Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Alat Kontrasepsi Implan


2.1.1 Pengertian Implan
Susuk KB disebut alat KB bawah kulit (AKBK) (Manuaba, 2010; h.602).
Implant merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat
dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas.(Handayani,
2010; h.116)
2.1.2 Jenis
1) Norplant
a. Terdiri dari 6 batang
b. Berisi 216 mg levovogastrel dan efektif selama 5 tahun
c. Panjang kapsul 34 mm dengan diameter 2.4 mm
2) Implanon
a. Terdiri dari 1 batang, putih, lentur.
b. Panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 mm
c. Berisi 36 mg Levonorgestrel dan lama kerja 3 tahun
3) Jadena & Indoplant
a. Terdiri dari 2 batang.
b. Berisi 75 mg Levonorgestrel dan lama kerja 3 tahun.
2.1.3 Cara Kerja
1) Mencegah ovulasi.
Pada kedua macam implant norplan dan norplan-2, Levonogestrel ber-difusi
melalui membran Silastic dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24
jam setelah insersi, kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk
mencegah ovulasi.
Menurut Helen Varney (2007), kadar levonogestrel yang dipertahankan di dalam
tubuh klien dengan sistem Norplant secara parsial menekan lonjakan LH dan
menghambat ovulasi. Sekresi FSH dan LH tetap berada pads kadar normal.
2) Perubahan lender serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga menghambat
pergerakan spermatozoa.
Menurut Helen Varney (2007), implan kemungkinan besar juga menekan
proliferasi siklik endometrium yang dipicu oleh estrogen sehingga endometrium
tetap dalam keadaan atrofi.
3) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
4) Mengurangi transportasi sperma
2.1.4 Keuntungan Implan
1) Keuntungan Kontrasepsi
a. Daya guna tinggi.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e. Bebas dari pengaruh estrogen.
f. Tidak mengganggu kegiatan senggama
g. Tidak mengganggu ASI.
h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
2) Keuntungan non Kontrasepsi
a. Mengurangi nyeri haid
b. Mengurangi jumlah darah haid
c. Mengurangi/memperbaiki anemia
d. Melindungi terjadinya kanker endometrium
e. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
f. Melindungi diri dari penyebab penyakit radang panggul
g. Menurunkan angka kejadian endometriosis
2.1.5 Kerugian
a. Susuk KB atau Implan harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan
yang terlatih
b. Sering timbul perubahan pola haid
c. Akseptor tidak dapat menghentikan implan sekehendaknya sendiri
d. Beberapa oeang wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena
kurang mengenalnya. ( Handayani, 2010; h.120)
e. Menimbulkan depresi dan perubahan mood
f. Rambut rontok
g. Adanya jaringan parut kecil pada bekas insisi pemasangan implan. (Morgan
dan Carole, 2009; h. 50)
2.1.6 Keterbatasan dan Efek Samping Implan
Pada kebanyakan klien dapat timbul keluhan-keluhan, seperti :
1) Perubahan pola haid berupa perdarahan bercak / spotting, hipermenorea atau
meningkatkan jumlah darah haid serta amenorea.
2) Nyeri kepala/pusing
3) Peningkatan/penurunan BB
4) Nyeri payudara
5) Perasaan mual, Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
6) Membutuhkan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
7) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS
8) Klien harus pergi ke klinik untuk pemasangan dan pencabutan
9) Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis (Rifampisin)
atau obat epilepsi (fenition dan barbiturat).
10) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan
pertahun).
11) Penanganan efek samping atau masalah yang sering ditemukan
12) Angka kegagalan implan berkisar 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan per tahun
(BKKBN.2006)
EFEK
No. PENANGANAN
SAMPING

1 Amenorhoe  Pastikan hamil atau tidak dan bila tidak hamil tidak perlu
penanganan khusus, cukup konseling saja.
 Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan
anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
 Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan,
cabut implant dan jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya bagi
janin. Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak
ada gunanya memberikan obat hormon untuk memancing
timbulnya perdarahan.
2 Perdarahan Sering ditemukan terutama pada tahun pertama.
Bercak Atau
 Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan
Spoting Ringan
tindakan apapun.
 Bila klien terganggu namun tetap ingin melanjutkan pemakaian
implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen
3x800 mg selama 5 hari.
 Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil
kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,
berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian
dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi atau dapat juga
diberikan 50 mg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.
3 Infeksi Pada  Bila terdapat infeksi tanpa nanah bersihkan dengan sabun dan air,
Daerah Insersi atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant
jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.
 Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru pada sisi
lengan yang lain atau cari metode kontrasepsi yang lain.
 Bila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan
alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka dan
berikan antibiotik orar 7 hari
4 Ekspulsi  Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih
di tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.
 Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya,
pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insisi yang berbeda.
 Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul
baru pada lengan yang lain atau anjurkan klien menggunakan
metode kontrasepsi lain.
5 Berat Badan  Informasikan kepada klien bahwa perubahan BB 1-2 kg adalah
Naik Atau normal.
Turun  Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan BB 2 kg atau lebih.
 Apabila perubahan BB ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari
metode lain.
6 Timbul jerawat  Jelaskan bahwa jerawat dapat timbul akibat hormon progesteron,
terutama nontestosteron yang menyebabkan peningkatan kadar
lemak.
 Bila tidak mengganggu cukup dengan menjaga kebersihan wajah
 Bila terdapat infeksi, berikan tetrasiklin3-4 x 1 kapsul 250 mg
selama 7 hari
 Bila jerawat menetap dan bertambah banyak sehingga tidak dapat
ditolerir oleh klien cabut implan dan ganti cara kontrasepsi non
hormonal.

(Saifuddin, 2013; h. MK-58 dan MK-59)

2.1.7 Syarat Penggunaan Implan


1) Yang boleh menggunakan implan
a. Usia reproduksi
b. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Pascapersalinan dan tidak menyusui / Menyusui dan membutuhkan
kontrasepsi
d. Pasca keguguran
e. Riwayat kehamilan ektopik
d. Tekanan darah <180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau
anemia bulan sabit (Sickle Cell)
e. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
(Prawirohardjo, 2007; h. 344)
2) Yang Tidak Boleh Menggunakan Implant
a. Hamil atau diduga hamil
karena berdasarkan tujuan dari pemakaian kontrasepsi implan adalah
mencegah terjadinya kehamilan ( Hanafi, 2004; h.183 ), sehingga klien tidak
diperbolehkan menggunakan kontrasepsi implan karena tidak efektif
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara, karena payudara
merupakan target dari kontrasepsi implan yang mengandung hormon
progesteron akan memperburuk kondisi klien (Baziad, 2008; h. 69)
d. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
e. Miom uterus, tumor jinak/ganas, misalnya miometrium pemberian kontrasepsi
hormonal kombinasi akan memicu pertumbuhan mioma karena mioma
mengandung reseptor estrogen dan progesteron yang dapat memicu
pertumbuhan mioma (Baziad, 2008; h. 28)
f. Trombofeblitis, kontrasepsi yang mengandung progesteron dapat
meningkatkan elastisitas vena dan kemampuan pengisian vena, sehingga aliran
darah jadi lambat bahkan sampai dapat terjadi stasis vena yang dapat
mengakibatkan trombo emboli sehingga pada klien dengan trombo emboli
tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi implan karena dapat
memperburuk keadaan klien (Baziad, 2008; h.70)
g. Penyakit hati akut/kronis, hal ini dikarenakan penggunaan kontrasepsi implan
dapat menyebabkan kolestasis intrahepatik yang pada akhirnya dapat
menimbulkan pruritus dan ikterus (Baziad, 2008; h. 74- 75)
h. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus. Apabila sebelumnya klien
sudah menderita penyakit jantung apabila menggunakan kontrasepsi implan
yang mengandung progesteron yang berperan terhadap kelainan pada
pembuluh darah, sehingga dapat memperburuk keadaan klien. Pada klien
dengan hipertensi, sehingga hormon progesteron yang terkandung di dalam
implan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Pemakaian kontrasepsi
implan pada klien dengan penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan
resistensi insulin ringan sehingga dapat memperburuk toleransi glukosa
(Baziad, 2008; h. 72-74)

2.1.8 Waktu Mulai Penggunaan Implan


1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan.
2) Insersi dapat dilakukan setiap saat, nasal saja diyakini tidak terjadi kehamilan.
Bila di insersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan
seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
3) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja di yakini tidak
terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat
dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode
kontrasepsi lain.
5) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
6) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan
implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak
hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
7) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant dapat diberikan
pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain.
8) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal (kecuali AKDR)
dan klien ingin menggantinya dengan implant, insersi implant dapat dilakukan
setiap saat asal saja di yakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai
datang haid berikutnya.
9) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan
implant, Implant dapat di insersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja. AKDR segera di cabut dan pasca keguguran implant dapat di
insersikan. (BKKBN.2006)

2.1.9 Prosedur pemasangan


1) Melakukan konseling dan persetujuan tindakan medis
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan
Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada
satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Dengan melakukan konseling
berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi
yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien
merasa puas. (Saifuddin, 2006, h.U-1)
2) Persetujuan tindakan medis (informed consent) adalah persetujuan yang diberikan
oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut. (Saifuddin, 2006, h.U-6)
3) Menyiapkan alat dan bahan
a. Persiapan Alat dan Bahan
1. Duk steril berlubang - Pinset
2. Sarung tangan steril - Implan set
3. Spuit 5 cc - Cucing
4. Kapas air matang dan kassa - Pengalas
5. Pola implant dan alat tulis - Perban dan plester
6. Povidon iodine 10% - lidokain 1%
7. Bengkok - larutan klorin
8. Tempat sampah medis dan non medis
b. Persiapan Pasien
9. Menganjurkan klien untuk mencuci lengannya dengan sabun dan air serta
membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun
10. Membantu klien naik ke meja periksa
4) Langkah Pemasangan Implan
1. Tanyakan kepada klien apakah klien telah mendapat konseling tentang prosedur
pemasangan implant
2. Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan bila ada indikasi
3. Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi
4. Periksa kembali untuk meyakinkan klien telah mencuci lengannya sebersih
mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun
5. Bantu klien naik ke meja periksa
6. letakkan kain bersih dan kering di bawah lengan klien dan atur posisi lengan klien
dengan benar
7. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan mengukur 8
cm di atas lipatan siku (Epicondilus medial)
8. Beri tanda pada tempat pemasangan dengan pola kaki segitiga terbalik untuk
pemasangan dua kapsul implant (40mm)
9. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT sudah tersedia
10. Buka peralatan steril dari kemasannya
11. Buka kemasan implan dan jatuhkan ke dalam mangkok kecil yang steril
Tindakan pra pemasangan
12. Cuci tangan dengan air dan sabun keringkan dengan kain bersih
13. Pakai sarung tangan steril/ DTT
14. Siapkan peralatan steril dan bahan-bahan yang diperlukan
15. Hitung jumlah kapsul untuk memastikan lengkap 2 buah
16. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik gerakkan ke arah luar secara
melingkar seluas dengan diameter 10-15 cm dan biarkan kering
17. Pasang duk steril/ DTT di sekeliling lengan klien
Pemasangan Kapsul Implan

18. Suntikkan anestesi lokal (0,3 cc) intrakutan di tempat insisi dan 1 cc subdermal
pada jalur pemasangan kapsul no.1 dan 2
19. Uji efek anestesi sebelum membuat insisi pada kulit
20. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel hingga mencapai lapisan
subdermal
21. Masukkan trokar dan pendorongnya melalui tempat insisi dengan sudut 45°
hingga mencapai lapisan subdermal kemudian luruskan trokar sejajar dengan
permukaan kulit
22. Ungkit kulit dan dorong trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1 tepat
berada pada luka insisi
23. Masukkan pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokar sampai terasa
adanya tahanan
24. Tahan pendorong di tempatnya, dan tarik trokar ke luar sampai mencapai pangkal
pendorong
25. Sambil menahan ujung kapsul di bawah kulit, tarik trokar dan pendorongnya
secara bersama-sama sampai batas tanda 2
26. Kemudian belokkan arah trokar ke samping dan arahkan ke sisi lain dari kaki
segitiga terbalik, dorong trokar dan pendorongnya hingga tanda 1 berada pada
luka insisi.
27. Tahan pendorong dan tarik trokar kearah pangkal pendorong untuk menempatkan
kapsul pada tempatnya
28. Tahan ujung kapsul kedua yang sudah terpasang di bawah kulit, tarik trokar dan
pendorong hingga keluar dari luka insisi
29. Raba kapsul di bawah kulit untuk memastikan kedua kapsul implant terpasang
baik pada posisinya
30. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari luka insisi
Tindakan Pasca Pemasangan
31. Tekan pada tempat insisi dengan kassa untuk menghentikan perdarahan
32. Rapatkan kedua tepi insisi dan tutup dengan band aid
33. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar
34. Beri petunjuk klien merawat luka. Anjurkan klien segera kembali ke klinik bila
ada nanah atau darah keluar dari luka insisi
35. Masukkan dan rendam alat yang telah dipakai ke dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menitBuang peralatan habis pakai ke tempat sampah medis
36. Buka sarung tangan secara terbalik dan rendam sarung tangan ke dalam larutan
klorin
37. Cuci tangan dengan sabun dan air lalu keringkan dengan kain bersih
38. Gambar letak kapsul pada rekam medic dan catat bila ada hal khusus
39. Observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
(JNPK-KR, 2011)
5) Melakukan konseling pasca pemasangan yaitu mengamati ± 15- 20 menit untuk
memungkinkan adanya perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum
memulangkan klien. Berikan petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah
pemasangan, yaitu:
(1) Memberitahu mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi
beberapa hari, namu itu merupakan hal yang normal
(2) Menganjurkan klien untuk menjaga luka insisi tetap kering dan bersih selama
paling sedikit 48 jam. Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi
atau mencuci pakaian.
(3) Memberitahu klien agar tidak membuka pembalut tekan selama 48 jam dan
biarkan band aid di tempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari)
(4) Memberitahu bahwa klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan
atau luka di daerah tersebut atau menambah tekanan
(5) Memberitahu klien setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh
dan dibersihkan dengan tekanan normal

(6) Memberitahu apabila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari, segera
kembali ke klinik.(Saifuddin, 2006; h. PK-28)
CATATAN :
a) Sarung tangan steril yang dipakai oleh pemasang harus bebas/tidak
mengandung bedak/talk, oleh karena itu bedak/talk bila jatuh atau
terbawa masuk bersama-sama Implant ke dalam tempat insisi, dapat
menyebabkan timbulnya reaksi jaringan berupa fibrosis.
b) Setelah bungkus Implant dibuka untuk mengeluarkan keenam “kapsul”
Norplant , letakkan keenam “kapsul” tersebut ke dalam mangkuk
stainless steel kosong dan steril, atau bungkus Implant dibuka sebagian
saja dan “kapsul-kapsul”nya diambil satu persatu langsung dari dalam
bungkusnya dengan memakai pinset anatomis steril. Jangan letakkan
keenam “kapsul” diatas doek steril, karena partikel-partikel kain/tenun
dapat menempel pada “kapsul” dan menyebabkan “kapsul” menjadi
lebih reaktif sehingga menimbulkan perlengkapan atau parut yang
berlebih.
c) Setelah selesai dengan insersi keenam “kapsul” Norplant, rendam
semua alat-alat yang sudah dipakai dalam cairan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi alat-alat tersebut. (Hanafi, 2004; h. 186)

DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR, Kemenkes RI, BKKBN. 2011. Pelatihan Klinik Teknologi Kontrasepsi
Terkini.
POGI, IDI,IBI. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Baziad, A 2008,Kontrasepsi hormonal,PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
BKKBN, 2015.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Hartanto, Hanifa. 2010. Keluarga Beencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan Mulyani Nina, Rinawati M. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Jogjakarta: Nuha Medika
Saiffudin, 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan KB. Jakarta: YBPSP. Sulistyawati,
Ari. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba medika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik 3 bulan DMPA

2.1.1 Pengertian

Kontrasepsi suntik tiga bulan adalah salah satu jenis kontrasepsi progesteron dan
diberikan secara intramuscular (IM) setiap 3 bulan. Kontrasepsi suntik tiga bulan diberi
nama Depo Provera atau Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA). Suntikan progestin
ini merupakan salah satu kontrasepsi yang dapat dipakai oleh semua perempuan di usia
reproduksi, termasuk pada saat perimenopause. DMPA termasuk kontrasepsi dengan
efektivitas yang tinggi, yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun, dengan
catatan penyuntikan dilakukan dengan benar. Selain itu, suntikan ini merupakan
kontrasepsi yang bisa dipakai pada masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
(Kementrian Kesehatan RI, 2013).

2.1.2 Cara kerja


DMPA mempunyai cara kerja yang sama dengan kontrasepsi progesteron lainnya,
diantara yaitu:
 Mencegah ovulasi.

 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma

 Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

 Menghambat transportasi gamet oleh tuba

2.1.3 Keuntungan

Berikut ini adalah keuntungan kontrasepsi DMPA:


 Sangat efektif.

 Pencegahan kehamilan jangka panjang.

 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.


 Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius pada penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah.

 Tidak berpengaruh pada ASI.

 Efek samping sedikit.

 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

 Dapat digunakan pada perempuan yang berusia >35 tahun sampai


perimenopause.

 Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

 Mencegah beberapa penyakit radang panggul atau PID (Pelvic Inflamatory


Disease).

 Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Sickle Cell Anemia).

2.1.4 Keterbatasan
 Gangguan haid yang sering, seperti siklus haid yang memanjang atau
memendek, perdarahan (banyak atau sedikit), perdarahan tidak teratur atau
perdarahan bercak, dan tidak haid sama sekali.

 Pasien bergantung terhadap fasilitas dan pelayanan kesehatan karena harus


kembali untuk suntik.

 Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

 Sering memberikan efek terhadap berat badan.

 Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual, hepatitis B,


atau infeksi virus HIV.

 Reversibilitas rendah (kesuburan lama kembali setelah berhenti), karena obat


yang terlepas dari tempat suntikan belum habis.

 Pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan perubahan pada lipid


serum, sedikit penurunan kepadatan tulang, kekeringan pada vagina,
penurunan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan
jerawat.

2.1.5 Yang dapat menggunakan kontrasepsi DMPA


 Usia reproduksi.

 Nulipara atau multipara.

 Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas.

 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

 Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

 Telah abortus atau keguguran.

 Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

 Perokok.

 Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah


atau anemia bulan sabit.

 Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat


tuberculosis (rifampisin).

 Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

 Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

 Anemia defisiensi besi.

 Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kombinasi.

2.1.6 Yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi DMPA

 Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat janin 7/100.000 kelahiran).

 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorrhea.

 Menderita kanker payudara atau riwayat kenker payudara.

 Diabetes mellitus disertai komplikasi.

2.1.7 Waktu mulai penggunaan kontrasepsi DMPA.

 Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tidak hamil.

 Hari 1-7 siklus haid.


 Pada ibu yang tidak haid, injeksi dapat dilakukan setiap saat asalkan ibu
dipastikan tidak hamil. Namun, selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
berhubungan dahulu.

 Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal dengan cara yang benar


kemudian ingin mengganti jenis kontrasepsinya menjadi suntik progestin dapat
diberikan suntikan saat itu juga tanpa menunggu haid berikutnya.

 Jika ibu ingin mengganti kontrasepsinya menjadi suntik progestin dari


kontrasepsi jenis suntik lainnya, jadwal pemberian pertamanya adalah jadwal
suntik selanjutnya dari kontrasepsi yang lama.

 Ibu yang sebelumnya menggunakan kontrsepsi non homonal dan ingin


menggunakan kontrasepsi suntik tiga bulan dapat diberikan kapan saja asal
tidak sedang hamil. Apabila pemberiannya dilakukan pada hari setelah hari ke-
7 haid maka selama 7 hari setelah pemberian tidak boleh melakukan hubungan
seksual.

 Jika ingin menggantikan IUD dengan suntik progestin, suntikan pertama dapat
diberikan selama sedang haid (hari pertama sampai ketujuh) atau bisa
diberikan di luar waktu haid asal yakin tidak sedang hamil.

 Ibu dengan perdarahan tidak teratur atau tidak haid, suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat. Asal ibu tidak hamil dan selama 7 hari tidak boleh
berhubungan seksual terlebih dahulu.

2.1.8 Cara penggunaan kontrasepsi DMPA

Kontrasepsi DMPA diberikan setiap tiga bulan sekali secara intramuskuler


dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera serta tidak efektif.
Suntikan diberikan setiap 90 hari.

Sebelum memberikan suntikan bersihkan terlebih dahulu daerah yang akan


disuntik dengan kapas alkohol 60-90% dan biarkan kering. Setelah kulit kering
baru disuntik. Kemudian kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung
udara. Kontrasepsi tidak perlu didinginkan. Apabila terdapat endapan putih pada
dasar botol upayakan menghilangkannya dengan cara menghangatkan.
2.1.9 Informasi lain yang perlu disampaikan

 Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid


(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali
mengganggu kesehatan.

 Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan
nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang.

 Karena terlambat kembalinya kesuburan, maka pada ibu muda yang menunda
kehamilan atau yang merencakan kehamilan dalam waktu dekat perlu diberi
penjelasan.

 Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut bisa saja
terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, pasien harus kembali
ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab
amenoreanya.

 Bila pasien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal atau 2 minggu setelah jadwal asal
tidak terjadi kehamilan. Pasien tidak dibenarkan hubungan seksual selama
tujuh hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama tujuh hari. Bila perlu
dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.

 Apabilan klien ingin berpindah dari kontrasepsi suntikan satu ke metode


kontrasepsi jenis suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Apabila
terpaksa dilakukan, maka pemberiannya mengikuti jadwal dari kontrasepsi
sebelumnya.

 Apabila pasien lupa mengenai jadwal suntikan, suntikan dapat diberikan, asal
yakin tidak hamil.

2.1.10 Peringatan bagi pemakai kontrasepsi DMPA

Berikut ini adalah peringatan yang perlu diberitahukan kepada akseptor


kontrasepsi DMPA, yang mana apabila terjadi perlu segera menghubungi tenaga
kesehatan atau klinik, diantaranya adalah:
1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan kemungkinan kehamilan.

2. Nyeri abdomen bawah yang berat mungkin merupakan gejala kehamilan


ektopik terganggu.

3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

4. Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan.

5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam satu periode haid.

2.1.11 Penanganan gangguan haid

1. Amenorea

 Tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup konseling.

 Jangan melanjutkan suntikan apabila pasien tidak dapat menerima kelainan


haid tersebut.

2. Perdarahan

 Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya.

 Bila perdarahan/bercak kemudian perdarahan maka carilah penyebab perdarahan.


Kemudian obatilah. Apabila penyebab perdarahan tidak ditemukan, tanyakan
apakah pasien masih ingin melanjutkan untuk menggunakan kontrasepsi suntik
progestin atau tidak, jika tidak maka jangan lanjutkan.

 Bila ditemukan radang panggul atau penyakit akibat berhubungan seksual, pasien
perlu diobati dengan obat yang sesuai dan suntikan dapat terus dilanjutkan.

 Bila perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari) atau dua kali lebih
banyak daripada perrahan pada haid normal, jelaskan bahwa hal tersebut biasa
terjadi pada bulan pertama suntikan.

 Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila ditemukan
kelainan ginekologik, pasien perlu diobati atau dirujuk.
 Bila perdarahan yang terjadi mengancam keselamatan pasien atau pasien tidak
dapat menerima hal tersebut, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilihkan jenis
kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi zat besi dan anjurkan
mengonsumnya makanan yang mengandung banyak zat besi.

 Untuk pasien yang mempunyai penyakit hati akut, penyakit jantung, dan stroke
sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan.

2.1.12 Instruksi bagi pasien

Peserta atau akseptor kontrasepsi suntik DMPA harus kembali ke tempat


pelayanan atau klinik untuk mendapat suntikan setiap 12 minggu sekali.

2.1.13 Penanganan efek samping yang sering dijumpai

 Amenorea

 Bila tidak hamil, pengobatan tidak perlu dilakukan. Jelaskan bahwa darah haid
tidak terkumpul di dalam rahim. Beri nasihat untuk kembali ke klinik.

 Bila telah terjadi kehamilan, rujuk pasien. Hentikan penyuntikan.

 Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk pasien segera.

 Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak


akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan rujuk ke
klinik.

 Perdarahan/Perdarahan bercak/spotting

Beritahu bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah
masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Apabila pasien tidak
dapat menerima perdarahan namun masih ingin melanjutkan suntiknya, sarankan 2
pilihan pengobatan, yaitu:

 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800


mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat jenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak
selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi
hormonal, atau beri 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi
untuk 14-21 hari.

 Berat badan yang turun/meningkat

Beritahu bahwa kenaikan berat badan 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet pasien
apabila perubahan berat badan mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan
suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H., 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2015. Laporan Umpan Balik:
Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Farrer, H., 2006. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Hacker, N., 2007. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.

Hartanto, H., 2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Bulentin Jendela
Data & Informasi Kesehatan, 2(1), pp. 1-10.

Nursalam, 2009. Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Perry et al., 2005. Buku saku keterampilan dari Prosedur Dasar. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S., 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Saifudin, A. B., Affandi, B., Baharuddin, M. & Soekir, S., 2013. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Susilowati, 2008. Kumpulan Askeb. s.l.:s.n.

Varney, H., 2007. Verney's Midwifery. Bandung: Sekeloa Publisher.

Wheeler, L., 2004. Perawatan Peinatal dan Postpartum. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai