei 2013 yang dilakukan oleh mahasiswa

kepaniteraan bagian ilmu bedah mulut yaitu sebesar 37,6%.

 Komplikasi pencabutan gigi yang terjadi dikelompokkan ke dalam kasus

fraktur mahkota, fraktur akar, dry socket, perdarahan, dan rasa sakit.

 Prevalensi fraktur mahkota yang terjadi yaitu sebesar 16,8%, fraktur akar

sebesar 13,6%, dry socket sebesar 4%, perdarahan sebesar 1,6%, dan rasa

sakit sebesar 1,6%. Sementara pembengkakan memiliki prevalensi 0% karena

kasus ini tidak ditemukan dalam penelitian ini.

 Fraktur mahkota merupakan komplikasi pencabutan gigi yang paling banyak

terjadi yaitu sebanyak 21 kasus dari 47 kasus komplikasi pencabutan gigi,

sedangkan perdarahan dan rasa sakit merupakan komplikasi pencabutan gigi

yang paling sedikit terjadi yaitu sebanyak masing-masing 2 kasus dari 47

kasus komplikasi pencabutan gigi.

 Komplikasi pencabutan gigi dapat terjadi karena faktor lokal maupun

sistemik.
59

 Komplikasi pencabutan gigi dapat dicegah dengan melakukan tindakan secara

baik dan benar sesuai dengan prosedur yang tepat. Tindakan operator yang

tepat serta koperatif dari pasien juga dapat mencegah terjadinya komplikasi

pencabutan gigi.

6.2. Saran

1. Untuk menghindari terjadinya komplikasi pencabutan gigi, sebaiknya operator

memahami teori dan teknik pencabutan gigi yang benar.

2. Untuk melengkapi informasi tentang insiden komplikasi pencabutan gigi yang

lainnya, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut.


60

DAFTAR PUSTAKA

1. De Haantjes van Het Oosten. Pencabutan gigi atau exodontia. 2010. Available

from: URL: http://www.potooloodental.com. Accessed: 19 Desember 2012

2. Setengah Baya Info. Bedah flap pada proses pencabutan gigi. 2010. Available

from: URL: http://www.setengahbaya.info/bedah-flap-pada-proses-pencabutan-

gigi.html. Accessed: 19 Desember 2012

3. Widya Wijayanti. Hemiseksi akar mesial gigi molar satu rahang bawah.

Available from: URL: http://www.hemiseksi-widya-medan-ud.pdf. Accessed: 30

Januari 2013

4. Forum Kesehatan Gigi. Komplikasi setelah pencabutan gigi. 2011. Available

from: URL: http://www.choybuccuq.com. Accessed: 30 Januari 2013.

5. Jonatahan Pedlar, John W Frame. Oral and maxillofacial surgery 2nd ed. Elseiver:

Churchill Livingstone. 2007, p. 24

6. Mohamad Loekman. Teknik dasar pencabutan gigi, Jurnal Ilmiah dan Teknologi

Kedokteran Gigi; 2006: 3: 82-4

7. Nina Rusmayanti. Thalasemia dan ekstraksi gigi. 2009. Available from: URL:

http://www.thalasemia-dan-ekstraksi-gigi.html. Accessed: 19 Desember 2012

8. Archer, W.Harry. Oral and Maxillofacial Surgery. 5th ed. Saunders Company.

Philadelphia. 1975. pp: 16-17

9. Cawson R.A. Essential of Dental Surgery and Phatology. 4th ed. Churchil

Livingstone, London. 1984. pp: 76-114, 143-158


61

10. Brown L.J, Oliver R.C, Loe. H. Periodontal Disease in the US in 1981. Dalam:

Journal of Periodontology. Vol.60 No.7. American Academi of Periodontology.

1989. pp: 363-370.

11. Carranza A.F. Tooth Mobility and Pathologic. Dalam: Glickman’s Clinical

Periodontology. 7th. W.B. Saunders, Philadelphia. 1984. pp: 283-290.

