Anda di halaman 1dari 88

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT DENGAN METODE

WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI UNIT


RAWAT JALAN
LOCUS MEDICAL HUB SURABAYA

PROPOSAL

Disusun Oleh :

ACHMAD SUBAHTIYAR
NIM : 201612040

PROGRAM STUDI MAGISTER (S-2)


ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2024
ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT DENGAN METODE
WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI UNIT
RAWAT JALAN
LOCUS MEDICAL HUB SURABAYA

Telah disetujui sebagai Usulan Penelitian Tesis


Untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Program Pascasarjana

Program Magister
Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

PROGRAM STUDI MAGISTER (S-2)


ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2024
ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT DENGAN METODE
WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI UNIT
RAWAT JALAN
LOCUS MEDICAL HUB SURABAYA

TESIS

Untuk memenuhi persyaratan


mencapai derajat Magister

Program Studi
Magister Administrasi Rumah Sakit

Oleh
Achmad Subahtiyar

PROGRAM STUDI MAGISTER (S-2)


ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Beban Kerja Dan Kebutuhan Tenaga Perawat Dengan Metode

Workload Indicators Of Staffing Need (WISN) Di Unit Rawat Inap Ruangan

Fatimah Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo”. Peneliti menyadari sepenuhnya

bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, SKRIPSI ini tidak dapat

tersusun. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa terima kasih kepada Yang

Terhormat:

1. Fatchur Rochman, dr., Sp. KRK-F selaku Ketua STIKES Yayasan Rumah

Sakit Dr. Soetomo Surabaya.

2. Anif Prasetyorini, SKM., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing/Penguji 2

yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu sehingga

SKRIPSI ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

3. Estiningtyas Nugraheni, SKM., MARS. selaku Dosen Penguji 1 yang telah

memberikan bimbingan serta masukan demi kesempurnaan SKRIPSI ini.

4. Syafi’i, S.Kep.,Ns. selaku pembimbing lapangan di RSU Bunda Sidoarjo

yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan membimbing

selama penelitian di rumah sakit.

5. Lailatul Hidayah, S.Kep.,Ns. selaku Dosen Penguji 3 yang telah

memberikan saran serta masukan dalam memperbaiki laporan SKRPSI ini.

iv
6. Kedua Orang Tua, yang telah memberikan dukungan serta doa sehingga

dapat menyelesaikan SKRIPSI ini dengan lancar.

v
7. Jerremy Dean Hendira, Bramantianna Pratama, Cita Eryana dan semua

teman-teman seperjuangan, yang telah membantu dan melakukan diskusi

bersama untuk pemecahan masalah.

8. Seluruh staf dan dosen pengajar Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit yang

telah memberikan banyak ilmu selama mengikuti perkuliahan.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan baik moril

maupun materil.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan

tambahan pengetahuan, wawasan yang semakin luas bagi pembaca.

Peneliti,

vi
DAFTAR ISI

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

vi
ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

x
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Arti

SDM : Sumber Daya Mamusia


No : Nomor
RSU : Rumah Sakit Umum
WISN : Workload Indicators of Staffing Need Method
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
UU : Undang-undang
KEPMENKES : Keputusan Menteri Kesehatan
MENKES : Menteri Kesehatan

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang Undang No. 44 tahun 2009 dinyatakan bahwa

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan

paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Selain itu, Klinik membutuhkan tenaga sumber daya

manusia yang memiliki pengetahuan yang baik sebagai tenaga medis yang

diharapkan mampu menangani berbagai masalah yang dihadapi. Selain

peralatan yang modern, klinik sebagai tempat pelayanan publik dalam

melayani masyarakat, juga sebaiknya ditunjang dengan ketersediaan sumber

daya manusia yang baik. Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan adalah

semua orang yang kegiatan pokoknya ditujukan untuk meningkatkan

kesehatan. Mereka terdiri atas orang-orang yang memberikan pelayanan

kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker, teknisi laboratorim, manajemen

dan tenaga pendukung lainnya (WHO, 2006).

Pada era yang kompetitif seperti sekarang ini, rumah sakit selalu

berusaha untuk mencari cara meningkatkan kemampuan sumber daya

manusia (SDM). Salah satu fenomena yang banyak dihadapi oleh suatu rumah

sakit saat ini yaitu stress kerja yang dialami oleh SDM akibat beban kerja

yang berlebihan. Stres kerja akan menyebabkan SDM meninggalkan

pekerjaannya (Qureshi, 2013). Salah satu upaya penting lainnya untuk

mengatasi masalah tersebut adalah

1
2

kemampuan manajer klinik untuk merencanakan kebutuhan SDM secara

tepat sesuai dengan kebutuhan, fungsi pelayanan setiap unit, bagian dan

instalasi klinik. Pengetahuan dan keterampilan dalam merencanakan

kebutuhan SDM rumah sakit merupakan kompetensi yang harus dimiliki

setiap pimpinan disetiap level manajemen rumah sakit (Nuryanto, 2005).

Suwatno (2011) menyatakan bahwa beban kerja merupakan sejumlah

kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang

jabatan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik

analisis beban kerja, atau teknik manajemen lainnya dalam jangka waktu

tertentu untuk mendapatkan informasi tentang efesiensi dan efektivitas kerja

suatu unit organisasi. Oleh karena itu, beban kerja sumber daya manusia juga

salah satu yang harus diperhatikan oleh setiap instansi karena juga dapat

berpengaruh dengan peningkatan produktifitas kerja. Dengan demikian,

perlunya analisis beban kerja untuk mengetahui seberapa besar beban kerja

SDM sehingga dapat diambil tindak lanjut jika hasil analisis beban kerja

kurang sesuai kondisi yang ada saat ini.

Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dalam

menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki

keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Bentuk asuhan keperawatan ini

sendiri merupakan suatu proses dalam praktek keperawatan yang langsung

diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dengan

menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar

keperawatan, dilandasi etik keperawatan dalam lingkup wewenang serta


3

tanggung jawab keperawatan (Hidayat, 2008). Oleh karenanya SDM

keperawatan merupakan salah satu SDM yang memegang peranan penting

dalam pelayanan di rumah sakit. Perawat merupakan tenaga kesehatan di

rumah sakit yang memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien selama

24 jam.

Salah satu aspek penting untuk mencapai pelayanan keperawatan yang

bermutu adalah tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi

dan kebutuhan baik kuantitas maupun kualitasnya. Perawatan pasien di ruang

perawatan membutuhkan perawat yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan untuk menerapkan proses keperawatan dengan menggunakan

cara berfikir kritis, memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien,

melakukan koordinasi pelayanan kesehatan dan membuat perencanaan

pulang, dan melaksanakan berbagai jenis terapi (Perry & Potter,2009). Beban

kerja perawat yang tinggi akibat kurangnya jumlah tenaga perawat akan

berdampak pada penurunan produktifitas kerja perawat yang dapat

mempengaruhi pelayanan kepada pasien.

Klinik Locus Medical Hub merupakan salah satu unit usaha dibawah PT.

Permata Bunda Bersama (PBB). PT. PBB didirikan oleh Drs. Arief Djulianto,

MBA pada tahun 2010. Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo yang bertipe C

mempunyai visi yaitu menjadi rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan secara tepat guna dan inovatif yang di dukung oleh sumber daya

insani yang berahklak menuju pelayanan kesehatan berbasis syariah. Rumah

Sakit Umum Bunda juga mempunyai misi yaitu memberikan


4

pelayanan kesehatan yang bermutu berorientasi pada keamanan dan

kenyamanan berlandasan akhlakul karimah dengan biaya terjangkau

mengembangkan sumber daya insani yang fathonah, amanah, siddhiq, dan

tabligh. Maka dari itu Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo harus memberikan

pelayanan kesehatan yang berkualitas agar dapat meningkatkan kepuasan

pasien sehingga pasien loyal terhadap Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.

Berikut ini adalah data jumlah kunjungan pasien rawat inap per tahun

dari tahun 2017, 2018, 2019 :

Tabel 1.1 Data Kunjungan Pasien Rawat Inap Di RSU Bunda Sidoarjo Tahun
2017 Sampai 2019
NO KETERANGAN TAHUN TAHUN TAHUN TOTAL
2017 2018 2019
1 Rawat Inap 2.470 4.028 7.250 13.748
Sumber : RSU Bunda Sidoarjo
Dari data tabel 1.1 tersebut dapat di ketahui bahwa jumlah kunjungan

pasien rawat inap dari tahun 2017 sampai tahun 2019 mengalami peningkatan

dari tahun 2017 ke 2018 meningkat sebesar 63,08% lalu untuk tahun 2018 ke

2019 meningkat sebesar 79,99% menyebabkan semakin berat beban kerja

petugas kesehatan, salah satunya adalah perawat. Beban kerja perawat

merupakan seluruh aktivitas yang dilakukan perawat selama bertugas, baik

langsung maupun tidak langsung (kegiatan produktif) dalam memberikan

pelayanan kepada pasien. Beban kerja perawat pelaksana dapat diketahui

dengan membandingkan antara kegiatan produktif dengan kegiatan non

produktif (kegiatan pribadi ataupun kegiatan lainnya yang tidak ada kaitannya

dengan tugas perawat) (Ilyas,2013). Beban kerja penting diketahui dalam


5

mengevaluasi kebutuhan tenaga perawat di ruang rawat inap rumah sakit,

serta sebagai dasar untuk menentukan kapasitas kerja perawat agar terdapat

keseimbangan antara tenaga perawat dan beban kerja (Robot, 2009).

Tabel 1.2 Data Kunjungan Pasien Rawat Inap Per Ruangan Di RSU Bunda
Sidoarjo Tahun 2019
NO Ruangan Rawat Inap Jumlah Pasien
1 Fatimah 3.041
2 Khotijah 2.401
3 Aisyah 1.358
4 NICU 434
5 ICU 16
Sumber : RSU Bunda Sidoarjo
Dari data tabel 1.2 tersebut dapat di ketahui bahwa jumlah pasien rawat

inap pada tahun 2019 terbanyak berada di ruangan Fatimah sebesar 3041

pasien.

Tabel 1.3 Data BOR Perruangan Di IRNA Rumah Sakit Umum Bunda
Sidoarjo Tahun 2019
Ruangan Rawat Inap BOR
Fatimah 83,81%
Khotijah 64,30%
Aisyah 114,85%
NICU 34,01%
ICU 1,64%
Sumber : RSU Bunda Sidoarjo
Dari data tabel 1.3 tersebut dapat di ketahui bahwa untuk BOR di

ruangan Fatimah sebesar 83,81% , ruangan Khotijah sebesar 64,30% kedua

ruangan tersebut sudah sesuai standar yang menurut depkes yaitu nilai BOR

yang ideal adalah 60-85%.


