Anda di halaman 1dari 40

RANGKUMAN

ILMU
PERUNDANG-
UNDANGAN -
UAS
Disusun oleh Dominique Virgil dan TIM (FHUI 2015)

TIM: Vera Indira – Priska Putri Andini – Edynisura Navire – Sarah


Rizki – Miftahul Fitri – Bernardino Rakha – Kenny Regina
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

RANGKUMAN ILMU PERUNDANG-UNDANGAN UNTUK UAS

JENJANG DAN HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI


INDONESIA – 23 OKTOBER 2017
Hierarki Peraturan Perundang-undangan
Di UUD 1945, sejak Perubahan Pertama hingga saat ini hanya menetapkan tiga jenis
peraturan:
- Undang-Undang
- Peraturan Pemerintah Pengganti UU (PERPU)
- Peraturan Pemerintah (PP)
Diatur dalam:
- Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 sebelum amandemen; Pasal 20 UUD 1945 sesudah
amandemen
- Pasal 22 ayat (1)
- Pasal 5 ayat (2)

Hierarki Peraturan Perundang-Undangan menurut UU No. 1 Tahun 1950


1. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
2. Peraturan Pemerintah
3. Peraturan Menteri
Ingat! UUDS 1950 menganut sistem parlementer, Presiden hanya sebagai kepala
negara à tidak berwenang untuk membentuk keputusan yang bersifat “mengatur”.

Perbandingan Hierarki Peraturan Perundang-undangan:


Definisi peraturan perundang-undangan pertama kali diperkenalkan pada TAP MPRS
XX / 1966, yang lahir sebagai janji Soeharto untuk menghadirkan pemerintah yang
konsekuen dan konsisten.
TAP MPRS NO. TAP MPR NO. UU NO. 10 UU NO. 12
XX/MPRS/1966 III/MPR/2000 TAHUN 2004 TAHUN 2011
UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945
Ketetapan MPR Ketetapan MPR UU/PERPU TAP MPR

2
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

UU/PERPU UU PP UU
PP PERPU PERPRES PP
Keppres PP PERDA PERPRES
Peraturan Keppres PERDA PROVINSI
pelaksanaan Perda PERDA
(Peraturan Menteri KAB/KOTA
dan Instruksi
Menteri, dll)

• Dalam TAP MPRS No. XX/MPRS/1966: Sumber dari segala sumber hukum
Republik Indonesia adalah:
o Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
o Dekrit 5 Juli 1959
o UU Dasar Proklamasi
o Surat Perintah 11 Maret 1966
Ketetapan MPR: memuat garis-garis besar di bidang legislatif (yang akan
dilaksanakan dengan UU) dan bidang eksekutif (yang akan dilaksanakan dengan
Keppres)
UU: menjalankan UUD atau Ketetapan MPR
Keppres: melaksanakan UUD, Ketetapan MPR dalam bidang eksekutif, atau PP
Kritik terhadap hierarki menurut TAP MPRS No. XX/MPRS/1966:
a. UUD 1945 bukan merupakan peraturan perundang-undangan, karena UUD
1945 terdiri atas 2 kelompok norma:
o Pembukaan UUD 1945: Staatsfundamentalnorm à landasan dasar
filosofis, kaidah-kaidah dasar, norma hukum tertinggi, bersifat
presupposed, bersifat garis besar, umum, norma hukum tunggal
o Batang Tubuh UUD 1945: Staatsgrundgesetz à garis besar, norma hukum
tunggal
b. Ketetapan MPR: Staatsgrundgesetz atau Aturan Dasar Negara / Aturan
Pokok Negara à sehingga harusnya bukan termasuk peraturan perundang-
undangan

3
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

UUD 1945 dan Ketetapan MPR mengatur lembaga-lembaga tertinggi dan lembaga tinggi
negara (cara pembentukan, tata hubungan sesama, lingkup tugas masing-masing) dan mengatur
tata hubungan antara WN dengan negara secara timbal balik.
Pokok-Pokok Pikiran (Pancasila) dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan cita hukum
(rechtside) dan staatsfundamentalnorm.
Dualisme tugas MPR:
- Norma dalam Batang Tubuh UUD 1945 dibentuk oleh MPR saat melaksanakan
kewenangan selaku konstituante à berkedudukan lebih tinggi dibanding UUD 1945
- Ketetapan MPR dibentuk oleh MPR saat melaksanakan kewenangan selaku Lembaga
Penetap Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara & Lembaga Pemilih Presiden &
Wakil Presiden à berkedudukan lebih rendah dibanding UUD 1945
c. Keputusan Presiden
Bukan bersifat einmahlig (konkrit, individual, sekali-selesai), namun bersifat
dauerhafig (berlaku terus-menerus).
d. Peraturan Menteri
Istilah tidak tepat, lebih baik diganti menjadi Keputusan Menteri karena
berarti secara luas, bisa sebagai regelling maupun beschikking.
e. Instruksi Menteri
Penyebutan tidak tepat, karena instruksi bersifat individual dan konkret dan
harus ada hubungan atasan dan bawahan secara organisatoris; padahal
perundang-undangan sifatnya umum dan abstrak.
Instruksi tidak dapat digolongkan ke dalam peraturan perundang-undangan.
f. Peraturan Daerah
Perda dalam TAP MPRS No. XX/1966 ini Perda tidak dimasukkan ke dalam
PerUUan, padahal Perda juga termasuk ke dalam Peraturan perUUan.

• Dalam TAP MPR No. III/MPR/2000:


Pasal 1: sumber hukum dasar nasional: Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945
dan Batang Tubuh UUD 1945
Pasal 2: Tata urutan peraturan perundang-undangan
Pasal 3: Penjelasan tata urutan peraturan perUUan
Pasal 4: aturan hukum yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
aturan hukum yang lebih tinggi

4
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Kritik terhadap TAP MPR No. III/MPR/2000:


a. Masalah sumber hukum dan tata susunan peraturan perundang-undangan
Dikatakan di Pasal 1 bahwa UUD 1945 adalah Sumber Hukum, namun tetap
dimasukkan dalam hierarki perundang-undangan di Pasal 2.
Dan seharusnya sebagai staatsfundamentalnorm, UUD 1945 tidak
dimasukkan dalam hierarki peraturan perundang-undangan.
b. Ketetapan MPR
Termasuk staatsgrundgesetz sehingga tidak termasuk peraturan perundang-
undangan.
c. PERPU
Memiliki kedudukan setingkat dengan Undang-Undang yang dibentuk
Presiden tanpa persetujuan DPR, hanya dalam hal kegentingan yang
memaksa. Permasalahan PERPU ditempatkan di bawah UU:
i. Tidak tepat menempatkan PERPU di bawah UU à tidak sesuai dengan
Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 >> konsekuensi = PERPU harus berdasarkan
UU, padahal PERPU dibuat oleh Presiden dalam kegentingan yang
memaksa, sehingga tidak memerlukan persetujuan DPR.
ii. PP dibuat untuk melaksanakan UU sebagaimana mestinya à
seharusnya letak PP ada di bawah UU, bukan dibawah PERPU.
iii. PERPU mempunyai kedudukan yang setingkat dengan UU à PERPU
dapat berisi ketentuan yang mengubah, menunda, mengesampingkan
suatu Undang-Undang.
Contoh:
§ PERPU No. 1 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
§ PERPU No. 1 Tahun 1998: Perubahan atas UU Kepailitan
§ PERPU No. 2 Tahun 1998: Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum
Menetapkan hierarki PERPU dibawah UU adalah tidak tepat.
d. Permasalahan yang berhubungan dengan Peraturan dan Keputusan lainnya
Masalah yang timbul akibat perumusan Pasal 4:
o Peraturan atau Keputusan MA: MA sebagai badan peradilan hanya
mengeluarkan keputusan yang bersifat individual, konkret, final; tidak

5
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

bersifat umum, abstrak, dan terus-menerus. Tidak tepat ditempatkan


dalam hierarki peraturan perUUan.
o Peraturan atau Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan: tidak tepat
ditempatkan dalam hierarki Peraturan perUUan. à fungsinya adalah
memeriksa keuangan negara, dan ia tidak dapat membentuk peraturan
yang bersifat umum, abstrak, terus-menerus.
o Peraturan atau Keputusan Menteri: tidak dicantumkan dalam TAP
MPR/III/2000. Masalah yang menonjol: pembentukan peraturan
perUUan di daerah yang keliru karena tidak memperhatikan ketentuan
dalam Keputusan Menteri.
Kemudian, Keputusan Menteri dimasukkan ke dalam hierarki peraturan
perUUan oleh Surat Edaran Menkumham tahun 2001, terletak di antara
Keputusan Presiden dan Perda.
o Peraturan dan Keputusan Bank Indonesia
Sebenarnya Bank Indonesia merupakan suatu badan negara yang dapat
membentuk peraturan perUUan.
o Peraturan atau keputusan badan, lembaga, komisi
Ada lembaga pemerintah non-departemen yang tidak memiliki
kewenangan untuk membuat peraturan yang bersifat umum
o Peraturan di tingkat daerah
e. Peristilahan
Tata urutan à diganti menjadi tata susunan à peraturan perUUan disusun
secara berlapis-lapis sesuai dengan Stufentheorie.
Sumber hukum à lebih tepat diganti menjadi sumber tertib hukum