12. Mac. Gregor A.J. The Impacted Lower Wisdom Tooth. Oxford University Press,

1985. pp: 1-46

13. Peterson J Larry. Oral and maxillofacial surgery 4th ed. St. Louis: CV Morby

Company. 2003, pp. 116-7

14. Pederson W Gordon. Buku ajar praktis bedah mulut 1st ed. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. 1996, pp. 36-44

15. Irwansyah Martar. Komplikasi pencabutan. Available from: URL:

http://www.martaiwansyah.com. Accessed: 30 Januari 2013

16. Anang Prasetiyono. Perdarahan post ekstraksi, Indonesian Journal of Oral and

Maxillofacial Surgeons; 2005: 3: 156-60

17. Teguh Iman Santoso, Wiwiek Poedjiastoeti. Perdarahan pasca ekstraksi gigi,

penvegahan dan penatalaksanaannya. 2012. Available from: URL:

http://www.bemfkgunpad.com. Accessed: 19 Desember 2012

18. Lucky Riawan. Penanggulangan komplikasi pencabutan gigi. 2002. Available

from: URL: http://www.pustaka-unpad.com. Accessed: 19 Desember 2012

19. Fragiskos. Oral surgery. Verlay Berlin Heidelberg: Springer. 2007, pp. 84-119
62

LAMPIRAN-LAMPIRAN
63

LAMPIRAN

Kartu Status Penelitian

KARTU PENELITIAN FAKTOR PENYEBAB PENUNDAAN


PENCABUTAN GIGI DAN KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGMP
DRG. HALIMAH DG. SIKATI FKG UNHAS PERIODE APRIL-MEI 2013
No. Kartu :
Hari/Tanggal :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. Telp/Hp :
Diagnosis :
Gigi yang Dicabut :
Anastesi :

Penyebab Penundaan Pencabutan Gigi *Komplikasi


*Faktor Lokal *Faktor Sistemik Pencabutan Gigi
Penyakit Periapikal DM Perdarahan
Rasa sakit Hipertensi Fraktur Mahkota
Inflamasi Jantung Fraktur Akar
Terapi Steroid Dry Soket
Kehamilan Pembengkakan
Diskrasia Darah Tidak Ada Komplikasi
Terapi Antikoagulan
Gondok Beracun
Penyakit Kuning
Hipotensi
Asma
C. Faktor penundaan lain atau komplikasi lain (jika tidak ada pada list di atas) :

Keterangan
* : dicentang
Mengetahui,
Dosen Pembimbing

drg. Netty Nelly Kawulusan, M.Kes.


64

LAMPIRAN

Dokumentasi Penelitian

 Anestesi Lokal
65

 Pencabutan Gigi

 Perdarahan
66

 Fraktur Mahkota

 Fraktur Akar
1

LAMPIRAN

Data Penelitian

 Hari/Tanggal: Selasa, 2 April 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnos Aneste Unsu Komplika


e Urut at is si r si
Kartu
23 1643/1 Yusmiati 0853419993 GP Blok 47 Dry
3 Ishaq/Jl. 39 Socket
Batua Raya

 Hari/Tanggal: Rabu, 3 April 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnos Aneste Unsu Komplika


e Urut at is si r si
Kartu
55 1596/1 Saleha/Sung 0823447752 GP Infiltra 16 -
3 gu Minasa 0 si
30 1682/1 Adrians/BT 0852415444 PMK Blok 38 Fraktur
3 P 75 Resesi Akar
72 1368/1 Abdul 0853994447 GP Blok 47 Fraktur
3 Fattah/Sung 79 Akar
gu Minasa
27 1660/1 Sukmawaty/ 0821927622 GP Infiltra 13 Fraktur
3 Jl. Maccini 13 si Mahkota
Raya
43 1524/1 Sisi/Jl. 0813553411 PMK Infiltra 22 -
3 Salemo 74 Resesi si
54 1683/1 Siti Aisyah 0853400316 PMK Infiltra 42 -
3 67 si

