Quran
Share on Facebook Share on Twitter
ْشعَاِئرِ اللََّهِ ۖ َف َمنْ حَجََّ الَْبيْتَ أَوِ اعَْتمَرَ فَلَا جُنَاحَ عََليْهِ أَن
َ ِْإ َّنَ الصََّفَا وَاْل َمرْوَةَ ِمن
ٌكرٌ عَلِيم
ِ يَطََّوََّفَ بِِهمَا ۖ وَ َمنْ تَطَوََّعَ خَْيرًا فَإِنََّ الَّلَهَ شَا
Innaṣ-ṣafā wal-marwata min sya’ā`irillāh, fa man ḥajjal-baita awi’tamara fa lā junāḥa
‘alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taṭawwa’a khairan fa innallāha syākirun ‘alīm
Artinya: “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui.”
Ayat ini menjelaskan kewajiban melakukan Sa’i antara Shafaa dan Marwa saat beribadah haji
dan umroh. Barang siapa melaksanakannya dengan hati ikhlas karena Allah Ta’ala, maka
Allah akan melihat amalan tersebut dan memberinya pahala berlimpah.
Ayat ini menjelaskan penggunaan hilal sebagai penanda waktu-waktu ibadah, seperti haji.
Selain itu, dijelaskan juga tentang larangan memasuki rumah dari belakang. Perilaku
kebiasaan di masa Jahiliyah dan masa-masa awal penyebaran Islam. Memasuki rumah dari
belakang saat ihram (untuk haji dan umroh) pernah dianggap sebagai bentuk mendekatkan
diri kepada Allah. Di ayat ini, Allah menjelaskan bahwa perilaku yang dianggap kebajikan
adalah bertaqwa dan menjauhi maksiat.
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung
(terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat,
dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya.
Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka
wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu
telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam
bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak
menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa
haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang
sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya
tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah).
Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”
Ayat ini menjelaskan tentang perintah melaksanakan haji dan umroh secara sempurna, karena
mengharap wajah Allah. Dijelaskan juga tentang kewajiban membayar fidyah, serta perintah
untuk mematuhi kewajiban tersebut.
Ayat ini menjelaskan tentang Baitullah Al Haram di Mekkah sebagai rumah pertama yang
dibangun di bumi sebagai tempat beribadah kepada Allah. Rumah itu kemudian menjadi
rumah penuh berkah, menjadi patokan arah kiblat, dan didatangi oleh umat muslim dari
seluruh bumi untuk melaksanakan haji dan umroh.
Pada Baitullah terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah. Siapa saja yang memasuki Baitullah
akan merasa aman jiwanya. Dijelaskan juga bahwa melaksanakan haji ke Baitullah adalah
kewajiban bagi yang mampu. Mereka yang mengingkari kewajiban haji dianggap sebagai
orang ingkar, dan Allah yang Maha Kaya sesungguhnya tidak membutuhkan amalnya dan
seluruh makhlukNya di semesta alam.
Al Maidah ayat 2
Ayat ini menjelaskan batasan dan rambu Allah bagi orang beriman. Dijelaskan pula larangan
untuk berperang di bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), serta
larangan berburu kecuali telah selesai menyelesaikan ibadah haji. Allah juga melarang kita
untuk membenci kaum yang menghalangi masuk ke Masjidil Haram hingga berbuat aniaya.
Tolong-menolong dalam perbuatan dosa turut dilarang di sini.
At Taubah Ayat 19
Ayat ini menjelaskan perbedaan kedudukan orang mukminin dan orang kafir di sisi Allah.
Allah akan menerima amalan yang didasari keimanan. Allah tidak akan memberi taufik untuk
beramal kebajikan kepada orang yang zalim.
Al Hajj Ayat 27
َِّوَأَ َّذِنْ فِي النََّاسِ بِالْحَجَِّ يَْأتُوكَ ِرجَالًا وَعَلَىۖ كُلَِّ ضَا ِمرٍ يَْأتِنيَ ِمنْ كُل
ٍعمِيق
َ ٍَّفَج
Wa ażżin fin-nāsi bil-ḥajji ya`tụka rijālaw wa ‘alā kulli ḍāmiriy ya`tīna ming kulli fajjin
‘amīq
Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh,”.