TINJAUAN PUSTAKA
1 Amenorhoe Pastikan hamil atau tidak dan bila tidak hamil tidak perlu
penanganan khusus, cukup konseling saja.
Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan
anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan,
cabut implant dan jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya bagi
janin. Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak
ada gunanya memberikan obat hormon untuk memancing
timbulnya perdarahan.
2 Perdarahan Sering ditemukan terutama pada tahun pertama.
Bercak Atau
Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan
Spoting Ringan
tindakan apapun.
Bila klien terganggu namun tetap ingin melanjutkan pemakaian
implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen
3x800 mg selama 5 hari.
Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil
kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,
berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian
dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi atau dapat juga
diberikan 50 mg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.
3 Infeksi Pada Bila terdapat infeksi tanpa nanah bersihkan dengan sabun dan air,
Daerah Insersi atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant
jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.
Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru pada sisi
lengan yang lain atau cari metode kontrasepsi yang lain.
Bila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan
alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka dan
berikan antibiotik orar 7 hari
4 Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih
di tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.
Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya,
pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insisi yang berbeda.
Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul
baru pada lengan yang lain atau anjurkan klien menggunakan
metode kontrasepsi lain.
5 Berat Badan Informasikan kepada klien bahwa perubahan BB 1-2 kg adalah
Naik Atau normal.
Turun Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan BB 2 kg atau lebih.
Apabila perubahan BB ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari
metode lain.
6 Timbul jerawat Jelaskan bahwa jerawat dapat timbul akibat hormon progesteron,
terutama nontestosteron yang menyebabkan peningkatan kadar
lemak.
Bila tidak mengganggu cukup dengan menjaga kebersihan wajah
Bila terdapat infeksi, berikan tetrasiklin3-4 x 1 kapsul 250 mg
selama 7 hari
Bila jerawat menetap dan bertambah banyak sehingga tidak dapat
ditolerir oleh klien cabut implan dan ganti cara kontrasepsi non
hormonal.
18. Suntikkan anestesi lokal (0,3 cc) intrakutan di tempat insisi dan 1 cc subdermal
pada jalur pemasangan kapsul no.1 dan 2
19. Uji efek anestesi sebelum membuat insisi pada kulit
20. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel hingga mencapai lapisan
subdermal
21. Masukkan trokar dan pendorongnya melalui tempat insisi dengan sudut 45°
hingga mencapai lapisan subdermal kemudian luruskan trokar sejajar dengan
permukaan kulit
22. Ungkit kulit dan dorong trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1 tepat
berada pada luka insisi
23. Masukkan pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokar sampai terasa
adanya tahanan
24. Tahan pendorong di tempatnya, dan tarik trokar ke luar sampai mencapai pangkal
pendorong
25. Sambil menahan ujung kapsul di bawah kulit, tarik trokar dan pendorongnya
secara bersama-sama sampai batas tanda 2
26. Kemudian belokkan arah trokar ke samping dan arahkan ke sisi lain dari kaki
segitiga terbalik, dorong trokar dan pendorongnya hingga tanda 1 berada pada
luka insisi.
27. Tahan pendorong dan tarik trokar kearah pangkal pendorong untuk menempatkan
kapsul pada tempatnya
28. Tahan ujung kapsul kedua yang sudah terpasang di bawah kulit, tarik trokar dan
pendorong hingga keluar dari luka insisi
29. Raba kapsul di bawah kulit untuk memastikan kedua kapsul implant terpasang
baik pada posisinya
30. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari luka insisi
Tindakan Pasca Pemasangan
31. Tekan pada tempat insisi dengan kassa untuk menghentikan perdarahan
32. Rapatkan kedua tepi insisi dan tutup dengan band aid
33. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar
34. Beri petunjuk klien merawat luka. Anjurkan klien segera kembali ke klinik bila
ada nanah atau darah keluar dari luka insisi
35. Masukkan dan rendam alat yang telah dipakai ke dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menitBuang peralatan habis pakai ke tempat sampah medis
36. Buka sarung tangan secara terbalik dan rendam sarung tangan ke dalam larutan
klorin
37. Cuci tangan dengan sabun dan air lalu keringkan dengan kain bersih
38. Gambar letak kapsul pada rekam medic dan catat bila ada hal khusus
39. Observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
(JNPK-KR, 2011)
5) Melakukan konseling pasca pemasangan yaitu mengamati ± 15- 20 menit untuk
memungkinkan adanya perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum
memulangkan klien. Berikan petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah
pemasangan, yaitu:
(1) Memberitahu mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi
beberapa hari, namu itu merupakan hal yang normal
(2) Menganjurkan klien untuk menjaga luka insisi tetap kering dan bersih selama
paling sedikit 48 jam. Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi
atau mencuci pakaian.
(3) Memberitahu klien agar tidak membuka pembalut tekan selama 48 jam dan
biarkan band aid di tempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari)
(4) Memberitahu bahwa klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan
atau luka di daerah tersebut atau menambah tekanan
(5) Memberitahu klien setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh
dan dibersihkan dengan tekanan normal
(6) Memberitahu apabila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari, segera
kembali ke klinik.(Saifuddin, 2006; h. PK-28)
CATATAN :
a) Sarung tangan steril yang dipakai oleh pemasang harus bebas/tidak
mengandung bedak/talk, oleh karena itu bedak/talk bila jatuh atau
terbawa masuk bersama-sama Implant ke dalam tempat insisi, dapat
menyebabkan timbulnya reaksi jaringan berupa fibrosis.
b) Setelah bungkus Implant dibuka untuk mengeluarkan keenam “kapsul”
Norplant , letakkan keenam “kapsul” tersebut ke dalam mangkuk
stainless steel kosong dan steril, atau bungkus Implant dibuka sebagian
saja dan “kapsul-kapsul”nya diambil satu persatu langsung dari dalam
bungkusnya dengan memakai pinset anatomis steril. Jangan letakkan
keenam “kapsul” diatas doek steril, karena partikel-partikel kain/tenun
dapat menempel pada “kapsul” dan menyebabkan “kapsul” menjadi
lebih reaktif sehingga menimbulkan perlengkapan atau parut yang
berlebih.
c) Setelah selesai dengan insersi keenam “kapsul” Norplant, rendam
semua alat-alat yang sudah dipakai dalam cairan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi alat-alat tersebut. (Hanafi, 2004; h. 186)
DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR, Kemenkes RI, BKKBN. 2011. Pelatihan Klinik Teknologi Kontrasepsi
Terkini.
POGI, IDI,IBI. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Baziad, A 2008,Kontrasepsi hormonal,PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
BKKBN, 2015.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Hartanto, Hanifa. 2010. Keluarga Beencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan Mulyani Nina, Rinawati M. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Jogjakarta: Nuha Medika
Saiffudin, 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan KB. Jakarta: YBPSP. Sulistyawati,
Ari. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba medika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Kontrasepsi suntik tiga bulan adalah salah satu jenis kontrasepsi progesteron dan
diberikan secara intramuscular (IM) setiap 3 bulan. Kontrasepsi suntik tiga bulan diberi
nama Depo Provera atau Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA). Suntikan progestin
ini merupakan salah satu kontrasepsi yang dapat dipakai oleh semua perempuan di usia
reproduksi, termasuk pada saat perimenopause. DMPA termasuk kontrasepsi dengan
efektivitas yang tinggi, yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun, dengan
catatan penyuntikan dilakukan dengan benar. Selain itu, suntikan ini merupakan
kontrasepsi yang bisa dipakai pada masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
(Kementrian Kesehatan RI, 2013).
2.1.3 Keuntungan
2.1.4 Keterbatasan
Gangguan haid yang sering, seperti siklus haid yang memanjang atau
memendek, perdarahan (banyak atau sedikit), perdarahan tidak teratur atau
perdarahan bercak, dan tidak haid sama sekali.
Perokok.
Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kombinasi.
Jika ingin menggantikan IUD dengan suntik progestin, suntikan pertama dapat
diberikan selama sedang haid (hari pertama sampai ketujuh) atau bisa
diberikan di luar waktu haid asal yakin tidak sedang hamil.
Ibu dengan perdarahan tidak teratur atau tidak haid, suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat. Asal ibu tidak hamil dan selama 7 hari tidak boleh
berhubungan seksual terlebih dahulu.
Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan
nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang.
Karena terlambat kembalinya kesuburan, maka pada ibu muda yang menunda
kehamilan atau yang merencakan kehamilan dalam waktu dekat perlu diberi
penjelasan.
Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut bisa saja
terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, pasien harus kembali
ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab
amenoreanya.
Bila pasien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal atau 2 minggu setelah jadwal asal
tidak terjadi kehamilan. Pasien tidak dibenarkan hubungan seksual selama
tujuh hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama tujuh hari. Bila perlu
dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.
Apabila pasien lupa mengenai jadwal suntikan, suntikan dapat diberikan, asal
yakin tidak hamil.
4. Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam satu periode haid.
1. Amenorea
2. Perdarahan
Bila ditemukan radang panggul atau penyakit akibat berhubungan seksual, pasien
perlu diobati dengan obat yang sesuai dan suntikan dapat terus dilanjutkan.
Bila perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari) atau dua kali lebih
banyak daripada perrahan pada haid normal, jelaskan bahwa hal tersebut biasa
terjadi pada bulan pertama suntikan.
Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila ditemukan
kelainan ginekologik, pasien perlu diobati atau dirujuk.
Bila perdarahan yang terjadi mengancam keselamatan pasien atau pasien tidak
dapat menerima hal tersebut, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilihkan jenis
kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi zat besi dan anjurkan
mengonsumnya makanan yang mengandung banyak zat besi.
Untuk pasien yang mempunyai penyakit hati akut, penyakit jantung, dan stroke
sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan.
Amenorea
Bila tidak hamil, pengobatan tidak perlu dilakukan. Jelaskan bahwa darah haid
tidak terkumpul di dalam rahim. Beri nasihat untuk kembali ke klinik.
Perdarahan/Perdarahan bercak/spotting
Beritahu bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah
masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Apabila pasien tidak
dapat menerima perdarahan namun masih ingin melanjutkan suntiknya, sarankan 2
pilihan pengobatan, yaitu:
Beritahu bahwa kenaikan berat badan 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet pasien
apabila perubahan berat badan mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan
suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H., 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2015. Laporan Umpan Balik:
Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Hartanto, H., 2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kementrian Kesehatan RI, 2013. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Bulentin Jendela
Data & Informasi Kesehatan, 2(1), pp. 1-10.
Nursalam, 2009. Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Perry et al., 2005. Buku saku keterampilan dari Prosedur Dasar. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S., 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifudin, A. B., Affandi, B., Baharuddin, M. & Soekir, S., 2013. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.