 Hari/Tanggal: Kamis, 4 April 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnos Aneste Unsu Komplika


e Urut at is si r si
Kartu
2

23 1723/1 Muskar/Jl. 0823189555 GP Blok 48 Fraktur


3 Dg Tata 42 Mahkota
Lama
40 1722/1 Nurlia/Jl. 0853988362 PMK Infiltra 45 -
3 Kandea 41 Resesi si

 Hari/Tanggal: Jumat. 5 April 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnos Aneste Unsu Komplika


e Urut at is si r si
Kartu
19 1676/1 Ramadhan/J 0823449723 GP Blok 36 Fraktur
3 l. 79 Akar
Talassalapa
ng
43 1733/1 Arsyad/Jl. 0857964899 GR Infiltra 13, -
3 Cakalang 99 si 14
27 1721/1 Naria/Jl. 0852566265 GP Infiltra 25 Fraktur
3 Malino 03 si Mahkota
Boato
Tawba

 Hari/Tanggal: Selasa, 9 April 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnos Aneste Unsu Komplika


e Urut at is si r si
Kartu
50 1532/1 Dg. 0813421606 PMK Infiltra 31, -
3 Senga/Jl. 09 si 32
Sunu
42 1773/1 Sunarti/Jl. 0852992223 GP Infiltra 24 -
3 Sukaria 1 82 si
48 1595/1 Hamzah/Jl. 0411542923 GR Infiltra 23 -
3 Sukaria 1 7 si
No. 9
28 1774/1 Habibi/Jl. 0878400975 GP Infiltra 18 -
3

3 Pampang 79 si
32 1783/1 Nurdiana 0813547617 GR Infiltra 46 Fraktur
3 Ibrahim/Jl. 71 si Akar
Bunga Eja
Beru
18 307/13 Yusran/Jl. 0856560321 GP Blok 36 Fraktur
Nuri Baru 95 Mahkota
47 1785/1 Muna/Jl. 0813555315 GP Infiltra 35 Fraktur
3 Nuri 50 si Mahkota
29 1568/1 Saharuddin/ 0853400898 GP Blok 36 Dry
3 Jl. Dg. Tata 82 Socket
26 1782/1 Marlina/Jl. 0823447560 GR Infiltra 36 Dry
3 Sabutung 28 si Socket
Baru
57 1311/1 Massenah/Jl 0823415808 GR Infiltra 23 -
3 . Panampu 51 si

 Hari/Tanggal: Kamis, 11 April 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnos Aneste Unsu Komplika


e Urut at is si r si
Kartu
25 551/13 Sam/Tanjun 0813427316 PMK Infiltra 41 -
g Bunga 30 Resesi si
57 1311/1 Masannah/J 0853941188 PMK Infiltra 25 -
3 l. Panampu 35 Resesi si
52 1810/1 Murniati/Jl. 0823436233 GR Infiltra 14 -
3 Tinombu 14 si
Lr. 148
31 1817/1 Sri 0813423484 GR Infiltra 24 Fraktur
3 Rahaya/Jl. 9 si Akar
Sabutung
Baru

 Hari/Tanggal: Senin, 15 April 2013

Ag No. Nama/Alamat No. Diagno Aneste Uns Komplik


e Urut Telp/Hp sis si ur asi
4

Kartu
53 1866/ Hukma/Jl. Nuri 082394174 GR Infiltra 13 -
13 496 si
29 1858/ Inriani/Jl. 085241919 GP Infiltra 24 -
13 Regge 067 si
31 1857/ Rahmatia/Jl. 085241866 GR Infiltra 14 -
13 Regge 2 032 si
59 1535/ Dg. 085299341 GP Infiltra 26 Fraktur
13 Lebang/Baromb 962 si Mahkota
ong
33 1852/ Husni/Jl. 085241696 GR Infiltra 25 -
13 Gunung 032 si
Bawakaraeng
25 551/1 Sam/Tanjung 081342731 GP Infiltra 11 -
3 Bunga 630 si
46 1255/ Sayu/Maros 081398833 GP Infiltra 44 -
13 Utara 335 si

