Anda di halaman 1dari 10

BIODATA PESERTA

LOMBA BINTANG KADER


TP PKK KABUPATEN BANYUWANGI
HARI/TANGGAL : RABU / 13 JULI 2022

Nama : Widyaningsih

Tempat/Tgl Lahir : Jember, 03 Maret 1979

Alamat : Dsn. Krajan RT 04 RW 01 Ds. Bengkak Kec. Wongsorejo

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Status : Menikah (2 Anak)

Kader Posyandu : 12 Tahun

Jabatan : 1. Kader Posyandu

2. Kader Taman Posyandu

3. Kader Pembangunan Manusia (KPM)

4. Kader Bumil Resti (Ibu Hamil Resiko Tinggi)

5. Kader PTM (Penyakit Tidak Menular)

6. Kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik)

7. Kader TPK (Pendamping Keluarga)


BAB I
PENDAHULUAN
PENANGANAN STUNTING

I. Latar Belakang
A. Pengertian stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak balita akibat
kekurangan gizi kronis di 1000 hari pertama kehidupan ( HPK) sehingga secara fisik anak
lebih pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi berada dalam kandungan
dan pada masa awal kehidupan setelah lahir tetapi baru nampak setelah anak berusia 2
tahun. (sumber: Perpres No. 72 Tahun 2021)
B. Penyebab stunting ada 2 yakni;
1) Penyebab langsung
a) Asupan gizi kurang
b) Status kesehatan tidak lengkap
2) Penyebab tidak langsung
a) Ketahanan pangan
b) Lingkungan sosial
c) Lingkungan kesehatan
d) Lingkungan pemukiman
C. Dampak stunting :
 Dalam jangka pendek, kekurangan gizi menyebabkan gangguan perkembangan otak
(IQ/kecerdasan rendah), pertumbuhan tulang, otot dan komposisi tubuh tidak normal
dan sistem imun tubuh lemah.
 Dalam jangka panjang, kekurangan gizi menyebabkan menurunnya kapasitas
intelektual. Gangguan struktur dan fungsi syaraf yang terjadi pada anak balita pendek
bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di
usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa. Selain itu,
kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus)
dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung kroner, dan stroke.
BAB II
PERMASALAHAN

Dalam upaya menanggulangi stunting, ada beberapa permasalahan yang dialami di


Kecamatan Wongsorejo, yaitu:
1) Usia ibu terlalu muda atau terlalu tua
2) Jarak anak terlalu banyak
3) Pola asuh anak yang tidak tepat
4) Ibu kekurangan asupan gizi pada masa kehamilan
5) Bayi tidak meminum ASI eksklusif
Untuk di Desa Bengkak hanya 40% bayi usia 6 bulan yang lulus dalam pemberian ASI
Eksklusif karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti ASI tidak keluar secara
lancar, tradisi memberi makan bayi di bawah usia 6 bulan, lalu pemikiran sang ibu lebih
menyukai memberi susu formula karena praktis. Sehingga hal tersebut yang menggugah kami
untuk memulai cegah stunting sejak bayi diberikan ASI. Oleh karena itu dibentuk inovasi SI
KLUNTING (Asi Eksklusif Cegah Stunting) yang dibentuk sejak 3 Februari 2022 di
Posyandu Jambu Desa Bengkak.
BAB III
SI KLUNTING (ASI EKSKLUSIF CEGAH STUNTING)

I. Deskripsi Inovasi
Dari data balita yang stunting di Kecamatan Wongsorejo sejumlah 286 balita, maka
selayaknya masalah stunting ini harus dilakukan pencegahan secara masif dan maksimal.
Mengingat begitu seriusnya dampak yang ditimbulkan dari stunting terhadap balita yang
merupakan generasi penerus bangsa di masa mendatang, apalagi bangsa kita akan memasuki
100 tahun merdeka yang merupakan tonggak menuju Indonesia Maju.
Untuk mengatasi permasalahan itu saya sebagai Kader Posyandu di Desa Bengkak yang
mempunyai tugas dan fungsi dalam hal melaksanakan pencegahan dan penanggulangan
masalah gizi di Kecamatan Wongsorejo serta melaksanakan koordinasi dengan lintas program
dan lintas sektoral terkait kegiatan gizi melakukan terobosan dengan membuat gagasan
inovasi pos pencegahan stunting sebagai wadah yang menyasar pada kelompok 1000 HPK
yaitu SI KLUNTING (Asi Eksklusif Cegah Stunting) yang dibentuk sejak 3 Februari 2022 di
Posyandu Jambu Desa Bengkak.
Dengan adanya inovasi ini, beberapa hal yang dilakukan guna menanggulangi stunting
yang terjadi di Kecamatan Wongsorejo terutama di sekitar Posyandu Jambu Desa Bengkak,
meliputi:
1) Pendampingan ibu hamil dan ibu menyusui sebagai langkah awal dibentuknya inovasi ini
dengan memberikan informasi 10 indikator phbs rumah tangga yang sebaiknya diterapkan
oleh masyarakat diantaranya:
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Pemberian asi eksklusif
c. Menimbang bayi dan balita secara berkala
d. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
e. Menggunakan air bersih
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik nyamuk
h. Konsumsi buah dan sayur
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah
2) Koordinasi lintas sektor dengan Pemerintah Desa, meliputi:
a. Distribusi tikar pertumbuhan untuk posyandu guna skrining awal balita stunting
3) Koordinasi lintas sektor dengan Kecamatan, meliputi:
a. Pemberian makanan tambahan bagi balita stunting
4) Koordinasi lintas sektor dengan Puskesmas Wongsorejo, meliputi:
a. Pendampingan ibu hamil
b. Pendampingan pasca persalinan
c. Pemantauan ibu menyusui
d. Pendampingan anak pada usia 0-59 bulan
e. Penyuluhan pada ibu hamil dan menyusui
f. Pemberian makanan tambahan bagi balita stunting
5) Koordinasi lintas sektor dengan KUA, yaitu: Pendampingan calon pengantin atau pasangan
usia subur
6) Koordinasi lintas sektor dengan KORWILKER SARDIK, yaitu: sosialisasi di Taman
Posyandu
Indikator yang diharapkan diatas diupayakan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan Ibu yang mempunyai baduta dan ibu hamil dalam pemberian makanan yang tepat
pada baduta serta meningkatnya status gizi baduta stunting di Kecamatan Wongsorejo di akhir
tahun 2022, serta meningkatkan capaian balita yang berusia 0-6 bulan mendapatkan ASI secara
Eksklusif.
Kegiatan ini tidak akan berhasil tanpa peran serta lintas sektor yakni peran dari aparat
Desa Bengkak, pemerintahan Kecamatan Wongsorejo serta keterlibatan dari Puskesmas
Wongsorejo.

II. Maksud dan Tujuan


A. Maksud
Inovasi SI KLUNTING (Asi Eksklusif Cegah Stunting) sangat penting dilakukan
guna ibu balita dapat memberikan ASI secara Eksklusif tanpa memberikan makanan atau
minuman selain ASI.
B. Tujuan
1. Menurunnya jumlah balita stunting
2. Bayi dapat lulus menerima ASI Eksklusif dari usia-6 bulan
3. Pemenuhan kebutuhan bayi secara baik dari segi asupan gizinya
4. Meningkatkan hubungan erat antara ibu dan balita
5. Balita dapat tumbuh optimal serta berkembang dengan baik
BAB III
PENUTUP

Kegiatan ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari pemerintah kecamatan
Wongsorejo dan semua pemerintahan desa serta kader posyandu. Selain itu kepala Puskesmas
Wongsorejo memberi dukungan dan mengevaluasi secara berkala. Dengan adanya dukungan-
dukungan tersebut inovasi ini dapat berjalan dengan baik dan optimal. Dan diharapkan di tahun
2022 angka stunting di kecamatan Wongsorejo dapat menurun.
Harapan kami di tahun 2022 ini dapat menurunkan angka stunting yang sangat tinggi di
Indonesia agar terbentuknya generasi ANAK TOKCER (Tumbuh Optimal, Cerdas, dan
Berkualitas).
DOKUMENTASI

1) Pendampingan calon pengantin atau pasangan usia subur

2) Pendampingan ibu hamil


3) Pendampingan pasca persalinan

4) Pendampingan anak pada usia 0-59 bulan


5) Pemantauan ibu menyusui

6) Penyuluhan kepada ibu hamil dan menyusui


7) Sosialisasi di Taman Posyandu

8) Pemberian Susu Ibu Hamil dan Menyusui

Anda mungkin juga menyukai