Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan yang modern sekarang ini kita tidakdapat lepas dari apa yang di sebut dengan
Kebijakan Publik.Kebijakan-kebijakan tersebut kita temukan dalam bidangkesejahteraan sosial, bidan
kesehatan, perumahan rakyat,pembangunan ekonomi, pendidikan nasional dan lain sebagainya.
Eyeston tentang kebijakan publik secara luas adalah kebijakanpublik dapat di defenisikan sebagai
“Hubungan suatu unitpemerintahan dengan lingkunganya. Proses kebijakan dapatdilukiskan sebagai
tuntunan perubahan dalam perkembangansuatu kebijakan.

Kebijakan publik pada dasarnya adalah suatu kewenangan karena dibuat oleh sekelompok
individu yang mempunyai kekuasaan yang sah dalam sebuah sistem pemerintahan. Keputusan akhir
yang telah ditetapkan memiliki sifat yang mengikat bagi para pelayan publik atau public servant
untuk melakukan tindakan kedepannya. Kebijakan publik menjadi faktor penting dalam pencapaian
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Hal tersebut bergantung kepada setiap kebijakan-
kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan dampak yang dirasakan oleh objek kebijakan
tersebut. Sering kali kebijakan publik yang dilaksanakan tidak berpihak kepada rakyat dan justru
hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Maka dari itu, kebijakan publik yang dikeluarkan oleh
pemerintah harus memiliki keberpihakan kepada rakyat dan memang ditujukan untuk menyelesaikan
setiap permasalahan yang berada di tengahtengah masyarakat. Pada dasarnya kebijakan publik
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang umumnya dipikirkan, didesain, dirumuskan, dan
diputuskan oleh para pemangku kebijakan. Walaupun dalam suatu siklus kebijakan publik telah
dilakukan tetapi fakta di lapangan sering menunjukan bahwa kebijakan tersebut gagal untuk
mencapai sasaran. Kebijakan publik sebagai proses yang krusial seringkali dicampuri oleh unsur-
unsur politik kepentingan yang dibawa oleh pihak tertentu. Sehingga baik 2dalam perumusan
maupun pelaksanaan kebijakan, dapat melenceng dari apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh
masyarakat.

kasus yang Terjadi Pada 17 juni 2017 Di Nusa Tenggara Timur Kota kupang,kasus Pelayanan
terhadap pasien rujukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dari puskesmas ke rumah
sakit rujukan cenderung terabaikan. Sebaliknya, pasien yang mampu membiayai langsung semua
perawatan di rumah sakit cepat mendapat pelayanan. Diskriminasi ini membuat pasien rujukan BPJS
Kesehatan kian menderita. Markus Manek (53), suami dari Vinsensia Ariana (52), warga Desa
Demondei, Kecamatan Wotan Ulumado, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, saat
mendampingi istrinya di Kupang, Jumat (16/6), mengatakan, Ariana mengalami dislokasi mandibula
atau pergeseran rahang bawah saat menguap lebar, tiga bulan lalu. Manek minta agar dirujuk ke
RSUD Yohanes Kupang sebagai rumah sakit rujukan provinsi. Namun, pihak Puskesmas Baniona di
Flores Timur merujuk Ariana ke sebuah rumah sakit swasta di Kupang. "Kami setuju dengan
permintaan itu. Meskipun ada rujukan sebagai pasien BPJS kesehatan, pihak rumah sakit masih
menawarkan kami untuk membiayai sendiri. Mereka mengatakan, kalau biaya sendiri, segera dilayani
dan dalam waktu dekat bisa pulang. Pakai BPJS Kesehatan pelayanan agak lama," kata Manek.Manek
dan Ariana datang ke Kupang dengan feri dari Larantuka, menempuh pelayaran 13 jam. Begitu tiba di
rumah sakit, mereka berharap segera mendapatkan pelayanan.Namun, hari pertama hanya diberikan
nomor antrean, lalu diminta datang keesokan hari karena dokter yang menangani kasus Ariana
belum ada di tempat. Ketika mereka datang lagi, petugas mengatakan, dokter belum ada sehingga
datang esok harinya. Keesokan hari pun dokter belum datang.Malah ada perawat menyarankan
membiayai sendiri sehingga segera ditangani. Petani ini pun coba mencari informasi dari pasien dan
keluarga pasien yang ada di rumah sakit itu. Mereka mengungkapkan hal yang sama, yakni pasien
BPJS kurang mendapat perhatian. Banyak yang ditelantarkan.Johanes Boleng (67) adalah pasien
rujukan dari Lembata. Ia menderita gangguan kelenjar prostat. Ia dirujuk di RSUD Yohanes Kupang. Ia
baru mendapat kunjungan dokter ahli penyakit dalam setelah tiga hari di rumah sakit itu. Padahal,
saat pendaftaran, perawat menyampaikan ada dokter penyakit dalam.Direktur RSUD Yohanes Domi
Mere mengatakan, hampir semua rumah sakit di Kupang menerima pasien BPJS kesehatan, termasuk
RSUD Yohanes. "Tidak benar pasien BPJS ditelantarkan," ucapnya.Kepala Dinas Kesehatan NTT
Kornelis Kodi Mete menyatakan, tak ada perbedaan pasien BPJS Kesehatan dan umum. "Tenaga
medis dan paramedis disumpah untuk melayani semua orang sakit tanpa membedakan kaya dan
miskin, pemegang kartu BPJS atau non-BPJS," katanya. (KOR)

Berdasarkan uraian Di Atas maka kami kelompok 6 tertarik untuk Mengambil judul study kasus
"kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat BPJS .
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Kebijakan Umum(publik)?

2. Bagaimana peran pemerintah Dalam membuat Kebijakan Publik Terhadap Masyarakat (Pasien
BPJS)

3 .Mengapa Masyarakat BPJS selalu Di abaikan Oleh Pihak Rumah sakit Meskipun sudah ada Ciri- ciri
jenis-jenis, dan syarat-syarat kebijakan yang sudah di tetapkan pemerintah. ?

4. Bagaimana Tahap-tahap dan pendekatan dalam proses pembuatan kebijakan yang baik sehingga
Terhindar dari masalahatau konflik yang akan terjadi di masyarakat?

5.Bagaimana upaya pemerintah Agar bisa Memaksimalkan penggunaan BPJS Oleh Masyarakat?

1.3 Tujuan pembuatan makalah

1.Makalah ini bisa dimanfaatkan sebagai acuan agar pemerintah bisa memaksimalkan masyarakat
(pasien)Bpjs supaya pemerintah bisa menetapkan kebijakan yang telah dibuat dengan baik.

2 . Makalah ini mampu memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para generasi muda agar bisa
lebih Mengerti bagaimana kebijakan pemerintah yang harus di laksanakan , agar tercipta kehidupan
masyarakat yang sejahtera, Tentram, Aman Dan Damai

3.memahami apa Tujuan dari kebijakan umum yang di buat pemerintah mengenai Masyarakat
(pasien) BPJS.

4.Menganalisis bagaimana peran kebijakan Umum oleh pemerintah dalam memaksimalkan


Penggunaan BPJS oleh masyarakat.

5.Untuk melindungi hak-hak masyarakat dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

6.Mengetahui aliran kebijakan publik(umum)di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Umum(Publik)