 Hari/Tanggal: Selasa, 16 April 2013

Ag No. Nama/Ala No. Telp/Hp Diagnosis Aneste Unsu Komplika


e Urut mat si r si
Kartu
28 1538/1 Roslina/Jl. 0852553886 GR Infiltra 27 -
3 Panampu 78 si
18 1884/1 Hijrah/Jl. 0852552542 Pulpitis Blok 46 Rasa
3 Mappaodan 40 Irreversib Sakit
g el
24 1893/1 Cia/Tello 0852428578 GR Infiltra 36 Dry
3 77 si Socket
17 1895/1 Husnia/Jl. 0896801276 GP Infiltra 14 -
3 Sunu 54 si
23 1898/1 Ridha/Jl. 0878421322 GR Infiltra 36 -
3 Pampang 61 si

 Hari/Tanggal: Kamis, 18 April 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnos Aneste Unsu Komplika


e Urut at is si r si
Kartu
5

37 1919/1 Nuraeni/Jl. 0853410259 GP Blok 36 -


3 Teuku 08
Umar
16 1942/1 Irastuti/Jl. 0852418477 GP Blok 46 -
3 Hertasning 52
20 1954/1 Iin 0813422188 GR Infiltra 36 -
3 Adriani/Jl. 33 si
Sabutung
Baru
53 1454/1 Dg 0819353876 GP Blok 46 -
3 Kenang/Jl. 82
Sabutung
Baru
64 1930/1 Marhamah/ 0853963804 PMK Infiltra 22 -
3 Pa Baeng- 96 Radiks si
baeng
19 1506/1 Angel/Jl. 0878412957 GP Infiltra 36 Fraktur
3 Tanjung X 95 si Mahkota
Blok C 16 Fraktur
Akar
20 1939/1 Musdalifah/ 0852396464 Nekrose Blok 36 Fraktur
3 Jl. Beringin 22 Mahkota
1 Gowa Fraktur
Akar
24 1891/1 Rezki/Jl. 0813426121 GP Blok 47 Fraktur
3 Pelita III 42 Mahkota
43 1453/1 Dg 0853422721 PMK Infiltra 17 -
3 Ngasseng/Jl 65 Resesi si
. Panampu

 Hari/Tanggal: Selasa, 29 April 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnos Aneste Unsu Komplika


e Urut at is si r si
Kartu
45 1464/1 Hasma/Jl. 0852407295 GR Infiltra 34 -
3 Borong 26 si

 Hari/Tanggal: Rabu, 15 Mei 2013


6

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnosi Aneste Unsu Komplika


e Urut at s si r si
Kartu
49 2376/1 Hasma/Jl. 0852407295 GR Infiltra 14 -
3 Borong 26 si
21 2457/1 Indriyani 0853947640 GR Infiltra 26 -
3 Baharuddin/ 32 si
Jl. Maccini
Raya
16 2465/1 Michael 0852418546 Gigi Infiltra 24 -
3 Christian/Jl. 31 Vital si
Ternate
52 2399/1 Fatimah/Jl. 0852563487 Pulpitis Infiltra 17 Fraktur
3 Pampang 22 Reversib si Mahkota
el
27 2477/1 Atman/Jl. 0813555350 GP Infiltra 18 Fraktur
3 Barawaja 82 si Mahkota

 Hari/Tanggal: Kamis, 16 Mei 2013

Ag No. Nama/Alamat No. Diagnosi Anest Uns Komplik


e Urut Telp/Hp s esi ur asi
Kartu
21 2506/ Ririn/Jl. 089865755 GP Blok 36 -
13 Banukang 42
54 1569/ Hj. 081343582 PMK Infiltr 31, -
13 Kamariah/Kanu 805 Resesi asi 32
wisi
36 2510/ Darma 085298926 Pulpitis Blok 45 -
13 Syahrini/Jl. 987 Reversib
Kerung-kerung el
36 1827/ Syamsiah/Jl. 082189407 PMK Infiltr 31 -
13 Sabutung Baru 702 Resesi asi
36 1827/ Syamsiah/Jl. 082189407 GR Infiltr 32 -
13 Sabutung Baru 702 asi
42 2503/ Jia/Jl. Kandea 3 085242643 Pulpitis Blok 36 -
13 Lr. 2 261 Irreversi
bel
20 2505/ Suardi/Jl. 085256989 GR Infiltr 21 -
13 Deppasawa 776 asi
Dalam
7

53 1866/ Hikma/Jl. 085299384 GR Infiltr 12, -


13 Kerung-kerung 626 asi 22
47 2096/ Jinne/Jl. Mesjid 085757134 GP Blok 37 Perdarah
13 Raya 702 an
31 2498/ Mustika Sari/Jl. 081242197 GP Blok 37 Fraktur
13 Landak Baru 192 Mahkota
16 2464/ Hasnia/Jl. Nuri 089956291 Nekrose Blok 36 Fraktur
13 77 Mahkota
20 2454/ Fadlan/Jl. 087840591 Pulpitis Blok 46 Fraktur
13 Perintis 386 Irreversi Akar
Kemerdekaan 4 bel
36 2050/ Hartati/Jl. 085237415 GP Blok 37 Fraktur
13 Deppasawi 842 Akar
Dalam No. 127 Dry
Socket

 Hari/Tanggal: Jumat, 17 Mei 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnosi Aneste Uns Komplika


e Urut at s si ur si
Kartu
24 2338/1 Suarni/Jl. 0823462008 GR Infiltra 36 -
3 Nuri 55 si
53 2528/1 Hj. St. 0852997249 GR Infiltra 23 -
3 Arfa/Jl. 25 si
Perintis
Kemerdekaa
n3
20 2347/1 Kaharuddin/ 0896559253 GR Infiltra 25 -
3 Jl. Pampang 85 si
42 2531/1 Hj. Hasmah 0852425199 Pulpitis Blok 38 Fraktur
3 90 Irreversib Mahkota
el
20 2212/1 Devi/Jl. 0852566106 GP Infiltra 26 Fraktur
3 Perintis 83 si Akar
Kemerdekaa
n VI

 Hari/Tanggal: Rabu, 22 Mei 2013


8

Ag No. Nama/Alamat No. Diagno Aneste Uns Komplik


e Urut Telp/Hp sis si ur asi
Kartu
50 2569/ Rahmatia/Maro 085395565 GP Infiltra 32 -
13 s 295 si
44 2626/ Nurhayati/Jl. 085696495 GP Blok 36 Fraktur
13 Mappoddang 861 Mahkota
33 2616/ Sayu/Jl. 087740341 GP Infiltra 16 Fraktur
13 Barombong 107 si Mahkota
Fraktur
Akar
54 1569/ Hj. 081343582 PMK Infiltra 44 Fraktur
13 Kamariah/Kanu 805 Resesi si Akar
wisi

 Hari/Tanggal: Kamis, 23 Mei 2013

Ag No. Nama/Ala No. Telp/Hp Diagnosis Aneste Unsu Komplika


e Urut mat si r si
Kartu
42 2614/1 Feby/Jl. 0821931048 GR Infiltra 13 -
3 Kerung- 67 si
kerung
54 2472/1 Nurmalia/Jl 0411362976 PMK Infiltra 32 -
3 . Mesjid 2 Resesi si
Raya
72 1368/1 Abdul 0852558741 GR Infiltra 27 -
3 Fattah/Jl. 93 si
Sunggu
Minasa
36 1827/1 Samsiar/Jl. 0821894077 GP Infiltra 23 -
3 Sabutung 02 si
Baru
24 2619/1 Haryati/Jl. 0856564334 GP Blok 47 Fraktur
3 Gunung 14 Mahkota
Bawakarae
ng
42 2675/1 Nurhayati/J 0853424335 GP Blok 36 Fraktur
3 l. Kandea II 60 Mahkota
Lr. 116
53 2672/1 Jine/Pampa 0852995041 GP Blok 37 Fraktur
9

3 ng 93 Mahkota
30 2681/1 Asriadi/Jl. 0819353277 GR Infiltra 48 Perdaraha
3 Bara Waja 65 si n Fraktur
II Lr. 10 Akar
No. 6
20 2586/1 Fauzi 0898261823 Pulpitis Infiltra 14 Fraktur
3 Albadila/B 9 Irreversib si Akar
TP Blok L el
Lr. 2
15 2568/1 Nilda/Jl. 0812422068 GR Infiltra 46 -
3 Palulan 2 4 si

 Hari/Tanggal: Jumat, 24 Mei 2013

Ag No. Nama/Alamat No. Diagnos Aneste Uns Komplik


e Urut Telp/Hp is si ur asi
Kartu
19 2315/ Purwati/Jl.Sah 0819984010 GR Infiltra 36 -
13 abat Raya 08 si
29 2526/ Basmawati/Jl. 0898218564 GR Infiltra 24 -
13 Tinumbu 3 si
17 2617/ Heri 0813419793 GP Blok 46 Fraktur
13 Supriyanto/Jl. 17 Mahkota
Rajawali

 Hari/Tanggal: Senin, 27 Mei 2013

Ag No. Nama/Alamat No. Diagno Aneste Uns Komplik


e Urut Telp/Hp sis si ur asi
Kartu
52 2696/1 Ramlah/Jl. 081242370 GR Infiltra 25 -
3 Kelapa 3 406 si
64 2347/1 Muh. Asri/Jl. 085399798 GP Infiltra 34 -
3 Kelapa 3 889 si
40 2269/1 Sabang/Jl. 085397715 GR Infiltra 34, -
3 Sabutung Baru 461 si 35
58 2742/1 Bau/Jl. Malino 085656118 GP Infiltra 34 -
3 644 si
46 1255/1 Sayu/Maros 085241566 GR Infiltra 47 -
3 Utara 210 si
10

24 2741/1 Isa/Jl. 085756600 GP Blok 38 Fraktur


3 Rajawali Lr. 878 Mahkota
10
40 27037/ Salasia/Rappo 085241896 GR Infiltra 12 -
13 cini Raya 156 si
48 2579/1 Sukriani/Jl. 085299965 GR Infiltra 46 -
3 Vetran Utara 338 si

 Hari/Tanggal: Rabu, 29 Mei 2013

Ag No. Nama/Alam No. Telp/Hp Diagnos Aneste Unsu Komplika


e Urut at is si r si
Kartu
58 2742/1 Bau/Jl. 0856561186 PMK Infiltra 31 -
3 Malino 44 Resesi si
58 2742/1 Bau/Jl. 0856561186 GP Infiltra 32 -
3 Malino 44 si
36 1827/1 Syamsiah/Jl 0821894077 Gigi Infiltra 27 Fraktur
3 . Sabutung 02 Vital si Akar
Baru
34 2812/1 Hasmah/Jl. 0823933593 GR Infiltra 16 Fraktur
3 Pontiku 07 si Akar
28 2816/1 Hernawati/J 0813421684 GR Infiltra 37 Fraktur
3 l. Sahabat 12 si Akar
Rasa
Sakit

Anda mungkin juga menyukai