6

Tabel 1.4 Jumlah Tempat Tidur dan Jumlah SDM di IRNA Rumah Sakit
Umum Bunda Sidoarjo Tahun 2020

No Ruangan Tempat Tidur Jumlah SDM


1 Fatimah 32 15
2 Khotijah 22 13
3 Aisyah 13 11
4 NICU 10 9
5 ICU 4 12
Sumber : RSU Bunda Sidoarjo
Dari data tabel 1.4 tersebut dapat di ketahui bahwa Rumah Sakit Umum

Bunda Sidoarjo memiliki fasilitas rawat inap sebanyak 5 unit yaitu ruangan

Fatimah yang memiliki jumlah tempat tidur 32 dan jumlah perawat sebanyak

15 perawat, ruangan Aisyah yang memiliki jumlah tempat tidur 13 dan

jumlah perawat sebanyak 11 perawat, ruangan Khotijah yang memiliki

jumlah tempat tidur 22 dan jumlah bidan sebanyak 13 bidan, ruangan NICU

yang memiliki tempat tidur 10 dan jumlah perawat sebanyak 8 perawat dan 1

bidan, ruangan ICU yang memiliki jumlah tempat tidur 4 dan jumlah perawat

sebanyak 12 perawat. Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo sebelumnya untuk

menentukan kebutuhan SDM perawat menggunakan acuan dari Peraturan

Menteri Kesehatan No 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit. Peraturan tersebut berbunyi untuk rumah sakit kelas C maka

kebutuhan SDM perawat 2:3 dari jumlah tempat tidur. Tetapi untuk sekarang

peraturan tersebut sudah tidak berlaku lagi, jadi Rumah Sakit Umum Bunda

Sidoarjo harus memperbarui tentang cara menentuhkan kebutuhan SDM

perawat agar kinerja perawat bisa optimal.


7

Berdasarkan uraian diatas yang sudah dijelaskan, maka peneliti akan

mengambil temuan masalah penelitian tentang jumlah tenaga perawat

ruangan Fatimah yang belum seimbang dengan beban kerja di RSU Bunda

Sidoarjo. Berdasarkan data kunjungan pasien rawat inap dalam 3 tahun

terakhir (2017- 2019) mengalami peningkatan dari tahun 2017 ke 2018

meningkat sebesar 63,08% lalu untuk tahun 2018 ke 2019 meningkat sebesar

79,99% dan berdasarkan data kunjungan pasien rawat inap per ruangan pada

tahun 2019, ruangan Fatimah memiliki jumlah pasien terbanyak dari ruangan

rawat inap yang lainnya sebanyak 3041 pasien, untuk perbandingan SDM

dengan tempat tidur ruangan Fatimah belum sesuai dengan standartnya yaitu

2:3. Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan jumlah

tenaga berdasarkan kebutuhan adalah metode Workload Indicators of Staffing

Need (WISN). Metode ini merupakan salah satu metode yang dianjurkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Kepmenkes Nomor

81/MENKES/I/2004.

Dengan diketahuinya jumlah perawat yang tepat di unit rawat inap

ruangan Fatimah RSU Bunda Sidoarjo, maka unit rawat inap ruangan

Fatimah RSU Bunda Sidoarjo diharapkan dapat mengoptimalkan kerja unit

yang dapat mendukung kemajuan RSU Bunda Sidoarjo dalam hal pelayanan

di rumah sakit. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis memutuskan

untuk melakukan penelitian mengenai analisis beban kerja dan kebutuhan

tenaga perawat dengan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN)

di unit rawat inap ruangan Fatimah Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.
8

1.2 Kajian Masalah

Berdasarkan informasi awal yang telah dibahas didapat masalah

mengenai meningkatnya beban kerja perawat dikarenakan jumlah kunjungan

rawat inap mengalami peningkatan jumlah kunjungan dari tahun 2017-2019

dan jumlah SDM yang belum sesuai target. Kajian masalah yang dibuat oleh

peneliti adalah sebagai berikut.

1. Individu
a. Jenis kelamin
b. Umur
c. Pelatihan
d. Kompetensi

2. Organisasi Meningkatnya
a. Manajemen Peningkatan jumlah Beban kerja
b. SOP kunjungan dari Perawat di
c. Kebijakan tahun 2017-2019 Ruangan
d. Anggaran Fatimah

3. Lingkungan
a. Rumah Sakit
Pesaing
b. Akses

Gambar 1.1 Identifikasi Penyebab Masalah

Berdasarkan Gambar 1.1 bahwa identifikasi penyebab masalah yang

mempengaruhi kinerja perawat antara lain:

1. Individu

a. Jenis kelamin

Intensitas pekerjaan yang dilakukan laki-laki dan perempuan tentunya

berbeda. Laki-laki cenderung sanggup mengerjakan pekerjaan yang

lebih berat dibandingkan perempuan.


9

b. Umur

Semakin bertambah usia, maka semakin bertambah beban kerja fisik

yang diterima oleh seseorang sehingga mengakibatkan dirasakannya

kesulitan ketika melakukan pekerjaan tersebut.

c. Pelatihan

Jika pelatihan kerja yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, maka

kinerja karyawan akan mengalami peningkatan sehingga dikatan

pelatihan kerja memiliki pengaruh yang positif pada kinerja karyawan

(Pribadi 2013 : 2).

d. Kompetensi

Menurut Undang Undang No.13 Tahun 2003 adalah kemampuan kerja

setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan

sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2. Organisasi

a. Manjemen

Suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua

sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (James A.F. Stoner

2006).

b. SOP

Dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara

kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk


10

mendapatkan hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan

biaya yang serendah-rendahnya.

c. Kebijakan

Aturan tertulis yang merupakan suatu keputusan formal organisasi,

yang mempunyai sifat yang mengikat, yang mengatur perilaku dengan

tujuan untuk dapat menciptakan tatanilai baru dalam masyarakat

(William Dun 1999).

d. Anggaran

Rencana terperinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya

keuangan dan sumber daya lainnya selama suatu periode waktu

tertentu (Garrison, Norren and Brewer 2007:4).

3. Lingkungan

a. Rumah sakit pesaing

Persaingan antar rumah sakit sangat ketat sehingga persaingan sangat

mengandalkan pada kualitas layanan, biaya perawatan dan tenaga

medis yang terdapat didalamnya.

b. Akses

Akses kerumah sakit tidak terhalang oleh keadaan geografis seperti

lama perjalanan, jarak dan mudah dijangkau.


11

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berapa jumlah kebutuhan perawat di unit rawat inap ruangan Fatimah Rumah

Sakit Umum Bunda Sidoarjo?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan analisis kebutuhan tenaga kerja menggunakan metode

Workload Indicators of Staffing Need Method (WISN) di unit rawat inap

ruangan Fatimah di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi waktu kerja tersedia di unit rawat inap ruangan Fatimah

di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.

2. Mengidentifikasi unit kerja dan kategori sumber daya manusia di unit

rawat inap ruangan Fatimah di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.

3. Mengidentifikasi demografi sumber daya manusia di unit rawat inap

ruangan Fatimah di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.

4. Mengidentifikasi standar beban kerja di unit rawat inap ruangan Fatimah

di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.

5. Mengidentifikasi standar kelonggaran tenaga di unit rawat inap ruangan

Fatimah di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.

6. Menghitung kebutuhan jumlah tenaga di unit rawat inap ruangan Fatimah

di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.


12

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan peneliti tentang analisa beban kerja dalam

penelitian.

2. Peneliti dapat memahami permasalahan yang ada di rumah sakit dan

mengetahui bagaimana cara mendapatkan solusinya.

1.5.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo

Mendapatkan saran dan masukan dari penelitian ini dalam rangka

sebagai pertimbangan dalam merencanakan kebutuhan tenaga di unit rawat

inap ruangan Fatimah di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo.

1.5.3 Manfaat Bagi STIKES Yayasan Rumah Sakit Dr. Soetomo

Sebagai referensi untuk mahasiswa STIKES Yayasan Rumah Sakit Dr.

Soetomo khususnya penelitian – penelitian selanjutnya


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut UU No. 44 tahun 2009 dinyatakan bahwa rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan dan gawat darurat.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Depkes

RI, 2016).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap

kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit, dan memulihkan kesehatan. Pelayanan kesehatan paripurna adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

13
14

Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi antara lain:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan Standar Pelayanan Rumah Sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis. Yang dimaksud dengan pelayanan

kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan

perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan

dan teknologi kesehatan spesialistik. Sedangkan pelayanan

kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan

perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan

dan teknologi kesehatan subspesialistik.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan. Penapisan teknologi dimaksudkan dalam rangka

perlindungan terhadap keamanan dan keselamatan pasien.

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Menurut Kasmir (2016), manajemen sumber daya manusia adalah proses

pengelolaan manusia, melalui perencanaan, rekruitmen, seleksi, pelatihan,


15

pengembangan, pemberian kompensasi, karier, keselamatan dan kesehatan

serta menjaga hubungan industrial sampai pemutusan hubungan kerja guna

mencapai tujuan perusahaan dan peningkatan kesejahteraan stackholder.

Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peranan sentral dalam suatu

organisasi. Tanpa SDM yang profesional, sasaran kerja tidak dapat dicapai

walaupun alat kerjanya canggih (Darsono, 2011). Manajemen SDM

merupakan salah satu departemen yang memiliki tugas paling rumit dan

menantang. Manajer SDM harus mampu menyediakan angkatan tenaga kerja

yang efektif bagi perusahaan sekaligus memberikan harapan serta perhatian

yang besar kepada para karyawan (Suhendra, 2006).

Menurut Ilyas (2013), secara konseptual SDM merupakan mahluk yang

unik dan mempunyai karakteristik yang multi kompleks, dan hal ini dapat

dilihat dari berbagai aspek yaitu :

1. SDM adalah komponen kritis

Tingkat manfaat sumber daya lainnya tergantung kepada

bagaimana kita memanfaatkan SDM. Makin tinggi tingkat

pemanfaatan SDM makin tinggi hasil guna sumber daya lainnya.

Hal ini berarti , tidak ada artinya capital resources atau sumber

daya lain, tanpa SDM yang berkualitas. SDM yang mempunyai

pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang pas dengan

kebutuhan organisasi sangatlah esensial.


16

2. SDM tidak instan

Kebutuhan akan SDM yang handal dan berkualitas tidak bisa

diperoleh dengan seketika. Kita perlu melakukan perencanaan

dengan seksama agar bisa mendapatkan orang yang berkualitas

sesuai dengan kebutuhan organisasi kita. Dengan demikian, SDM

harus dipersiapkan dan direncanakan jauh hari sebelum waktunya

dibutuhkan. Perencanaan kebutuhan SDM yang baik perlu

dilakukan untuk jangka panjang. Disamping itu, SDM yang ada

perlu diberikan kesempatan pelatihan dan pendidikan sesuai

dengan kebutuhan kerja dan minat mereka. Semua itu

membutuhkan waktu yang panjang dan biaya investasi yang tidak

sedikit.

3. SDM tidak dapat di stock

Kita harus mengembangkan tenaga kesehatan yang dibutuhkan

sekarang untuk kebutuhan dimasa depan. Dengan demikian kita

tidak dapat membuat stock SDM sebagaimana dapat kita lakukan

pada barang atau suplai. Oleh sebab itu, kebutuhan personil harus

direncanakan kemudian dilakukan rekruitmen, seleksi dan

pendayagunaan personil sesuai dengan waktu yang dibutuhkan

organisasi. Kalau organisasi membutuhkan tenaga ahli tertentu,

pada moment tertentu mesti direncanakan dengan baik.

4. SDM adalah subjek yang dapat Obsolete

SDM bisa menjadi usang, dimana pengetahuan dan

keterampilannya tidak berkembang sehingga ketinggalan zaman.

Perlu adanya upaya


17

pendidikan dan pelatihan lanjutan dalam rangka mencegah SDM

menjadi usang.

2.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

Menurut Kepmenkes RI Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang

Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di

Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit menyatakan bahwa

SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang

bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan

formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Sedangkan tenaga kesehatan

adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.