• Dalam UU No. 10 Tahun 2004:


Pasal 7 ayat (2): Perda provinsi dibuat oleh DPRD Provinsi bersama Gubernur,
Perda Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD kabupaten/kota bersama
bupati/walikota, Peraturan Desa dibuat oleh badan perwakilan desa dan kepaa
desa.
Penjelasan Pasal 7 ayat (4): perundang-undangan lain à termasuk peraturan
yang dikeluarkan MPR dan DPR, MA, MK, BPK, BI, Menteri, Kepala Badan /

6
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Lembaga / Komisi, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten / Kota,


Bupati/Walikota, Kepala Desa
Kritik terhadap hierarki Peraturan Perundang-undangan dalam UU No. 10 Tahun
2004:
a. UUD 1945 à seharusnya tidak dimasukkan dalam hierarki peraturan
perundang-undangan karena Pembukaan UUD 1945 merupakan
staatsfundamentalnorm, dan batang tubuh UUD 1945 merupakan
staatsgrundgesetz.
Pasal 2 UU 10/2004: Pancasila sebagai Sumber Hukum Negara
Pasal 3 UU 10/2004: UUD merupakan Hukum Dasar
Seharusnya UUD 1945 tidak dimasukkan dalam jenis peraturan perUUan.
b. Ketetapan MPR à staatsgrundgesetz à tidak termasuk dalam peraturan
perundang-undangan.
c. Peraturan Presiden à istilah “Peraturan” tidak tepat. “Keputusan” lebih tepat
karena memiliki dua jenis, yaitu bersifat regelling dan beschikking.
d. Peraturan Desa à tidak tepat untuk dimasukkan dalam peraturan
perundang-undangan, tidak sesuai dengan UU 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah
e. Peraturan lainnya: tidak semua lembaga negara dan pejabat tersebut
memiliki kewenangan untuk membentuk peraturan yang bersifat umum, dan
berlaku ke luar sebagai peraturan perundang-undangan

• Dalam UU No. 12 Tahun 2011:


Kritik terhadap hierarki Peraturan Perundang-undangan dalam UU No. 12 Tahun
2011
a. Masih memasukkan UUD ke dalam hierarki peraturan perundang-undangan
b. Diakuinya aturan-aturan yang dibuat oleh MK, KY, BPK dalam hierarki
peraturan perundang-undangan. Kalau lembaga yudikatif bisa membentuk
peraturan perundang-undangan, maka akan menyimpangi kekuasaannya.
Kekuasaan Yudikatif dan BPK tidak berwenang membentuk peraturan
perundang-undangan karena di UUD tidak ada kewenangan tersebut bagi

7
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

mereka. Peraturan MK diletakkan di bawah Undang-Undang, seolah-olah


MK dibawah Presiden dan DPR
Hierarki Peraturan Perundang-undangan tidak serta merta menjadi dasar
keberlakuan dan kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan.
Contohnya: TAP MPR disebutkan dalam hierarki peraturan perUUan, namun
tidak menjadikan MPR berwenang untuk membentuk TAP MPR.

Tambahan catatan dari Pak Yahdi:


Ilmu Peraturan perundang-undangan pertama kali berkembang di UI, dikembangkan
oleh Prof. Hamid S. Attamimi dan dikembangkan lebih lanjut oleh Prof. Maria.
Yang dinamakan dengan peraturan perundang-undangan menurut Nawiasky merujuk
pada tingkat 3 (formell gesetz) dan tingkat 4 (verordnung and autonome satzung).
Peraturan perundang-undangan dibentuk oleh lembaga yang berwenang membuatnya,
dan formell gesetz dibentuk oleh Lembaga Legislatif. Sifat: umum, abstrak, terus
menerus. Karakteristik: dibuat berdasarkan kewenangan delegasi dan atribusi.
Sehingga, UUD tidak sama dengan peraturan perUUan karena tidak dibuat oleh
lembaga legislative berdasarkan kewenangan delegasi dan atribusi.
Contoh: adanya OJK yang dibentuk untuk mengawasi kegiatan perbankan, awalnya BI
yang memiliki kewenangan mengawasi kegiatan perbankan berdasarkan peraturan BI.
Hal-hal yang melatarbelakangi TAP MPR No. 3/2000 ditinggalkan:
- Situasi hukum pada saat itu menandakan terjadinya amandemen UUD 1945;
adanya perubahan
- Karena terjadi amandemen, terjadi pergeseran kewenangan MPR à yang
awalnya MPR memilih Presiden secara langsung, menjadi tidak lagi
- Tap MPR sudah tidak diberlakukan lagi karena hanya sebagai alat politik saja;
beberapa Tap MPR juga sudah dicabut. Tap MPR dianggap sebagai alat politik
hukum untuk melegalkan sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai.
Perbedaan Tap MPR III/2000 dengan UU No. 10 Tahun 2004:
1. Tap MPR dihapus dari jenis peraturan perUUan (tidak ada lagi
2. PERPU disejajarkan dengan UU kedudukannya
Yang menjadi perbedaan antara UU No. 12 Tahun 2011 dengan peraturan-peraturan
lain:

8
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

1. Tap MPR kembali dimasukkan ke dalam hierarki


2. Ada pengaturan yang signifikan terkait peraturan; ada pengaturan tambahan
terkait kedudukan – menegaskan adanya peraturan lain sebagai peraturan
perUUan
Pengaturan terkait jenis dan hierarki peraturan perUUan yang paling benar adalah UU
No. 1 / 1950 karena tidak memasukkan UUD 1945 ke dalamnya.
Staatsfundamentalnorm tidak hanya Pancasila, tapi bicara tentang tujuan pembangunan
suatu negara / cita negara à implikasinya adalah seluruh Pembukaan UUD 1945
adalah staatsfundamentalnorm.
Staatsgrundgesetz menurut Nawiasky bicara mengenai: pembagian kekuasaan antar
lembaga negara, bagaimana hubungan negara dengan warganegara, bagaimana
hubungan antar lembaga negara.
Prof. Hamid Attamimi menjelaskan dalam disertasinya bahwa yang dimaksud dengan
staatsgrundgesetz di Indonesia adalah Batang Tubuh UUD 1945, Konvensi
Ketatanegaraan, Tap MPR.
Terkait kedudukan PERPU dan UU, merujuk pada Pasal 22 (1) UUD à muncul
pertanyaan: hal ihwal yang memaksa itu bagaimana?
Syarat PERPU:
1. Mengingat nomenklatur, dimana PERPU dibentuk untuk mengganti UU.
Otomatis kedudukannya sejajar dengan UU à logikanya, sesuatu bisa
mengganti jika kedudukannya sejajar dengan yang digantikan
2. Materi muatan dari PERPU sama dengan UU, maka apa yang diatur oleh UU bisa
juga diatur oleh UU à kalo Perpu dibawah UU, maka akan ada kerancuan logika,
karena Perpu dibentuk jika ada ‘hal ihwal yang mendesak’ dapat diartikan bahwa
telah terjadi kekosongan hukum, yaitu:
a. Terhadap suatu hal, tidak ada UU yang mengatur.
b. UU sudah ada, tapi UU nya multitafsir à terjadi kerancuan dan
ketidaktertiban hukum, padahal tujuan hukum adalah menciptakan
ketertiban hukum.
Contoh dibutuhkannya Perpu: pada saat Bom Bali; KUHP tidak mengatur
terkait tindakan terorisme, tapi harus ada sanksi yg patut kepada teroris à
dibentuknya PERPU Anti-Terorisme.

9
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Perpu punya masa laku yang relatif.


Ratifikasi terhadap suatu perjanjian internasional harus diimplementasikan dalam suatu
bentuk UU; co: UNCLOS. Ketika kita me-ratifikasi suatu perjanjian internasional, bukan
berarti perjanjian tersebut bisa berlaku di Republik kita.

tambahan catatan dari Pak Sony:


Hierarki peraturan perundang-undangan dalam UU No. 1 Tahun 1950 dinilai paling
tepat, namun untuk UAS fokus saja dulu ke UU No. 12 Tahun 2011: apakah jenisnya
sudah tepat? Bagaimana hierarkinya?
Bahan untuk menganalisis pertanyaan tersebut berasal dari materi yang telah diberikan.
Pengertian perundang-undangan yaitu:
• Norma hukumnya bersifat pengaturan (ada pengecualian: contohnya UU APBN
yang sifatnya penetapan)
• Lahir dari kekuasaan legislative
• UU sebagai jenis yang tertinggi
• Jenis-jenis lain di bawah UU pembentukannya bisa berdasarkan atribusi dan
delegasi.
o Pemerintah hanya bisa membentuk peraturan perundang-undangan yang
kedudukannya ada di bawah UU
o Hanya bisa membuat peraturan yang sifatnya didelegasikan atau
diatribusikan oleh UU.
MPR bukan lembaga legislative, maka mudah untuk menyebutkan bahwa UUD dan
TapMPR bukanlah peraturan perundang-undangan, karena tidak dilakukan oleh
lembaga yang memegang kekuasaan legislative. Lebih tepatnya disebut sebagai salah
satu jenis norma hukum negara.
Dua pandangan tentang keberadaan MPR:
1. MPR diadakan sebagai lembaga negara yang posisinya sama seperti Ratu
Belanda zaman itu
2. MPR sama seperti polit biro di partai Komunis
Urgensi pembentukan UU: UU menjadi alat penguasa untuk melegalkan pembatasan
hak konstitusional warga negara demi kepentingan umum.
Contoh UU yang salah: UU Pramuka.

