Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID

KELAS IV SDN 17/V KUALA TUNGKAL TAHUN 2020

The description of dental and oral hygiene on the fourth grade students of state
primary school (SDN) 17/V Kuala Tungkal

Nadya Ryani Putri


Mahasiswa D4 Terapi Gigi Poltekkes Kemenkes Jambi
E-mail: naadyarp@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor lokal,
yang berpengaruh secara dominan dalam terjadinya berbagai penyakit gigi dan
mulut. Kerusakan gigi dan jaringan penyangga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Mulut dikatakan
bersih apabila bebas dari plak dan kalkulus. Untuk itu menilai kebersihan gigi dan
mulut seseorang dapat digunakan kriteria OHI-S (Oral Hygiene Indeks-Simplified)
dari Green dan Vermilion. Penilaian meliputi debris dan calculus pada gigi indeks.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebersihan gigi dan mulut
pada murid kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
survei deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas IV. Sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan total sampling yang berjumlah 30 murid.
Data di peroleh dengan melakukan pemeriksaan debris indeks dan kalkulus indeks
.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria debris indeks pada murid
kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal dengan kriteria baik 40%, kriteria sedang 50%,
dan yang kriteria buruk 10%. Kalkulus indeks dengan kriteria baik 83,3%, kriteria
sedang 16,7%), dan kriteria buruk tidak ada. Kriteria OHI-S berdasarkan jenis
kelamin pada murid kelas IV yang berkriteria baik ditemukan pada perempuan
yaitu sebanyak 9 murid (52,9%) sedangkan pada laki-laki 9 murid (69,2%) yang
berkriteria sedang ditemukan pada perempuan sebanyak 7 murid (41,2%)
sedangkan pada laki-laki sebanyak 3 murid (23,1%) dan yang buruk pada murid
perempuan sebanyak 1 murid (5,9%) sedangkan pada murid laki-laki sebanyak 1
murid (7,7%).
Kata Kunci : Debris, Kalkulus, OHI-S

ABSTRACT

Background : Dental and oral hygiene is one of the local factors, the dominant
influence in the occurrence of a variety of dental and oral diseases. Teeth and
supporting tissue decay are influenced by several factors, one of them is when the
dental and oral hygiene is poor. The mouth is called clean when it is free of plaques
and calculus. The OHI-S (Oral-Hygiene Index Simplified) criteria of the Green and
Vermilion can be used to examine the person’s dental and oral hygiene. The
assessment includes debris and calculus on the index teeth. The purpose of the study
is to find out the description of dental and oral hygiene on the fouth grade students of
SDN 17/V Kuala Tungkal.
Methods : The type of research used in the study is a descriptive survey method. The
research populations are the fourth grade students. The technique used to take the
samplings in this research is a total sampling technique, 30 students. Data obtained
are by conducting the examination the debris index and calculus index.
Results : The results of the research showed that the debris index criteria on the
fourth grade students of SDN 17/V Kuala Tungkal with good criterion were 40%, on
the moderate criterion were 50%, and on poor criterion were 10%. Based on the
calculus index on good criterion were 83,3%, the moderate criterion were 16,7%, and
there was no on bad criterion. Based on the OHI-S criteria by gender on the fourth
grade female students on good criterion were 9 students (52,9%), while in male were
9 (69,2%). On moderate criterion, there were 7 female students (41,2%), while in
male found 3 students (23,1%) and poor criterion in female was 1 student (5,9%),
while the male there was 1 student (7,7%).
Keywords : Debris, Calculus, the OHI-S

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan merupakan suatu investasi untuk peningkatan

kualitas sumber daya manusia, salah satu diantaranya pembangunan kesehatan

gigi dan mulut. Pembangunan kesehatan gigi memiliki tujuan untuk mencapai

derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimal, dalam pelaksanaan

pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset) program

layanan kesehatan dari paradigma sakit ke pradigma sehat, sejalan dengan visi

Indonesia Sehat 2010 (Kemenkes RI, 2012).

Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan

nasional yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju

dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju

adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, dengan mutu

kehidupan yang tinggi pula, serta mempunyai sikap kejiwaan yang menopang dan

mendorong kreativitas. Pembangunan manusia seutuhnya harus mecakup aspek


jasmani dan kejiwaan, di samping aspek spiritual dan sosial, termasuk kepribadian

dan kejuangan, yang ditunjukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas,

dan produktif, serta mempunyai daya juang yang tinggi (Depkes, 2004).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Jambi Tahun

2013 menunjukan sebagian besar penduduk umur 10 tahun ke atas mempunyai

kebiasaan menyikat gigi setiap hari, pada waktu mandi pagi dan mandi sore

(93,8%) dan hanya sedikit yang melakukan sesuai anjuran pada saat setelah

makan pagi dan sebelum tidur malam dan presentase penduduk yang berperilaku

benar menggosok gigi masih rendah yaitu 2,3% (Depkes RI, 2013).

Kebersihan gigi dan mulut dapat diperoleh dengan mempergunakan suatu

kriteria tertentu yang disebut Indeks. Indeks adalah angka yang menyatakan

keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan. Angka yang

menunjukan kebersihan gigi dan mulut ini adalah angka yang diperoleh

berdasarkan penilaian yang obyektif. Pernyataan untuk menunjukan kebersihan

gigi dan mulut yang diperoleh berdasarkan penilaian yang subyektif misalnya baik,

cukup, sedang, kurang, kurang sekali agaknya kurang dapat diterima, karena

cukup meragukan untuk mendapatkan suatu penilaian yang tertentu (Djuita,

1989). Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor lokal, yang

berpengaruh secara dominan dalam terjadinya berbagai penyakit gigi dan mulut.

Kerusakan gigi dan jaringan penyangga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Mulut dikatakan bersih

apabila bebas dari plak dan kalkulus. Untuk itu menilai kebersihan gigi dan mulut

seseorang dapat digunakan kriteria OHI-S (Oral Hygiene Indeks-Simplified) dari


Green dan Vermilion. Penilaian meliputi debris dan calculus pada gigi indeks (Nio,

1987).

Hasil penelitian Gopdianto (2015) bahwa status kebersihan mulut melalui

pemeriksaan OHI-S yang berkriteria baik pada murid perempuan yaitu sebanyak

21 murid (39%) sedangkan pada murid laki-laki sebanyak 14 murid (25%) yang

berkriteria sedang pada murid perempuan yaitu sebanyak 13 murid (23%)

sedangkan pada murid laki-laki sebanyak 2 murid (4%) dan yang berkriteria

buruk pada murid perempuan sebanyak 1 murid (2%) sedangkan pada murid laki-

laki sebanyak 4 murid (7%). Berdasarkan hasil penelitian Mawuntu dkk (2015)

yang dilakukan di SD Khatolik dengan jumlah siswa sebanyak 65 murid bahwa

status OHI-S yang banyak berkriteria sedang (60%).

Kebersihan gigi dan mulut pada murid SDN 17/V Kuala Tungkal pada saat

melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut terdapat banyak debris

pada murid kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal. Selain itu, setelah dilakukan

wawancara diketahui bahwa kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) tidak

ada di sekolah tersebut. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai gambaran kebersihan gigi dan mulut pada murid kelas IV

SDN 17/V Kuala Tungkal.

METODE

Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif yaitu untuk menjelaskan atau

menguraikan keadaan dalam suatu komunitas atau masyarakat (Budiharto, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah pada murid kelas IV SDN 17/V Kuala

Tungkal yang berjumlah 30 orang dan pengambilan sampel ini adalah total
sampling dimana pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi pada

murid kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal sebanyak 30 orang.

Cara pengumpulan data responden dilakukan pemeriksaan kebersihan gigi

dan mulut dengan menggunakan alat sonde dan kaca mulut. Data yang sudah

dikumpulkan diolah dengan secara manual dan hasilnya disajikan dalam bentuk

tabel.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian pada bulan Oktober 2020 pada murid kelas IV

SDN 17/V Kuala Tungkal dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang.

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kriteria Debris Indeks dan Kalkulus Indeks Pada
Murid Kelas IV
SDN 17/V Kuala Tungkal Tahun 2020

Kriteria Debris Indeks Kalkulus Indeks


N % n %
Baik 12 40 25 83,3
Sedang 15 50 5 16,7
Buruk 3 10 0 0
Jumlah 30 100 30 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa kriteria debris indeks pada murid

kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal yang berkriteria baik sebanyak 12 murid (40%),

berkriteria sedang 15 murid (50%), dan yang berkriteria buruk sebanyak 3 murid

(10%) dan kriteria kalkulus indeks yang berkriteria baik sebanyak 25 murid

(83,3%) , berkriteria sedang sebanyak 5 murid (16,7%) berkriteria buruk tidak

ada.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil OHI-S Pada Murid Kelas IV SDN 17/V
Kuala Tungkal Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2020