Yang dimaksud dengan tenaga di RS berdasarkan jenis pekerjaannya

adalah tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga penunjang medis, dan staf

administrasi. Pekerjaan di Rumah Sakit juga ada beberapa jenis yaitu

pekerjaan yang berisiko tinggi (efek radiasi di instalasi Radiologi), pekerjaan

yang terus- menerus harus dilaksanakan selama 24 jam yaitu IGD, Unit

Perawatan dan sebagainya. Jenis tenaga dan sifat pekerjaan ini merupakan

variabel penting untuk merencanakan kebutuhan tenaga di sebuah RS.

(Muninjaya, 2004).
18

2.3.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Malayu S.P Hasibuan (2016:21) fungsi manajemen sumber

daya manusia terdiri dari beberapa fungsi, diantaranya yaitu :

1. Perencanaan

Pada tahap awal fungsi manajemen sumber daya manusia adalah

melaksanakan perencanaan mengenai sumber daya manusia

(pekerja/karyawan). Merencanakan tenaga kerja yang dibutuhkan

atau karyawan perlu diperhatikan agar sesuai dengan spesialisasi

yang diperlukan oleh perusahaan. Perencanaan sumber daya

manusia juga diperlukan supaya proses pencapaian tujuan

perusahaan dilaksanaan secara efektif dan efisien.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua

karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,

delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan

organisasi (organization chart).

3. Pengarahan

Pengarahan terhadap karyawan dilakukan dengan tujuan agar

semua karyawan mau bekerjasama dalam proses penapaian tujuan

organisasi/perusahaan bersamaan dengan tujuan tiap karyawan.

4. Pengendalian

Aktivitas untuk mengontrol atau mengawasi tiap kinerja dari setiap

karyawan maupun manajer untuk tetap berjalan pada kebijakan


19

perusahaan pada pencapaian tujuan. Kegiatan pengendalian

memiliki tujuan untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan.

5. Pengadaan

Proses pengadaan merupakan proses penarikan, seleksi,

penempatan, orientasi dan induksi untuk memperoleh sumber daya

manusia berupa karyawan yang sesuai dengan klasifikasi yang

diperlukan oleh perusahaan.

6. Pengembangan

Pengembangan adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan teoritis, teknis, membuat konsep serta sikap

pekerja dengan program pendidikan dan pelatihan yang diadakan

oleh perusahaan.

7. Kompensasi

Kompensasi merupakan pemberian balas jasa langsung (direct) dan

tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan

sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Balas jasa

dapat berupa bonus, kenaikan gaji maupun promosi jabatan. Fungsi

manajemen sumber daya manusia yang satu ini dapat dijadikan

motivasi untuk menaikkan kinerja karyawan.

8. Pengintegrasian

Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan

perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang

serasi dan saling menguntungkan.


20

9. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memlihara atau meningkatkan

kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, supaya mereka

nyaman bekerja sama dalam jangka waktu yang lama dalam

pencapaian tujuan organisasi.

10. Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci

terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud

tujuan yang maksimal.

11. Pemberhentian

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari

perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan

karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun,

dan sebab-sebab lainnya.

2.4 Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit

Untuk perencanaan SDM sebuah rumah sakit, Ilyas (2011)

mengemukakan bahwa perencanaan SDM adalah proses estimasi terhadap

jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan, dan perilaku yang

dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dalam buku

Perencanaan SDM Rumah Sakit, Ilyas (2011) mengungkapkan bahwa ada

beberapa hal yang membuat rumah sakit perlu melakukan perencanaan antara

lain karena produk RS adalah jasa, RS bersifat padat karya, market tenaga

rumah sakit belum terbentuk, dan adanya keuntungan kompetitif.


21

Perencanaan sumber daya manusia rumah sakit seharusnya berdasarkan

fungsi dan beban kerja pelayanan kesehatan yang akan dihadapi di masa

depan, yang dimaksudkan agar fungsi rumah sakit dapat berjalan dengan

baik.

2.5 Perawat

2.5.1 Definisi Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin, yaitu kata Nutrix yang

berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah orang yang telah lulus

pendidikan keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai

ketentuan perundang undangan yang berlaku (Republik Indonesia Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2001). Menurut Wardah, Febrina,

Dewi (2017) berpendapat bahwa perawat adalah tenaga yang bekerja secara

professional memiliki kemampuan, kewenangan dan bertanggung jawab

dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Harlley (1997) menjelaskan

pengertian dasar seorang perawat, yaitu seseorang yang berperan dalam

merawat atau memelihara, membantu, dan melindungi seseorang dari sakit,

injuri, serta proses penuaan. Perawat profesional adalah perawat yang

bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan

keperawatan secara mandiri dan/atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 2002).

2.5.2 Peran Perawat

Dalam melaksanakan keperawatan, menurut Hidayat (2012) perawat

mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat sebagai berikut:


22

1. Pemberian perawatan (Care Giver)

Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan,

sebagai perawat, pemberian pelayanan keperawatan dapat

dilakukan dengan memenuhi kebutuhan asah, asih dan asuh.

Contoh pemberian asuhan keperawatan meliputi tindakan yang

membantu klien secara fisik maupun psikologis sambil tetap

memelihara martabat klien. Tindakan keperawatan yang

dibutuhkan dapat berupa asuhan total, asuhan parsial bagi pasien

dengan tingkat ketergantungan sebagian dan perawatan suportif-

edukatif untuk membantu klien mencapai kemungkinan tingkat

kesehatan dan kesejahteraan tertinggi. Perencanaan keperawatan

yang efektif pada pasien yang dirawat haruslah berdasarkan pada

identifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.

2. Sebagai advokat keluarga

Selain melakukan tugas utama dalam merawat, perawat juga

mampu sebagai advokat keluarga sebagai pembela keluarga dalam

beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien.

Dalam peran ini, perawat dapat mewakili kebutuhan dan harapan

klien kepada profesional kesehatan lain, seperti menyampaikan

keinginan klien mengenai informasi tentang penyakitnya yang

diketahui oleh dokter. Perawat juga membantu klien mendapatkan

hak-haknya dan membantu pasien menyampaikan keinginan.


23

3. Pencegahan penyakit

Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan

keperawatan sehingga setiap dalam melakukan asuhan keperawatan

harus selalu mengutamakan tindakan pencegahan terhadap

timbulnya masalah baru sebagai dampak dari penyakit atau

masalah yang diderita. Salah satu contoh yang paling signifikan

yaitu keamanan, karena setiap kelompok usia beresiko mengalami

tipe cedera tertentu, penyuluhan preventif dapat membantu

pencegahan banyak cedera, sehingga secara bermakna menurunkan

tingkat kecacatan permanen dan mortalitas akibat cidera pada

pasien (Wong, 2009).

4. Pendidik

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat

harus mampu berperan sebagai pendidik, sebab beberapa pesan dan

cara mengubah perilaku pada pasien atau keluarga harus selalu

dilakukan dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam

keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan pasien tidak lagi

mengalami gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku

yang tidak sehat. Contoh dari peran perawat sebagai pendidik yaitu

keseluruhan tujuan penyuluhan pasien dan keluarga adalah untuk

meminimalkan stres pasien dan keluarga, mengajarkan mereka

tentang terapi dan asuhan keperawatan di rumah sakit, dan

memastikan keluarga dapat


24

memberikan asuhan yang sesuai di rumah saat pulang (Kyle &

Carman, 2015).

5. Konseling

Konseling merupakan upaya perawat dalam melaksanakan

perannya dengan memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap

masalah yang dialami oleh pasien maupun keluarga, berbagai

masalah tersebut diharapkan mampu diatasi dengan cepat dan

diharapkan pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga

maupun pasien itu sendiri. Konseling melibatkan pemberian

dukungan emosi, intelektual dan psikologis. Dalam hal ini perawat

memberikan konsultasi terutama kepada individu sehat dengan

kesulitan penyesuaian diri yang normal dan fokus dalam membuat

individu tersebut untuk mengembangkan sikap, perasaan dan

perilaku baru dengan cara mendorong klien untuk mencari perilaku

alternatif, mengenai pilihan-pilihan yang tersedia dan

mengembangkan rasa pengendalian diri.

6. Kolaborasi

Kolaborasi merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan

tindakan yang akan dilaksanakan oleh perawat dengan tim

kesehatan lain. Pelayanan keperawatan pasien tidak dilaksanakan

secara mandiri oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim

kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog dan lain-lain,

mengingat pasien
25

merupakan individu yang kompleks atau yang membutuhkan

perhatian dalam perkembangan (Hidayat, 2012).

7. Pengambilan keputusan etik

Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang

sangat penting sebab perawat selalu berhubungan dengan pasien

kurang lebih 24 jam selalu disamping pasien, maka peran

perawatan sebagai pengambil keputusan etik dapat dilakukan oleh

perawat, seperti akan melakukan tindakan pelayanan keperawatan

(Wong, 2009).

8. Peneliti

Peran perawat ini sangat penting yang harus dimiliki oleh semua

perawat pasien. Sebagai peneliti perawat harus melakukan kajian-

kajian keperawatan pasien, yang dapat dikembangkan untuk

perkembangan teknologi keperawatan. Peran perawat sebagai

peneliti dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan pasien (Hidayat, 2012).

Menurut Puspitasari (2014) peran perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif sebagai upaya memberikan kenyamanan

dan kepuasan pada pasien, meliputi:

1. Caring, merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai

orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-

kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir dan

bertindak.
26

2. Sharing, artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu

atau berdiskusi dengan pasiennya.

3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang

perawat untuk meningkatkan rasa nyaman pasien.

4. Crying, artinya perawat dapat menerima respon emosional baik

dari pasien maupun perawat lain sebagai suatu hal yang biasa disaat

senang ataupun duka.

5. Touching, artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis

merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna.

6. Helping, artinya perawat siap membantu dengan asuhan

keperawatannya.

7. Believing in others, artinya perawat meyakini bahwa orang lain

memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat

kesehatannya.

8. Learning, artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri

dan keterampilannya.

9. Respecting, artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan

terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan pasien kepada

yang tidak berhak mengetahuinya.

10. Listening, artinya mau mendengar keluhan pasiennya.

11. Feeling, artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan

memahami perasaan duka, senang, frustasi dan rasa puas pasien.


27

2.6 Beban Kerja

Menurut Tarwaka (2010) beban kerja dapat didefinisikan sebagai suatu

perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan

pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat pekerjaan manusia bersifat mental

dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang

berbeda-beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan

pemakaian energi yang berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya

intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan

kejenuhan atau understress. Beban kerja adalah kuantitas atau banyaknya

jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan yang

profesional dalam waktu satu tahun dalam satu sarana pelayanan kesehatan

(Depkes RI, 2004). Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani tenaga

kerja, baik secara fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaan.

Kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak

mendukung secara fisik atau non fisik (Depkes RI, 2007).

2.7 Analisis Beban Kerja

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

KEP/75/M.PAN/7/2004, Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau

target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu. Sedangkan

standar beban kerja menurut Kepmenkes RI Nomor 81/MENKES/SK/I/2004

tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit adalah banyaknya

satu
28

satuan waktu (atau angka) yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan

pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesinya.

Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan

kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi

dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu. Beban kerja dapat dilihat

dari aktivitas atau kegiatan yang dilakukan staf pada waktu kerja baik

kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan

pribadi dan kegiatan yang tidak produktif. Ilyas (2011) dalam Meidiawati

(2012).

Beban kerja yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya komunikasi yang

buruk antar perawat dengan pasien, kegagalan kolaborasi antara perawat dan

dokter, keluarnya perawat dan ketidakpuasan kerja perawat. Untuk

memperkirakan beban kerja perawat pada sebuah unit, manajer harus

mengumpulkan data tentang: jumlah pasien yang masuk pada unit itu setiap

hari/bulan/ tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien di unit tersebut,

rata- rata hari perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan pasien, frekuensi

masing- masing tindakan keperawatan yang dilakukan, rata-rata waktu yang

dibutuhkan untuk memberi tindakan keperawatan (Gillies, 1994). Pendekatan

berdasarkan sistem klasifikasi pasien ini menghasilkan perhitungan beban

kerja yang lebih akurat karena pasien telah dikelompokkan sesuai tingkat

ketergantungan, tingkat kesulitan, serta kemampuan yang diperlukan untuk

memberikan perawatan.
29

Menurut Ilyas (2004) aktivitas sumber daya manusia kesehatan dalam

penggunaan waktu kerjanya dapat diamati dan dibedakan menjadi 4 macam

jenis aktivitas, yaitu:

1. Kegiatan Keperawatan Langsung

Kegiatan keperawatan langsung (Direct Care) adalah kegiatan yang

difokuskan pada pasien dan keluarganya, meliputi: komunikasi

dengan pasien dan keluarganya, pemeriksaan kondisi pasien,

mengukur tanda- tanda vital, tindakan atau prosedur keperawatan dan

pengobatan, nutrisi dan eliminasi, kebersihan pasien, mobilisasi,

transfusi, serah terima pasien, pengambilan spesimen untuk

pemeriksaan laboratorium.

2. Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung

Tindakan yang tidak langsung pada pasien tetapi berhubungan dengan

persiapan atau kegiatan untuk melengkapi asuhan keperawatan

seperti: persiapan atau kegiatan untuk melengkapi asuhan

keperawatan seperti: mendokumentasikan hasil pengkajian, membuat

diagnosa keperawatan, menyusun intervensi, mendokumentasikan

tindakan keperawatan yang telah dilakukan, mendokumentasikan

hasil evaluasi keperawatan, melakukan kolaborasi dengan dokter

tentang program terapi/visite, mempersiapkan status pasien,

mempersiapkan formulir untuk pemeriksaan laboratorium/radiologi,

mempersiapkan alat untuk pelaksaaan tindakan

keperawatan/pemeriksaan atau tindakan khusus, merapikan ligkungan

pasien, menyiapkan/memeriksa alat dan obat emergensi, melakukan

koordinasi/konsultasi dengan tim kesehatan


30

lainnya, mengadakan/mengikuti pre dan post konferens, mengikuti

ronde keperawatan/tim medis, mengikuti diskusi

keperawatan/kegiatan ilmiah keperawatan dan medis, memberikan

bimbingan dalam pelaksaaan tindakan keperawatan, melakukan

komunikasi tentang obat pasien dengan pihak farmasi,

mengirim/menerima berita pasien melalui telepon dan membaca

status pasien.

3. Kegiatan Pribadi Perawat

Kegiatan untuk memenuhi keperluan perawat seperti: sholat, makan,

minum, kebersihan diri, duduk di nurse station, ganti pakaian dan ke

toilet.

4. Kegiatan Non Produktif

Kegiatan non produktif adalah kegiatan yang tidak terkait dengan

tugas dan tanggung jawab sebagai perawat, merupakan kegiatan

pribadi misalnya: nonton televisi, baca koran, mengobrol, telepon

urusan pribadi, pergi keluar ruangan/pergi untuk keperluan pribadi

atau keluarga, datang terlambat dan pulang lebih awal dari jadwal.

Dalam perhitungan beban kerja Ilyas (2011) dalam Meidiawati (2012)

menyebutkan ada 3 cara yang dapat digunakan, yaitu :

1. Work Sampling

Work Sampling adalah pengukuran kegiatan kerja dari karyawan

dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan, dimana jumlah

sampel pengamatann kegiatan dilakukan secara acak (Barnes, 1980).

Pada metode ini yang menjadi fokus pengamatan adalah apa yang
31

dilakukan responden pada waktu tertentu dan apa kegiatannya. Dalam

(Barnes, 1980) menyebutkan tiga kegunaan utama dari work

sampling, yaitu :

1) Activity and Delay Sampling

Mengukur proporsi kegiatan aktifitas dan tidak melakukan

aktifitas seorang pegawai.

2) Performance Sampling

Mengukur waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu

yang tidak digunakan untuk bekerja seorang pegawai

berdasarkan uraian tugasnya dan dapat sekaligus untuk

mengukur produktifitasnya.

3) Work Measurement

Menetapkan standar waktu dari suatu kegiatan.

Hal-hal yang dapat diamati dengan work sampling Ilyas (2011) dalam

Meidiawati (2012):

1) Aktivitas apa yang sedang dilakukan pegawai pada waktu jam

kerja.

2) Apakah aktivitas pegawai berkaitan dengan fungsi dan

tugasnya pada waktu jam kerja.

3) Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif

atau tidak produktif.

4) Pola beban kerja pegawai dikaitkan dengan waktu, jadwal jam

kerja.
32

2. Time and Motion Study

Pada time and motion study pengamat melakukan pengamatan dan

mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh

pegawai yang sedang diamati. Pada teknik ini yang dihasilkan tidak

hanya berupa beban kerja tapi juga kualitas kerja pegawai Ilyas

(2011) dalam Meidiawati (2012).

Pada metode ini dilakukan pengamatan secara terus-menerus sampai

pekerjaan selesai dan sampai selesainya jam kerja pada hari itu.

Pengamatan dilakukan terhadap setiap jenis tugas dilakukan dan

lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Kegiatan

ini dilakukan pengulangan pada keesokan harinya. Time ad motion

study sulit dilakukan, berat dan mahal sehingga jarang dilakukan. Bias

dapat terjadi karena objek yang diamati akan berperilaku lebih baik

dalam pekerjaannya. Bias diperkecil dengan melakukan pengamatan

lebih lama dan atau pengamatan dilakukan secara acak sehingga objek

tidak merasa diamati.

3. Daily Log

Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling, dimana

orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang

digunakan untuk penelitian tersebut. Penggunaan teknik ini sangat

bergantung terhadap kerjasama dan kejujuran dari pegawai yang

sedang diteliti.
33

Pelaksanaan teknik ini menggunakan formulir isian sederhana

mengenai kegiatan, waktu dan lamanya kegiatan. Sebelum dilakukan

penelitian, peneliti harus memberikan penjelasan dan penekanan

bahwa informasi mengenai pegawai tidak akan tercantum pada

laporan peneliti (Ilyas, 2011).

Peneliti memilih teknik work sampling dibandingkan teknik time and

motion study dan daily log. Hal tersebut dikarenakan teknik work

sampling memiliki empat kelebihan diantaranya : 1) Lebih mudah

dilakukan karena pengamatan terhadap pekerja tidak perlu dilakukan

terus-menerus. 2) Teknik ini dapat mengamati banyak pegawai dalam

waktu yang sama. 3) Tidak diperlukan pengamat profesional yang

terlatih karena yang diamati hanya jenis kegiatannya. 4) Pengamatan

dapat dihentikan kapan saja tanpa berdampak buruk terhadap hasil

penelitian.

2.8 Metode Workload Indicator Staff Need (WISN)

Menurut Keputusan Menteri No. 81/Menkes/SK/2004 dinyatakan bahwa

salah satu metode perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja

yaitu metode WISN (Work Indicator of Staffing Need). Metode ini digunakan

untuk menghitung jumlah kebutuhan masing – masing kategori tenaga

kesehatan yang dibutuhkan dikantor dinas kesehatan dan Rumah Sakit tingkat

provinsi, kabupaten/kota.

Menurut Depkes (2009) ini adalah suatu metode berdasarkan kerja yang

nyata yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (beban kerjanya). Metode ini

dapat
34

diterapkan pada semua kategori tenaga, baik medis, paramedis, maupun

nonmedis. Metode ini berguna untuk menghitung kebutuhan saat ini dan

masa mendatang, bermanfaat untuk membandingkan SDM kesehatan pada

daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa tenaga

kesehatan bekerja sudah sesuai dengan profesinya atau tidak, dan dapat

mengidentifikasi seberapa besar beban kerja SDM kesehatan.

Keunggulan menggunakan WISN menurut Depkes antara lain:

1. Mudah dilaksanakan karena menggunakan data yang dikumpulkan

atau didapat dari laporan kegiatan rutin masing-masing unit

pelayanan.

2. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan, sehingga manajer

kesehatan di semua tingkatan dapat memasukkannya ke dalam

perencanaan kesehatan.

3. Hasil perhitungannya dapat segera diketahui sehingga dapat segera

dimanfaatkan hasil perhitungan tersebut oleh para manajer kesehatan

di semua tingkatan dalam mengambil kebijakan atau keputusan.

4. Metode perhitungan ini dapat digunakan bagi berbagai jenis

ketenagaan, termasuk tenaga non kesehatan.

5. Hasil perhitungannya realistis, sehingga memberikan kemudahan

dalam menyusun perencanaan anggaran dan alokasi sumber daya

lainnya.

Kelemahan metode WISN diantaranya:

Input data yang diperlukan bagi prosedur perhitungan berasal dari

rekapitulasi kegiatan rutin satuan kerja atau institusi di mana tenaga yang
35

dihitung bekerja, maka kelengkapan pencatatan data dan kerapihan

penyimpanan data mutlak harus dilakukan dalam mendapatkan keakuratan

hasil perhitungan jumlah tenaga secara maksimal.

2.9 Langkah Penyusunan Kebutuhan SDM dengan Metode WISN

1. Menetapkan waktu kerja tersedia

2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM

3. Menyusun standar beban kerja

4. Menyusun kelonggaran

5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja

Berikut penjelasan langkah penyusunan kebutuhan SDM denga metode

WISN secara detail :

Langkah 1 (Menetapkan Waktu Kerja Tersedia)

Tujuannya adalah agar diperolehnya waktu kerja efektif selama satu

tahun untuk masing – masing kategori SDM yang bekerja di suatu unit atau

institusi rumah sakit.

Rumusnya adalah :

Keterangan :

A = Hari Kerja (jumlah hari kerja /

minggu) B = Cuti Tahunan

C = Pendidikan &

Pelatihan D = Hari Libur

Nasional
36

E = Ketidak Hadiran Kerja (sesuai dengan rata-rata ketidakhadiran

kerja selama kurun waktu 1 tahun, karena alasan sakit, tidak masuk kerja

dengan atau tanpa alasan)

F = Waktu Kerja (waktu kerja dalam satu hari)

Langkah 2 (Menetapkan Unit kerja dan kategori

SDM)

Tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan

perorangan pada pasien, keluarga, dan masyarakat di dalam dan di luar rumah

sakit. Informasi yang diperlukan didapatkan dari :

1. Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit

kerja di rumah sakit

2. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan jabatan fungsional

SDM Kesehatan

3. Standar Profesi, Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur

(SOP) pada tiap unit kerja rumah sakit

Langkah 3 (Menyusun Standar Beban Kerja)

Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas beban kerja selama 1

tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok

disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (waktu

rata – rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh unit masing – masing.

