Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PENELITIAN OPSI

Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong (Manihot esculenta) dan Limbah


Kulit Pisang (Musa paradisiaca) sebagai Sedotan Biodegradable

Lingkungan:botani

HANIYAH SALMA NUR


HASNA ‘AZZAH LABIBAH

MST

SMA Trensains Muhammadiyah Sragen

Sragen, Jawa Tengah


Tahun 2023
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara pengguna sedotan plastik tertinggi di dunia.
Berdasarkan data dari KHLK, Indonesia saat ini menghasilkan 23 juta ton sampah sedotan
plastik per tahun. Sedotan plastik adalah sebuah tabung yang dimaksudkan untuk mentransfer
minuman dari wadah ke mulut peminum, dengan penerapan kekuatan menghisap berbahan dasar
plastik sekali pakai. Sedotan plastik banyak digunakan karena ketersediaannya yang banyak serta
harga yang murah. Bahan dasar sedotan plastik adalah polypropylene dan polystyrene. Bahan
yang digunakan untuk sedotan ini sulit diurai oleh mikroorganisme sebab unsur karbonnya
membentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang (Chintya, 2017).
Tingkat konsumsi masyarakat terhadap sedotan plastik sangat tinggi dan berbanding lurus
dengan jumlah limbah yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan limbah sedotan plastik kian
meningkat, dan apabila dibiarkan begitu saja maka akan terjadi penumpukan limbah yang akan
mencemari lingkungan sekitar karena sulit terurai. Selama ini telah dilakukan beberapa upaya
untuk mengurangi limbah sedotan plastik seperti penggunaan sedotan kaca, sedotan stainless
steel, sedotan bamboo, dan lain sebagainya. Akan tetapi, penggunaan sedotan-sedotan tersebut
belum optimal umtuk mengurangi limbah sedotan plastik yang ada. Alternative lain yang bisa
digunakan adalah dengan pembuatan sedotan plastik biodegradable.
Plastik biodegradable atau biasa disebut bioplastik merupakan plastik ramah lingkungan yang
akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir air dan gas karbondioksida
dan dapat meningkakan unsur hara dalam tanah. Menurut Chintya (2017), sedotan biodegradable
adalah produk diversifikasi sedotan dengan karakterisasi fleksibel, ringan, tembus cahaya, mudah
dibentuk, tahan air, tahan benturan, dan mudah terurai. Bioplastik merupakan plastik yang dapat
diperbaharui karena senyawa-senyawa penyusunnya berasal dari tanaman seperti pati, selulosa,
dan lignin serta hewan seperti kasein, protein, dan lipid (Averous, 2004). Komponen plastik
biodegradable berasal dari bahan baku alamiah yang dapat diperbaharui dan terdegradasi secara
biologis seperti pati dan selulosa.
Pati merupakan polimer alami yang dihasilkan melalui proses fotosintesis yang
memanfaatkan karbondioksida dan air sehingga dapat terdegradasi dengan baik. Pati diperoleh
dengan mengekstrak karbohidrat yang terdapat pada umbi dan serealia yang banyak tersedia di
Indonesia (Kamsiati, 2017). Jenis pati yang banyak digunakan dalam pembuatan plastik
biodegradable adalah pati ubi kayu seperti pada tanaman singkong.
Menurut Badan Pusat Statistik (2015), produksi singkong di Indonesia adalah sebanyak 21,8
juta ton. Hal ini menunjukkan banyaknya limbah kulit singkong yang terbuang begitu saja dan
belum dimanfaatkan secara optimal. Kulit singkong sendiri mengandung plasticizer seperti
protein, kitosan, pectin, pati, selulosa, lemak, dan kalsium. Kandungan karbohidrat yang tinggi
yakni sebesar 16,72 % yang ada dalam kulit singkong tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan sedotan plastik biodegradable yang lebih ramah lingkungan.
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai potensi
produksi yang cukup besar karena produksi pisang berlangsung tanpa mengenal musim.
Masyarakat sangat gemar mengonsumsi buah pisang baik dikonsumsi secara langsung maupun
dibuat sebagai makanan ringan seperti keripik pisang atau sale pisang. Semakin meningkatnya
konsumsi masyarakat terhadap buah pisang, maka semakin besar juga volume limbah kulit
pisang yang dihasilkan. Kulit pisang dapat dimanfaaatkan sebagai bahan baku pembuatan
bioplastik karena kulit pisang mengandung pati (Widyaningsih, dkk 2012). Komposisi pati pada
limbah kulit pisang diperkirakan mencapai 18% dan dapat diperoleh maksimal dengan
pembuatan tepung kulit pisang (Herawati, 2021).
Berdasarkan penjelasan diatas, penilitian ini dimaksudkan untuk membuat sedotan
biodegradable yang mudah terurai sehingga ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah
kulit singkong dan limbah kulit pisang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dituliskan dua rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana proses pembuatan sedotan biodegradable dari limbah kulit singkong dan
limbah kulit pisang?
2. Bagaimana efektivitas sedotan biodegradable dari limbah kulit singkong dan limbah kulit
pisang untuk mengurangi penggunan sedotan plastik?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pembuatan sedotan biodegradable dari limbah kulit singkong dan
limbah kulit pisang.
2. Mengetahui efektivitas sedotan biodegradable dari limbah kulit singkong dan limbah
kulit pisang untuk mengurangi penggunan sedotan plastik.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam usaha untuk mengurangi
penggunaan sedotan plastik yang sejurus dengan limbah yang dihasilkan. Adapun manfaat
penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Siswa
Dengan adanya penelitian ini akan memberikan wawasan kepada siswa tentang pemanfaatan
limbah kulit singkong dan kulit pisang.
2. Manfaat Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini akan memberikan wawasan kepada masyarakat untuk
mengurangi penggunaan sedotan plastik dan memanfaatkan limbah yang tidak dimanfaatkan
secara optimal.
3. Manfaat Bagi Pemerintah
Adanya penelitian ini dapat menjadi salah satu upaya untuk dapat mengurangi penggunaan
sedotan plastik yang sejalan untuk mengurangi limbah sedotan plastik yang ada di
Indonseia.
4. Manfaat Bagi Lingkungan
Hasil penelitian yang berupa Sedotan biodegradable ini dapat mengurangi limbah sedotan
plastik secara perlahan sehingga diharapkan pencemaran akibat limbah sedotan plastik.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Singkong


Kulit singkong (Manihot esculenta) adalah limbah argoindustri pengolahan ketela pohon
seperti industi tepung tapioka, industri fermentasi, dan industri pokok makanan. Komponen
kimia pati pada kulit singkong adalah 44 –59 % (Richana, 2013). Kandungan pati kulit
singkong yang cukup tinggi memungkinkan digunakan sebagai pembuatan film plastik
biodegradasi. Selain itu kulit singkong juga mengandung beberapa komponen kimia yaitu protein
8,11 %, serat kasar 15,20 %, pektin 0,22 %, lemak kasar 1,44 %, karbohidrat 16,72 %, kalsium
0,63 %, air 67,74 % dan abu 1,86 % (Winarno, 1990). Tak hanya itu, Kandungan yang ada dalam
kulit singkong tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan sedotan plastik yang lebih
ramah lingkungan. Persentase kulit singkong kurang lebih 20 % dari umbinya sehingga per
kg umbi singkong menghasilkan 0,2 kg kulit singkong (Rukmana, 1986).

2.2 Kulit Pisang


Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai potensi
produksi yang cukup besar karena produksi pisang berlangsung tanpa mengenal musim.
Masyarakat sangat gemar mengonsumsi buah pisang. Semakin meningkatnya kesukaan dan
konsumsi masyarakat terhadap buah pisang, maka semakin besar juga volume limbah kulit
pisang yang dihasilkan. Kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sedotan
biodegradable karena kulit pisang mengandung komponen penyusun bioplastik seperti pati dan
selulosa. Secara umum gizi yang terkandung dalam kulit pisang sangatlah banyak seperti air,
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya. Kandungan tersebut apabila
diperinci berdasarkan hasil analisis kimia yaitu air 69,8%, karbohidrat 18,5%, lemak 2,11%,
protein 0,32%, vitamin C 17,5 mg/100g, kalsium 715 mg/100g, dan fosfor 117 mg/100g (Salim,
2020). Kandungan karbohidat pada kulit pisang sebesar 18,50% inilah yang menyebabkan kulit
pisang berpotensi sebagai sumber pati untuk pembuatan tepung kulit pisang yang digunakan
untuk membuat sedotan biodegradable (Hikmatun, 2014).

2.3 Sedotan dan Plastik Biodegradable


Sedotan merupakan sebuah alat yang membatu seseorang agar bisa mudah menikmati
minumanya dengan cara mengisap air minum dari wadahnaya. Sedotan salah satu yang sering
kita jumpai atau sering kita pakai disetiap warung atau kafe. Sedotan pada awalnya hanya terbuat
dari rumput atau jerami. Sedotan pada umumnya yang dipakai masyarakat adalah sedotan yang
dibuat dari plastik tipis karena sedotan ini dari harganya sangat murah dan sangat mudah
didapatkan. Namuan penguna sedotan plastik sekali pakai ini tidak tau akan dapak buruknya bagi
lingungannya. Sampah sedotan plastik sangat sulit untuk terurai sehinga tanah maupun perairan
yang menjadi tempat pembuangn sampah plastik menjadi tercemar (Saputero, 2022).
Plastik biodegradable atau biasa disebut bioplastik merupakan plastik ramah lingkungan yang
akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir air dan gas
karbondioksida. Komponen bioplastic berasal dari bahan baku baku alamiah yang dapat
diperbaharui dan terdegradasi secara biologis seperti pati dan selulosa. Bioplastik merupakan
plastik yang dapat diperbaharui karena senyawa-senyawa penyusunnya berasal dari tanaman
seperti pati, selulosa, dan lignin serta hewan seperti kasein, protein, dan lipid (Averous, 2004).
Komponen bioplastik berasal dari bahan baku alamiah yang dapat diperbaharui dan terdegradasi
secara biologis seperti pati dan selulosa. Sumber pati dapat diperoleh dari tanaman umbi-umbian
seperti singkong, umbi talas, dan kentang, namun penggunaan umbi- umbian dalam pembuatan
bioplastik kurang efektif karena bahan tersebut merupakan pengganti makanan pokok
masyarakat. Oleh karena itu, pembuatan bioplastik menggunakan limbah berpa kulit singkong
dan kulit pisang tidak terpakai yang mengandung pati (Septiosari, 2014).
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2022 hingga Februari 2023 di Laboratorium
Kimia SMA Trensains Muhammadiyah Sragen.

3.2 Sumber Data, Alat, dan Bahan


Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari
beberapa referensi yang diambil dari berbagai jurnal penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam penelitian ini, alat dan bahan yang akan digunakan yaitu blender, spatula, baskom, neraca
digital, gelas beker, hot plate magnetic stirrer, penggulung stainless steel, kaca arloji, oven,
alumunium foil, gunting, nampan, saringan, kulit singkong, kulit pisang, CMC, garam, gliserol,
akuades, natrium metabisulfit dan asam asetat.

3.3 Metode Pemerolehan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh melalui
eksperimen dan dokumentasi, setelah itu dilakukan beberapa uji metode yaitu:
1. Uji organoleptik
Uji oganoleptik disebut juga uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran dan penerimaan
terhadap produk.
2. Uji biodegradasi
Metode pengujian ini dilakukan dengan mengubur sempel di dalam tanah dalam kurun
waktu yang telah ditentukan kemudian menghitung berat residual dari sempel dalam tiap
satuan waktu (gram/hari).
3. Uji daya simpan
Pengujian daya simpan menggambarkan seberapa lama produk dapat bertahan pada
kualitas yang sama selama proses penyimpanan.
4. Uji ketahanan air
Uji ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya ikatan dalam polimer serta tingkatan atau
keteraturan ikatan dalam polimer yang ditentukan melalui persentase penambahan berat
polimer setelah terjadi penyerapan air.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan bersamaan dengan analisis data. Data berupa hasil pembuatan
sedotan biodegradable dan alur ekonomi sirkulernya. Data disusun sebagai suatu kata-kata atau
tulisan yang dapat diamati, dirasakan atau dilakukan secara jelas. Untuk pengumpulan data yang
diperlukan dalam karya ilmiah ini, peneliti menggunakan metode observasi. Metode ini berupa
pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pembuatan sedotan biodegradable melalui
pemanfaatan limbah kulit pisang dan kulit singkong. Observasi dilakukan dengan mengamati
proses pembuatan dan hasil.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dimana bentuk
penyajian dan datanya berupa kata-kata atau simbol. Dalam analisasi data dilakukan bersamaan
dengan pengumpulan data. Analisasi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan
produk yang berkaitan dengan sedotan biodegradable tersebut.

REFERENSI
Averous, L. 2004. Biodegradable Multiphase System Based on Plasticized Starch: A Review,
Journal of Macromolecular Science. United Kingdom.

Chintya, V. (2017). Eksplorasi Material Limbah Sedotan Plastik.


openlibrary.telkomuniversity.ac.id.

Gede Adi Saputero, I. K. (2022). Pembuatan Sedotan Bambu di Desa Sinabun Buleleng Bali.
Jurnal Pendidikan Seni Rupa Undiksha, 2.

Herawati, Rizki , dkk. (2021). Pengaruh Perbandingan Tepung Nasi Aking dan Tepung Kulit
Pisang dalam Pembuatan Platik Biodegradable. Jurnal Konversi Vol.10 No.2 Oktober 202.

Hikmatun, T. (2014). Eksperimen Penggunaan Filler Tepung Kulit Pisang dalam Pembuatan
Nugget Tempe. Food Science and Culinary Education Journal, 2.

Kamsiati, Elmi, dkk. (2017). Potensi Pengembangan Plastik Biodegradable Berbasis Pati Sagu
dan Ubi Kayu di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian Vol.36 No.2 Desember 2017 : 67-76.

Richana, N. (2013). Mengenai Potensi Ubi Kayu & Ubi Jalar. Bandung: Nuansa Cendikia.

Rukmana, R. (1986). Ubi Kayu, Budidaya, dan Pasca Panen. Jakarta: Penerbit Kanisius

Salim, S. (2020). Karakteristik Tepung Kulit Pisang (Musa paradisiaca) dengan Berbagai Tingkat
Kematangan Buah dan Suhu Pengeringan. Repository Polipangkep, 2.

Septiosari, A. (2014). Pembuatan dan Karakterisasi Bioplastik Limbah Biji Mangga dengan
Penambahan Selulosa dan Gliserol. Indonesian Journal of Chemical Science Vol.4 No.1.

Winarno, F. (1990). Singkong dan Pengolahannya. Jakarta: Penerbit Aksara Baru.

Anda mungkin juga menyukai