Anda di halaman 1dari 5

Ayat tentang Haji dan Umroh dalam Al

Quran
Share on Facebook Share on Twitter

Surat Al-Baqarah Ayat 158

ْ‫شعَاِئرِ اللََّهِ ۖ َف َمنْ حَجََّ الَْبيْتَ أَوِ اعَْتمَرَ فَلَا جُنَاحَ عََليْهِ أَن‬
َ ْ‫ِإ َّنَ الصََّفَا وَاْل َمرْوَةَ ِمن‬
ٌ‫كرٌ عَلِيم‬
ِ ‫يَطََّوََّفَ بِِهمَا ۖ وَ َمنْ تَطَوََّعَ خَْيرًا فَإِنََّ الَّلَهَ شَا‬
Innaṣ-ṣafā wal-marwata min sya’ā`irillāh, fa man ḥajjal-baita awi’tamara fa lā junāḥa
‘alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taṭawwa’a khairan fa innallāha syākirun ‘alīm
Artinya: “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui.”

Ayat ini menjelaskan kewajiban melakukan Sa’i antara Shafaa dan Marwa saat beribadah haji
dan umroh. Barang siapa melaksanakannya dengan hati ikhlas karena Allah Ta’ala, maka
Allah akan melihat amalan tersebut dan memberinya pahala berlimpah.

Surat Al Baqarah ayat 189

‫س وَالْحَجَِّ ۖ وََليْسَ الِْبرَُّ بَِأنْ تَْأتُوا‬


ِ ‫ت لِلنََّا‬
ُ ‫عنِ الْأَهَِّلَةِ ۖ قُلْ ِهيَ مَوَاقِي‬
َ َ‫يَسْأَلُونَك‬
ۖ ‫ن اتََّقَىۖ ۖ وَْأتُوا الُْبيُوتَ ِمنْ أَبْوَابِهَا‬
ِ ‫كنََّ الِْبرََّ َم‬
ِ َۖ‫الُْبيُوتَ ِمنْ ظُهُورِهَا َول‬
َ‫وَاتََّقُوا الَّلَ َه َلعَلََّكُمْ تُفْلِحُون‬
Yas`alụnaka ‘anil-ahillah, qul hiya mawāqītu lin-nāsi wal-ḥajj, wa laisal-birru bi`an ta`tul-
buyụta min ẓuhụrihā wa lākinnal-birra manittaqā, wa`tul-buyụta min abwābihā wattaqullāha
la’allakum tufliḥụn
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan
memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang
yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu beruntung.”

Ayat ini menjelaskan penggunaan hilal sebagai penanda waktu-waktu ibadah, seperti haji.
Selain itu, dijelaskan juga tentang larangan memasuki rumah dari belakang. Perilaku
kebiasaan di masa Jahiliyah dan masa-masa awal penyebaran Islam. Memasuki rumah dari
belakang saat ihram (untuk haji dan umroh) pernah dianggap sebagai bentuk mendekatkan
diri kepada Allah. Di ayat ini, Allah menjelaskan bahwa perilaku yang dianggap kebajikan
adalah bertaqwa dan menjauhi maksiat.