Rumusnya adalah :
37

Data yang diperlukan antara lain :

a. Waktu yang tersedia

b. Bagan struktur organisasi

c. Kegiatan pokok

d. Rata – rata waktu untuk menyelesaikan jenis kegiatan pokok

e. Menetapkan waktu berdasarkan

kesepakatan Langkah 4 (Menyusun Standar

Kelonggaran)

Waktu kelonggaran merupakan waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan langsung tetapi tetap

bermanfaat bagi personil yang ada.

Rumusnya adalah :

Langkah 5 (Menghitung Kebutuhan Tenaga Per Unit Kerja)

Tujuannya adalah agar diperolehnya jumlah dan jenis/kategori SDM

yang dibutuhkan untuk menyelenggaraka upaya kesehatan wajib dan upaya

pengembangan selama kurun waktu satu tahun (Depkes, 2004)

Rumusnya adalah :

Data yang diperlukan antara lain :

a. Waktu kerja tersedia.


38

b. Standar beban kerja.

c. Standar kelonggaran.

d. Kuantitas kegiatan pokok.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

1. Waktu Kerja Tersedia Kebutuhan SDM


2. Unit Kerja dan Kategori SDM Perawat Unit Rawat
Inap Ruangan Fatimah
3. Standar Beban Kerja Rumah Sakit Umum
4. Standar kelonggaran Bunda Sidoarjo

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 diatas merupakan kerangka konseptual pada penelitian ini.

Variabel dalam kerangka konseptual ini akan dilakukan sebuah proses

perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN menurut Keputusan Menteri

Kesehatan No 81 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan

SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit

yang memiliki empat langkah yaitu pertama menghitung waktu kerja tersedia,

yang kedua menetapkan unit kerja dan kategori SDM, yang ketiga

menghitung Standar beban kerja, dan keempat menghitung standar

kelonggaran. Dari proses tersebut kemudian akan mendapatkan hasil akhir

berupa kebutuhan SDM perawat unit rawat inap ruangan Fatimah Rumah

Sakit Umum Bunda Sidoarjo.

39
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis dan rancangan bangun penelitian ini adalah menggunakan

kuantitatif dengan pendekatan deskriptif observasional. Selanjutnya untuk

mengukur beban kerja tenaga perawat akan digunakan metode work

sampling, sedangkan untuk menghitung kebutuhan tenaga perawat akan

digunakan pengukuran dengan metode WISN sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 81 Tahun 2004. Pengumpulan data dilakakukan secara

cross sectional karena pengumpulan data serta pengukuran variabelnya

dilakukan pada saat bersamaan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2020 di Rumah Sakit Umum

Bunda Sidoarjo tepatnya pada Unit IRNA Ruangan Fatimah.

4.3 Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat di ruangan Fatimah

Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo. Metode penelitian informan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik sampel. Yang

diambil penelitian ini adalah informan yang dipilih secara total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Bisa juga disebut dengan sampling

jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua populasi digunakan sebagai

sampel dikarenakan jumlah populasi kurang dari 30 orang.

40
41

Sampel dalam penelitian adalah seluruh tenaga perawat unit IRNA

Ruangan Fatimah di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo yaitu berjumlah 15

tenaga perawat.

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian atau suatau konsep yang sudah dan dioperasionalkan, dalam

arti sudah dapat diamati dan atau dapat diukur. Klasifikasi variabel dan

variabel apa saja yang akan diukur harus dijelaskan secara cermat dan

bagaimana pengukurannya.

Definisi operasional variabel adalah merupakan definisi peneliti, bukan

definisi kamus dan harus dijelaskan secara rinci, karena untuk menentukan

alat atau instrumen apa yang digunakan dalam proses pengumpulan data.

Akan tetapi untuk penelitian pustaka tidak di perlukan adanya penjelasan

tentang variabel penelitian.


42

Tabel 4.1 Definisi Variabel Peneliti


No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala Data
1 Waktu Angka yang menunjukkan Telaah dokumen Jumlah waktu yang digunakan Rasio
Kerja satuan waktu yang digunakan Menggunakan rumus untuk bekerja selama setahun
Tersedia untuk bekerja setahun dalam perhitungan waktu (satuan
menit tersedia dengan menit)
metode WISN
2 Unit Kerja Satuan regu kerja yang terdiri Telaah dokumen Diperoleh informasi tentang unit
dari 2 orang atau lebih tersebut
3 Jenis Membedakan laki-laki dan Wawancara tidak Dikelompokan menjadi : Nominal
Kelamin perempuan berstruktur a. Laki-laki
b. Perempuan
4 Tingkat Ijazah terakhir yang dimiliki Wawancara tidak Dikelompokan menjadi : Ordinal
pendidikan oleh responden berstruktur a. SLTA
b. D3
c. S1
5 Lama Kerja Jumlah waktu kerja Wawancara tidak Dikelompokan menjadi : Interval
responden saat pertama berstruktur a. < 1
masuk kerja sampai sekarang b. 1-2 tahun
c. 3-4 tahun
d. > 5 tahun

6 Jabatan Posisi yang diduduki untuk Wawancara tidak Dikelompokan menjadi : Ordinal
suatu tugas dan tanggung berstruktur a. KANIT
jawab tertentu b. KATIM
c. Perawat Pelaksana
43

No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala Data


7 Status Status yang membedakan Wawancara tidak Dikelompokan menjadi : Nominal
Pegawai jenis masa kerja karyawan berstruktur a. Pegawai Tetap
dalam suatu perusahaan atau b. Pegawai Kontrak
organisasi menurut waktu
yang telah ditentukan oleh
kedua belah pihak
berdasarkan perjanjian kerja
yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak
8 Usia Lama hidup responden dalam Wawancara tidak Dikelompokan menjadi : Interval
tahun yang dihitung sejak berstruktur a. 18-27 tahun
lahir sampai dengan saat ini b. 28-37 tahun
c. 38-47 tahun
d. > 47 tahun
9 Standar Aktivitas kegiatan pokok Wawancara Angka Rata- Rata Standar Beban Rasio
Beban yang disusun berdasarkan Menggunakan rumus Kerja
Kerja waktu yang dibutuhkan untuk perhitungan standar
menyelesaiakannya (waktu beban kerja dengan
rata-rata) dan waktu kerja metode WISN
tersedia yang dimiliki oleh
perawat
10 Standar Waktu yang dibutuhkan Wawancara Angka Standar kelonggaran Rasio
Kelonggara untuk menyelesaikan Menggunakan rumus
n aktivitas diluar kegiatan standar kelonggaran
pokok dengan metode
WISN
44

No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala Data


11 Kebutuhan Jumlah SDM yang Menggunakan rumus Angka kebutuhan perawat Rasio
SDM dibutuhkan dalam satu perhitungan
unit berdasarkan beban kebutuhan SDM
kerja yang ada berdasarkan metode
menggunakan WISN
metode WISN
45

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu dokumen

job description perawat serta jumlah tenaga yang ada. Selain itu penelitian ini

juga menggunakan form work sampling untuk mengamati kegiatan dan waktu

kerja perawat. Dan wawancara mendalam unutuk mengetahui waktu kerja

tersedia.

4.6 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data disesuaikan dengan data yang diperlukan

dalam penelitian meliputi:

1. Data primer dari penelitan ini adalah hasil observasi dengan

menggunakan form work sampling untuk mengidentifikasi kegiatan

dan waktu kerja perawat serta wawancara untuk mengidentifikasi

waktu kerja tersedia.

2. Data sekunder diperoleh laporan dan dokumen resmi yang ada di

rumah sakit adalah job description, jumlah perawat ruangan Fatimah,

data kunjungan pasien rawat inap.

4.7 Metode Penyajian dan Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterprestasikan

data yang telah diolah. Selain itu, analisis data juga berguna untuk

memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian.

Metode penelitian data dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan

dengan langkah-langkah:

1. Menetapkan unit yang akan di hitung kebutuhan tenaga perawatnya.


46

2. Menghitung waktu kerja tersedia dengan menelaah dokumen

kebijakan absensi.

3. Mengidentifikasi kegiatan perawat dengan sesuai job description

kemudian dicatat ke dalam form work sampling.

4. Dari data tersebut melakukan pengelompokkan berdasarkan jenis

kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, kegiatan pribadi, kegiatan

non produktif.

5. Menghitung standar beban kerja dengan menggunakan rumus WISN.

6. Menghitung standar kelonggaran dengan menggunkan rumus WISN.

7. Menghitung jumlah kebutuhan tenaga perawat dengan menggunakan

rumus WISN.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Untuk menghitung kebutuhan perawat di ruangan Fatimah dengan

metode WISN di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo, memiliki 5 langkah

menurut Keputusan Menteri No. 81/Menkes/SK/2004 yaitu :

1. Menetepkan waktu kerja tersedia

2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM

3. Menyusun standar beban kerja

4. Menyusun kelonggaran

5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja

5.1.1 Menetapkan Waktu Kerja Tersedia

Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu

kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja selama kurun

waktu satu tahun. Menghitung waktu kerja tersedia per tahun yaitu dengan

cara mengurangi jumlah hari kerja dengan cuti tahunan, pendidikan dan

pelatihan, hari libur nasional dan ketidakhadiran kerja, kemudian dikalikan

dengan waktu kerja tiap hari.

Tabel 5.1 Perhitungan Waktu Kerja Kegiatan Perawat Ruangan Fatimah di


RSU Bunda Sidoarjo
Kode Faktor Waktu Kerja Keterangan
A Hari Kerja (6 hari kerja x 52 312 hari Hari Per Tahun
minggu )
B Cuti Tahunan 12 hari Hari Per Tahun
C Pendidikan dan Pelatihan 3,7 (88 jam) Hari Per Tahun

47
48

Kode Faktor Waktu Kerja Keterangan


D Hari Libur Nasional 0 Hari Per Tahun
E Ketidakhadiran Kerja 0 Hari Per Tahun
F Waktu Kerja 7 jam Jam Per Tahun
Hari Kerja Tersedia 296,3 Hari Per Tahun
Waktu Kerja Tersedia 2074 Jam Per tahun
Total Menit 124440 Menit Per tahun

Perhitungan Waktu Kerja Tersedia pada perawat ruangan Fatimah di

Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo :

Waktu Kerja Tersedia = {A – (B+C+D+E)} x F

= {312 – (12+3,7+0+0)} x 7

= {296,3} x 7

= 2074 jam/tahun

= 124440 menit/tahun

Waktu yang tersedia untuk masing – masing kategori SDM yang

bekerja di rumah sakit selama kurun waktu satu tahun. Data yang dibutuhkan

untuk menentukan waktu kerja tersedia adalah

1. Hari kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit

Umum Bunda Sidoarjo enam hari dalam satu minggu selama

satu tahun yaitu 6x52 minggu. (A)

2. Cuti tahunan yang sesuai dengan ketentuan di Rumah Sakit

Umum Bunda Sidoarjo, bahwa setiap pegawai mendapatkan hak

cuti 12 hari dalam 1 tahun. (B)


49

3. Pendidikan dan Pelatihan di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo,

perawat ruangan Fatimah telah mengikuti pelatihan selama 88 jam

dalam satu tahun. (C)

4. Hari libur nasional yang sesuai dengan ketentuan di Rumah Sakit

Umum Bunda Sidoarjo, bahwa setiap perawat tidak mendapat

hari libur nasional. (D)

5. Ketidakhadiran kerja sesuai dengan rata-rata ketidakhadiran untuk

perawat ruangan Fatimah yaitu 0 hari dalam setahun. (E)

6. Waktu kerja di ruangan Fatimah di bagi 3 shift, dalam 1

shift tersebut waktu kerjanya 7 jam kerja. (F)

Waktu kerja yang tersedia untuk ruangan fatimah di Rumah Sakit

Umum Bunda Sidoarjo dalam satu tahun adalah 296,3 hari/tahun atau 2074

jam/tahun atau 124440 menit/pertahun. Dengan kebijakan dari Rumah Sakit

Umum Bunda Sidoarjo perawat ruangan Fatimah bekerja dalam 3 shift,

selama 6 hari dalam seminggu.

5.1.2 Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM

Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah

diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan kegiatan baik di dalam maupun di luar tempat kerja.


50

Tabel 5.2 Data Demografi Perawat Ruangan Fatimah di RSU Bunda Sidoarjo
No Jenis Umur Lulusan Masa Jabatan Status
Kelamin Kerja
1 Perempuan 30 S1 4 Tahun KANIT Kontrak
Tahun Keperawat
an
2 Perempuan 29 D3 2,5 KATIM Kontrak
Tahun
Tahun Keperawat
an
3 Perempuan 23 D3 2 Tahun KATIM Kontrak
Tahun Keperawat
an
4 Perempuan 24 D3 2,5 KATIM Kontrak
Tahun Keperawat Tahun
an
5 Perempuan 24 D3 2 Tahun KATIM Kontrak
Tahun Keperawat
an
6 Perempuan 23 D3 2 Tahun Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Pelaksa
an na
7 Perempuan 25 D3 1,5 Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Tahun Pelaksa
an na
8 Perempuan 25 S1 1,5 Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Tahun Pelaksa
an na
9 Perempuan 24 D3 1,5 Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Tahun Pelaksa
an na
51

No Jenis Umur Lulusan Masa Jabatan Status


Kelamin Kerja
10 Perempuan 24 D3 2 Tahun Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Pelaksa
an na
11 Perempuan 23 D3 1 Tahun Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Pelaksa
an na
12 Perempuan 32 D3 1 Tahun Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Pelaksa
an na
13 Laki - laki 24 S1 7 Bulan Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Pelaksa
an na
14 Laki - laki 24 S1 7 Bulan Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Pelaksa
an na
15 Laki - laki 23 D3 6 Bulan Perawat Kontrak
Tahun Keperawat Pelaksa
an na

Dalam penelitian ini unit kerja yang diamati dan diukur beban kerja

serta kebutuhan tenaga adalah ruang rawat inap Fatimah di Rumah Sakit

Umum Bunda Sidoarjo.

5.1.3 Menyusun Standar Beban Kerja

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1

tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok

disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk sebelum dan sesudah


52

menyelesaiakannya (rata-rata waktu), waktu yang tersedia per-tahun yang

dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga.

Perhitungan standar beban kerja pada perawat ruangan Fatimah di

Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo yaitu dengan rumus :

Waktu kerja tersedia


Standar Beban Kerja
= Rata-rata waktu per kegiatan pokok

Gillies 1994 menyebutkan bahwa beban kerja memiliki beberapa

komponen, yaitu; intensitas tindakan keperawatan langsung dan tidak

langsung yang dibutuhkan pasien.

Gillies 1989, menyatakan yang dimaksud dengan tindakan keperawatan

langsung direct care adalah kegiatan yang difokuskan kepada klien dan

keluarganya, meliputi komunikasi dengan klien dan keluarganya,

pemeriksaan atau kontrol klien, mengukur tanda-tanda vital, tindakan atau

prosedur keperawatan atau pengobatan, nutrisi dan eliminasi, kebersihan

klien, mobilisasi, transfusi, serah terima klien, pemeriksaan spesimen untuk

pemeriksaan laboratorium. Sedangkan kegiatan keperawatan tidak langsung

indirect care adalah kegiatan yang berhubungan tidak langsung dengan pasien

tapi berhubungan dengan persiapan atau kegiatan untuk melengkapi asuhan

keperawatan yaitu mendokumentasikan hasil pengkajian ke status

keperawatan, membuat diagnosa keperawatan, membuat rencana perawatan,

mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah dilakukan,

mendokumentasikan evaluasi keperawatan menulis laporan, mempersiapkan

status keperawatan, mempersiapkan formulir untuk pemeriksaan laboratorium


53

radiologi, menyiapkan alat untuk tindakan keperawatan pemeriksaan atau

tindakan khusus, merapikan lingkungan pasien, menyiapkan memeriksa alat,

melakukan koordinasi konsultasi dengan tim kesehatan lainnya.

Tabel 5.3 Data Rata-Rata Waktu Kegiatan Pokok Perawat Ruangan


Fatimah di RSU Bunda Sidoarjo
No Jenis Kegiatan Rata – Rata Waktu Standar
Waktu Kerja Beban
Penyelesaian Tersedia Kerja
(Menit) (Menit) (Menit)
Kegiatan
Keperawatan
Langsung
1 Pasang infus 35 124440 3555
2 Lepas infus 10 124440 12444
3 Mengganti infus 7 124440 17777
4 Pasang sonde 35 124440 3555
5 Lepas sonde 10 124440 12444
6 Injeksi 7 124440 17777
7 Observasi keliling 12 124440 0370
ruangan
8 Memberikan obat oral 5 124440 24888
9 Edukasi tentang 20 124440 6222
kesehatan
10 Pasang tranfusi darah 35 124440 3555
11 Lepas tranfusi darah 10 124440 12444
12 Pemasangan gelang 5 124440 24888
identifikasi
13 Mengukur suhu, nadi 12 124440 10370
dan tekanan darah
14 Melakukan perekaman 20 124440 6222
ECG
15 Perawatan luka 32 124440 3889
54

No Jenis Kegiatan Rata – Rata Waktu Standar


Waktu Kerja Beban
Penyelesaian Tersedia Kerja
(Menit) (Menit) (Menit)
16 Mengantarkan pasien 30 124440 4148
ke tempat lain
17 Pasang cateter 35 124440 3555
18 Lepas cateter 10 124440 12444
19 Membantu pasien 20 124440 6222
BAK / BAB
20 Menerima pasien dari 30 124440 4148
IGD dan Poli
Kegiatan
Keperawatan Tidak
Langsung
1 Merujuk sampai ke RS 1440 124440 86
lain
2 Menerima telpon 5 124440 24888
(Dokter,kantor)
3 Mengambil obat 15 124440 8296
4 Mendampingi visite 15 124440 8296
dokter
5 Menulis laporan visite 5 124440 24888
6 Operan jaga 60 124440 2074
7 Melengkapi BRM 20 124440 6222
(Berkas Rekam
Medis)
8 Membersihkan alkes 20 124440 6222
9 Menulis resep 5 124440 24888
10 Menyiapkan obat 10 124440 12444
untuk injeksi
11 Membersihkan TT 12 124440 10370
12 Mengisi dan 15 124440 8296
melengkapi formulir
pasien
13 Membuat laporan 15 124440 8296
tugas RKH
55

No Jenis Kegiatan Rata – Rata Waktu Standar


Waktu Kerja Beban
Penyelesaian Tersedia Kerja
(Menit) (Menit) (Menit)
14 Membereskan 10 124440 12444
administrasi pasien
pulang
15 Berkonsul dengan 15 124440 8296
dokter
16 Mendata kerusakan 10 124440 12444
alat
Kegiatan Pribadi
1 Pergi ketoilet 20 124440 6222
2 Mengobrol 30 124440 4148

5.1.4 Menyusun Standar Kelonggaran

Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor

kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu

untuk menyelesaiakan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau

dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.

Perhitungan standar kelonggaran pada perawat ruangan Fatimah di

Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo yaitu dengan rumus :

Rata-rata waktu per faktor kelonggaran


Standar kelonggaran
= Waktu kerja tersedia per tahun
56

Tabel 5.4 Data Waktu Standar Kelongaran Perawat Ruangan Fatimah di RSU
Bunda Sidoarjo
Faktor Waktu Waktu Kerja Standar
Kelonggaran (Menit) Tersedia (Menit) Kelonggaran
(Menit/Tahun)
Rapat 2880 124440 0.023
Ishoma 56160 124440 0.45
Jumlah 0.473

Data yang dibutuhkan dalam menyusun faktor kelonggaran antara lain

waktu penyelesaian perkegiatan kelonggaran, frekuensi kegiatan, waktu kerja

tersedia. Dari tabel diatas diketahui standar kelonggaran yang didapatkan dari

rata-rata waktu penyelesaian perkegiatan dibagi waktu kerja tersedia yang

didapatkan standar kelonggaran yaitu 0.473 per tahun.

5.1.5 Menghitung Kebutuhan Tenaga Per Unit Kerja

Perhitungan kebutuhan tenaga perawat ruangan Fatimah di Rumah

Sakit Umum Bunda Sidoarjo yaitu dengan rumus :

Kuantitas kegiatan pokok + standar kelonggaran


Kebutuhan kerja
= Standar beban kerja
57

Tabel 5.5 Data Kebutuhan Perawat Ruangan Fatimah di RSU Bunda Sidoarjo
No Jenis Kegiatan Kuantitas Standar Kebutuhan
Kegiatan Beban Sumber
(Per Tahun) Kerja Daya
(Menit) Manusia
Kegiatan
Keperawatan
Langsung
1 Pasang infus 3041 3555 0,856
2 Lepas infus 3041 12444 0,244
3 Mengganti infus 9123 17777 0,513
4 Pasang sonde 203 3555 0,057
5 Lepas sonde 203 12444 0,002
6 Injeksi 27369 17777 1,540
7 Observasi keliling 27369 10370 2,639
ruangan
8 Memberikan obat oral 27369 24888 1,100
9 Edukasi tentang 3041 6222 0,489
kesehatan
10 Pasang tranfusi darah 152 3555 0,043
11 Lepas tranfusi darah 152 12444 0,012
12 Pemasangan gelang 3041 24888 0,122
identifikasi
13 Mengukur suhu, nadi 27369 10370 2,639
dan tekanan darah
14 Melakukan perekaman 152 6222 0,025
ECG
15 Perawatan luka 203 3889 0,052
16 Mengantarkan pasien 304 4148 0,073
ke tempat lain
17 Pasang cateter 203 3555 0,057
18 Lepas cateter 203 12444 0,016
19 Membantu pasien 312 6222 0,050
BAK / BAB
58

No Jenis Kegiatan Kuantitas Standar Kebutuhan


Kegiatan Beban Sumber
(Per Tahun) Kerja Daya
(Menit) Manusia
20 Menerima pasien dari 3041 4148 0,733
IGD dan Poli
Kegiatan
Keperawatan Tidak
Langsung
1 Merujuk sampai ke 203 86 2,366
RS lain
2 Menerima telpon 4680 24888 0,188
(Dokter,kantor)
3 Mengambil obat 152 8296 0,018
4 Mendampingi visite 9123 8296 1,100
dokter
5 Menulis laporan visite 9123 24888 0.367
6 Operan jaga 936 2074 0,452
7 Melengkapi BRM 9123 6222 1,466
(Berkas Rekam
Medis)
8 Membersihkan alkes 312 4978 0,063
9 Menulis resep 3041 24888 0,122
10 Menyiapkan obat 27369 12444 2,199
untuk injeksi
11 Membersihkan TT 3041 10370 0,293
12 Mengisi dan 3041 8296 0,367
melengkapi formulir
pasien
13 Membuat laporan 936 8296 0,113
tugas RKH
14 Membereskan 3041 12444 0,244
administrasi pasien
pulang
15 Berkonsul dengan 684 8296 0,083
dokter
16 Mendata kerusakan 312 12444 0,025
alat
59

No Jenis Kegiatan Kuantitas Standar Kebutuhan


Kegiatan Beban Sumber
(Per Tahun) Kerja Daya
(Menit) Manusia
Kegiatan Pribadi
1 Pergi ketoilet 936 6222 0,151
2 Mengobrol 936 4148 0.226

Total Kebutuhan Tenaga Kerja 21,11

Standar Kelonggaran 0,473

Data tabel diatas dapat diketahui bahwa tenaga perawat di ruangan

Fatimah Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo berdasarkan beban kerja yang

diamati, dan dianalisis dengan metode Workload Indicator Staff Need

(WISN) adalah 21,11 atau 22 orang, yang berarti perlu adanya penambahan

tenaga kerja sebesar 7 orang dikarenakan untuk saat ini perawat di ruangan

Fatimah berjumlah 15 orang.