10
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Indonesia tidak mengenal adanya pembagian UU dalam arti formil dan materiil. UU di
Indonesia mencakup kedua hal tersebut sekaligus.

Pengaturan mengenai PP ada di Pasal 5 (2). Dari sisi kewenangan kelembagaan,


kewenangan pembentukan PP merupakan kewenangan atribusian. Tapi dari substansi
pengaturannya, PP adalah peraturan delegasian à Presiden membuat PP (merupakan
kewenangan atribusian Presiden), tapi substansi PP tidak boleh berbeda dengan UU
(merupakan kewenangan delegasian).

Isi dari Peraturan Presiden bisa mencakup:


1. Delegasian: “Menimbang”nya cukup 1 poin, yaitu untuk melaksanakan Pasal x
dari suatu Undang-Undang.
“Mengingat” menyebutkan UU induknya.
2. Atribusian: biasanya di bagian “menimbang” banyak poinnya.
“Mengingat” hanya cukup Pasal 4 ayat 1.
Kalau ada perpres atribusian, maka dimana pemisahan kekuasaan? Presiden bisa
membentuk peraturan padahal tidak ada atribusi dari kekuasaan legislatif.
Saat ini, Perpres yang mandiri hanya dikeluarkan Presiden bukan untuk
mengatur masyarakat, namun untuk mengatur organisasi intra pemerintah. Yang
bisa mengatur masyarakat hanya kekuasaan legislatif. Jadi hampir tidak ada
Perpres mandiri yang mengatur masyarakat.
Pertanyaan: Mengapa Perpres bisa disebut Peraturan Perundang-undangan, padahal
tidak dibuat oleh lembaga legislative, melainkan oleh lembaga eksekutif dan berdasarkan
hasil atribusian UUD, bukan UU?
Karena alasan pemisahan kekuasaan à Presiden memiliki kekuasaan untuk mengatur
dan memerintah sehingga dapat membentuk perpres mandiri untuk mengatur
masyarakat.

Permen: peraturan delegasian. Jadi dari UU ke PP. Ke PP seringkali melangkahi Perpres,


langsung ke Permen. Diusahakan supaya tidak ada dua kali delegasi.
Ada beberapa UU yang langsung ke Permen à tidak tepat. Harusnya tetap melewati
Presiden dulu, karena kita sistem Presidensial, bukan Parlementer.

11
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Perdana Menteri bukan atasan para menteri.


Bisa juga UU tidak lewat ke PP, namun ke Perpres, baru dari Perpres ke Permen.
UU No. 12 Tahun 2011 tidak mencantumkan Permen dalam hierarki peraturan
perundang-undangan, padahal sifatnya mengatur.
Pasal 8 UU 12/2011: Permen disetarakan dengan peraturan pimpinan Lembaga Non
Struktural, dan disamakan dengan Keputusan Pimpinan Lembaga Non-Kementerian.

Perda: atribusian dari UU No. 23 Tahun 2014.


- Provinsi
- Kabupaten/kota
Tapi kadang-kadang perda dibentuk sebagai pelaksanaan dari UU atau PP. à Perda
delegasian.
Di bawah perda, ada peraturan kepala daerah à bersifat delegasian. Untuk
melaksanakan perda atau karena perintah dari peraturan yang lebih tinggi.

LEMBAGA NEGARA DAN PERUNDANG-UNDANGAN (SEBELUM PERUBAHAN


UUD 1945)

Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia


Indonesia adalah suatu negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), dengan
pengertian bahwa pola yang diambil tidak menyimpang dari negara berdasarkan atas
hukum pada umumnya (genus begrip), namun disesuaikan dengan keadaan di Indonesia,
dengan menggunakan ukuran pandangan hidup maupun pandangan bernegara bangsa
Indonesia.
Pokok-pokok sistem pemerintahan RI dalam Penjelasan Umum UUD 1945:
1. Indonesia adalah rechtsstaat, bukan machtsstaat.
2. Berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan
tidak terbatas)
3. Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR à pemegang kedaulatan rakyat dan
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
Tugas:

12
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

a. Menetapkan UUD
b. Menetapkan Garis-Garis besar haluan negara.
c. Mengangkat Presiden dan Wakil Presiden
MPR memegang kekuasaan negara tertinggi à Presiden harus menjalankan
haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan.
Presiden: bertanggung jawab kepada MPR, merupakan Mandataris MPR.
4. Presiden: penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah Majelis
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6. Menteri Negara: pembantu presiden, tidak bertanggungjawab kepada DPR
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
Anggota DPR semuanya merangkap menjadi anggota MPR à mengawasi
tindakan Presiden.
Apabila DPR menganggap bahwa Presiden melanggar haluan negara yang telah
ditetapkan oleh UUD atau oleh MPR, maka MPR dapat diundang untuk sidang
istimewa agar bisa meminta pertanggungjawaban Presiden.
Presiden memegang kekuasaan Eksekutif dan Legislatif à Indonesia tidak menganut
ajaran Trias Politica dari Montesquieu yang menyatakan bahwa dalam suatu negara
terdapat tiga kekuasaan yang terpisah satu sama lain.

Presiden Penyelenggara Tertinggi Pemerintahan Negara


Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 Sebelum amandemen.
Apa yang dimaksud dengan kekuasaan pemerintahan?
Jellinek: arti formal dan material. Pemerintahan formal: kekuasaan mengatur dan
memutus. Pemerintahan dalam arti material: unsur memerintah dan unsur
melaksanakan. à maka, kekuasaan pemerintahan mengandung juga kekuasaan
pengaturan dalam membentuk peraturan.
Presiden sebagai penyelenggara tertinggi pemerintahan negara memiliki tugas dan
fungsi staatsregering dari Negara Republik Indonesia.

Presiden Penyelenggara Pemerintahan dan Perundang-undangan


Presiden dapat membentuk peraturan perUUan yang diperlukan, karena Presiden juga
merupakan pemegang kekuasaan pengaturan di RI.

13
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Presiden Pemegang Kekuasaan Membentuk Undang-Undang dengan Persetujuan


DPR
Presiden memiliki kekuasaan untuk membentuk UU, sementara DPR akan memberikan
persetujuannya.
Apa yang dimaksud dengan frasa “bersama-sama”? Presiden melaksanakan kekuasaan
pembentukan UU, sementara DPR melaksanakan kekuasaan untuk memberikan
persetujuan à agar UU dapat terbentuk, kedua kewenangan itu dilaksanakan dengan
bersama-sama, serentak, bebarengan.

DPR Memberi Persetujuan Setiap Rancangan Undang-Undang


Bukan berarti menyetujui setiap RUU, namun memberikan suatu consent atau
kesepakatan dalam arti menolak atau menerima RUU tersebut.

Hakekat UU menurut Rousseau


Tujuan negara: menegakkan hukum dan menjamin kebebasan para WN nya à
kebebasan dalam batas-batas perundang-undangan.
Pembentukan UU adalah menjadi hak rakyat untuk membentuknya à UU adalah
penjelmaan dari kemauan atau kehendak rakyat.
Suatu UU harus dibentuk oleh suatu kehendak umum à kehendak dari kesatuan
masyarakat yang diperoleh dari individu-individu melalui perjanjian masyarakat.
Dengan demikian, rakyat harus tunduk dan mematuhi setiap Undang-Undang karena
UU merupakan kehendak umum dari masyarakat yang telah dilimpahkan kepada wakil
rakyat.

Maka, lembaga-lembaga negara dalam perundang-undangan adalah:


Presiden dengan persetujuan DPR

LEMBAGA NEGARA DAN PERUNDANG-UNDANGAN (SESUDAH PERUBAHAN


UUD 1945)
Sistem Pemerintahan Negara RI
1. Negara Indonesia adalah negara hukum à prinsip pemerintahan yang
berdasarkan atas sistem Konstitusi

14
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

2. Kekuasaan Negara tertinggi ada di tangan rakyat


3. MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilihan umum,
mempunyai wewenang untuk:
a. Mengubah dan menetapkan UUD
b. Melantik Presiden/Wakil Presiden
c. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD,
d. Memilih wakil Presiden dalam hal terjadi kekosongan
e. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam hal terjadi kekosongan
4. Presiden: Penyelenggara Pemerintahan yang tertinggi di RI
Kekuasaan dan tanggung jawab ada di tangan Presiden
5. Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR
6. Menteri Negara tidak bertanggungjawab kepada DPR. Menteri Negara diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden sehingga mereka bertanggungjawab kepada
Presiden.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Contoh:
a. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR (Pasal
7C)
b. DPR dapat mengusulkan pemberhentian Presiden kepada MPR melalui
putusan Mahkamah Konstitusi
Presiden tetap memegang kekuasaan eksekutif dan legislative.