Surat Al-Baqarah Ayat 196

‫سرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا‬


َ ْ‫ص ْرتُمْ َفمَا اسَْتي‬
ِ ْ‫وََأِتمَُّوا الْحَ َّجَ وَاْل ُع ْمرَ َة لَِّلَهِ ۖ فَإِنْ أُح‬
ْ‫ن كَانَ مِنْكُمْ َمرِيضًا أَوْ ِبهِ أَذًى ِمن‬
ْ َ‫رُءُوسَكُمْ حَتََّىۖ يَبُْلغَ الْهَدْيُ مَحَِّلَهُ ۖ َفم‬
َِّ‫صيَامٍ أَوْ صَدََقةٍ أَوْ نُسُكٍ ۖ فَإِذَا أَمِنْتُمْ َف َمنْ َتمَتََّعَ بِاْل ُع ْمرَةِ إِلَى الْحَج‬
ِ ْ‫رَْأسِهِ فَفِ ْدَيةٌ ِمن‬
‫صيَامُ ثَلَاَثةِ َأيََّامٍ فِي الْحَ َّجِ َوسَْبَعةٍ إِذَا‬
ِ َ‫ن لَمْ يَجِدْ ف‬
ْ ‫َفمَا اسَْتيْسَرَ ِمنَ الْهَدْيِ ۖ َف َم‬
ِ‫ن لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِد‬
ْ َ‫ك ِلم‬
َ ِ‫شرٌَة كَامِلَةٌ ۖ ذَۖل‬
َ َ‫َر َجعْتُمْ ۖ تِلْكَ ع‬
ِ‫حرَامِ ۖ وَاتََّقُوا الَّلَ َه وَاعَْلمُوا َأنََّ الَّلَهَ شَدِيدُ اْلعِقَاب‬
َ ْ‫ال‬
Wa atimmul-ḥajja wal-‘umrata lillāh, fa in uḥṣirtum fa mastaisara minal-hady, wa lā taḥliqụ
ru`ụsakum ḥattā yablugal-hadyu maḥillah, fa mang kāna mingkum marīḍan au bihī ażam mir
ra`sihī fa fidyatum min ṣiyāmin au ṣadaqatin au nusuk, fa iżā amintum, fa man tamatta’a bil-
‘umrati ilal-ḥajji fa mastaisara minal-hady, fa mal lam yajid fa ṣiyāmu ṡalāṡati ayyāmin fil-
ḥajji wa sab’atin iżā raja’tum, tilka ‘asyaratung kāmilah, żālika limal lam yakun ahluhụ
ḥāḍiril-masjidil-ḥarām, wattaqullāha wa’lamū annallāha syadīdul-‘iqāb

Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung
(terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat,
dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya.
Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka
wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu
telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam
bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak
menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa
haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang
sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya
tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah).
Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”

Ayat ini menjelaskan tentang perintah melaksanakan haji dan umroh secara sempurna, karena
mengharap wajah Allah. Dijelaskan juga tentang kewajiban membayar fidyah, serta perintah
untuk mematuhi kewajiban tersebut.

Ali Imron Ayat 96

َ‫س لَلََّذِي بِبَكََّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِْلعَاَلمِني‬


ِ ‫ت ُوضِ َع لِلنََّا‬
ٍ ‫ِإنََّ أَ َّوَلَ َبْي‬
Inna awwala baitiw wuḍi’a lin-nāsi lallażī bibakkata mubārakaw wa hudal lil-‘ālamīn
Artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia,
ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
manusia”.

Ayat ini menjelaskan tentang Baitullah Al Haram di Mekkah sebagai rumah pertama yang
dibangun di bumi sebagai tempat beribadah kepada Allah. Rumah itu kemudian menjadi
rumah penuh berkah, menjadi patokan arah kiblat, dan didatangi oleh umat muslim dari
seluruh bumi untuk melaksanakan haji dan umroh.

Ali Imron Ayat 97

َُّ‫ن َدخَلَ ُه كَانَ آمِنًا ۖ وَلِلََّهِ عَلَى النََّاسِ حِج‬


ْ ‫فِيهِ آيَاتٌ َبيَِّنَاتٌ مَقَامُ ِإْبرَاهِيمَ ۖ وَ َم‬
َ‫عنِ اْلعَالَمِني‬
َ ٌَّ‫ن كََفرَ فَإِنََّ الَّلَهَ غَنِي‬
ْ ‫ن اسْتَطَاعَ إَِلْيهِ سَبِيلًا ۖ وَ َم‬
ِ ‫الَْبْيتِ َم‬
Fīhi āyātum bayyinātum maqāmu ibrāhīm, wa man dakhalahụ kāna āminā, wa lillāhi ‘alan-
nāsi ḥijjul-baiti manistaṭā’a ilaihi sabīlā, wa mang kafara fa innallāha ganiyyun ‘anil-
‘ālamīn
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan
ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Pada Baitullah terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah. Siapa saja yang memasuki Baitullah
akan merasa aman jiwanya. Dijelaskan juga bahwa melaksanakan haji ke Baitullah adalah
kewajiban bagi yang mampu. Mereka yang mengingkari kewajiban haji dianggap sebagai
orang ingkar, dan Allah yang Maha Kaya sesungguhnya tidak membutuhkan amalnya dan
seluruh makhlukNya di semesta alam.