5.2 Pembahasan

Menurut Fitriani et al.(2016) Beban kerja yang tidak sesuai jika dilihat

dari aspek kuantitas kegiatan yang dilakukan oleh tenaga medis baik dokter

spesialis maupun tenaga medis lainnya dapat menimbulkan stress dan

berakibat pada kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien sebagai

penerima pelayanan kesehatan. Sejalan dengan Kurniawan (2016) yang

menyimpulkan bahwa beban kerja memiliki dampak yang signifikan terhadap

kinerja petugas. Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban

kerja (WISN) adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan

tenaga pada sarana


60

kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi/ relokasi tenaga akan

lebih mudah dan rasional. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah

digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.

Adapun manfaat penambahan jumlah tenaga perawat sesuai dengan

pengukuran beban kerja yang dilakukan adalah perawat mampu memberikan

pelayanan kepada pasien seoptimal mungkin sehingga dapat memberikan

kepuasan kepada pasien dan keluarga. Sedangkan apabila adanya kekurangan

jumlah perawat akan berdampak pada kualitas kerja perawat tersebut.

Kekurangan tenaga perawat dapat menyebabkan beban kerja tinggi.

Tingginya beban kerja berdampak pada penurunan kualitas dan prestasi kerja.

Dengan terjadinya penurunan kualitas kerja dan prestasi perawat yang akan

berdampak pada rumah sakit adalah penurunan citra rumah sakit karena hasil

yang dicapai tidak akan maksimal yang mengakibatkan terjadinya penurunan

nilai pelayanan keperawatan.

5.2.1 Identifikasi Kegiatan Kerja Perawat

Dari hasil penelitian identifikasi kegiatan kerja perawat yang

didapatkan kegiatan langsung dan kegiatan memakan waktu yang lama yaitu

pasang infus, pasang sonde dan pasang tranfusi darah selama 35 menit.

Kegiatan tidak langsung dan memakan waktu yang lama yaitu merujuk pasien

sampai ke rumah sakit lain selama 1440 menit. Sedangkan kegiatan non

produktif yang dilakukan oleh perawat yaitu mengobrol dengan rekan

kerjanya. Perawat yang berbicara atau mengobrol melakukannya sambil

mengerjakan tugas masing- masing dan pada waktu yang senggang atau bila

tidak ada pasien.


61

5.2.2 Waktu Kerja Tersedia Perawat

Dari hasil penelitian waktu kerja tersedia merupakan waktu efektif yang

tersedia yang diperoleh dengan perhitungan hari kerja selama satu tahun bagi

tenaga perawat ruangan rawat inap Fatimah RSU Bunda Sidoarjo dikurangi

beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat bekerja

dikarenakan cuti tahunan, pendidikan dan pelatihan, hari libur nasional dan

ketidak hadiran kerja. Untuk jadwal mengikuti pelatihan bagi perawat dalam

waktu setahun belum ada ketentuan dari RSU Bunda Sidoarjo. Dari hasil

didapatkan waktu kerja tersedia perawat ruangan rawat inap Fatimah di RSU

Bunda Sidoarjo yaitu 296,3 hari atau 2.074 jam atau 124.440 menit. Menurut

Peraturan Perusahaan Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo pada Bab XI Pasal

34 berbunyi cuti dibagi menjadi 6 jenis yaitu:

1. Cuti tahunan adalah cuti yang diberikan kepada setiap karyawan

yang telah bekerja sekurang – sekurangnya 1 tahun, mendapatkan

cuti 12 hari.

2. Cuti sakit adalah cuti yang diberikan kepada karyawan yang

menderita sakit dengan memberikan bukti tertulis yang dapat

dipertanggung-jawabkan.

3. Cuti diluar tanggungan adalah ijin tidak masuk kerja atas dasar

alasan pribadi yang diajukan secara khusus dengan tidak mendapat

gaji ataupun jaminan / hak lainnya selaku karyawan selama

karyawan cuti. Cuti diluar tanggungan dapat diajukan bila mana

hak cuti tahunan pada tahun berjalan telah habis.


62

4. Cuti hamil dan melahirkan adalah cuti yang diberikan kepada

karyawan perempuan yang hamil sebelum dan sesudah melahirkan.

Diberikan selama satu setengah bulan sebelum melahirkan dan satu

setengah bulan juga untuk setelah melahirkan, selama menjalani

masa cuti hamil dan melahirkan karyawan berhak untuk

mendapatkan gaji penuh dan tidak mengurangi hak cuti tahunan

maupun hak-hak lainnya.

5. Cuti gugur kandungan adalah cuti yang diberikan kepada karyawan

perempuan yang mengalami gugur kandungan. Diberikan paling

lama satu setengah bulan.

6. Cuti khusus adalah cuti yang diberikan kepada karyawan, karena

kejadian atau kasus khusus yang dialami oleh karyawan. Cuti

khusus ini tidak mengurangi hak cuti tahunan maupun hak-hak

lain.

Menurut peraturan Undang Undang No 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan pada pasal 85 ayat ke 3 berbunyi “pengusaha yang

mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada hari libur

resmi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 wajib membayar upah kerja

lembur”. Namun pada RSU Bunda Sidoarjo perawat yang bekerja pada hari

libur resmi/nasional, masih belum mendapatkan upah kerja lembur yang

artinya masih ada ketidaksesuaian dengan peraturan yang berlaku.

5.2.3 Standar Beban Kerja Perawat

Dari hasil perhitungan standar beban kerja diperoleh rata-rata

pelaksanaan kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, kegiatan pribadi, dan


63

kegiatan non produktif. Standar beban kerja dari hasil penelitian yang

dilakukan pada tenaga perawat ruangan rawat inap Fatimah di RSU Bunda

Sidoarjo yang tinggi adalah kegiatan Menyiapkan obat untuk injeksi dan

malakukan injeksi sebesar 27369 kali/pertahunnya, mengukur suhu, nadi dan

tekanan darah sebesar 27369 kali/pertahunnya, observasi keliling ruangan

sebesar 27369 kali/pertahunnya dan memberikan obat oral sebesar 27369

kali/pertahunnya.

5.2.4 Standar Kelonggaran Perawat

Dari hasil perhitungan standar kelonggaran seperti makan dan minum,

sholat, rapat dan ke toilet. Perhitungan faktor kelonggaran dilihat berdasarkan

rata-rata waktu (menit/hari) per kegiatan dikalikan dengan jumlah hari

tersedia yang sudah dihitung sebelumnya yaitu 296,3 hari. Hasil rata-rata

waktu kegiatan yang sudah dikalikan tersebut didapat dari rata-rata waktu

faktor kelonggaran. Setelah itu rata-rata waktu faktor kelonggaran dibagi

waktu kerja tersedia yaitu 124.440 menit/per tahun. Hasil dari perhitungan

standar kelonggaran yaitu sebesar 0,473 menit/per tahun.

5.2.5 Analisis Jumlah Kebutuhan Perawat

Dari hasil perhitungan jumlah kebutuhan tenaga perawat ruangan rawat

inap Fatimah di RSU Bunda Sidoarjo dengan metode WISN, maka diperoleh

kebutuhan tenaga sebanyak 22 orang sedangkan jumlah tenaga yang ada

sebanyak 15 orang sehingga terjadi kekurangan 7 orang. Sebelumnya RSU

Bunda Sidoarjo untuk menetapkan jumlah SDM perawat menggunakan

PERMENKES 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah

Sakit
64

yang mengatur bahwa jumlah SDM perawat adalah 2:3 dari jumlah tempat

tidur. Jadi kalau masih diterapkan jumlah perawat di ruangan Fatimah

seharusnya berjumlah 23 orang namun untuk sekarang jumlah 15 orang

sehingga terjadi kekurangan 8 orang, lebih banyak daripada perhitungan

WISN. Menurut Ilyas (2004) kekurangan tenaga perawat dapat menyebabkan

beban kerja tinggi. Tingginya beban kerja dapat berdampak ada penurunan

kualitas dan prestasi kerja. Hal ini dapat terjadi terutama bila naiknya beban

kerja tanpa diikuti dengan peningkatan imbalan. Dengan terjadinya

penurunan kualitas kerja dan prestasi perawat yang akan berdampak pada

rumah sakit adalah penurunan citra rumah sakit karena hasil yang akan

dicapai tidak akan maksimal yang mengakibatkan terjadinya penurunan nilai

pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, kekurangan perawat yang ada

sebaiknya segera ditambah agar kualitas pelayanan tetap terjaga.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti

untuk menganalisis beban kerja ruangan rawat inap Fatimah di Rumah Sakit

Umum Bunda Sidoarjo tahun 2020 maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

Perhitungan dengan metode Workload Indicator Staffing Needs

1. Jumlah waktu kerja yang tersedia di ruangan rawat inap Fatimah

dalam satu tahun 296,3 hari atau 2074 jam atau 124440 menit.

Dengan kebijakan dari Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo

perawat ruangan rawat inap Fatimah bekerja dalam 3 shift, selama

6 hari dalam seminggu. Menurut Peraturan Perusahaan Rumah

Sakit Umum Bunda Sidoarjo pada Bab XI Pasal 34 berbunyi cuti

dibagi menjadi 6 jenis yaitu:

a. Cuti tahunan adalah cuti yang diberikan kepada setiap

karyawan yang telah bekerja sekurang – sekurangnya 1 tahun,

mendapatkan cuti 12 hari.

b. Cuti sakit adalah cuti yang diberikan kepada karyawan yang

menderita sakit dengan memberikan bukti tertulis yang dapat

dipertanggung-jawabkan.

c. Cuti diluar tanggungan adalah ijin tidak masuk kerja atas dasar

alasan pribadi yang diajukan secara khusus dengan tidak

mendapat gaji ataupun jaminan / hak lainnya selaku karyawan

65
66

selama karyawan cuti. Cuti diluar tanggungan dapat diajukan

bila mana hak cuti tahunan pada tahun berjalan telah habis.

d. Cuti hamil dan melahirkan adalah cuti yang diberikan kepada

karyawan perempuan yang hamil sebelum dan sesudah

melahirkan. Diberikan selama satu setengah bulan sebelum

melahirkan dan satu setengah bulan juga untuk setelah

melahirkan, selama menjalani masa cuti hamil dan melahirkan

karyawan berhak untuk mendapatkan gaji penuh dan tidak

mengurangi hak cuti tahunan maupun hak-hak lainnya.

e. Cuti gugur kandungan adalah cuti yang diberikan kepada

karyawan perempuan yang mengalami gugur kandungan.