Presiden Penyelenggara Tertinggi Pemerintahan Negara


Teori-teori:
- Jellinek: pemerintahan dalam arti formil dan materil
- Wijk dan W. Konijnenbelt: fungsi pelaksanaan dapat berarti pengeluaran
penetapan atau perbuatan nyata lainnya
- Van Vollenhoven: pemerintahan dalam arti luas terdiri dari 4 fungsi
(ketataprajaan/bestuur, pengaturan, keamanan/kepolisian, peradilan)
Presiden menyelenggarakan seluruh tugas dan fungsi pemerintahan dalam arti luas,
yang meliputi ketataprajaan, keamanan/kepolisian, dan pengaturan.

15
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Presiden mendapat mandat dari rakyat à bertanggungjawab kepada Rakyat.

Presiden Penyelenggara Pemerintahan dan Perundang-undangan


UU: Pasal 20 ayat (2), (3), (4) UUD 1945
PP: Pasal 5 ayat (2) UUD 1945
PERPU: Pasal 22 ayat (1) UUD 1945
Keppres: Pasal 4 ayat (1) UUD 1945

Maka, lembaga-lembaga negara setelah amandemen UUD 1945 adalah:


1. MPR
2. DPR
3. DPD
4. Presiden
5. MA
6. MK
7. KY
8. BPK

Tambahan Catatan dari Pak Sony:


1. Apa lembaga negara yang berwenang membentuk peraturan perUUan?
2. Apa jenis peraturan perUUannya?
3. Apa dasar kewenangan tersebut?
Montesque terinspirasi oleh John Locke dan penilaian atas keadaan Perancis pada masa
Wi XIV dan XVI menulis bahwa: agar negara tidak otoriter, sebaiknya kekuasaan dalam
negara tidak berada dalam satu tangan; setidaknya terdapat 3 kewenangan dan fungsi
negara:
• Kekuasaan dan fungsi legislatif (pembentukan UU);
• Kekuasaan dan fungsi eksekutif (menjalankan UU);
• Kekuasaan dan fungsi yudikatif (mengawasi dan mengadili pelanggaran
terhadap UU).

16
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Kekuasaan dan fungsi ini harus terpisah secara absolut; tidak boleh ada irisan,
rembesan, hubungan antar ketiga kekuasaan ini (terpisah secara kedap). Teori ini
disebut juga teori pemisahan kekuasaan. à nama kekuasaan/fungsi identik dengan
nama lembaganya.
Di Amerika, sebagai contoh dari Negara yang mengimplementasikan trias politica, kata
ganti Kongres adalah “lembaga legislatif”; presidennya disebut “lembaga eksekutif”;
supreme court-nya menjalankan “fungsi yudikatif”.
Pembentukan negara selalu didasarkan bukan berdasarkan asumsi, tetapi seringkali
menggunakan teori ketatanegaraan/filsafat yang saat itu sedang berkembang dan bisa
saja sampai saat ini dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Pada saat Indonesia dibentuk, banyak teori ketatanegaraan yang coba diterapkan oleh
founding fathers kita. Ketika bangsa kita ingin menentukan wilayah, sebelumnya kita
harus menentukan apa arti “bangsa” yang merupakan terminologi baru pada saat itu;
mencoba melepaskan diri dari kuasa trah (kerajaan).
Teori awal mengenai kebangsaan, pendekatannya adalah persamaan fisik. Namun,
pada Rapat PPKI pada Agustus ’45, ada ahli Sosiologi bernama Ernest Renand
mengatakan: bangsa adalah orang-orang yang disatukan atas kesamaan nasib, bukan
kesamaan fisik. Itulah alasan kenapa kita tidak memaksa Malaysia dan Timor Leste
menjadi bagian dari Bangsa Indonesia: karena tidak ada persamaan nasib. Atas dasar
ini pula, Indonesia menetapkan wilayahnya.
Ketika Indonesia mengambil “resiko” untuk menjadi satu kesatuan bangsa, maka
mereka melepaskan diri dari kerajaan mereka. Contoh: orang Solo yang memutuskan
menjadi bangsa Indonesia, maka ia melepaskan dirinya dari kekuasaan Raja di Solo.

Amerika pada saat merdeka (atas desakan Perancis, karena Perancis tidak mau
membela Amerika jika Amerika tidak ‘berdaulat’), kemudian memilih pendapat
Montesqiueu dalam menyelenggarakan negaranya. Tetapi kemudian timbul kesulitan-
kesulitan dalam menjalankan pendapat Montesqiueu, yaitu ide dasar/niat dasar untuk
mencegah absolutisme ternyata tetap terjadi. Pemisahan yang kedap menjadikan
ketiga kekuasaan ini menjadi absolut di bidang kekuasaannya. Kongres yang diberi
kekuasaan absolut terkait membuat UU, sewenang-wenang membuat UU tanpa
memikirkan Presiden (sebagai pelaksana UU) bisa menjalankan UU tersebut atau tidak.

17
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Begitu juga dengan Presiden yang memiliki kekuasaan absolut terkait pelaksana UU,
sewenang-wenang memilih jajaran menteri. Yang terjadi: stagnansi penyelenggaraan
kekuasaan. à muncul mekanisme “check and balances” dan memberikan kewenangan-
kewenangan baru ke ketiga lembaga tersebut untuk ‘mengawasi’ kekuasaan satu sama
lain (Adanya hak veto untuk Presiden terhadap Kongres, misalnya. Selain itu, supreme
court bisa men-judicial review UU atau meng-amandemen konstitusi Amerika).

Di Indonesia, 3 kekuasaan itu diakui. Tetapi diawal, founding fathers kita membentuk 5
lembaga (2 lembaga dianggap setara dengan 3 lembaga), bukan 3 lembaga saja à
Presiden tidak harus dipilih karena dia sekolah atau karena dia pintar, maka haruslah
didampingi dengan orang-orang pintar; muncul Dewan Pertimbangan Agung/DPA
(terinspirasi dari Perancis; isinya orang-orang tua yang pintar, sudah berpengalaman) à
dibentuk juga lembaga-lembaga lain yang tujuannya untuk backup Presiden. Di legislatif
ada fungsi budgeting jadi harus punya background accounting, makanya muncul BPK.
Jika kita membaca pasal-pasal di UUD 1945, ternyata ketiga lembaga negara ini dalam
menyelenggarakan kekuasaannya, saling berhubungan à Pasal 5 (1) UUD sebelum
amandemen, dapat dilihat bahwa kekuasaan eksekutif Presiden (Ps. 4 (1) UUD). Tetapi
di Pasal 5 (1), UUD juga memberi kekuasaan kepada Presiden untuk membentuk UU;
Presiden juga memiliki fungsi legislasi. Fungsi legislatif kemudian berkembang,
menjadi:
- Fungsi/kekuasaan legislasi à membuat UU.
- Fungsi budgeting
- Fungsi monitoring
- Fungsi persetujuan atas penunjukkan pejabat2 publik tertentu à pejabat
publiknya juga di bidang yudikatif.
Terhadap kekuasaan eksekutif, Presiden diberi kekuasaan untuk memberikan grasi,
amnesti, abolisi, dan gratifikasi. MA juga diberikan kekuasaan utk judicial review, di
bawah UU.
Dalam disertasinya, Prof. Miriam Budihardjo mengusulkan penyebutan lain atas
ketatanegaraan ini; kita tidak menganut trias politica dalam konteks pemisahan
kekuasaan, tetapi distribution of power/pembagian kekuasaan. Hal ini dikarenakan satu
lembaga bisa menjalankan 2 kekuasaan atau sebaliknya di Indonesia.

18
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Di Pasal 20, DPR berwenang mengusulkan rancangan UU. BPK sebagai lembaga
keuangan dan melaporkannya ke DPR. MA mengadili/lembaga peradilan. DPA hanya
memberikan pertimbangan kpd Presiden, jika Presiden meminta. Dari semua
kewenangan masing-masing lembaga negara, yang harus dilihat adalah:
1. Ada 2 lembaga negara yang memiliki fungsi membentuk UU, yaitu Presiden dan
DPR. Tetapi mereka harus menjalankannya secara bersamaan.
2. Jenis peraturan perUUan yang mereka bentuk adalah UU.
3. Pengaturannya ada di Pasal 5 (1) dan Pasal 20 UUD lama.
Tiga lembaga negara yang lain menurut UUD tidak memiliki wewenang membentuk
peraturan perUUan.

