JAWABAN EVALUASI
1. Proses kimia pada respirasi anaerobik :
a. Respirasi anaerob merupakan pembongkaran glukosa yang tidak
sempurna,
b. Hanya menghasilkan 2 ATP dati tiap mol glukosa yang dibongkar,
c. Entropi besar karena hasil pembongkarannya menghasilkan sampah yang
berupa senyawa yang masih menyimpan energi cukup besar, yaitu :
a) Ethanol + CO2 , atau
b) Asam laktat
d. Sebagian energi terbuang dalam bentuk panas
Respirasi aerob merupakan pembongkaran yang jauh lebih efisien, karena:
1) dapat membongkar jauh lebih sempurna dengan zat sisa berupa
molekul kecil, yaitu CO2 dan H2O
2) Dapat menghasilkan 36 ATP dari setiap pembakaran 1 mol glukosa
3) Energi yang terbuang dalam bentuk panas sangat kecil
4. Tahap-Tahap Glikolisis
Tahap 1 :Fosforilasi Glukosa
Reaksi : Glucose + ATP4- —-> Glucose-6-phosphate2- + ADP3- + H+
o Reaksi yang irreversibel (tidak dapat balik)
o Dikatalis oleh Heksokinase : Tranfer gugus fosfat pada molekul
heksosa.
Tahap ke 2 : Pengubahan glukosa 6-posfat menjadi Fruktosa 6-Fosfat
Reaksi : glucose-6-phosphate2- —-> fructose-6-phosphate2-
o Reaksi yang reversibel (berjalan 2 arah/dapat balik)
o Dikatalisis fosfoglukoisomerase : Perubahan isomer dari aldosa
(glukosa 6-fosfat) ke ketosa (fruktosa 6-fosfat)
Tahap ke 3 : Fosforilasi Fruktosa 6-Fosfat menjadi Fruktosa 1,6-
DiFosfat
Reaksi : Fructose-6-phosphate2- + ATP4- —-> fructose-1,6-
diphosphate4-+ ADP3- + H+
o Dikatalisis oleh fosfofruktokinase (enzim pengatur utama pada
glikolisis).
o Reaksi berlangsung irreversibel
Tahap ke 4 : Penguraian Fruktosa 1,6-Difosfat
Reaksi : Fructose-1,6-bisphosphate4- —-> dihydroxyacetone
phosphate2- + glyceraldehyde-3-phosphate2-
o Reaksi yang reversibel (berjalan 2 arah/dapat balik)
o Dikatalisis oleh Fructose-1,6-Bisphosphate Aldolase.(Aldolase
fruktosa difosfat)
Tahap ke 5 : Interkonversi Triosa Fosfat
Reaksi : Dihydroxyacetone phosphate2- —-> glyceraldehyde-3-
phosphate2-
o Dikatalisis oleh Triose Phosphate Isomerase
o Reaksi yang reversibel (dapat balik)
Tahap ke 6 : Pembentukkan senyawa berenergi tinggi ke I
Reaksi : glyceraldehyde-3-phosphate2- + Pi2- + NAD+ —–> 1,3-
bisphosphoglycerate4- + NADH + H+
o Dikatalisis oleh hidroginase gliseraldehida fosfat
o Reaksi yang reversibel (dapat balik)
Tahap ke 7 : Fosforilasi tingkat substrat ke I
Reaksi : 1,3-bisphosphoglycerate4- + ADP3- —–> 3-
phosphoglycerate3- + ATP4-
o Dikatalis oleh Enzim Kinase fosfogliserat untuk ADP menjadi
ATP dan 3-fosfogliserat
o Reaksi yang reversibel (dapat balik)
Tahap ke 8 : Pengubahan 3 –fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat
Reaksi : 3-phosphoglycerate3- ——> 2-phosphoglycerate3-
o Reaksi yang reversibel (dapat balik)
o Dikatalisis oleh enzim fosfogliserat mutase
Tahap ke 9 : Pembentukkan senyawa berenergi tinggi ke II
Reaksi : 2-phosphoglycerate3- —–> phosphoenolpyruvate3- + H2O
o Dikatalis oleh enolasi menghasilkan fosfoenolpiruvat
Tahap ke 10 : Fosforilasi tingkat substrat ke II
Reaksi : phosphoenolpyruvate3- + ADP3- + H+ —-> pyruvate- + ATP4
Reaksi ini penting, karena Tahap terakhir pada glikolisis pemindahan
gugus posfat berenergi tinggi dari fosfoenolfirufatke ADP dengan katalis
kinase piruvat
o Menghasilkan ATP dari reaksi fosforilasi tingkat subtrat ADP
o Reaksi ini secara energetik sangat bagus, sehingga berfungsi untuk
menarik dua reaksi
10. Gula:
C6H12O6+ 6O2 6CO2 +H2O
6 mol O2
3 mol O2
11 mol O2
11. Lajunya respirasi pada setiap tumbuhan tidaklah sama, hal tersebut
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:
a. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan
itu sendiri, contohnya :
1. Tipe jaringan dan umur tumbuhan.
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan
metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi
akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang
tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan. Jaringan muda yang berkembang melakukan respirasi
lebih tinggi dari pada jaringan dewasa. Substrat dewasa respirasi
berubah jika jaringan mejadi dewasa, dan proses keseluruhan serta
efisiensi respirasi berubah sesuai perkembangan jaringan.
2. Jumlah plasma dalam sel
Jaringan-jaringan meristematis muda memiliki sel-sel yang masih
penuh dengan plasma dengan viabilitas tinggi biasanya mempunyai
kecepatan respirasi yang lebih besar daripada jaringan-jaringan yang
lebih tua di mana jumlah plasmanya sudah lebih sedikit.
3. Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting
dalam melakukan respirasi. Dalam hal ini substat adalah senyawa yang
akan diurai melalui reaksi yang telah dijelaskan diatas. Tumbuhan
dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi
dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang
tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat. Substrat
utama respirasi adalah karbohidrat.
b. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar sel atau lingkungan,
yang terdiri atas:
1. Rangsangan mekanik
Daun yang digoyang - goyang menunjukkan kenaikan respirasi.
Tetapi kalau ini dilakukan berulang-ulang reaksinya menurun.
Kanaikan respirasi ini mungkin disebabkan oleh efek pemompaan.
2. Suhu
Di dalam batas-batas tertentu laju reaksi enzim kira-kira
meningkat dua kali untuk setiap kenaikan suhu 10oC. Secara
kuantitatif ditunjukkan oleh nilai Q10 sebagai berikut:
Q10= Laju pada (t + 10) o C
Laju pada t o C
Nilai Q10 untuk respirasi sebagian besar spesies tumbuhan biasanya
kira-kiraantara 2 dan 2,5padasuhuantara 5 dan 25 oC. Di atassuhuini
(30 hingga 35 o
C) sering terjadi peurunan Q10 yang mungkin
disebabkan terbatasnya oksigen karena kelarutannya berkurang dan
rendahnya difusi gas tersebut. Pada waktu suhu naik di atas 35oC
terjadi penurunan respirasi karena enzim-enzim yang diperlukan mulai
mengalami denaturasi
3. Kadar air dalam jaringan
Pada umumnya dengan naiknya kadar air dalam jaringan
kecepatan respirasi juga akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji
yang sedang berkecambah.
4. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan
bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi
normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju
respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara
5. Karbondioksida
Sebagai hasil akhir reaksi, konsentrasi yang tinggi dari
karbondioksida di perkirakan akan menghambat respirasi. Respirasi
dihambatakan tetapi hanya pada konsentrasi yang sangat melampaui
konsentrasi yang biasa terdapat pada udara.
6. Luka dan stimulus mekanik
Luka atau kerusakan jaringan (stimulus mekanik) pada jaringan
daun menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara waktu,
biasanya beberapa menit hingga satu jam. Luka memicu respirasi
tinggi karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi senyawa fenol terjadi dengan
cepat karena pemisahan antara substrat dan oksidasenya dirusak; (2)
proses glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif meningkat
karena hancurnya sel atau sel-sel sehingga menambah mudahnya
substrat dicapai enzim respirasi; (3) akibat luka biasanya sel-sel
tertentu kembali ke keadaan meristematis diikuti pembentukan kalus
dan penyembuhan atau perbaikan luka.
7. Garam-garam mineral
Jika akar menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah, laju
respirasi meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang diperlukan
pada saat garam/ion diserap dan diangkut. Keperluan energi itu
dipenuhi dengan menaikkan laju respirasi. Fenomena ini dikenal
dengan respirasi garam.
8. Cahaya
Cahaya dapat meningkatkan laju respirasi pada jaringan tumbuhan
yang berklorofil karena cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat
respirasi yang dihasilkan dari proses fotosintesis.