Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.     Pengertian Kontrasepsi dan Cara Kerja Kontrasepsi Implant


1.    Pengertian Kontrasepsi
a.     Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian
subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis
rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).
b.    Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan subdermal levonorgestrel
yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic,
masing-masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal dengan masa
kerja lima tahun (Varney, 1997).
2.    Cara Kerja Kontrasepsi Implant
a.    Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus
serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar
untuk penetrasi sperma.
b.   Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang
diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah
implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai
fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
c.    Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat
pergerakan sperma.
d.   Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH),
baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.
B.      Indikasi dan Kontraindikasi
1.    Indikasi
a.   Pemakaian KB yang jangka waktu lama;
b.  Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu
dekat;
c.   Tidak dapat memakai jenis KB yang lain.
2.    Kontra Indikasi
a.   Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa sebab;
b.   Wanita dalam usia reproduksi;
c.   Telah atau belum memiliki anak;
d.  Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena); 
e.   Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi;
f.    Pasca persalinan dan tidak menyusui;
g.   Pasca keguguran;
h.  Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap;
i.     Riwayat kehamilan ektopik;
j.     Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia
bulan sabit (sickle cell);
k.  Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen;
l.     Sering lupa menggunakan pil;
m.                        Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya;
n.  Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara;
o.  Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi;
p.  Miom uterus dan kanker payudara;
q.  Gangguan toleransi glukosa.
C.     Jenis-jenis Impant
1.    Norplant
Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel
dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50 – 85
mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun sampai 30 – 35 mcg per
hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai.

2.    Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang
dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan panjang kira-
kira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate)
yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya
kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-lahan turun
menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya.
3.    Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
4.    Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38
mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari dan lama
kerja 1 tahun.
5.    Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin
dari bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan
tubuh. Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada
norplant. Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin
dikeluarkan lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan
menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul ini
mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton. 
Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm
mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm yang
mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12 – 18 bulan. Kecepatan pelepasan
levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat dibandingkan silastic.
D.     Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implant
1.    Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :
a.       Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman
dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas
teoretis. Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.
b.      Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling
pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja
paling panjang pada jenis norplant.
c.       Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur
dalam 48  jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh
kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan.
Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka
kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha
untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa
depan.Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan
dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan
waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan
demikian cepat.
d.      Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
e.       Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon
progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat
dalam penggunaan kontrasepsi implan.
f.       Tidak mengganggu kegiatan sanggama
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan
pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
g.      Tidak mengganggu ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada
efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal. Jika
ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat
diisersikan segera Postpartum.
h.      Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
i.        Dapat dicabut setiap saat
j.        Mengurangi jumlah darah haid
Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
k.      Mengurangi / memperbaiki anemia
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari perdarahan di atas
pola haid pra-pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna implan meningkat
karena terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.

2.    Kerugian Kontrasepsi Implant, meliputi :


Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid,
serta amenorea.
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-
kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar
perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak
perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari
10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya
terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua,
masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
a.      Nyeri kepala
Sebagian besar efek samping yang dialami oleh pengguna adalah nyeri kepala;
kira-kira 20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.
b.      Peningkatan berat badan
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat
badan dibandingkan penurunan berat badan.
Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan dikacaukanoleh
perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat
dihngkan dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya
tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun
pada 75 wanita yang menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya
peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan
yang tidak teratur dengan berat badan).
c.       Jerawat
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan
kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas
androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga
menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex
hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik
levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral
kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar SHBG-
nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak
berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan,
praktik higiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan
pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau
reitromisin topikal).
Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus
menggunakan implan.
d.      Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi
sebagian besar wanita. Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun, wanita akan
menghadapinya dengan berbagai derajat keprihatinan serta kecemasan. Walaupun
ketakutan akan rasa nyeri saat pemasangan implan merupakan sumber kecemasan
utama banyak wanita, nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah yang dibayangkan.
Pada kenyataannya, sebagian besar pasien mampu menyaksikan dengan santai
proses pemasangan atau pengangkatan implannya. Wanita harus diberitahu bahwa
insisi yang dibuat untuk prosedur tersebut kecil dan mudah sembuh, meninggalkan
jaringan parut kecil yang biasanya sukar dilihat karena lokasi dan ukurannya.

e.       Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.


Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur
pembedahan yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau
menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang
mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling
baik dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan
serta pencabutan implan.
f.        Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular
seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia.
Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular seksual harus
mempertimbangkan untuk menambahkan metode perintang (kondom) guna mencegah
infeksi.
g.      Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi.
Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.
h.      Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau
obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini,
penggunaan implan tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan risiko kehamilan
akibat kadar levonorgestrel yang rendah di dalam darah.
i.        Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.
Angka kehamilan ektopik selama menggunakan kontrasepsi implan adalah
0,28 per 1000 wanita per tahun penggunaan.
Walaupun risiko terjadinya kehamilan ektopik selama menggunakan implan
rendah, jika kehamilan memang terjadi, kehamilan ektopik harus dicurigai karena
kira-kira 30% kehamilan pada saat menggunakan implan merupakan kehamilan
ektopik.
E.      Efek Samping
1.    Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan pola haid, yang terjadi
pada kira-kira 6 % akseptor terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian.
2.    Yang paling sering terjadi:
a.       Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus haid
b.      Perdarahan bercak (spotting)
c.       Berkurangnya panjang siklus haid
d.      Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau perdarahan
bercak.Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang
membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering daripada
biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
3.    Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan berjalannya
waktu.
4.    Perdarahan hebat jarang terjadi (Cahyani, 2009).
5.    Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling sering
ditemui. Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat badan
(Gunawan, 1999).         
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan antara jurnal dan praktik dilahan tidak ada kesenjangan sedikit
apapun dalam pemasangan KB AKBK

1.      Pemasangan Implant:
a.       PelaksanaanPelayanan   
Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi cocok untuk pemasangan
maupun pencabutan implan.Bila mungkin,ruangan sebaiknya jauh dari area yang
sering digunakan (ramai) di klinik maupun di rumah sakit,serta harus:

1)      Mamiliki pencahayaan yang cukup


2)      Berlantai keramik atau semen sehingga mudah di bersihkan
3)      Terbebas dari debu dan serangga
4)      Memiliki ventilasi udara yang baik
5)      Selain itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih dan
mengalir (air kran dan lain-lain).
b.      Pencegahan Infeksi         
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun
pencabutan implan, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari
bebas infeksi. Untuk itu petugas perlu melakukan hal-hal sbb:
1)      Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan
dipasang implan dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal (sisa sabun
dapat mengurangi efektifitas beberapa anti septik). Langkah ini sangat penting
khususnya bila kebersihan klien
2)      Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk pemasangan dan
pencabutan batang, cuci tangan dengan sabun selama 5-10 detik kemudian bila
dengan air bersih yang mengalir sudah cukup
3)      Pakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau diDTT. (Gunakan sepasang
sarung tangan yang berbeda untuk tindakan guna menghindari kontaminasi silang
4)      Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah diberi anti
septik: gunakan forsep untuk mengusap kapas tersebut pada daerah
pemasangan/pencabutan implan.
5)      Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan batang implan,dan sebelum
malepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen dengan larutan clorin 0,5%.
Sebelum membuang atau merendam jarum dan alat suntik,isi dahulu dengan larutan
clorin. Setelah pemasangan, pisahkan plunger dari trokar. Darah kering akan
menyulitkan waktu memisahkan plunger dari trokar. Rendam selama 10
menit;kemudian bilas segera dengan air bersih.
6)      Kain operasi (drape) harus dicuci sebelum digunakan kembali. Setelah dipakai,
taruh pada wadah kering dan bertutup.
7)      Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminsi
(kassa,kapas,dll) kedalam wadah tertutuprapat atau kantong plastik yang tidak bocor.
Jarum dan alat suntik sekali pakai (disposable) harus dibuang kedalam wadah yang
tahan tusuk.
8)      Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan clorin
0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar.
c.       Persiapan
1)      PersiapanKlien   
Walaupun kulit dan instrumennya sulit untuk disterilisasi, pencucian dan pemberian
antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan dipasang akan mengurangi jumlah
mikroorganisme di daerah kulit klien.kedua tindakan ini pada kenyataannya sangat
bermanfaat dalam mengurangi resiko terjadinya infeksi pada insersi atau pencabutan
implan Norplant.
2)      Peralatan dan Instrumen untuk Insersi :
a)      Meja periksa untuk berbaling klien;
b)      Alat penyangga lengan (tambahan);
c)      Batang implan dalam kantong;
d)     Kain penutup steril(disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat
meletakkan implan Norplant;
e)      Pasang sarung tangan karet bebas bedak dan yang sudah steril (atau didisinfeksi
tingkat tinggi)Sabun untuk mencuci tangan;
f)       Larutan anti septik untuk disinfeksi kulit(mis,betadin atau sejenis gol povidon iodin
lainnya), lengkap dengan cawan/mangkok anti karat;
g)      Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin);
h)      Semprit(5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch);
i)        Trokar 10 dan madrin;
j)        Skalpel 11 atau 15;
k)      Kassa pembalut, band aid, atau plester;
l)        Kassa steril dan pembalut;
m)    Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus tersedia untuk kaperluan darurat);
n)      Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan);
o)      Bak/tempat instrumen (tertutup).
d.      Kunci Keberhasilan Pemasangan
1)      Untuk tempat pemasangan kapsul,pilihlah lengan klien yang jarang digunakan;
2)      Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan;
3)      Pastikan kapsul-kapsul tersebut ditempatkan sedikitnya 8 cm diatas lipat siku,
didaerah media lengan;
4)      Insisi untuk pemasangan harus kecil,hanya sekedar menembus kulit. Gunakan
kalpel atau trokar tajam untuk membuat insisi;
5)      Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisisl tepat
dibawah kulit. Waktu memasang trokar jangan dipaksakan;
6)      Ttrokar harus dapat mengangkat kulit setiap saat,untuk memastikan memastikan
pemasangan tepat dibawah kulit;
7)      Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum kapsul berikutnya
dipasang (untuk mencegah kerusakan kapsul sebelumnya,pegang kapsul yangsudah
terpasang tersebut dengan jari tengah dan masuk trokar pelan-pelan disepanjang tepi
jari tersebut);
8)      Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar atau terlalu
dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali dalam
posisi yang tepat;
9)      Jangan dicabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua kapsul dipasang dan
periksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan bahwa keenam kapsul
dipasang dalam posisi benar dan pada bidang yang sama dibawah kulit;
10)  Kapsul pertama dan keenam harus membentuk sudut 75 derajat.

e.       Persiapan Pemasangan
1)      Langkah1                                  
Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir serta
membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas
antisetik tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kurang menjaga kebersihan
dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah penularan penyakit. 
2)      Langkah2                      
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila ada) dengan
kain bersih.
3)      Langkah3          
Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (misalnya :
lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja di samping. Lengan harus
disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan
posisi yang disukai klinis untuk memudahkan pemasangan. 
4)      Langkah4          
Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan siku.
5)      Langkah5          
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di
dalamnya.
6)      Langkah6                      
Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan
pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk steril.Bila tidak ada
mangkuk steril, kapsul dapat diletakkan dalam mangkuk yang didisinfeksi tingkat
tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan membuka
sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu dengan klem steril atau DDT
saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian dalam kemasan atau isinya
kecuali dengan alat yang steril atau DDT.
f.       Tindakan Sebelum Pemasanagan
1)      Langkah1                      
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
2)      Langkah2          
Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna
mencegah kontaminasi silang).
3)      Langkah3                                  
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk memstikan
jumlahnya. 
4)      Langkah4                      
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau DTT
untuk memegang kasa berantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan
tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminsai sarung tangan dengan menyentuh
kulit yang tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke
arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2
menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptik yanga berlebihan hanya bila
tanda yang sudah dibuat tidak terlihat. 
5)      Langkah5                      
Bila ada guanakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi
lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan
dipasang kapsul.
Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan kain steril.
6)      Langkah6                      
Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml
obat anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama
memasang kapsul implan. 
7)      Langkah7          
Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi untuk
memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat
anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa
memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan membuat
kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan
sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi sebanyak 1 ml di
antara tempat untuk memasang kapsul.
g.      Pemasanagan Kapsul      
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel untuk
memastikan obat anestesi telah bekerja :
1)      Langkah1          
Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus
kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam. 
2)      Langkah2          
Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung yang
tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar :
a)      dekat pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit sebelum
memasukkan setiap kapsul.
b)      dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah
memasang setiap kapsul. 
3)      Langkah3          
Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya masukkan
ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada
pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya
berada di bawah kulit. Memasukkan trokar jangan dengan paksaan. Jika terdapat
tahanan coba dari sudut lainnya. 
4)      Langkah4                      
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas sehingga kulit
terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat
pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari.
Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar
akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
5)      Langkah5                      
Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong dari trokar. 
6)      Langkah6                                  
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset
atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Bila kapsul
diambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari bedak atau pertikel
lain.
7)      Langkah7          
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa ada
tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa. 
8)      Langkah8                      
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk menstabilkan.
Terik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah luka insisi
sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan
pendorong. Hal yang penting pada langkah ini adalah menjaga pendorong tetap di
tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan. 
9)      Langkah9          
Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di tepi luka
insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba ujung
kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar. Hal
yang penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk menghindari terpotongnya kapsul
saat trokar digerakkan untuk memasang kapsul berikutnya. 
10)  Langkah10        
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah laterla kanan dan
kembalikkan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas.
Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu mula-mula fiksasi
kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-pelan
sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak
yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang
sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai masukkan kapsul berikutnya ke dalam
trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
11)  Langkah11        
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau ekspulsi
pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi. 
12)  Langkah12        
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah
terpasang. 
13)  Langkah13        
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah kapsul keluar
atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang
kembali di tempat yang tepat. 
14)  Langkah14        
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa,
keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa
selama 1 menit.
h.      Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
1)      Menutup luka insisi :
a)      Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kassa steril
untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidfak perlu dijahit karena dapat menimbulkan
jaringan parut;
b)      Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk
hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan subkutan).
2)      Perawatan klien :
a)      Buat catatan pada rekam medik pemasangan kapsul dan kejadiian tidak umum yang
mungkin terjadi selama pemasangan;
b)      Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka
insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka
insisi setelah pemaasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.

Anda mungkin juga menyukai