Presiden dan DPR adalah dua lembaga negara yang bersama-sama memegang fungsi
membuat peraturan perUUan. Sebagai lembaga negara, Presiden sendirian TIDAK BISA
membentuk peraturan perUUan; dan DPR juga TIDAK BISA membentuk peraturan
perUUan sendirian. Contoh: DPR RI ‘mengeluh’ kenapa Polri tidak mau menegakkan
aturan yang dibuat DPR (mengenai pemanggilan paksa). Alasan Polri, mekanisme
mengenai hukum acara diaturnya di KUHAP, bukan peraturan DPR.
Peraturan DPR RI bukan merupakan peraturan perUUan. Pembentukan peraturan
perUUan harus dilakukan secara bersamaan antara Presiden dengan DPR.
Setelah amandemen, titik berat terkait kekuasaan legislasi ada di DPR, bukan lagi di
Presiden seperti sebelumnya. Setelah amandemen, Presiden dan DPR memiliki fungsi
legislasi, bukan legislatif (“Presiden ikut serta dalam pembuatan peraturan perUUan”).
Fungsi legislatif yang lain tidak ikut dimiliki oleh Presiden, hanya terkait dengan fungsi
legislasi saja.

UUD 1945 tidak menganut konsep pemisahan kekuasaan milik Montesquieu; yang
diterima adalah konsep pembagian kekuasaan. Menurut Montesquieu, konsep
‘pemisahan’ itu artinya terpisah secara kedap (tidak ada hubungan sama sekali).
Sebenarnya, DPR tidak bisa disebut sebagai ‘lembaga legislatif’ karena dia tidak
memegang secara penuh fungsi legislasi. Namun, Presiden tetap disebut sebagai
‘lembaga eksekutif’.

19
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Sistem parlementer tidak sama dengan sistem presidensiil dalam arti kebalikan; yang
jelas, dalam sistem presidensiil, kedudukan Presiden dan DPR sama. Dalam sistem
parlementer, tanggungjawab Pemerintah adalah kepada Parlemen. Dalam sistem
parlementer, karier politik awalnya dimulai dari parlemen. Setelah sekian lama di
parlemen, baru seseorang dianggap pantas untuk menduduki posisi eksekutif.
Di sistem presidensiil kebalikannya. Ketika seseorang yang sudah lama di parlemen dan
masuk ke ranah eksekutif, tujuannya adalah supaya hubungan antara eksekutif dan
parlemen jadi lancar (di negara-negara yang menganut sistem Parlementer).

Dalam kabinet, Presiden dibantu oleh Menteri-Menteri; mereka berada di bawah


Presiden. Hanya lembaga pemerintah yang terdiri dari banyak organ, sementara untuk
lembaga legislatif dan lembaga yudisial hanya punya satu organ. PN-PT berada di MA;
PN dan PT tidak bisa menerbitkan SE. Hanya MA yang bisa menerbitkan SEMA.
Pres dan Wapres à Menteri à Pemimpin LPNK (Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian) à Dirjen à Pem.prov, Gubernur, DPRD.
Kejaksaan, Panglima dan Polri merupakan lembaga pemerintah dan setingkat dengan
Menteri.

Lembaga Negara di Bidang Perundang-undangan


• Sebelum dan setelah amandemen, tidak ada perubahan dalam kewenangan
untuk membentuk peraturan perundang-undangan. Presiden bersama-sama
dengan DPR bewenang untuk membuat peraturan perundang-undangan.
Sebagai lembaga negara, Presiden tidak dapat membuat perundang-undangan
tanpa adanya DPR. DPR juga tidak dapat membentuk perundang-undangan
tanpa Presiden.
Presiden dan DPR tidak dapat membentuk peraturan perundang-undangan sendiri.
Artinya mereka harus bersama-sama dalam hal membentuk peraturan perundang-
undangan. Apabila mereka membentuk peraturan sendiri-sendiri, maka konteks
peraturan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai peraturan perundang-undangan.
Contoh: Peraturan DPR bukan merupakan peraturan perundang-undangan.
• Presiden yang merupakan eksekutif juga menjalankan sebagian kekekuasaan
legislatif, yaitu fungsi legislasi. Artinya presiden ikut serta dalam proses
pembentukan perundang-undangan

20
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

• Dari hal ini, terlihat bahwa Indonesia tidak menganut pemisahan kekuasaan
yang menurut Montesque pemisahaan kekuasaan itu dilakukan secara kedap
(mutlak). Indonesia menganut sistem distribution of power.

Lembaga Negara di Bidang Pemerintahan


• Sistem presidensil menyetarakan kedudukan presiden dengan parlemen. Dalam
sistem parlementer, pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen. Parlemen
biasanya dipimpin oleh partai mayoritas. Perlu diketahui bahwa tidak selamanya
sistem presidensil adalah kebalikan dari sistem parlementer. Dalam sistem
presidensil, presiden memiliki kedudukan yang tertinggi dan biasanya dia
dibantu oleh satu orang wakil.
• Dalam sistem presidensil di Indonesia, pemerintahan dijalankan oleh presiden
yang membawahi wakil presiden, menteri, PMP/LPNK, dirjen, pemerintahan
daerah provinsi dan DPRD, pemerintah daerah (gubernur) dan DPRD.

LEMBAGA PEMERINTAH DAN PERUNDANG-UNDANGAN (SEBELUM DAN


SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945)

Sebelum Amandemen Setelah Amandemen


Presiden Kepala Negara, Mandataris Kepala Negara, Penyelenggara Tertinggi
MPR, Penyelenggara Tertinggi Pemerintahan.
Pemerintah. Presiden Kedaulatan berada di tangan rakyat à
bertanggung jawab kepada bukan lagi oleh MPR. Tidak dikenal lagi
MPR à berkewajiban adanya lembaga tertinggi dan lembaga
menjalankan haluan negara tinggi negara.
sesuai garis-garis besar yang Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
ditetapkan MPR. rakyat à Wakil Presiden
Tugas: bertanggungjawab kepada Presiden.
- Menjalankan UUD 1945 Wakil Presiden tidak membentuk suatu
- Menjalankan GBHN peraturan perundang-undangan.
- Menjalankan pemerintahan DPA dihapus, digantikan dengan Dewan
negara umumnya Pertimbangan Presiden

21
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Wakil Presiden: dipilih diangkat


oleh MPR, bertanggungjawab
kepada Presiden. Wakil
Presiden tidak membentuk
peraturan perUUan.
Menteri Pasal 17 UUD 1945. Pasal 17 UUD 1945.

Negara Menteri menjalankan Menteri membidangi urusan tertentu


kekuasaan pemerintah di dalam dalam pemerintahan.
praktek. Diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
Diangkat, diberhentikan oleh Pembedaan menteri:
Presiden à bertanggungjawab - Menteri Koordinator (Kementerian
pada Presiden. Koordinator): Membantu Presiden
Miskonsepsi mengenai dalam mengkoordinasikan perencanaan
perkataan “Menteri memimpin dan penyusunan kebijakan, dan
departemen pemerintahan”. à mensinkronkan pelaksanaan kebijakan
klarifikasi: ‘Departemen’ yang - Meneg (Kementerian Negara):
dimaksud adalah ‘bagian’ à membantu Presiden dalam merumuskan
Menteri memimpin bagian kebijakan dan koordinasi di bidang
pemerintahan sesuai bagian tertentu dalam kegiatan pemerintahan
tugasnya. negara.
Jenis: - Menteri Departemen (Menteri)
- Menteri Koordinator: (Kementerian yang berbentuk
mengkoordinasikan Departemen): unsur pelaksana
penyiapan dan penyusunan Pemerintah. Fungsi:
kebijaksanaan serta • Perumusan Kebijakan Nasional,
pelaksanaannya di bidang kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan
tertentu dalam kegiatan teknis di bidangnya
pemerintahan negara • Pelaksanaan urusan pemerintahan
- Menteri Negara: sesuai dengan bidang tugasnya
Menangani bidang tugas • Pengelolaan barang milik/kekayaan
tertentu yang melampaui negara yang menjadi tanggung
bidang tugas departemen jawabnya
- Menteri Departemen • Pengawasan atas pelaksanaan
(Menteri) tugasnya

22
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Menteri Koordinator dan • Penyampaian laporan hasil evaluasi,


Menteri Negara bukan saran, dan pertimbangan di bidang
termasuk kedalam lembaga tugas dan fungsinya kepada Presiden
pemerintah dalam perUUan à Menteri Koordinator dan Menteri
karena menteri yang Negara bukan termasuk kedalam
memimpin departemen-lah lembaga pemerintah dalam perUUan à
yang memiliki kewenangan karena menteri yang memimpin
membentuk UU. departemen-lah yang memiliki
Menko dan Meneg: kewenangan membentuk UU.
membentuk peraturan internal, Pejabat setingkat menteri: Jaksa Agung RI.
tidak mengikat umum. Presiden juga dibantu oleh Sekretariat
- Pejabat Setingkat Menteri: Negara dan Sekretariat Kabinet.
• Panglima ABRI Sekretariat Negara salah satu fungsinya
• Jaksa Agung RI adalah pemberian dukungan teknis dan
• Gubernur BI administrasi serta analisis dalam rangka
penyiapan izin prakarsa dan penyelesaian
RUU, PERPU, dan PP.
Sekretariat Kabinet: salah satu fungsinya
adalah pemberian dukungan teknis dan
administrasi serta analisis dalam rangka
penyiapan rancangan PERPRES,
KEPPRES, INPRES.
Kepala Bermacam-macam penamaan: LPND adalah lembaga pemerintah pusat