Al Maidah ayat 2

‫ي وَلَا الْقَلَائِ َد وَلَا‬


َ ْ‫حرَا َم وَلَا الْهَد‬
َ ْ‫شعَائِرَ اللََّ ِه وَلَا الشََّْه َر ال‬
َ ‫يَا َأيَُّهَا الََّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلَُّوا‬
ۖ ‫حرَامَ يَبَْتغُونَ فَضْلًا ِمنْ رَبَِّهِ ْم وَ ِرضْوَانًا ۖ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا‬
َ ْ‫آمَِّنيَ الَْبْيتَ ال‬
ۖ ‫حرَامِ َأنْ َتعْتَدُوا‬
َ ْ‫عنِ اْلمَسْجِدِ ال‬
َ ْ‫جرِمَنََّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ َأنْ صَدَُّوكُم‬
ْ َ‫وَلَا ي‬
َ‫َوَتعَا َونُوا عَلَى الِْب َّرِ وَالتََّقْوَىۖ ۖ وَلَا َتعَا َونُوا عَلَى الِْإثْ ِم وَاْلعُدْوَانِ ۖ وَاتََّقُوا الَّلَه‬
ِ‫ۖ إِنََّ الَّلَهَ شَدِيدُ اْلعِقَاب‬
Yā ayyuhallażīna āmanụ lā tuḥillụ sya’ā`irallāhi wa lasy-syahral-ḥarāma wa lal-hadya wa
lal-qalā`ida wa lā āmmīnal-baital-ḥarāma yabtagụna faḍlam mir rabbihim wa riḍwānā, wa
iżā ḥalaltum faṣṭādụ, wa lā yajrimannakum syana`ānu qaumin an ṣaddụkum ‘anil-masjidil-
ḥarāmi an ta’tadụ, wa ta’āwanụ ‘alal-birri wat-taqwā wa lā ta’āwanụ ‘alal-iṡmi wal-
‘udwāni wattaqullāh, innallāha syadīdul-‘iqāb
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.”

Ayat ini menjelaskan batasan dan rambu Allah bagi orang beriman. Dijelaskan pula larangan
untuk berperang di bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), serta
larangan berburu kecuali telah selesai menyelesaikan ibadah haji. Allah juga melarang kita
untuk membenci kaum yang menghalangi masuk ke Masjidil Haram hingga berbuat aniaya.
Tolong-menolong dalam perbuatan dosa turut dilarang di sini.

At Taubah Ayat 19

ِ‫ك َمنْ آ َمنَ بِالَّلَ ِه وَاْليَوْمِ الْآ ِخر‬


َ ‫حرَا ِم‬
َ ْ‫عمَارَةَ اْلمَسْجِدِ ال‬
ِ َ‫َأ َجعَلْتُمْ سِقَاَيةَ الْحَا َّجِ و‬
َ‫َوجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللََّهِ ۖ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللََّهِ ۖ وَاللََّ ُه لَا يَهْدِي الْقَوْ َم الظََّاِلمِني‬
A ja’altum siqāyatal-ḥājji wa ‘imāratal-masjidil-ḥarāmi kaman āmana billāhi wal-yaumil-
ākhiri wa jāhada fī sabīlillāh, lā yastawụna ‘indallāh, wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn
Artinya: “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji
dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”

Ayat ini menjelaskan perbedaan kedudukan orang mukminin dan orang kafir di sisi Allah.
Allah akan menerima amalan yang didasari keimanan. Allah tidak akan memberi taufik untuk
beramal kebajikan kepada orang yang zalim.

Al Hajj Ayat 27

َِّ‫وَأَ َّذِنْ فِي النََّاسِ بِالْحَجَِّ يَْأتُوكَ ِرجَالًا وَعَلَىۖ كُلَِّ ضَا ِمرٍ يَْأتِنيَ ِمنْ كُل‬
ٍ‫عمِيق‬
َ ٍَّ‫فَج‬
Wa ażżin fin-nāsi bil-ḥajji ya`tụka rijālaw wa ‘alā kulli ḍāmiriy ya`tīna ming kulli fajjin
‘amīq
Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh,”.

Anda mungkin juga menyukai