Beberapa Defenisi Dan Makna Kebijakan PublikSecara umum istilah “Kebijakan” atau policy
digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor ( misalnya seorang pejabat, suatu kelompok,
maupun suatu lmbaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Pengertian kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif memadai untuk keperluan
pemebicaraan-pembicaraan biasa, namun menjadi kurang memadai untuk pembicaraan-
pembicaraan yang bersifat lebih ilmiah dan sistematis menyangkut analisis kebijakan publik. Oleh
karena itu, kita memerlukan batasan atau konsep kebijakan publik yang lebih tepatSalah satudefinisi
mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert Eyestone. Ia mengatakan bahwa secara
luaskebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan
lingkungannya. Konsep yang ditawarkan Eyestone ini mengandung pengertian yang sangat luas dan
kurang pasti karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal.
Batasan lain tentang kebijakan publik diberikan oleh Thomas R.Dye yang mengatakan bahwa
“kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan”.
Walaupun batasan yang diberikan oleh Dye ini dianggap agak tepat, namun batasan ini tidak cukup
memberi perbedaan yang jelas antara apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah. Di samping
itu, konsep ini bisa mencakup tidakan-tindakan, seperti pengangkatan pegawai baru atau pemberian
lisensi. Suatu tindakan yang sebenarnya berada di luar domain kebijakan publik.Seorang pakar ilmu
poltik lain, Richard Rose menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai“serangkaian
kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang
bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri”. Definisi ini sebenarnya bersifat ambigu,
namun definisi ini berguna karena kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan
sekedar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu. Akhirnya marilah kita diskusikan definisi yang
diberikan oleh Carl Friedrich. Ia memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan
hambatan-hambatan dan peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan
mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu
maksud tertentu. Definisi yang diberikan oleh Friedrich ini menyangkut dimensi yang luas karena
kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh
kelompok maupun oleh individu. Selain itu, gagasan bahwa kebijakan mencakup perilaku yang
mempunyai maksud yang layak mendapatkan perhatian dan sekaligus harus dilihat sebagai bagian
definisi kebijakan publik yang penting, sekalipun maksud atau tujuan dari tindakan-tindakan
pemerintah yang dikemukakan dalam definisi ini mungkin tidak selalu mudah dipahami.

Woll sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003:2) menyebutkan bahwakebijakan publik ialah


sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di tengah masyarakat, baik secara
langsung maupun melalui berba-gai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

James E. Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009: 17). mengungkapkan bahwa kebijakan
adalah “a purposive course of actionfol- lowed by an actor or set of actors in dealing with a
problemor matter of concern”(Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikut i
dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah
tertentu).

Carl I. Friedrick mendefinisikannya sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang,


kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang
ada, di mana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus
mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu(1963, 79)

Dengan demikian, kebijakan publik adalah sebuah fakta strategis daripada fakta politis ataupun
fakte teknis. Sebagai sebuah strategi, maka di para aktor yang terlibat di dalam proses kebijakan,
khususnya pada proses perumusan. Sebagai sebuah strategi, maka kebijakan publik tidak saja
bersifat positif, namun juga negatif, di dalam arti pilihan keutusan selalu bersifat menerima salah satu
dan menolak yang lain. Meskipun terdapat ruang bagi win-win di mana sebuah tuntutan dapat
diakomodasi, nmun pada akhirnya ruang bagi win-win sangat terbatas, sehingga kebijakan publik
lebih banyak pada ranah zero-sum-game, yaitu menerima yang ini, dan menolak yang lain.

2.2 Peran pemerintah Dalam Membuat kebijakan Umum(publik) Terhadap masyarakat(Pasien


BPJS)

Pemerintah terus berupaya membangun sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) agar dapat
memenuhi pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal dan berkesinambungan.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)
Muhadjir Effendy, pemerintah telah dan sedang menyiapkan serangkaian kebijakan secara
menyeluruh untuk perbaikan ekosistem JKN secara sistemik. Di antaranya, rasionalisasi manfaat
program sesuai kebutuhan dasar kesehatan, penerapan satu kelas rawat yang standar, dan
penyederhanaan tarif layanan.

Muhadjir mengatakan, untuk menciptakan kesinambungan program perlu perbaikan ekosistem


secara sistemik dengan mempertimbangkan beberapa hal

Pertama, penguatan JKN sebagai skema asuransi sosial bersifat wajib. Dalam hal ini ada beberapa
agenda yang harus diselesaikan. Muhadjir menyebut, untuk mewujudkannya seluruh penduduk yang
menjadi peserta sudah seharusnya wajib membayar iuran. Sedangkan, untuk peserta yang miskin
atau tidak mampu, iurannya dibayarkan pemerintah.

kedua, mengenai manfaat yang dijamin dalam program JKN yakni kebutuhan dasar dengan kelas
rawat inap standar sesuai UU 40/2004.

Ketiga, terkait reviu iuran, manfaat dan tarif layanan secara konsisten dan reguler. Menurut Muhadjir,
peninjauan kembali harus dilakukan dengan pendekatan aktuaria yang konsisten dan akuntabel.
Peninjauan aktuaria ini pertimbangkan paling sedikit pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan,
kemampuan bayar peserta, inflasi kesehatan dan potensi perbaikan program yang ada. Iuran yang
berlaku saat ini masih lebih kecil dibandingkan dengan biaya manfaat.