Lembaga - Badan yang dibentuk untuk melaksanakan tugas

Pemerintah - Lembaga pemerintahan tertentu oleh Presiden,


- Biro sesuai dengan ketentuan perundang-
Non -
- Dewan undangan yang berlaku. Ada 24 LPND:
Departemen
- Tidak disebutkan bentuk Lembaga Administrasi Negara, Arsip
kelembagaan, tapi langsung Nasional RI, Badan Kepegawaian Negara,
pada aktivitasnya, contoh: Perpustakaan Nasional RI, BAPPENAS,
Arsip Nasional BPS, Badan Standardisasi Nasional (BSN),
Badan Pengawas Tenaga Nuklir, BATAN,
BIN, Lembaga Sandi Negara, BULOG,
BKKBN, LAPAN, Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional, Badan

23
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan, LIPI, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
Badan Pertanahan Nasional, BPOM,
Lembaga Informasi Nasional (LIN),
LEMHANAS, Badan Pengembangan
Kebudayaan dan Pariwisata.
Dirjen Keppres No. 44 / 1974 Keppres no. 44 / 1974

Departemen Dirjen Departemen dapat Dirjen Departemen dapat mengeluarkan


mengeluarkan peraturan peraturan perUUan bersifat teknis à
perUUan bersifat teknis à melaksanakan lebih lanjut kebijaksanaan
melaksanakan kebijakan dari dari Menterinya yang merupakan
Menteri (wewenang delegasian.
delegasian)
Badan Berfungsi menyelenggarakan “Badan Hukum Negara”

Negara urusan-urusan yang Memiliki kewenangan untuk membentuk


berhubungan dengan peraturan perundang-undangan yang
kesejahteraan masyarakat. merupakan pelaksanaan tugas dan
Misal: Pertamina, BI, wewenangnya berdasarkan kewenangan
Perusahaan Jawatan Kereta atribusi, yang ditetapkan dalam UU
Api. pembentukannya.
Membentuk peraturan Contoh: Peraturan BI
perUUan berdasarkan
wewenang atribusi.
Pemerintah Adanya desentralisasi. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam

Daerah Pemerintah Daerah adalah pembentukan Peraturan Daerah diberikan


Kepala Daerah dan DPRD. secara atribusi, baik melalui Pasal 18 ayat
Perda: dibuat oleh Kepala (6) UUD 1945 Perubahan dan Pasal 136
Daerah dan DPRD à UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Persetujuan oleh DPRD Pemerintahan Daerah.
Kepala 2 fungsi (karena adanya asas UU No. 32 Tahun 2004

Daerah desentralisasi dan Pembentukan keputusan yang bersifat


dekonsentrasi): mengatur (regeling) dilakukan dengan
Peraturan Kepala Daerah, sedangkan

24
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

1. Kepala Daerah otonom: pembentukan ketentuan yang bersifat


memimpin menetapkan (beschikking) dilakukan
penyelenggaraan dan dengan Keputusan Kepala Daerah.
bertanggungjawab
sepenuhnya tentang
jalannya pemerintahan
daerah
2. Kepala wilayah:
memimpin
penyelenggaraan
urusan pemerintahan
umum yang menjadi
tugas pemerintah pusat
di daerah.
Kepala Daerah: membuat
peraturan perUUan yang
bersifat delegasian.

Catatan dari Dr. Fitriani Ahlan Sjarif


Ada 2 pembagian:
- Sebelum amandemen UUD 1945 (UUD 1945 asli)
- Setelah amandemen UUD 1945
Lembaga Pemerintahan? Berbeda dengan Lembaga Negara.
- Lembaga Negara: disebut dan diatur oleh dan dalam UUD 1945 (DPR, MPR,
BPK, KY, MA)
- Lembaga Pemerintahan: unsur Eksekutif dalam pembagian kekuasaan.
Lembaga yang menjalankan unsur pemerintahan.
Mengapa penting untuk dibahas dalam peraturan perUUan?
Di Indonesia, lebih banyak produk perundang-undangan yang dibentuk oleh lembaga
pemerintahan dibandingkan lembaga negara.
Presiden sebagai:
- Lembaga negara: memiliki fungsi untuk membentuk UU

25
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

- Lembaga pemerintah: memiliki fungsi untuk membentuk Peraturan Pemerintah


pengganti UU, Peraturan Presiden
Lembaga pemerintah: punya kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan.
Kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan: atribusi dan delegasi.
Jadi tidak semua lembaga pemerintahan bisa membentuk peraturan perundang-
undangan.
Contoh: BAWASLU
- Punya kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan atau tidak?
- Apakah produknya termasuk peraturan perUUan?

Sistem Ketatanegaraan dan Pemerintahan di Indonesia sebelum dan sesudah


Perubahan UUD 1945 à Mengapa harus dibedakan? Karena ada konsep berbeda soal
kedaulatan rakyat.
Sebelum Perubahan UUD 1945:
MPR: lembaga tertinggi yang memegang kedaulatan rakyat. MPR menetapkan GBHN,
memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
Menetapkan Ketetapan MPR à hanya mengatur Presiden. >> 5 tahun ke depan:
Presiden harus fokus ke bidang tertentu yang diarahkan oleh MPR. MPR akan
mengawasi, memberikan pedoman bagaimana Presiden menjalankan urusan sebagai
lembaga pemerintahan melalui TapMPR.
PRESIDEN:
- Penyelenggara tertinggi Pemerintahan
- Sistem pemerintahan dalam UUD 1945 menunjukkan system yang khas
- Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR
- Sebagai mandataris dari MPR, Presiden bertugas menjalankan GBHN yang
ditetapkan oleh MPR.
- Presiden diangkat oleh Majelis, dan tunduk kepada MPR untuk menjalankan
putusan-putusannya
- Presiden: penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR, kekuasaan dan
tanggung jawab ada di Presiden
Pertanggungjawaban Presiden langsung kepada MPR.

26
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

TUGAS PRESIDEN:
- Menjalankan UUD
- Menjalankan GBHN
- Menjalankan Pemerintahan dalam arti umum
Diperlukan peraturan perundang-undangan
FUNGSI PRESIDEN:
- Mandataris MPR
- Kepala Negara
- Kepala Pemerintahan (Penyelenggara Tertinggi Pemerintah Negara RI)

Setelah Perubahan UUD 1945


PRESIDEN: Pasal 4 ayat (1) Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut
UUD……..
Pemerintahan (Georg Jellineck):
1. Formal
a. Mengatur
b. Mengurus
2. Materiil
a. Memerintah
b. melaksanakan
Lembaga Pemerintah:
1. Presiden
2. Wakil Presiden
3. Menteri
4. Ka LPND à sekarang namanya LPNK
5. Dirjen Departemen
6. Badan “Hukum” Negara
7. Pemerintah Daerah
8. Kepala Daerah
UU Kementerian Negara: ada Kementerian yang punya urusan pemerintahan tersendiri
saja yang bisa membentuk peraturan perundang-undangan. Misalnya Kementerian
yang punya Departemen atau Kanwil di bawahnya.

27
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

JENIS DAN FUNGSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang
Peraturan perundang-undangan tertinggi. Di dalamnya dapat dicantumkan sanksi
pidana dan sanksi pemaksa, serta merupakan peraturan yang sudah dapat langsung
berlaku dan mengikat umum.
Kekuasaan membentuk Undang-Undang dipegang Presiden dan DPR.
Presiden membentuk UU, disetujui DPR, jika sudah disetujui bersama, Presiden akan
mengesahkannya.

Undang-Undang dalam Arti Formal dan UU dalam Arti Material


UU arti formal: terjemahan dari wet in formele zin à di Belanda merupakan keputusan
yang dibuat oleh Regering dan Staten Generaal bersama-sama, terlepas apakah isinya
peraturan maupun penetapan. à dilihat dari siapa yang membentuknya.
UU arti material: terjemahan dari wet in materiele zin à setiap keputusan yang mengikat
umum, baik yang dibuat oleh Regering dan Staten Generaal bersama-sama maupun
lembaga-lembaga lain di bawahnya.

UU Pokok
Di Belanda: raamwet, basiswet, atau moederwet.
Pembentuk wet di negeri Belanda adalah juga pembentuk grondwet dan basiswet,
sehingga hierarkhinya dapat diatur oleh pembentuk wet sendiri.

PERPU
Memiliki kedudukan yang sama dengan UU.
Ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. >> tidak selalu
ada hubungannya dengan keadaan bahaya, tetapi cukup kiranya apabila menurut
keyakinan Presiden terdapat keadaan yang mendesak, dan keadaan itu perlu segera
diatur dengan peraturan yang mempunyai derajat Undang-Undang.
Memiliki jangka waktu yang sementara. Secepat mungkin harus dimintakan
persetujuan DPR.

28
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Fungsi maupun materi muatan dari PERPU adalah sama dengan fungsi atau materi
muatan dari UU.
Fungsi Perpu:
1. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UUD 1945 yang
tegas-tegas menyebutnya
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh
UUD 1945
3. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Ketetapan MPR yang tegas-tegas
menyebutnya
4. Pengaturan di bidang materi konstitusi, seperti:
a. Organisasi, tugas dan susunan lembaga (tinggi) negara
b. Tata hubungan antara negara dan warga negara dan antara warga negara
/ penduduk timbal balik.