Diberikan paling lama satu setengah bulan.

f. Cuti khusus adalah cuti yang diberikan kepada karyawan,

karena kejadian atau kasus khusus yang dialami oleh

karyawan. Cuti khusus ini tidak mengurangi hak cuti tahunan

maupun hak- hak lain.

Perawat RSU Bunda Sidoarjo pada hari libur resmi/nasional masih

belum mendapatkan upah kerja lembur sehingga masih ada ketidaksesuaian

dengan peraturan yang berlaku yaitu peraturan Undang Undang No 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan pada pasal 85 ayat ke 3 berbunyi “pengusaha

yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada hari

libur resmi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 wajib membayar upah kerja

lembur”.
67

2. Standar besar beban kerja ruangan rawat inap Fatimah dihitung

berdasarkan penggunaan waktu aktivitas produktif sebagai kegiatan

pokok pegawai.

3. Standar kelonggaran ruangan rawat inap Fatimah adalah 0,473.

4. Dari perhitungan metode WISN didapatkan hasil jumlah sebanyak

21,11 atau di artikan menjadi 22 orang, kondisi saat ini sebanyak

15 orang, jadi belum ideal karena harus ada penambahan perawat 7

orang untuk mencapai ideal menurut perhitungan metode WISN.

Sebelumnya RSU Bunda Sidoarjo untuk menetapkan jumlah SDM

perawat menggunakan PERMENKES 30 Tahun 2019 tentang

Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit yang mengatur bahwa

jumlah SDM perawat adalah 2:3 dari jumlah tempat tidur. Jadi

kalau masih diterapkan jumlah perawat di ruangan Fatimah

seharusnya berjumlah 23 orang namun untuk sekarang jumlah 15

orang sehingga terjadi kekurangan 8 orang, lebih banyak daripada

perhitungan WISN.

5. Pada RSU Bunda Sidoarjo memiliki tempat tidur rawat inap

sebanyak 81 tempat tidur tetapi menurut Peraturan Menteri

Kesehatan No 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan

Rumah Sakit pada lampiran klasifikasi rumah sakit umum berbunyi

untuk rumah sakit umum kelas C minimal memiliki 100 tempat

tidur rawat inap. Sehingga RSU Bunda Sidoarjo membutuhkan 19

tempat tidur rawat inap lagi untuk mencapai standar peraturan

tersebut.
68

6. Untuk BOR tahun 2019 di Ruangan Aisyah memiliki BOR diatas

100% pihak rumah sakit tidak memiliki kebijakan tertulis untuk

mengatasi masalah tersebut namun dari hasil wawancara dengan

Manajer Keperawatan, pihak rumah sakit akan mengontrol BOR

tersebut dengan cara menambahkan tempat tidur baru agar BOR di

ruangan Aisyah tersebut menjadi sesuai standar yang telah

ditetapkan.

6.2 Saran

Metode WISN ini dapat menjadi bahan bagi Rumah Sakit Umum

Bunda Sidoarjo untuk menentukan kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja

dari pekerjaan tersebut secara jelas, terukur di unit yang lain, melindungi hak

karyawan dan pengupahan yang lebih adil.

Perlu diadakannya upah kerja lembur untuk perawat yang bekerja pada

hari libur resmi/nasional sehingga sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Untuk penambahan tempat tidur rawat inap agar sesuai dengan standar

peraturan yang berlaku penulis menyarankan untuk diprioritaskan

penambahan di ruangan Aisyah untuk mengontrol BOR yang di luar standar

sehingga mutu RSU Bunda menjadi baik.

Rumah sakit harus membuat kebijakan tertulis untuk mengatasi BOR

yang di atas standar agar BOR tersebut terkontrol dengan baik sehingga mutu

rumah sakit menjadi baik juga.


DAFTAR PUSTAKA

A.F. Stoner. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Alam, S., Raodhah, S., & Surahmawati. (2018). Analisis Kebutuhan Tenaga

Kesehatan (Paramedis) Berdasarkan Beban Kerja Dengan Menggunakan

Metode Workload Indicator Staffing Need (WISN) Di Poliklinik Ass-

Syifah UIN Alauddin. Al-Sihah : Public Health Science Journal, 216-226.

Barnes, Ralph M. (1980). Motion and Time Study Design and Measurement of

Work. John Wiley & Sons, Inc, Seventh Edition.

Darsono & Tjatjuk, Siswandoko. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Nusantara Consulting.

Departemen Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menkes RI No.

228/MENKES/SK/III/2002 tentang Predoman Penyusunan Standar

Pelayan Minimal Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan

Perencanaan Sumber Daya Manusia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Profil kesehatan Indonesia . Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Perlengkapan Kerja WISN : Perlengkapan

Untuk Pengembangan Indikator Beban Kerja Petugas (WISN) Untuk

69
70

Memperbaiki Perencanaan Dan Manajemen Tenaga Kerja Kesehatan

Dalam Sistem Kesehatan Yang Di Desentralisasi. Jakarta: DEPKES.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang - undang No 44 Tahun 2009 Tentang

Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Dunn, William N. (1999). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Garrison, Noreen, Brewer. (2007). Akuntansi Manajerial. Edisi 11. Jakarta:

Salemba Empat.

Gillies. (1994). Standar Asuhan Keperawatan. Edisi 2. Philadelphia.

Gillies, J. (1994). Nursing Management A System Approach. Philadelphia: WB

Saunders Company.

H, Suwatno;. (2011). Manajemen SDM Dalam Organisasi dan Bisnis. Bandung:

Alfabeta.

Harlley, C.A. (2010, Mei 16). Definisi, Peran, Fungsi dan Tugas Perawat. From

PERAWAT: http://perawat77.blogspot.com/2010/05/definisi-peran-fungsi-

dan-tugas-perawat.html

Hidayah, A. N. (2015, Februari 24). Analisis Berdasarkan Metode WISN. From

Analisis Berdasarkan Metode WISN:

https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/02/24/analisis-berdasarkan-

metode-wisn_rekam-medis-informasi-kesehatan_aep-nurul-hidayah-

rkm126201_politeknik-tedc-bandung/
71

Hidayat, A. (2012). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah edisi 2.

Jakarta: Salemba Medika.

HIdayat, A A;. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Ida, & Ditta. (2014, Juni 17). Perencanaan Sumber Daya Manusia Dengan

Metode WISN. From Perencanaan Sumber Daya Manusia Dengan Metode

WISN: http://idadandita.blogspot.com/2014/06/

Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit Teori, Metoda Dan Formula.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Ilyas, Y. (2006). Kinerja : Teori, Penilaian, dan Penelitian. Depok: Pusat Kajian

Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Ilyas, Y. (2011). Perencanaan SDM Rumah Sakit : Teori, Metode, dan Formula.

Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Ilyas, Y. (2013). Perencanaan SDM Rumah Sakit. Depok: Falkultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Kasmir. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik). Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Kementerian Pendayagunaan Apartur Negara RI. (2004). Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004


72

Tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban

Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil. Jakarta.

Kurniawan. (2016). Job Insecurity, Kepuasan Kerja dan Turnover Intention :

Studi pada Karyawan PT "X" di Jakarta. Jakarta: Jurnal Pendidikan

Ekonomi dan Bisnis.

Kyle & Carman. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2 Diterjemahkan

Oleh Dei Yulianti Dan Widiarti. Jakarta: EGC.

Malayu S. P. Hasibuan. (2016). Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah,

Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Meidiawati, C. (2012). Analisis Beban Kerja Untuk Menentukan Kebutuhan

Tenaga Perawat Dengan Metode Workload Indicator of Staffing Need

(WISN) Di Instalasi Rawat Inap Flamboyan Rumah Sakit Tugu Ibu Tahun

2012. Jakarta: Universitas Indonesia.

Menteri Kesehatan RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun

2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit . Jakarta.

Muninjaya, A. (2004). Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Nurjanah, S., Sakka, A., & Paridah. (2017). Analisis Beban Kerja Tenaga Perawat

Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Kendari Tahun 2016. JIMKESMAS, 1-11.


73

Nuryanto. (2005). Kajian Kebutuhan Sumber Daya Manusia Dengan

Menggunakan Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) Di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Universitas

Sumatera Utara.

Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba

Medika.

Pribadi, A. T. (2013). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kemampuan

dan Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan PDAM Kota Malang).

Jurnal Administrasi Bisnis , 1-10.

Puspitasari. (2014). Pengaruh Mentoring Perawat Baru Terhadap Perilaku

Caring Di Ruang VIP RSUD Banyumas. Purwokerto: Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

Qureshi, Muhammad Imran. Mehwish Iftikhar, dkk. (2013). Relationship Between

Job Stress, Workload, Environment and Employees Turnover Intentions:

What We Know, What Should We Know Volume 23 No 6 . jurnal World

Applied Sciences, 764-770.

Robot, J.M.F. (2009). Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana dalam

Mengevaluasi Kebutuhan Tenaga Perawat di Unit Raway Inap Rumah

Sakit Umum Kandou Manado . Jakarta: Tesis Prodram Pascasarjana

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.


74

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suhendra, M. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press.

Tarwaka. (2010). Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press.

Wardah, Febrina, Dewi. (2017). Pengaruh Pengetahuan Perawat Dalam

Pemenuhan Perawatan Spiritual Pasien Di Ruangan Intensif. Jurnal

Edurance, Vol 2 No 3.

Wong, Donna L;. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta:

EGC.

World Health Organization. (2006). Implementing The New Recommendation On

The Clinical Management Of Diarrhea: Guidelines For Policy Nakers

And Programme Managers. Geneva: WHO Press.


LAMPIRAN
Lembar Work Sampling

Jenis Tenaga :

Hari / Waktu pengamatan :

Waktu Kegiatan
Kegiatan Langsung Kegiatan Tidak Kegiatan Pribadi Kegiatan Non Produktif
Langsung

75
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA MENGGUNAKAN METODE
Workload Indicators of Staffing Need (WISN) DI UNIT RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM BUNDA SIDOARJO

Usia :
a. 18-27 tahun
b. 28-37 tahun
c. 38-47 tahun
d. > 47
tahun Jenis
kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
Lama bekerja :
a. < 1
b. 1-2 tahun
c. 3-4 tahun
d. > 5 tahun
Tingkat pendidikan
:
a. SMA
b. D3
c. S1
Status pegawai
:
a. Pegawai Tetap
b. Pegawai
Kontrak Jabatan :
a. KANIT
b. KATIM
c. Perawat Pelaksana

PERTANYAAN:
1. Menurut anda, apakah jumlah tenaga yang ada di unit anda sudah mencukupi
?
2. Berapakah waktu anda bekerja dalam satu hari ?
3. Berapa hari anda bekerja dalam satu minggu ?
4. Apa saja kegiatan pokok yang dibebankan terhadap anda ?
5. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masing-masing kegiatan
pokok tersebut ?
76

Anda mungkin juga menyukai