Menurut Menko Muhadjir, untuk menjaga keterjangkauan pembayaran iuran oleh peserta
mandiri, pemerintah selalu mencari titik keseimbangan dan menalangi kekurangannya sebagai
tanggung jawab dalam menjaga kelangsungan JKN. Namun, dalam jangka panjang, program JKN
harus didasari oleh prinsip gotong royong untuk menjamin kesinambungan. Yang sehat membantu
yang sakit, dan yang kaya membantu yang miskin.

Muhadjir mengatakan, sesuai ketentuan yang berlaku seharusnya besaran iuran perlu direviu
secara berkala setiap dua tahun sekali. Dia mengungkapkan, iuran JKN terakhir diperbaharui pada
tahun 2016. Bahkan untuk iuran PBPU Kelas III belum pernah disesuaikan sejak tahun
2014.Sebelumnya, pemerintah resmi mengumumkan penyesuaian besaran iuran BPJS Kesehatan
untuk peserta mandiri (Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja atau PBPU dan BP).

Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Adapun
penyesuaian iuran itu untuk peserta PBPU dan BP mulai 1 Juli 2020, yaitu kelas I menjadi Rp150.000
dari saat ini Rp80.000. Iuran peserta mandiri kelas II menjadi Rp100.000 dari saat ini sebesar
Rp51.000, serta kelas III dari Rp 25.500 menjadi Rp 42.000. Khusus peserta PBPU dan BP kelas III,
tahun 2020 peserta hanya membayar Rp25.500 sisanya disubsidi pemerintah, dan tahun 2021
peserta hanya membayar Rp35.000, sisanya disubsidi pemerintah dan pemda.

Dalam RDP tersebut juga hadir Menteri Kesehatan, Ketua DJSN, Ketua Dewan Pengawas dan
Direktur Utama BPJS Kesehatan. Terjadi diskusi yang dinamis antara Komisi IX DPR-RI dengan
Pemerintah. Di akhir rapat disepakati 7 (tujuh) kesimpulan, di antaranya, demi terciptanya ekosistem
program JKN yang sehat dan berkesinambungan sesuai amanat UUD 1945 dan UU SJSN dan UU BPJS,
Komisi IX mendesak Pemerintah untuk mempercepat perbaikan tata kelola sistem JKN dengan
mempertimbangkan rekomendasi BPKP tahun 2018 dan Putusan MA Nomor 7 P/HUM/2020 serta
melakukan kajian formulasi baru terkait model pembiayaan (termasuk iuran kepesertaan) dan sistem
pembayaran kepada fasilitas kesehatan.

2.3 Alasan Masyarakat (Pasien) BPJS Selalu Di Abaikan meskipun pemerintah sudah menetapkan
Ciri-ciri, jenis-jenis dan syarat-syarat Kebijakan Umum yang Baik.

Melalui Akun Tiktok @kocak terus yang narasumber nya adalah Kiky saputry. Menurut Kiky
saputry Tunjangan yang di dapat Oleh dokter- dokter dari BPJS sangat minim. Karena menurut
mereka upah yang yang mereka dapatkan harus setara dengan tenaga yang mereka keluar kan setiap
hari.Akan tetapi alasan tersebut Sangat bertolak belakang Dengan Ciri-ciri, Jenis-jenis, dan syarat-
syarat yang telah dikeluarkan oleh pemerintah tentang kebijakan umum Berdasarkan sumbernya Ada
beberapa Ciri-ciri, Jenis-jenis, dan syarat-syarat yang ada di kehidupan masyarakat.

A.Ciri-ciri kebijakan umum

 Setiap kebijakan harus memiliki tujuan. Artinya pembuatan suatu kebijakan tidak boleh
sekadar asal atau hanya karena ada kesempatan membuatnya. Tanpa tujuan, tidak perlu ada
kebijakan.