PERATURAN PEMERINTAH
Dibentuk oleh Presiden untuk melaksanakan UU (Pasal 5 ayat (2) UUD 1945)
PP hanya boleh mencantumkan sanksi pidana atau pemaksa apabila ditentukan dalam
UU yang dilaksanakannya.
Karakteristik PP (menurut Prof. Hamid S. Attamimi):
a. PP tidak dapat dibentuk tanpa terlebih dahulu ada UU yang menjadi induknya
b. PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana apabila UU yang bersangkutan
tidak mencantumkan sanksi pidana
c. Ketentuan PP tidak dapat menambah atau mengurangi ketentuan UU yang
bersangkutan
d. Untuk ‘menjalankan’, menjabarkan, atau merinci ketentuan UU, PP dapat
dibentuk meski ketentuan UU tersebut tidak memintanya secara tegas
e. Ketentuan PP berisi peraturan atau gabungan peraturan dan penetapan
Fungsi PP:
• Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UU yang tegas-tegas menyebutnya
• Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam UU yang
mengatur maupun tidak tegas-tegas menyebutnya

29
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

PERATURAN PRESIDEN
Peraturan Presiden ada yang bersifat mandiri (atribusian dari Pasal 4 ayat (1) UUD
1945), dan ada pula yang bersifat pelimpahan wewenang dari suatu PP dan UU yang
dilaksanakannya.
Fungsi Perpres:
• Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan
• Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam PP yang tegas-
tegas menyebutnya
• Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam PP, meskipun
tidak tegas-tegas menyebutnya

PERATURAN MENTERI
Kewenangan menteri untuk membentuk permen: Pasal 17 UUD 1945
Fungsi Permen:
• Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan di bidangnya
• Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Perpres
• Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UU yang tegas-
tegas menyebutnya
• Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam PP yang tegas-
tegas menyebutnya

PERATURAN KEPALA LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN


Fungsi Peraturan Kepala LPND:
• Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan di bidangnya
• Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Perpres

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL DEPARTEMEN

30
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Peraturan yang dibentuk sebagai penjabaran dari Peraturan Menterinya, sehingga


pengaturannya bersifat teknis saja, oleh karena pengaturan yang bersifat kebijakan
dibuat oleh menteri.
Fungsi:
• Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis Peraturan Menteri
• Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan Menteri

PERATURAN BADAN HUKUM NEGARA


Kewenangan pembentukannya ditentukan dalam UU pembentukan dari Badan Hukum
Negara tersebut secara atribusi.
Fungsi:
• Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UU yang
mengatribusikan, dan PP yang bersangkutan
• Menyelenggarakan secara umum dalam rangka penyelenggaraan fungsi dan
tugasnya

PERATURAN DAERAH PROVINSI


Dibentuk oleh Gubernur + DPRD Provinsi.
Pemberian kewenangan atribusian untuk mengatur daerahnya sesuai Pasal 136 UU No.
32 Tahun 2004.
Bisa juga sebagai pelimpahan wewenang (delegasi) dari peraturan perUUan yang lebih
tinggi.

PERATURAN GUBERNUR
Peraturan pelaksanaan dari perda provinsi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA


Dibentuk oleh Bupati/Walikota + DPRD Kabupaten/Kota.
Peraturan daerah kabupaten/kota juga bisa menjadi pelimpahan wewenang (delegasi)
dari suatu peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

PERATURAN BUPATI ATAU WALIKOTA

31
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Merupakan pelimpahan (delegasi) dari Perda Kabupaten/Kota, ataupun untuk


mengatur urusan-urusan dalam rangka tugas pembantuan (medebewind)

Fungsi peraturan daerah: (Pasal 136 UU 32/2004)


• Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
dan tugas pembantuan
• Menyelenggarakan pengaturan sebagai penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-
masing daerah
• Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
• Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan
peraturan perUUan yang lebih tinggi. à tidak bertentangan dengan peraturan
perUUan di tingkat pusat.

Fungsi Peraturan Kepala Daerah (Pasal 146 UU 32/2004):


• Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah
yang bersangkutan
• Menyelenggarakan pengaturan atas kuasa peraturan perUUan yang lebih tinggi
• Tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum
• Tidak boleh bertentangan dengan perda
• Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perUUan yang lebih tinggi

Catatan Tambahan dari Dr. Fitriani Ahlan Sjarif


Jenis-Jenis Peraturan Perundang-undangan
(Membahas mengenai produknya)
1. Jenis perundang-undangan saat ini
2. Jenis perundang-undangan pada masa lalu
a. Hindia Belanda
b. Orde Lama
c. Orde Baru
Jenis Peraturan di Tingkat Pusat:

32
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

• UU / PERPU
• PP
• PERPRES
• PERMEN
• Peraturan Ka. LPND
• Peraturan Dirjen
• Peraturan Badan Hukum Negara
Jenis Peraturan di Tingkat Daerah:
• Perda Provinsi
• Peraturan Gubernur
• Perda Kabupaten/Kota
• Peraturan Bupati/Walikota
Undang-Undang:
- Produk yang dikeluarkan oleh lembaga legislative à lembaga negara
- Jenis tertinggi dari peraturan perUUan
- Langsung dapat mengikat umum/masyarakat.
- Telah dapat dicantumkan sanksi pidana dan sanksi pemaksa.
- Pandangan adanya pergeseran legislative: Pasal 5 (1) jo. Pasal 20 Perubahan
mempunyai makna kekuasaan membentuk UU sebenarnya dipegang bersama
oleh Presiden dan DPR.

Pemahaman UU di Negara Belanda:


- UU dalam arti formal (wet in formele zin)
- UU dalam arti materiil (wet in materiele zin)
PEMAHAMAN TSB SALAH KAPRAH à menimbulkan kesalahpahaman di Indonesia.
Di Indonesia, tidak ada pembedaan UU Formil dan Materiil. Undang-Undang, ya
Undang-Undang; ada sifat formil dan materiil. Formil yaitu dibentuk oleh legislative,
dan materill isinya umum abstrak dan terus menerus.
Peraturan di bawah UU di Indonesia tidak disebutkan sebagai UU dalam arti materiil,
namun sendiri-sendiri sesuai namanya.

Apakah di Indonesia pernah dikenal Undang-Undang “Pokok”?

33
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Ada, UU Pokok Agraria, UU Pokok Kekuasaan Kehakiman.


UU di Indonesia tidak pernah dibentuk dengan proses yang berbeda.
Tidak memposisikan satu UU di atas UU lain.
“Pokok” di Indonesia tidak memposisikan suatu UU di atas UU lainnya.
Sementara itu, di Belanda dikenal adanya raamwet atau moederwet à umbrella act à
tidak berlaku di Indonesia. Jadi ada satu UU yang lebih tinggi, kemudian ada UU lainnya
di bawahnya. Pembentuk Grondwet = Pembentuk Raamwet.

PERPU:
- Pasal 22 UUD 1945
- Perpu setingkat dengan UU
- Hanya dalam keadaan memaksa

Jenis Peraturan yang Berlaku di Hindia Belanda


- Wet
Dibentuk oleh Regering dan Staten Generaal dengan nasehat dari Raad van
State. Berlaku di Belanda dan Hindia-Belanda.
Contoh: KUHP.
Posisinya seperti apa? Diposisikan sama dengan UU di Indonesia.
Karena wet dibentuk oleh lembaga legislative pada zaman Hindia Belanda saat
dulu.
- AMvB
- Ordonnantie
Dibentuk oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Fungsinya memang untuk orang Indonesia pada saat itu.
Wet, AMvB, dan Ordonnantie à disamakan dengan Undang-Undang.
Hinder Ordonnantie: diterjemahkan menjadi UU Gangguan. Produknya tetap
ordonnantie.
- Regeringsverordening
Hampir sama dengan PP à peraturan pemerintah.
Menjadi peraturan pelaksana ordonnantie.

34
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

Peraturan PerUUan zaman Orde Lama


PENPRES (Penetapan Presiden) dan PERPRES (Peraturan Presiden). PP 1/1946:
Dikeluarkan pertama kali pada masa pemerintahan Soekarno.
Akhirnya keluar Surat Presiden kepada Ketua DPR No. 3639/Hk/59 tanggal 26
November 1959 tentang Penjelasan atas Bentuk Peraturan Negara.

27 NOVEMBER 2017 – PROF MARIA FARIDA INDRATI – MATERI MUATAN


UNDANG-UNDANG

Materi muatan peraturan perundang-undangan pertama kali diperkenalkan oleh Prof.


A. Hamid S. Attamimi tahun 1979, dan diterbitkan di Jurnal Hukum dan Pembangunan.
Materi muatan perundang-undangan disebut het eigenaardig onderwerp der wet yang
berarti sesuatu yang khas dari undang-undang, yang berbeda dari peraturan
perundang-undangan lainnya. Dengan kata lain, materi muatan perundang-undangan
merupakan sesuatu yang khas dimana masalah tersebut harus diatur oleh undang-
undang, bukan yang lain.
Contoh:
• “Penentuan Mata Uang Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang”. Pada
realitanya, mata uang RI ditentukan oleh Maklumat.
• UU APBN, UU Perubahan APBN: hanya mengikat Presiden, bukan mengikat
umum, sehingga bukan termasuk peraturan perundang-undangan.
• UU Ratifikasi Konvensi / Perjanjian Internasional: isinya tidak mengikat umum.
Hanya terdiri dari dua pasal, yaitu DPR menyetujui perjanjian internasional
tersebut dan berlaku pada tanggal diundangkannya UU ini. Namun, perjanjian
internasional tidak bisa diubah oleh Presiden atau DPR. Sehingga, …
• Presiden membentuk DPP à DPP dibentuk maksimal 6 bulan setelah Presiden
dilantik, dan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, mengapa harus diatur
oleh Undang-Undang? Perpres saja cukup.
• UU tentang olahraga, kepemudaan, kepramukaan à apakah substansinya
adalah materi muatan Undang-Undang? Pepres saja cukup!

35
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

• UU tentang Pemekaran Wilayah menjadi 34 Provinsi à dapat dilihat bahwa


formatnya hampir selalu sama. Pernah terjadi nama daerah lain yang terpakai.

Materi TIDAK SAMA dengan Substansi.


Materi: Apa yang seharusnya dituangkan dalam Undang-Undang.
Substansi: Apa yang sudah ada/sudah tertulis dalam Undang-Undang.

Pendapat ahli: dalam konstitusi selalu ada siapa pembentuk wet, gesetz, namun
materinya tidak ditentukan.
1. Materi muatan UU (formel wet) tidak dapat ditentukan lingkup materinya,
mengingat UU adalah perwujudan kedaulatan raja atau kedaulatan rakyat,
sedangkan kedaulatan bersifat mutlak, ke luar tidak tergantung pada siapapun
dan ke dalam tertinggi di atas segalanya.
2. Semua materi dapat menjadi materi muatan UU kecuali bila UU tidak
berkehendak mengaturnya/menetapkannya
3. Hamid S. Attamimi
Pembentukan UU suatu negara bergantung pada:
a. Cita negara dan teori bernegara yang dianutnya
b. Kedaulatan dan pembagian kekuasaan dalam negaranya
c. Sistem pemerintahan negara yang diselenggarakannya

Penjelasan Umum UUD 1945 à meletakkan Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm


dan sebagai cita hukum.
Aturan tambahan dalam UUD 1945 tidak pernah mengatur bahwa penjelasan umum
dicabut.
3 pasal dalam UUD 1945 yang tidak pernah diubah:
1. Pasal 5 ayat (2)
2. Pasal 4 ayat (1)
3. Pasal 22
Peraturan perundang-undangan dari zaman Hindia-Belanda masih BERLAKU. Validity
(daya laku) masih ada, namun daya guna (efficacy) sudah hilang. Hal tersebut terjadi

36
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

karena belum ada peraturan perundang-undangan yang menyatakan bahwa perUUan


pada zaman Hindia Belanda dicabut.

Keputusan yang dibentuk oleh Presiden


DPR ---- UU ----- PRESIDEN
PERPU
PP
PERPRES
PENPRES
KEPPRES PRESIDEN
INPRES
Maklumat Presiden
Surat Edaran
Dekrit Presiden
Mengapa UU harus dibentuk oleh 2 lembaga?
….

UUD tidak menetapkan hal-hal apa saja yang menjadi materi muatan UU. Namun ada
petunjuk yang menjadi pedoman untuk menemukan apa saja materi muatan UU.
Cara menemukan materi muatan UU:
1. Melihat ketentuan UUD (Batang Tubuh)
Sebelum amandemen: 18 masalah yang harus diatur berdasarkan UU
2. Wawasan Negara berdasarkan hukum (Rechtstaat)
Mengandung beberapa konsekuensi di bidang peraturan perundang-undangan,
oleh karena hal itu menyangkut masalah pembagian kekuasaan dan hak-hak
(asasi) manusia
- Polizeistaat
- Rechtstaat sempit / liberal: negara sebagai penjaga malam
- Rechtstaat formal
- Rechtstaat material / sosial: social welfare state
Ciri-ciri:
o Perlindungan HAM

37
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

o Pembagian Kekuasaan
o Pembagian berdasarkan UU
o Peradilan Administrasi
o Pemerintahan yang menciptakan kemakmuran rakyat
Rechtsstaat: a state based / government by law, bukan negara hukum
3. Wawasan Pemerintahan berdasarkan Sistem Konstitusi
Kewenangan pemerintah beserta segala tindakannya dalam menjalankan tugas-
tugasnya dibatasi oleh adanya konstitusi negara tersebut:
a. Kekuasaan perundang-undangan terikat oleh:
i. UUD
ii. Hukum Dasar (Moral, adat, agama)
b. Kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan peradilan terikat oleh UU dan
hukum negara
Staatsfundamentalnorm bisa berubah, namun grundnorm dari hukum moral, adat,
agama à tidak akan berubah.

Prof. A. Hamid S. Attamimi: 9 butir materi muatan Undang-Undang:


1. Yang tegas diperintahkan oleh UUD dan TAP MPR
2. Yang mengatur lebih lanjut ketentuan UUD
3. Yang mengatur HAM
4. Yang mengatur hak dan kewajiban Warga Negara
5. Yang mengatur pembagian kekuasaan negara
6. Yang mengatur organisasi pokok lembaga-lembaga tinggi negara
7. Yang mengatur pembagian wilayah / daerah negara
8. Yang mengatur siapa Warga Negara dan cara memperoleh kewarganegaraan
9. Yang dinyatakan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-
Undang
Hanya boleh dalam hal-hal tertentu. Contoh: kekuasaan kehakiman di UUD:
Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan di bawahnya (Peradilan Umum,
Peradilan Militer, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara) à kalau diatur
dalam 1 UU, maka isinya akan terdiri dari tata cara peradilan yang berbeda,
dengan penyebutan istilah yang berbeda (contoh: penuntut umum adalah jaksa

38
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

di peradilan umum, sementara di peradilan militer disebut oditur). Maka tidak


akan selesai apabila diatur oleh 1 UU saja. Oleh karena itu, UU Kekuasaan
Kehakiman menyatakan bahwa selebihnya akan diatur dalam Undang-Undang.

Contoh: Mengapa perkawinan harus diatur oleh Undang-Undang?


• Karena ada Hak Asasi Manusia (poin 3)
• Poin 8

Kalau kesembilan poin tersebut tidak ada, maka cukup diatur dalam Keppres saja.
Materi muatan Keppres:
1. Materi muatan sisa dari materi muatan UU, yaitu materi yang bersifat atribusian
Keppres boleh lahir tanpa adanya UU dan PP à lahir dalam fungsi Presiden
dalam kewenangan pemerintahan.
“Keppres Mandiri” à berasal dari kewenangan atribusi, Presiden bisa
membentuk keputusan Presiden yang mandiri, yang kewenangannya lebih luas
dibandingkan dengan kewenangan yang berasal dari delegasi UU / Peraturan
Pemerintah
Keppres lebih banyak dibanding UU, mengapa disebut sisa? Karena hanya
sedikit yang membutuhkan persetujuan DPR.
2. Materi yang bersifat delegasian UU dan PP.

Setelah Amandemen UUD, ada 43 hal yang diperintahkan secara tegas untuk diatur
dalam Undang-Undang.

Materi muatan Undang-Undang dalam UU No. 10 Tahun 2004: Pasal 8 (a) dan (b)
Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi hal-hal yang:
a. Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD NRI 1945 yang meliputi:
1. Hak-hak asasi Manusia
2. Hak dan kewajiban warga negara
3. Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara
4. Wilayah negara dan pembagian daerah
5. Kewarganegaraan dan kependudukan
6. Keuangan negara

39
Disusun oleh Dominique Virgil & Tim (FHUI 2015)

b. Diperintahkan oleh suatu UU untuk diatur dengan Undang-Undang.


Materi muatan Undang-Undang dalam UU No. 12 Tahun 2011: Pasal 10 (1) dan (2).
(1) Materi muatan yang harus diatur dalam UU berisi:
a. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD NRI 1945
b. Perintah suatu UU untuk diatur dengan UU
c. Pengesahan Perjanjian Internasional tertentu
d. Tindak lanjut atas Putusan Mahkamah Konstitusi
e. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat
(2) Tindak lanjut atas putusan MK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan
oleh DPR/Presiden.
- Kritik dari Prof. Maria:
o Huruf (c): pengesahan perjanjian internasional bukan termasuk ke
dalam peraturan perundang-undangan, harusnya tidak dimasukkan
o Huruf (d): Tindak lanjut atas putusan MKà tidak tepat à putusan MK
bisa mengesampingkan UU, karena putusan MK sejajar dengan UU
o Huruf (e): Pemenuhan … à paling tidak tepat.
Kebutuhan apa? Setiap orang berbeda-beda, cakupannya luas à
menimbulkan banyak hal yang harus diatur dalam Undang-Undang.
Materi muatan PP: Pasal 12 UU No. 12 / 2011
Materi muatan Presiden: Pasal 13 UU No. 12 / 2011
Materi muatan Perda: Pasal 14 UU No. 12 / 2011

40

Anda mungkin juga menyukai