Kriteria OHI-S Jumlah


Jenis
Baik Sedang Buruk Murid
Kelamin
n % N % n % N %
Laki-Laki 9 69,2 3 23,1 1 7,7 13 100
Perempua
9 52,9 7 41,2 1 5,9 17 100
n
Jumlah 18 60 10 33,3 2 6,7 30 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa kriteria OHI-S berdasarkan jenis

kelamin pada murid kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal yang berkriteria baik

ditemukan pada perempuan yaitu sebanyak 9 murid (52,9%) sedangkan pada laki-

laki 9 murid (69,2%) yang berkriteria sedang ditemukan pada perempuan

sebanyak 7 murid (41,2%) sedangkan pada laki-laki sebanyak 3 murid (23,1%)

dan yang buruk pada murid perempuan sebanyak 1 murid (5,9%) sedangkan pada

murid laki-laki sebanyak 1 murid (7,7%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa kriteria debris indeks pada murid

kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal yang berkriteria baik sebanyak 12 murid (40%),

berkriteria sedang 15 murid (50%), dan yang berkriteria buruk sebanyak 3 murid

(10%). Hal ini disebabkan oleh kebiasaan anak yang kurang baik dalam menjaga

kebersihan gigi dan mulut, serta kurang perhatiannya orang tua akan kebersihan

dan kesehatan gigi dan mulut anaknya. Debris adalah endapan lunak yang terjadi

karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi.

Kebanyakan debris makanan akan segera mengalami liquifikasi oleh enzim

bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan sebagian
masih tertinggal pada permukaan gigi dan membran mukosa. Aliran saliva, aksi

mekanis dari lidah, pipi dan bibir serta bentuk dan susunan gigi rahang akan

mempengaruhi kecepatan pembersihan sisa makanan. Kecepatan pembersihan

debris makanan dari rongga mulut bervariasi menurut jenis makanan dan

individunya (Putri dkk., 2011).

Menurut Manson (cit. Putri, dkk., 2011) menyikat gigi sebaiknya dilakukan

2 kali sehari yaitu setiap kali setelah makan pagi dan sebelum tidur malam serta

umumnya orang melakukan penyikatan gigi maksimal 2 menit. Tujuan menyikat

gigi menurut (Sriyono, 2005) yaitu untuk menghilangkan dan membersihkan gigi

dari makanan, debris, pewarnaan dan menstimulasi jaringan gingiva serta

mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditunjukkan

terhadap karies, penyakit periodontal atau sensitivitas.

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa kriteria kalkulus indeks pada murid

kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal yang berkriteria baik sebanyak 25 murid

(83,3%) , berkriteria sedang sebanyak 4 murid (16,7%) berkriteria buruk tidak

ada. Kalkulus adalah suatu endapan keras yang terletak pada permukaan gigi

berwarna mulai dari kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan sampai hitam-

kehitaman (Djuita, 1989).

Penyebab terbentuknya kalkulus adalah plak yang sempat terbentuk dan

dibiarkan lama dengan adanya zat-zat metabolisme akan bersifat basa, kalsium

yang ada dalam ludah akan mengendap pada lapisan plak terjadilah pengapuran

lapisan plak sehingga lapisan plak mengeras menjadi karang gigi. Menurut

penelitian Loe dkk (1965 cit. Putri dkk., 2011) menunjukkan bahwa gejala

gingivitis mulai terlihat 10-21 hari setelah prosedur pembersihan gigi dan mulut
dihentikan. Kalkulus selain keras juga mempunyai sifat kasar, sehingga

memudahkan plak yang baru terbentuk melekat pada permukaan kalkulus

tersebut (Nio, 1987). Untuk menghindari terjadinya karang gigi, lakukan

pembersihan rutin secara mandiri dengan sikat gigi, dan berkumur dengan teratur

dan benar. Perawatan yang dilakukan dokter gigi yaitu melakukan pembersihan

karang gigi (scalling) (Pratiwi, 2007).

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa kriteria OHI-S berdasarkan jenis

kelamin pada murid kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal yang berkriteria baik

ditemukan pada perempuan yaitu sebanyak 9 murid (52,9%) sedangkan pada laki-

laki 9 murid (69,2%) yang berkriteria sedang ditemukan pada perempuan

sebanyak 7 murid (41,2%) sedangkan pada laki-laki sebanyak 3 murid (23,1%)

dan yang buruk pada murid perempuan sebanyak 1 murid (5,9%) sedangkan pada

murid laki-laki sebanyak 1 murid (7,7%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Gopdianto (2015) bahwa status kebersihan mulut melalui pemeriksaan OHI-S yang

berkriteria baik pada murid perempuan yaitu sebanyak 21 murid (39%)

sedangkan pada murid laki-laki sebanyak 14 murid (25%) yang berkriteria sedang

pada murid perempuan yaitu sebanyak 13 murid (23%) sedangkan pada murid

laki-laki sebanyak 2 murid (4%) dan yang berkriteria buruk pada murid

perempuan sebanyak 1 murid (2%) sedangkan pada murid laki-laki sebanyak 4

murid (7%). Berdasarkan hasil penelitian Mawuntu dkk (2015) yang dilakukan di

SD Khatolik dengan jumlah siswa sebanyak 65 murid bahwa status OHI-S yang

banyak berkriteria sedang (60%).

Hasil penelitian OHI-S pada murid kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal

menunjukkan masih adanya murid yang tingkat kebersihan gigi dan mulutnya
berkeriteria buruk. Hal ini dapat disebabkan karena masih adanya kebiasaan murid

yang kurang baik dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan

mulut merupakan salah satu faktor lokal yang berpengaruh dalam terjadinya

berbagai penyakit gigi. Kerusakan gigi dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah

satunya adalah kebersihan mulut yang buruk. Mulut dikatakan bersih apabila gigi

yang terdapat didalamnya bebas dari plak dan kalkulus (Nio, 1987).

KESIMPULAN

1. Kriteria debris indeks pada murid kelas IV SDN 17/V Kuala Tungkal yang

berkriteria baik sebanyak 12 murid (40%), berkriteria sedang 15 orang

(50%), dan yang berkriteria buruk sebanyak 3 murid (10%) dan kriteria

kalkulus indeks yang berkriteria baik sebanyak 25 murid (83,3%) , berkriteria

sedang sebanyak 5 murid (16,7%) berkriteria buruk tidak ada.

2. Kriteria OHI-S berdasarkan jenis kelamin pada murid kelas IV SDN 17/V Kuala

Tungkal yang berkriteria baik ditemukan pada perempuan yaitu sebanyak 9

murid (52,9%) sedangkan pada laki-laki 9 murid (69,2%) yang berkriteria

sedang ditemukan pada perempuan sebanyak 7 murid (41,2%) sedangkan

pada laki-laki sebanyak 3 murid (23,1%) dan yang buruk pada murid

perempuan sebanyak 1 murid (5,9%) sedangkan pada murid laki-laki

sebanyak 1 murid (7,7%).


DAFTAR PUSTAKA

Budiharto. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu

Kesehatan Gigi, Jakarta:EGC

Depkes RI. (1995). Tata Cara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Di
Puskesmas, Jakarta: Depkes.

________. (2004). Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Jakarta.

________. (2008). Buku Ajar Preventive Dentistry. Forum Komunikasi Jurusan


Keperawatan Gigi, Jambi.

Djuita, N. I, (1989). Spesifik Protection, Jakarta: DepkesRI.

Gopdianto, R., Rattu, A.J.M, Mariati, N.W. (2015) Status Kebersihan Mulut Dan
Perilaku Menyikat Gigi Anak Sd Negeri 1 Malalayang. Jurnal e-GiGi (eG),
Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015.

Kemenkes RI. (2012). Buku Panduan Kader Kesehatan Gigi Dan Mulut Di
Masyarakat, Jakarta: KemenkesRI.

Manson JD dan Eley, DM. (1993). Buku Ajar Periodontiti Edisi II, Jakatra:
Hipokrates.
Mawuntu, M.M., Pangemanan, D.H.C., & Mintjelungan, C. (2015). Gambaran Status
Kebersihan Mulut Siswa Sd Katolik St. Agustinus Kawangkoan. Jurnal e-
GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015.

Nio BK. (1987). Preventif Dentistry, Bandung: Seksi Pendidikan Kesehatan Gigi
Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia.

Pratiwi, D. (2007). Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-hari, PT. Kompas Media
Nusantara, Jakarta.

Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. (2011). Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan


Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai