Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI

1. Bedakan reaksi respirasi aerobik dan reaksi anaerobik ?.


2. Jelaskan senyawa- senyawa berenergi tinggi pada organisme ?.
3. Jelaskan mekanisme respirasi dalam sel organisme ?.
4. Jelaskan tahap- tahap reaksi glikolisis ?.
5. Jelaskan daur Krebs dan enzim- enzim yang terlibat dalam respirasi ?.
6. Hitunglah jumlah ATP yang dihasilkan dari 1 mol glukosa dalam respirasi?.
7. Jelaskan daur glioksilat dalam pengubahan lemak menjadi karbohidrat ?.
8. Jelaskan tentang fermentasi (substrat, reaksi dan kerugianya)
9. Jelaskan jalur pentosa fosfat ?.
10. Bandingkan kosien respirasi dari minimal 3 macam substrat respirasi?
11. Jelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi respirasi?

JAWABAN EVALUASI
1. Proses kimia pada respirasi anaerobik :
a. Respirasi anaerob merupakan pembongkaran glukosa yang tidak
sempurna,
b. Hanya menghasilkan 2 ATP dati tiap mol glukosa yang dibongkar,
c. Entropi besar karena hasil pembongkarannya menghasilkan sampah yang
berupa senyawa yang masih menyimpan energi cukup besar, yaitu :
a) Ethanol + CO2 , atau
b) Asam laktat
d. Sebagian energi terbuang dalam bentuk panas
Respirasi aerob merupakan pembongkaran yang jauh lebih efisien, karena:
1) dapat membongkar jauh lebih sempurna dengan zat sisa berupa
molekul kecil, yaitu CO2 dan H2O
2) Dapat menghasilkan 36 ATP dari setiap pembakaran 1 mol glukosa
3) Energi yang terbuang dalam bentuk panas sangat kecil

2. Adenosin trifosfat (ATP) berperan sentral dalam pemindahan energi bebas


dari proses eksergonik ke proses endergonik. ATP adalah nukleotida trifosfat
yang mengandung adenin, ribosa dan 3 gugus fosfat (Gambar 2.) Dalam
reaksinya di dalam sel, ATP berfungsi sebagai kompleks Mg 2+. Terlihat bahwa
nilai hidrolisis gugus terminal fosfat pada ATP terbagi menjadi 2 kelompok.
Pertama, fosfat berenergi rendah yang memiliki ΔG lebih rendah dari pada
ΔG0 pada ATP. Kedua, fosfat berenergi tinggi yang memiliki nilai ΔG lebih
tinggi daripada ΔG0 pada ATP, termasuk di dalamnya, ATP dan ADP, kreatin
fosfat, fosfoenol piruvat dan sebagainya.

3. Mekanisme Respirasi adalah sebagi berikut :


Glikolisis
Kata “glikolisis” berarti “menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya terjadi
selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula
berkarbon tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom
sisanya disusun ulang untuk membuat dua molekul piruvat (champbell, 2002)
Siklus krebs
Glikolisis melepas energi kurang dari seperempat energi kimiawi yang
tersimpan dalam glukosa, sebagian besar energi itu tetap tersimpan dalam dua
molekul piruvet. Jika ada oksigen molekuler, piruvat itu memasuki
mitokondria dimana enzim siklus krebs menyempurnakan oksidasi bahan
bakar organiknya (champbell, 2002)
Sistem Transpor Elektron
Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua
macam. Pertama dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau
GTP (Guanin Tripospat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang
langsung dapat digunakan. Kedua dalam bentuk transport elektron, yaitu
NADH (Nikotin Adenin Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine dinukleotida)
dalam bentuk FADH2. Kedua macam sumber elektron ini dibawa kesistem
transfer elektron.

4. Tahap-Tahap Glikolisis
Tahap 1 :Fosforilasi Glukosa
Reaksi : Glucose + ATP4- —-> Glucose-6-phosphate2- + ADP3- + H+
o Reaksi yang irreversibel (tidak dapat balik)
o Dikatalis oleh Heksokinase : Tranfer gugus fosfat pada molekul
heksosa.
Tahap ke 2 : Pengubahan glukosa 6-posfat menjadi Fruktosa 6-Fosfat
Reaksi : glucose-6-phosphate2- —-> fructose-6-phosphate2-
o Reaksi yang reversibel (berjalan 2 arah/dapat balik)
o Dikatalisis fosfoglukoisomerase : Perubahan isomer dari aldosa
(glukosa 6-fosfat) ke ketosa (fruktosa 6-fosfat)
Tahap ke 3 : Fosforilasi Fruktosa 6-Fosfat menjadi Fruktosa 1,6-
DiFosfat
Reaksi : Fructose-6-phosphate2- + ATP4- —-> fructose-1,6-
diphosphate4-+ ADP3- + H+
o Dikatalisis oleh fosfofruktokinase (enzim pengatur utama pada
glikolisis).
o Reaksi berlangsung irreversibel
Tahap ke 4 : Penguraian Fruktosa 1,6-Difosfat
Reaksi : Fructose-1,6-bisphosphate4- —-> dihydroxyacetone
phosphate2- + glyceraldehyde-3-phosphate2-
o Reaksi yang reversibel (berjalan 2 arah/dapat balik)
o Dikatalisis oleh Fructose-1,6-Bisphosphate Aldolase.(Aldolase
fruktosa difosfat)
Tahap ke 5 : Interkonversi Triosa Fosfat
Reaksi : Dihydroxyacetone phosphate2- —-> glyceraldehyde-3-
phosphate2-
o Dikatalisis oleh Triose Phosphate Isomerase
o Reaksi yang reversibel (dapat balik)
Tahap ke 6 : Pembentukkan senyawa berenergi tinggi ke I
Reaksi : glyceraldehyde-3-phosphate2- + Pi2- + NAD+ —–> 1,3-
bisphosphoglycerate4- + NADH + H+
o Dikatalisis oleh hidroginase gliseraldehida fosfat
o Reaksi yang reversibel (dapat balik)
Tahap ke 7 : Fosforilasi tingkat substrat ke I
Reaksi : 1,3-bisphosphoglycerate4- + ADP3- —–> 3-
phosphoglycerate3- + ATP4-
o Dikatalis oleh Enzim Kinase fosfogliserat untuk ADP menjadi
ATP dan 3-fosfogliserat
o Reaksi yang reversibel (dapat balik)
Tahap ke 8 : Pengubahan 3 –fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat
Reaksi : 3-phosphoglycerate3- ——> 2-phosphoglycerate3-
o Reaksi yang reversibel (dapat balik)
o Dikatalisis oleh enzim fosfogliserat mutase
Tahap ke 9 : Pembentukkan senyawa berenergi tinggi ke II
Reaksi : 2-phosphoglycerate3- —–> phosphoenolpyruvate3- + H2O
o Dikatalis oleh enolasi menghasilkan fosfoenolpiruvat
Tahap ke 10 : Fosforilasi tingkat substrat ke II
Reaksi : phosphoenolpyruvate3- + ADP3- + H+ —-> pyruvate- + ATP4
Reaksi ini penting, karena Tahap terakhir pada glikolisis pemindahan
gugus posfat berenergi tinggi dari fosfoenolfirufatke ADP dengan katalis
kinase piruvat
o Menghasilkan ATP dari reaksi fosforilasi tingkat subtrat ADP
o Reaksi ini secara energetik sangat bagus, sehingga berfungsi untuk
menarik dua reaksi

5. Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan


pembongkaran asam piruvat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi
kimia. Langkah awal menuju daur krebs menyangkut oksidasi dan hilangnya
CO2 dari piruvat dan penggabungan sisa unit asetat 2-kabon dengan senyawa
yang mengandung belerang, yakni ko-enzim A (CoA) membentuk asetil CoA.
Peran CoA ini dan peran lainnya di daur krebs merupakan alasan penting
mengapa belerang termasuk hara esensial. Reaksi dekarborsilasi piruvat ini
juga melibatkan bentuk terfosforilasi tiamin (vitamin B1) sebagai gugus
prostetik. Keikutsertaan tiamin dalam reaksi ini menjelaskan pentingnya
vitamin B1 pada tumbuhan dan hewan. Disamping hilangnya CO2, dua atom
hidrogen diambil dari asam piruvat selama pembentukan asetil CoA. Enzim
yang mengkatalisis reaksi secara lengkap ialah asam piruvat dehidrogenase,
tapi sebenarnya merupakan kompleks terorganisasi yang mengandung banyak
salinan dari lima enzim yang berlainan, tiga di antaranya mengkatalisid
dekarboksilasi oksidatif piruvat dan dua lainnya mengatur aktivitas ketiga
enzim lainnya (Miernyk dkk, 1987). Atom piruvat akhirnya diterima oleh
NAD+, menghasilkan NADH.
Daur krebs melakukan pengambilan beberapa elektron dari asam-organik-
antara dan mengangkut elektron tersebut ke NAD+ (untuk membentuk NADH)
atau ke ubikuinon (untuk membentuk ubikuinol). Perhatikan bahwa tidak ada
enzim dehidrogenase dari daur ini yang menggunakan NADP+ sebagai
penerima elektron. Bahkan, NADP+ biasanya hampir tak terdeteksi di dalam
mitokondria tumbuhan, keadaan yang berlawanan dengan kloroplas, yang
dalamnya NADP+sangat berlimpah, sedangkan NAD+ lebih sedikit. Tidak
hanya NADH dan ubikuinol yang merupakan produk penting dari daur krebs,
tapi satu molekul ATP dibentuk dari ADP dan Pi selama pengubahan suksinat
koenzimA menjadi asam suksina. (Pada hewan mamalia, tapi tidak pada
beberapa tumbuhan yang telah diselidiki, pembentukan ATP pada langkah ini
memerlukan GDP dan GTP, keduanya ialah nukleotida guanosin) dua molekul
CO2 tambahan di lepaskan selam reaksi daur krebs ini, sehingga terjadi
kehilangan neto ke dua ataom karbon dari asetat berikut dari asetil CoA.
Pelepasan CO2 pada daur krebs mejelaskan adanya produk CO 2 pada
persamaan rangkuman untuk respirasi, tapi tidak ada O2 yang diserap selama
reaksi daur krebs.
Enzim- enzim Respirasi
Sebagian besar langkah dalam proses perombakan pati menjadi glukosa
dikatalis oleh tiga macam enzim: α-amilase, β-amilase, dan pati fosforilase.
dari ketiganya, hanya α-amilase yang dapat menyerang butir pati utuh, yaitu
dengan memutuskan ikatan 1-4 pada rantai amilosa atau amilopektin.
Ikatan cabang 1-6 pada amilopektin atau dekstrin bercabang tidak dapat
diserang oleh salah satu dari enzim di atas, namun akan dihidrolisis oleh
berbagai enzim pemutus cabang, yang terdiri atas: jenis pululanase,
isoamilase, dan limit dekstrinase.

6. Sebagian besar langkah dalam proses perombakan pati menjadi glukosa


dikatalis oleh tiga macam enzim: α-amilase, β-amilase, dan pati fosforilase.
dari ketiganya, hanya α-amilase yang dapat menyerang butir pati utuh, yaitu
dengan memutuskan ikatan 1-4 pada rantai amilosa atau amilopektin. Ikatan
cabang 1-6 pada amilopektin atau dekstrin bercabang tidak dapat diserang
oleh salah satu dari enzim di atas, namun akan dihidrolisis oleh berbagai
enzim pemutus cabang, yang terdiri atas: jenis pululanase, isoamilase, dan
limit dekstrinase.

7. Fermentasi adalah proses penghasil energi utama dari berbagai


mikroorganisme yang bersifat anaerob. Sifat anaerob ada yang bersifat obligat
(absolut) artinya mokroorganisme tersebut akan mati bila diberi oksigen. Ada
yang bersifat anaerob fakultatif yaitu mereka dapat hidup dengan atau tanpa
aksigen. Dalam kondisi anaerob, asam piruvat tidak diubah mcnjadi Asetil -
KoA, tetapi mereka akan berubah menjadi etanol dengan reaksi sebagai
berikut. Enzim yang mengkatalisis adalah karboksilase dan dehidrogenase.
Dalam reaksi ini untuk 1-mol asam piruvat menjadi etanol dibutuhkan 1-mol
NADH2 (3-ATP).Sehingga untuk mengubah 2-mol. glukosa menjadi 2 mol
piruvat dan 2-mol etanol dibutuhkan 6-ATP. Dalam rangkaian glokolisis
dihasilkan 8 ATP. Sehingga dalam fermentasi glukosa menjadi alkohol hanya
dihasilkan 2 -ATP. Dengan kata lain fermentasi merupakan penghasil energi
yang tidak efisien.
Pada kebanyakan tumbuhan dan hewan respirasi yang berlangsung adalah
respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat
pada sesuatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebutmelangsungkan proses
fermentasi yaitu proses pembebasan energi tanpa adanya oksigen, nama
lainnya adalah respirasi anaerob. Dari hasil akhir fermentasi, dibedakan
menjadi fermentasi asam laktat/asam susu dan fermentasi alkohol.

8. Glikolisa/ EMP atau fermentasi dari metabolism glukosa merupakan lintasan


utama dalam perbentukan asam piruvat dan metabolism hidrat arang. Pada
organism/ tumbuhan terdapat beberapa lintasan hidrat arang lainnya,
diantaranya yang terpenting ialah yang biasa disebut Lintasan Pentosa Fosfat
(Phentose Phosphate Shunt), lintasan oksidasi langsung atau juga disebut
Lintasan Warburg-Lipmann-Dickens (WLD). Lintasan ini mempunyai
keuntungan dalam pembakaran glukosa, yaitu tanpa mengikut sertakan siklus
krebs (adaptasi-evolusi). Disamping itu, lintasan itu dapat membawakan
pembentukan ribose, yaitu gula berkarbon lima yang merupakan komponen
penting dari beberapa koenzim, ATP asam nukleat DNA dan RNA dari nukleo
protein dan senyawa-senyawa lainnya dalam sel.
Tahap pertama dalam metabolism glukosa melalui lintasan pentose fosfat
berbeda dengan tahap-tahap pertama dari gllikolisis. Pada lintasan pentose
fosfat, pertama-tama glukosa-6-p dioksidasi menjadi asam-6-fosfoglukonat
demikian selanjutnya hingga terbentuk senyawa-senyawa pentose, yaitu
ribulosa 5-P yang dengan ATP akan membentuk ribulosa 1,5-difosfat yang
merupakan aseptor CO2 pada fotosintesis.
Pada keadaan tertentu, lintasan glikolisis terhalang dan tumbuhan mengadakan
lintasan pentose fosfat (adaptasi). Didugakan diantaranya lintasan itu terdapat
pada tumbuhan yang terkena infeksi, luka dan sebagainya. Pada kejadian itu,
pada jaringan tumbuhan banyak terbentuk senyawa-senyawa fenol yang
mudah dioksidasi menjadi Quinon, kemudian berpolimerisasi dan membentuk
polimer berwarna coklat yang bersifat racun. Senyawa fenol berasal dari
senyawa pentose. Disamping itu, pentose juga merupakan prekusor dari lignin
(zat kayu).
Berbeda dengan lintasan glikolisis, koenzim hidrogenasinya bukan NA tetapi
NADP. NADPH2nya dapat dibawa ke tahap transfer electron dan terjadi
fosforilasi oxidative yang membentuk ATP.

9. Adapun jalur pentosa fosfat adalah sebagai berikut:


a. Glukosa-6-fosfat dioksidasi (didehidrogenasi) tidak dapat balik oleh
glukosa-6-fosfat dehidrogenase menjadi 6-fosfoglukonolakton. Lakton
ini segera dihidrolisis oleh laktoase menjadi asam 6-fosfoglukonat,
selanjutnya senyawa itu mengalami dekarboksilasi oksidatif (tidak dapat
balik) oleh 6-fosfoglukonat dehidrogenase menjadi ribolusa-5-fosfat.
Reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh dehidrogease sangat khas untuk
NADP (bukan NAD)
b. Reaksi selanjutnya adalah ribolusa-5-fosfat oleh isomerase diubah
mejadi ribosa-5-fosfat, dan oleh epimerase diubah menjadi xilulosa-5-
fosfat. Ribosa-5-fosfat dan xilulosa-5-fosfat yang dihasilkan kemudian
oleh transketolase diubah menjadi sedoheptulosa-7-fosfat diubah
menjadi erittrosa-4-fosfat dan fruktosa-6-fosfat. Setelah itu xilulosa-5-
fosfat dengan eritrosa-4-fosfat oleh transketolase diubahmenjadi 3-
fosfogliseraldehida dan fruktosa-6-fosfat.
c. Hasil oksidasi adalah CO2 dan 3–fosfogliseraldehida (triosafosfat). Dua
molekul triosa fosfat dapat berkombinasi oleh reaksi aldolase setelah
isomerase satu molekul 3-fosfogliseraldehida menjadi dihidroksiaseton
fosfat. Fruktosa-1,6-fosfat yang dihasilkan dapatdiubah menjadi fruktosa-
6-fosfat oleh fosfatase, dan selanjutnya fruktosa-6-fosfat oleh heksofosfat
isomerase diubah menjadi glukosa-6-fosfat yang akan memasuki kembali
jalur, sehingga oksidasi sempura heksosa menjadi CO2 dapat menjadi 3-
fosfogliseraldehida dapat juga memasuki “pool” triosa fosfat sel dan
dioksidasi menjadi piruvat dan selanjutnya setelah diubah menjadi asetil-
KoA dioksidasi oleh daur Krebs.

10. Gula:
C6H12O6+ 6O2 6CO2 +H2O

KR = 6 mol CO2 = 1.0

6 mol O2

Asam Organik (asam malat):

C4H6O5+ 3O2 4CO2 +3H2O

KR = 4 mol CO2 = 1.33

3 mol O2

Asam lemak (asam palmitat):

C16H32O2+11O2 C12H22O11 +4CO2 +5H2O

KR = 4 mol CO2 = 0.36

11 mol O2

11. Lajunya respirasi pada setiap tumbuhan tidaklah sama, hal tersebut
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:
a. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan
itu sendiri, contohnya :
1. Tipe jaringan dan umur tumbuhan.
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan
metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi
akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang
tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan. Jaringan muda yang berkembang melakukan respirasi
lebih tinggi dari pada jaringan dewasa. Substrat dewasa respirasi
berubah jika jaringan mejadi dewasa, dan proses keseluruhan serta
efisiensi respirasi berubah sesuai perkembangan jaringan.
2. Jumlah plasma dalam sel
Jaringan-jaringan meristematis muda memiliki sel-sel yang masih
penuh dengan plasma dengan viabilitas tinggi biasanya mempunyai
kecepatan respirasi yang lebih besar daripada jaringan-jaringan yang
lebih tua di mana jumlah plasmanya sudah lebih sedikit.
3. Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting
dalam melakukan respirasi. Dalam hal ini substat adalah senyawa yang
akan diurai melalui reaksi yang telah dijelaskan diatas. Tumbuhan
dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi
dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang
tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat. Substrat
utama respirasi adalah karbohidrat.
b. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar sel atau lingkungan,
yang terdiri atas:
1. Rangsangan mekanik
Daun yang digoyang - goyang menunjukkan kenaikan respirasi.
Tetapi kalau ini dilakukan berulang-ulang reaksinya menurun.
Kanaikan respirasi ini mungkin disebabkan oleh efek pemompaan.
2. Suhu
Di dalam batas-batas tertentu laju reaksi enzim kira-kira
meningkat dua kali untuk setiap kenaikan suhu 10oC. Secara
kuantitatif ditunjukkan oleh nilai Q10 sebagai berikut:
Q10= Laju pada (t + 10) o C
Laju pada t o C
Nilai Q10 untuk respirasi sebagian besar spesies tumbuhan biasanya
kira-kiraantara 2 dan 2,5padasuhuantara 5 dan 25 oC. Di atassuhuini
(30 hingga 35 o
C) sering terjadi peurunan Q10 yang mungkin
disebabkan terbatasnya oksigen karena kelarutannya berkurang dan
rendahnya difusi gas tersebut. Pada waktu suhu naik di atas 35oC
terjadi penurunan respirasi karena enzim-enzim yang diperlukan mulai
mengalami denaturasi
3. Kadar air dalam jaringan
Pada umumnya dengan naiknya kadar air dalam jaringan
kecepatan respirasi juga akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji
yang sedang berkecambah.
4. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan
bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi
normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju
respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara
5. Karbondioksida
Sebagai hasil akhir reaksi, konsentrasi yang tinggi dari
karbondioksida di perkirakan akan menghambat respirasi. Respirasi
dihambatakan tetapi hanya pada konsentrasi yang sangat melampaui
konsentrasi yang biasa terdapat pada udara.
6. Luka dan stimulus mekanik
Luka atau kerusakan jaringan (stimulus mekanik) pada jaringan
daun menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara waktu,
biasanya beberapa menit hingga satu jam. Luka memicu respirasi
tinggi karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi senyawa fenol terjadi dengan
cepat karena pemisahan antara substrat dan oksidasenya dirusak; (2)
proses glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif meningkat
karena hancurnya sel atau sel-sel sehingga menambah mudahnya
substrat dicapai enzim respirasi; (3) akibat luka biasanya sel-sel
tertentu kembali ke keadaan meristematis diikuti pembentukan kalus
dan penyembuhan atau perbaikan luka.
7. Garam-garam mineral
Jika akar menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah, laju
respirasi meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang diperlukan
pada saat garam/ion diserap dan diangkut. Keperluan energi itu
dipenuhi dengan menaikkan laju respirasi. Fenomena ini dikenal
dengan respirasi garam.
8. Cahaya
Cahaya dapat meningkatkan laju respirasi pada jaringan tumbuhan
yang berklorofil karena cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat
respirasi yang dihasilkan dari proses fotosintesis.

Anda mungkin juga menyukai