 Suatu kebijakan tidak berdiri sendiri, terpisah dari kebijakan yang lain. Akan tetapi, ia
berkaitan dengan berbagai kebijakan dalam masyarakat.
 Orientasi kebijakan adalah implementasi, interpretasi, dan penegakan hukum.
 Kebijakan adalah apa yang dilakukan oleh pemerintah, bukan apa yang masih ingin atau
dikehendaki untuk dilakukan pemerintah.
 Kebijakan dapat berbentuk negatif atau larangan dan dapat juga berupa pengarahan untuk
melaksanakan atau menganjurkan sesuatu.
 Kebijaksanaan harus berdasarkan hukum, sehingga mempunyai kewenangan untuk
memaksa masyarakat mengikutinya.

B. jenis jenis kebijakan umum

Kebijakan publik dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:

 Kebijakan Substantif: Kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan oleh pemerintah.
 Kebijakan Prosedural: Kebijakan mengenai bagaimana kebijakan substantif dapat dijalankan.
 Kebijakan Distributif: Kebijakan yang menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan
pada masyarakat.
 Kebijakan Regulatori: Kebijakan yang berupa pembatasan atau larangan terhadap perilaku
individu atau kelompok masyarakat.
 Kebijakan Redistributif: kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pendapatan, kepemilikan
di antara berbagai kelompok masyarakat.
 Kebijakan Material: Kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya konkret pada
kelompok sasaran.
 Kebijakan Simbolis: Kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran.
 h.Kebijakan yang Berhubungan dengan Barang Umum atau Public Goods: Kebijakan yang
bertujuan mengatur pemberian barang atau pelayanan publik.
 Kebijakan Barang Privat atau Privat Goods: Kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau
pelayanan untuk pasar bebas.

C. syarat syarat kebijakan umum dalam masyarakat,Yaitu:

 Dirancang sesuai dengan kerangka , acuan dan teori yang kuat.


 Disusun korelasi yang jelas antara kebijakan dan implementasi nya.
 Ditetapkan adanya organisasi yang mengkoordinir pelaksanaan kebijakan sehingga proses
implementasi dapat berjalan dengan baik.
2.4 Tahapan dan pendekatan dalam proses pembuatan kebijakan Umum (publik) sehingga
terhindar dari berbagai kasus dan masalah yang akan terjadi di masyarakat.

 Tahapan Proses Penyusunan Agenda Kebijakan

Proses penyusunan agenda kebijakan menurut Anderson, antara lain private problems, public
problems, issues, systemic agenda, dan institusional agenda.Penyusunan agenda kebijakan diawali
dari suatu masalah (problems) yang muncul dimasyarakat. Masalah ini dapat diungkapkan oleh
seseorang sebagai masalah pribadi (private problems). Masalah pribadi merupaka nmasalah-masalah
yang mempunyai akibat terbatas atau hanya menyangkut satu atau sejumlah kecil orang yang terlibat
langsung, kemudian berkembang lebih lanjut menjadi masalah publik (public problems).Masalah
publik diartikan sebagai masalah yang mempunyai akibat yang luas, termasuk akibat-akibat
mengenai orang-orang yang terlibat secara langsung.

 Pendekatan dalam pembuatan kebijakan Umum (publik)

1) Pendekatan Kelompok

Secara garis besar pendekatan ini menyatakan bahwa pembentukan kebijakan publik pada
dasarnya merupakan hasil dari perjuangan antara kumpulan individu-individu yang diikat oleh
tingkah laku atau kepentingan yang sama. Mereka mempertahankan dan membela tujuan-tujuan
kelompok gagal dalam mencapai tujuan-tujuannya melalui tindakan-tindakannya sendiri, maka
kelompok itu biasanya menggunakan politik dan pembentukan kebijakan publik untuk
mempertahankan kepentingan kelompoknya. Berbeda dengan apa yang dimaksud suatu kelompok
potensial, adalah sekumpulan individu-individu dengan perilaku yang sama, berinteraksi membentuk
suatukelompok,jika kelompok-kelompok lain mengancam kepentingan-kepentingan mereka, pada
akhirnya, “social equilibrium” dicapai pada waktu pola-pola interaksi kelompok dikarakteristik oleh
suatu tingkat stabilitas yang tinggi.

2) Pendekatan Proses Fungsional

Harold Lasswell mengemukakan tujuh kategori analisis fungsional yang dapat digunakan sebagai
dasar bagi pembahasan teori fungsional

 Inteligensi: Bagaimana informasi tentang masalah-masalah kebijakan mendapat perhatian


para pembuat keputusan-keptusan kebijakan dikumpulkan dan diproses.
 Rekomendasi: Bagaimana rekomendasi-rekomendasi atau alternatif-alternatif mengatasi
suatu masalah tertentu dibuat dan dikembangkan.
 Preskripsi: Bagaimana peraturan-peraturan umum dipergunakan atau diterapkan oleh siapa?
 Permohonan (invocation): Siapa yang menentukan apakah perilaku tertentu bertentangan
dengan peraturan-peraturan atau undang-undang dan menuntut penggunaan peraturan-
peraturan-peraturan atau undang-undang?
 Aplikasi: Bagaimana undang-undang atau peraturan-peraturan sebenarnya diterapkan atau
diberlakukan?
 Penilaian: Bagaimana pelaksanaan kebijakan, keberhasilan atau kegagalan itu dinilai?
 Terminasi: Bagaimana peraturan-peraturan atau undang-undangsemula dihentikan atau
dilanjutkan dalam bentuk yang berubah atau dimodifikasi?
3) Pendekatan Kelembagaan (Institusionalisme)

Struktur-struktur dan lembaga-lembaga pemerintah telah lama merupakana fokus yang


penting dari ilmu politik. Kajian ilmu politik tradisional memfokuskan studi pada lembaga-lembaga
pemerintah. Dalam pandangan tradisional, kegiatan-kegiatan politik secara umum berpusat di sekitar
lembaga-lembaga pemerintah tertentu, seperti kongsres, kepresidenan, pengadilan, pemerintah
daerah, partai politik, dan sebagainya. Kegiatan individu-individu dan kelompok-kelompok secara
umum diarahkan kepada lembaga-lembaga pemerintah dan kebijakan publik secara otoritatif
ditentukan dan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah.

4) Pendekatan Peran serta Warganegara

Penjelasan pembuatan kebijakan publik ini didasarkan pada pemikiran demokrasi klasik dari
John Locke dan pemikiran John Stuart Mill, yang menekankan pengaruh yang baik dari peran
warganegara dalam perkembangan kebijakan publik. Dengan keikutsertaan warganegara dalam
masalah-masalah masyarakat, maka para warganegara akan memperoleh pengetahuan dan
pemahaman,mengembangkan rasa tanggung jawab sosial yang penuh, dan menjangkau perspektif
mereka di luar batas-batas kehidupan pribadi.

5) Pendekatan Historis/Sejarah

Banyak sarjana kebijakan publik makin meningkatkan perhatian mereka kepada evolusi
kebijakan publik melintasi waktu. Peneliti bisa melakukan penelitian tentang kebijakan-kebijakan
publik dari perspektif lima puluh tahun atau lebih. Dengan demikian, peneliti bisa melihat pola-pola
teertentu dalam bentuk kebijakan publik yang sebelumnya yang tidak dikenali karena analisis
menggunakan kerangka waktu yang pendek (misalnya, analisis lintas sectional atau analisis terbatas
pada kurun waktu satu dekade atau lebih). Hanya dengan meneliti kebijakan-kebijakan publik dari
titik pandang kurun waktu yang panjang analis bisa memeroleh perspektif yang jauh lebih baik
tentang pola-pola yang ada dalam pembuatan kebijakan publik, baik misalnya di negara-negara
maju,seperti Amerika Serikat, maupun negara-negara berkembang, seperti di Indonesia.Dalam kasus
kebijakan publik di Amerika Sertikat misalnya, ada perspektif yang bertentangan mengenai sifat
pembuatan kebijakan publik. Pertama, perspektif yang menjelaskan bahwa pembuatan kebijakan
cenderung mengikuti pola siklus atau pola “zigzag,” dimana kecendrungan-kecenderungan yang lebih
konservatis mengikuti kecenderungan-kecenderungan liberal, dan kemudian pola ini terulang
melintasi waktu. Perspektif ini menyarankan suatu pendekatan reaktif terhadap pembuatan kebijkan
yang repetitif, dan dalam beberapa hal, nonrasional sepanjang waktu. Kedua, perspektif yang
menyarankan suatu penjelasan evolusioner, di mana kebijakan publik merefleksikan pembelajaran
kebijakan, sejalan Amerika berkembang menuju pembuatan kebijakan yang lebih bijak (dan

dengan implikasi lebih rassional).


2.5 upaya pemerintah dalam memaksimalkan penggunaan BPJS oleh masyarakat.

Upaya pemerintah dalam memaksimalkan penggunaan BPJS dalam masyarakat antara lain:

 pemerintah akan menaikkan besaran premi yang harus dibayarkan oleh peserta jaminan.
 Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan agar BPJS Kesehatan memperbaiki manajemen
dengan menerapkan sistem kendali di internal institusi tersebut.
 Pemerintah mengambil kebijakan jangka pendek berupa pemberian suntikan dana yang
berasal dari APBN. Total selama 4 tahun, BPJS Kesehatan telah mendapatkan suntikan dana
tambahan sebesar Rp 15,9 triliun akibat mismatch antara pendapatan dan beban DJS.
 Meningkatkan peran pemerintah daerah (pemda) dengan menerbitkan Peraturan Menteri
Keuangan (Permenkeu) No. 183 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyelesaian Tunggakan Iuran
Jaminan Kesehatan Pemerintah Daerah Melalui Pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau
Dana Bagi Hasil
 Efisiensi dana operasional BPJS Kesehatan. Kebijakan itu digulirkan dengan menerbitkan
Permenkeu No. 209 Tahun 2017 tentang Besaran Presentase Dana Operasional.
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan kesehatan melalui revisi Peraturan Presiden
No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan yang telah diubah beberapa kali, yang
terakhir Perpres No. 28 Tahun 2016.
 Sinergisitas dengan penyelenggara jaminan sosial lainnya seperti BPJS Ketenagakerjaan, PT
Jasa Raharja, PT Taspen, dan PT Asabri. Ketentuan itu akan diatur dalam Permenkeu tentang
Koordinasi Antar Penyelenggara Program Jaminan Sosial
 Perbaikan pengelolaan dana kapitasi dan pemanfaatan sisa dana kapitasi. Mengacu temuan
BPK Mardiasmo menyebut sisa dana kapitasi mencapai Rp3 triliun.
 Mempercepat pencairan dana iuran peserta penerima bantuan iuran (PBI) dengan
menerbitkan Permenkeu No. 10 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan
Pertanggungjawaban Dana Iuran Jaminan Kesehatan PBI.
 Bantuan anggaran untuk penanganan defisit keuangan BPJS Kesehatan. Penanganan defisit
itu diatur lewat Permenkeu No. 113 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan,
dan Pertanggungjawaban Dana Cadangan Program JKN. “Permenkeu ini sudah terbit jumlah
yang akan diberikan Rp4,9 triliun.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakan publik merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang


secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam dan manusia
demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara.
tujuan kebijakan publik adalah menciptakan sejumlah aktivitas pemerintah untuk
memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai
lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Kebijakan publik yang pro publik memiliki kriteria harus melibatkan publik dalam setiap
tahapan penyusunan, realistik, transparan, jelas tolok ukur keberhasilan, jelas target atau
sasaran, jelas dasar hukum, dan antar kebijakan tidak terjadi tumpang tindih atau
bertentangan.
BPJS Kesehatan memberikan jaminan kepada pesertanya dalam bentuk pelayanan
kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai
dengan standar pelayanan medik. Pada BPJS Kesehatan memiliki dua jenis fasilitas kesehatan
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.Fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan ini terdiri dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Dimana
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah tempat pertama yang harus didatangi oleh
peserta BPJS Kesehatan jika ingin berobat, diantaranya yaitu klinik, puskesmas, praktik
dokter, praktik dokter gigi dan rumah sakit kelas D yang setara.
Jika kondisi peserta yang berobat masih berlajut dan butuh penangan lebih lanjut,
maka peserta akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yaitu rumah sakit umum,
rumah sakit khusus maupun klinik spesialis.Kualitas pelayanan pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama BPJS Kesehatan diukur melalui 5 dimensi kualitas jasa (SERVQUAL) yaitu
meliputi tangibles atau wujud nyata, reability atau kehandalan, dan responsiveness atau
kepedulian, assurance atau jaminan, empathy atau perhatian.
Dimana dari hasil pengukuran kualitas jasa pada pelayanan BPJS Kesehatan dapat
disimpulkan bahwa pelayanan BPJS Kesehatan sudah cukup memuaskan pesertanya dengan
bentuk-bentuk pelayanan yang diberikan oleh petugas BPJS Kesehatan baik perawat maupun
dokter yang bertugas. Hal-hal yang membuat peserta puas akan pelayanan BPJS Kesehatan
diantaranya adalah dengan disediakannya fasilitasfasilitas yang baik serta kelengkapan
sarana dan prasarana, menanamkan kepedulian, ketegasan dalam menangani keluhan
peserta, memberikan pelayanan kesehatan dengan cepat tanggap dengan menumbuhkan
rasa percaya peserta terhadap kehandalan petugas serta memberikan jaminan pelayanan
kepada peserta terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh petugas.
3.2 Saran
A. Pemerintah
Perlunya partisipasi pemerintah setempat untuk mendukung dan melakukan sosialisasi
terhadap masyarakat , dan pemahaman tentang kartu BPJS kesehatan. Dan pemerintah
harus melakukan penyuluhan terhadap kesehatan masyarakat karena kesehatan masyarakat
adalah hal yang terpenting dalam pembangunan Kehidupan masyarakat.
Untuk meningkatkan kepuasan peserta, disarankan BPJS Kesehatan dapat
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya yang diwujudkan dengan lima
dimensi kualitas jasa, yaitu tangible, reability, responsiveness, assurance serta empathy.
Diantaranya ialah menyediakan fasilitas-fasilitas yang lebih baik lagi untuk kenyamanan
peserta serta lebih meningkatkan lagi pelayanan yang diberikan oleh petugas yang bertugas
dalam menangani keluhan yang disampaikan peserta BPJS Kesehatan. Sehingga dengan
dipertahankan dan ditingkatkannya pelayanan yang diberikan akan meningkat pula kepuasan
peserta terhadap BPJS Kesehatan.

B. Masyarakat
Masyarakat harus melakukan konsultasi kepada pemerintah setempat terkait apa yang di
alami mengenai kesehatan, dan apabila terjadi ketidaksesuaian terhadap pelayanan
kesehatan maka silakan laporkan kepada pemerintah setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Evi Satispi, M.Si. & Dr. Kurniasih Mufidayaiti , M. Si .(2019). Buku ajar kebijakan Publik.
Umj Press 2019.

Https://www.kompas.id.

Https://www.kemenkopmk.go.id.

Https://jurnal.kpk.go.id.

Https://www.liputan6.com

Https://branly.co.id

Https://Nasional.kompas.com
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puji syukur serta nikmat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya yang melimpah sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Tentang konsep Kebijakaan
Umum Dengan Baik.

makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah pengantar ilmu
politik Fakultas ilmu sosial dan politik Jurusan sosiologi Universitas nusa cendana.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.dan Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca..

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kupang,8 September 2023

penulis
MAKALAH
“KONSEP KEBIJAKAN UMUM”
MAKALAH INI DI SUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
PENGANTAR ILMU POLITIK

OLEH

KELOMPOK 6

KELAS B

1.GREGORIUS LOU (2303030020)

2.PURDENSIA O.MARNANDA (2303030014)

3.FEBRIANA YORLINA SOGE (2303030111)

4.ANDRE A.MIHA RADJA (2303030108)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PRODI SOSIOLOGI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2023/2024
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................

2.1 Pengertian kebijakan umum................................................................................

2.2 Peran pemerintah terhadap masyarakat BPJS .....................................................

2.3 Alasan BPJS mengabaikan kebijakan umun ............................................................

2.4 Tahapan dan pendekatan dalam kebijakan umum........................................................

2.5 Upaya pemerintah memaksimalkan BPJS ..............................................................

BAB III PENUTUP...................................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................................................

3.2 Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai