Anda di halaman 1dari 19

TUTORIAL 2

BLOK TUMBUH KEMBANG ANAK

KELOMPOK 2
Brisney
61120005

DOSEN PEMBIMBING: dr. Diah Stanya Putri, MKM

PRODI KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM


SEMESTER VI
TA. 2022 -2023
SKENARIO 2
KURANG GIZI
Seorang ibu muda belum pernah membawa anak laki-lakinya berusia empat tahun ke
puskesmas maupun ke posyandu. Satu minggu yang lalu anak dibawa ke puskesmas karena
ibunya mereasa anaknya terlihat kecil dan kurus, berbeda dengan anak tetangga yang terlihat
sangat gemuk, suka makan dan dikatakan dokter menderita obesitas. Dari anamnesis
diketahui bahwa pasien sering demam dan diberi obat oleh ayahnya yang dibeli di toko obat.
Pasien belum pernah mendapat imunisasi karena ibunya takut ia menjadi demam.
Pasien mendapat ASI hanya sampai umur empat bulan, setelah itu diberi nasi yang
digiling dengan sedikit garam. Sampai saat ini, pasien hanya diberi nasi putih dan sayur,
jarang mendapat ikan atau lauk-pauk lainnya. Dokter menjelaskan pentingnya imunisasi dan
menganjurkan agar tidak memberi obat tanpa resep dokter. Pada pemeriksaan, pasien terlihat
lesu, kurus, lemak subkutis tipis, berat badan 8 kg, tinggi bandan 96 cm, didapatkan edema
pretibial dan crazy pavement dermatosis, kulit kering dan bersisik, pada mata ditemukan
adalan Bitot spot.
Dokter mengatakan kepada kedua orangtuanya bahwa pasien harus dirujuk ke rumah
sakit untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan selanjutnya. Bagaimana anda menjelaskan apa
yang terjadi pada pasien?
Terminologi asing
- Imunisasi: imunisasi proses membuat subjek menjadi imun atau pemberian reaktivitas
imun spesifik pada individu yg sebelumnya tidak lama melalui pemberian sel limpoid
tersensitisasi atau serum dari individu yg lama Dorland edisi 29 hal 392.
- Obesitas: peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal,
akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorland 30:386)
- Edema: pengumpulan cairan secara abnormal diruang interseluler tubuh (dorland
30:253)
- Bitot spot: tumpukan sel konjungtiva yang mati karena kekurangan air mata.
- Subkutis: dibawah kulit (Dorland 30:716)
- Crazy pavement dermatosis: lesi kwashiokor berupa hiperkeratosis, hiperpimentasi,
dan plus menyebalkan dengan predilesi pada ekstremitas.
Rumusan masalah
1. apa yang menyebabkan anak itu sering demam?
2. mengapa anak terlihat kecil dan kurus?
3. mengapa penting melakukan imunisasi sejak dini?
4. bagaimana pemberian asi esklusif dan MP-ASI yang benar?
5. mengapa pada pasien didapatkan kulit kering, bersisik, pada mata ditemukan bitot spot?
6. apakah ada hubungannya pemberian ASI hanya sampai 4 bulan dengan keluhan anak
tersebut?
Hipotesis
1. Karena anak mengalami kekurangan gizi sehingga di mana tubuh rentan
mengalami infeksi.
2. Karena anak tersebut mengalami malnutrisi dimana anak tersebut mendapatkan asi hanya
selama 4 bulan serta makan-makanan yang kurang bervariasi dan ibu memberikan asi <4
bulan dimana fungsi asi adalah untuk tumbuh kembang,perkembangan fisik
dan kecerdasan bayi.
3. untuk membentuk kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi virus penyebab penyakit.
a. Melindungi tubuh bayi / anak dari serangan dan ancaman bakteri / virus penyakit tertentu

b. mencegah anak dari tertular penyakit yang disebabkan oleh bakteri / virus serta
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tertentu

c. meningkatkan status kesehatan bayi / anak yang berdampak pada kualitas tumbuh kembang

4. Sejak usia enam bulan, makanan padat atau MPASI bayi diberikan di pagi, siang, dan
malam hari, sedangkan ASI diberikan di sela-sela waktu makan utama tersebut. Contoh
MPASI adalah sayuran seperti tomat dan wortel yang dihaluskan, buah-buahan, ikan, telur,
dan tahu yang dilumatkan sebagai sumber protein. Dimana biasanya aturan pemberian
keduanya dimulai dari ASI terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan MPASI.
5. Kulit bersisik karena dehidrasi,terpapar cahaya matahari berlebihan karena pasien tidak
mendapat asupan vitamin yg mana vitamin C berfungsi baik untuk kulit, dan vitamin A baik
untuk mata, dan mungkin pasien mempunyai riwayat penyakit kulit (genetik).
6. Ada hubungannya. Dikarenakan pasien mengalami lepas susu pada usia 4 bulan, maka
pasien mengalami kekurangan asupan protein (malnurisi protein) sehingga dapat
menimbulkan keadaan kwashiorkhor mupun marasmus.
Skema

Anak laki-laki
(4thn)

Pemeriksaan fisik
Anamnesis
- Inspeksi: anak terlihat
Keluhan utama: kecil, lesu,kurus, lemak
Terlihat kecil & kurus subkutis
- BB: 8 kg
Keluhan Tambahan: - TB: 96 cm
- Sering demam - Edema pretibial
- ASI sampai 4 bulan - Crazy pavement
- Asupan nutrisi tidak dermatosis
tercukupi - Kulit kering & bersisik
- Bitot spot

Diagnosis:
Gangguan Gizi

Gizi Lebih Gizi Kurang

Kwashiorkhor Marasmus
Learning Objective (Gangguan Gizi: Gizi Lebih dan Gizi Kurang)
1. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Definisi Gizi Kurang dan
Gizi Lebih
2. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Klasifikasi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
3. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Epidemiologi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
4. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Faktor Resiko Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
5. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Patofisiologi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
6. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Manifestasi Klinis Gizi
Kurang dan Gizi Lebih
7. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Pendekatan Diagnostic
Dan Diagnosis Banding Gizi Kurang dan Gizi Lebih
8. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Tata Laksana Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
9. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Komplikasi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
10. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang prognosis Gizi Kurang dan
Gizi Lebih

PEMBAHASAN
1. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Definisi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
GIZI KURANG
Gizi kurang (severe malnutrition) merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi
pada tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan
memecah cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ
tubuh. Gizi kurang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Balita dikategorikan mengalami
gizi kurang apabila berat badannya berada pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-
3.0. Anak dengan status gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan berat
badan setiap bulannya atau mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali
selama enam bulan. Penurunan berat badan yang terjadi berkisar antara 20-30%
dibawah berat badan ideal. Gizi kurang dapat berkembang menjadi gizi buruk, yaitu
keadaan kurang gizi yang berlangsung lama sehingga pemecahan cadangan lemak
berlangsung terus-menerus dan dampaknya terhadap kesehatan anak akan menjadi
semakin kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat menyebabkan kematian.

GIZI LEBIH
Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang tidak normal
atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Indeks massa tubuh (IMT) adalah
indeks sederhana dari berat-untuk-tinggi yang biasa digunakan untuk
mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Ini
didefinisikan sebagai berat seseorang dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan
mereka dalam meter kuadrat (kg / m2 ) (World Health Organization, 2016).
Sedangkan menurut Kemenkes RI (2018), gizi lebih adalah suatu keadaan saat berat
badan seseorang melebihi dari standar kesehatan yang telah ditentukan.

2. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Klasifikasi Gizi


Kurang dan Gizi Lebih
GIZI KURANG
Gizi kurang dibagi menjadi 3, yaitu:
1.Kekurangan energi protein ringan
2.Kekurangan energi protein sedang
3.Kekurangan energi protein berat (marasmus, kwashiorkor, marasmus- kwashiorkor)

Klasifikasi gizi kurang berdasarkan BB/U :


1.Gizi kurang berat (severely underweight): BB/U < -3 z-score
2.Gizi kurang sedang (moderately underweight): -3 z-score ≤ BB/U < -2 z-score
3. Gizi kurang ringan (mild underweight): -2 z-score ≤ BB/U < -1 z-score

GIZI BURUK
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Marasmus
Marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak cukup. Marasmus sering sekali
terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering
sehingga wajah seperti orangtua, kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah
makan, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan
pantat kendur dan keriput (baggy pant).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun asupan protein yang inadekuat
(Liansyah TM, 2015). Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah: rambut
berubah menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok, apabila
rambut keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia,
terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein. Pada kulit
yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi dermatitis (radang pada
kulit), terjadi pembengkakan, terutama pada kaki dan tungkai bawah sehingga balita
terlihat gemuk. Pembengkakan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi cairan yang
berlebihan. Balita memiliki selera yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan
pencernaan.
c. Marasmus-Kwashiorkor
Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor. Makanan sehari-
hari tidak cukup mengandung protein dan energi untuk pertumbuhan normal. Pada
penderita berat badan dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda
kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta kelainan biokimia.

GIZI LEBIH
Obesitas:
a. Obesitas kelas I: 30,0 ≤ IMT ≤ 34,9
Orang dengan obesitas kelas I memiliki penumpukan lemak tubuh yang
signifikan dan risiko kesehatan yang meningkat.
b. Obesitas kelas II: 35,0 ≤ IMT ≤ 39,9
Orang dengan obesitas kelas II memiliki penumpukan lemak tubuh yang lebih
berat, yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan serius seperti
diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.
c. Obesitas kelas III (obesitas ekstrem): IMT ≥ 40,0
Orang dengan obesitas kelas III memiliki tingkat kelebihan berat badan yang
sangat signifikan dan risiko kesehatan yang sangat tinggi. Kondisi ini dapat
mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan dan meningkatkan risiko
komplikasi serius.

3. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Epidemiologi Gizi


Kurang dan Gizi Lebih
GIZI KURANG
Pada tahun 2013 kejadian balita gizi kurang di Gresik menunjukkan angka 5,83%
sedangkan pada tahun sebelumnya prevalensi gizi kurang yaitu 5,61%3. Pada tahun
2014 didapatkan jumlah balita dengan gizi buruk sejumlah 28 balita. Hal tersebut
membuktikan bahwa masih terdapat masalah gizi kurang dan gizi buruk di kota
Gresik dengan ditandainya peningkatan prevalensi dari tahun sebelumnya. Dalam 5
tahun pertama kehidupan ada periode kritis di mana kekurangan gizi terjadi, dan bukti
menunjukkan bahwa ini berbeda untuk berbagai bentuk kekurangan gizi. Di Sebagian
besar negara berkembang berat badan dan wasting cenderung menjadi jelas antara 4
dan 6 bulan sedangkan stunting cenderung muncul pada usia 2-3 bulan. Periode
kejadian gizi kurang tertinggi antara 6 dan 20 bulan, periode Mata digambarkan
sebagai 'lembah kematian', karena tingginya angka kematian selama periode
ini. Karena kekurangan gizi terlihat jelas pada usia tersebut, masuk akal untuk
berpikir bahwa masalahnya dimulai jauh lebih awal daripada yang terlihat. Untuk
tinggi badan, hal ini bisa terjadi sejak dalam rahim dan panjang lahir yang lebih
pendek telah didokumentasikan dalam studi populasi dari Malawi, tetapi berat lahir
rata-rata tampaknya sebanding dengan standar referensi internasional 11 . Gagasan
bahwa kekurangan gizi dimulai dalam rahim juga didukung oleh tingginya insiden
retardasi pertumbuhan intrauterin-berat badan lahir rendah (IUGR-LBW)
diperkirakan sekitar 15% di Malawi.

GIZI LEBIH
Lebih dari 340 juta anak dan remaja berusia 5-19 tahun mengalami kelebihan berat
badan atau obesitas pada tahun 2016. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di
kalangan anak-anak dan remaja berusia 5-19 tahun telah meningkat secara dramatis
dari hanya 4% pada tahun 1975 menjadi lebih dari 18% pada tahun 2016. Peningkatan
tersebut juga terjadi pada anak lakilaki dan perempuan pada tahun 2016 dengan status
kelebihan berat badan, sebanyak 18% untuk anak perempuan dan 19% untuk anak
laki-laki. Sementara hanya di bawah 1% anak-anak dan remaja berusia 5-19 tahun
mengalami obesitas pada tahun 1975, namun sekarang ini lebih dari 124 juta anak dan
remaja (6% perempuan dan 8% laki-laki) mengalami obesitas pada tahun 2016
(WHO, 2020). Obesitas di Indonesia juga memiliki angka kejadian yang cukup tinggi.
Menurut hasil Riskesdas oleh Kemenkes RI tahun 2018 presentase prevalensi status
gizi gemuk (IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun di Indonesia sebesar 10,8%.
Sedangkan presentase prevalensi status gizi obesitas (IMT/U) pada anak dengan
rentang umur yang sama di Indonesia sebesar 9,2%. Proporsi kelebihan berat badan
menurut provinsi yang ada di Indonesia pada tahun 2018 yang tertinggi terdapat pada
Provinsi Papua dan DKI Jakarta, sedangkan proporsi yang terendah terdapat pada
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2018). Menurut Hasil Riskesdas pada
tahun 2018, presentase prevalensi status gizi gemuk (IMT/U) anak usia 5-12 tahun di
Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 7,8%. Sedangkan presentase prevalensi status gizi
obesitas (IMT/U) sebesar 6,5% (Kemenkes RI, 2018).

4. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Faktor Resiko Gizi


Kurang dan Gizi Lebih
Secara umum, status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak
langsung.
a. Faktor langsung
Terdapat dua faktor yang memengaruhi status gizi secara langsung yaitu asupan
nutrisi dan infeksi suatu penyakit. Asupan nutrisi sangat memengaruhi status gizi,
apabila tubuh memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secara optimal maka
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan akan
berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan optimal. Infeksi penyakit
berkaitan erat dengan perawatan dan pelayanan kesehatan. Infeksi penyakit seperti
diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akan mengakibatkan proses
penyerapan nutrisi terganggu dan tidak optimal sehingga akan berpengaruh terhadap
status gizi.
1) Asupan nutrisi
Asupan nutrisi harus memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh, konsumsi makanan harus beragam, bergizi dan berimbang. Makanan
yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
tubuh diantaranya, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Namun, seringkali
anak cenderung kurang berminat terhadap makanan bergizi dan bermasalah dalam
pemberian makanan karena faktor kesulitan makan, anak memilih-milih makanan
dan lain sebagainya. Gangguan kesulitan makan pada anak perlu mendapat
perhatian yang serius agar tidak menimbulkan dampak negatif nantinya. Dampak
negatif yang ditimbulkan diantaranya adalah kekurangan gizi, menurunnya daya
intelegensi dan menurunnya daya tahan tubuh anak yang akan berdampak pula
terhadap kesehatan anak, anak lebih mudah terserang penyakit dan tumbuh
kembang anak tidak berlangsung dengan optimal.
2) Infeksi
Infeksi suatu penyakit berkaitan erat dengan buruknya sanitasi lingkungan dan
tingginya kejadian penyakit menular. Infeksi penyakit terutama infeksi berat dapat
memperburuk status gizi karena memengaruhi asupan gizi sehingga kemungkinan
besar akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Keadaan
patologis seperti diare, mual muntah, batuk pilek atau keadaan lainnya
mengakibatkan penurunan nafsu makan dan asupan makanan serta peningkatan
kehilangan cairan tubuh dan zat gizi. Berkurang atau hilangnya nafsu makan
mengakibatkan penurunan asupan nutrisi sehingga absorpsi zat gizi pun menurun.

b. Faktor tidak langsung

1) Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi dan kesehatan


Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya beli
memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan ini dapat menyebabkan
keluarga tidak menyediakan makanan beraneka ragam setiap harinya,
terjadi ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhan tubuh.
2) Pendapatan keluarga
Sebagian besar jumlah pendapatan penduduk Indonesia adalah golongan
rendah dan menengah, hal ini akan berdampak pada pemenuhan bahan
makanan terutama makanan bergizi. Oleh sebab keterbatasan ekonomi
yang dialami, maka masyarakat cenderung tidak mampu untuk membeli
bahan pangan/ makanan yang baik sehingga berdampak terhadap tingkat
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cenderung menurun.
3) Sanitasi lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya
berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan dan infeksi saluran
cerna. Apabila anak menderita infeksi saluran cerna maka penyerapan zat-
zat gizi akan terganggu, hal ini akan menyebabkan terjadinya kekurangan
zat gizi. Kekurangan zat gizi dalam tubuh akan menyebabkan mudah
terserang penyakit sehingga pertumbuhan akan terganggu.
5. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Patofisiologi Gizi
Kurang dan Gizi Lebih
6. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Manifestasi Klinis
Gizi Kurang dan Gizi Lebih
GIZI KURANG
a. Marasmus
1) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
2) Wajah seperti orang tua
3) Iga gambang dan perut cekung
4) Otot paha mengendor (baggy pant)
5) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
b. Kwashiorkor
1) Perubahan status mental seperti cengeng, rewel, kadang apatis
2) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut,
pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam
3) Wajah membulat dan sembab
4) Pandangan mata anak sayu
5) Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
6) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas
c. Marasmik-Kwashiorkor
Tanda-tanda marasmus-kwasiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada pada
marasmus dan kwasiorkor
GIZI LEBIH
Berikut adalah beberapa manifestasi klinis yang mungkin terjadi pada individu
dengan kelebihan gizi:

Obesitas: Kelebihan berat badan adalah ciri khas dari kelebihan gizi. Obesitas terjadi
ketika lemak tubuh melebihi tingkat yang sehat, yang dapat diukur dengan indeks
massa tubuh (IMT). IMT adalah perbandingan antara berat badan dan tinggi badan
seseorang.
Penyakit jantung: Kelebihan gizi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung,
termasuk penyakit jantung koroner, penyakit jantung iskemik, dan tekanan darah
tinggi. Lemak yang berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan penumpukan plak di
pembuluh darah, yang menghambat aliran darah dan meningkatkan risiko serangan
jantung dan stroke.
Diabetes tipe 2: Kelebihan gizi dapat menyebabkan resistensi insulin, di mana tubuh
tidak merespons dengan baik terhadap insulin. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan kadar gula darah dan akhirnya mengarah pada perkembangan diabetes
tipe 2.
Masalah pernapasan: Individu dengan kelebihan gizi cenderung mengalami
kesulitan bernapas, terutama saat tidur. Sleep apnea obstruktif, kondisi di mana
saluran napas terhalang selama tidur, umum terjadi pada individu yang kelebihan
berat badan.
Masalah muskuloskeletal: Beban berlebih pada sendi dan tulang dapat menyebabkan
masalah muskuloskeletal, seperti osteoarthritis, nyeri punggung, dan gangguan postur.
Masalah kesehatan mental: Kelebihan gizi juga dapat berdampak pada kesehatan
mental seseorang. Banyak orang dengan kelebihan berat badan mengalami depresi,
rendah diri, dan gangguan pola makan.
Gangguan hormonal: Kelebihan lemak tubuh dapat mempengaruhi keseimbangan
hormonal dalam tubuh. Peningkatan produksi hormon insulin dan estrogen dapat
terjadi, yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi pada wanita dan penurunan
kadar testosteron pada pria.

7. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Pendekatan


Diagnostic Dan Diagnosis Banding Gizi Kurang dan Gizi Lebih
GIZI KURANG
Evaluasi Riwayat Medis: Profesional kesehatan akan mengumpulkan informasi
tentang riwayat medis pasien, termasuk riwayat penyakit, operasi, atau kondisi medis
lainnya yang dapat mempengaruhi status gizi.
Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari tanda-tanda dan
gejala yang dapat mengindikasikan kekurangan gizi, seperti penurunan berat badan,
kelemahan otot, kulit kering, rambut rapuh, dan edema (pembengkakan tubuh).
Analisis Pola Makan: Profesional kesehatan akan mengevaluasi pola makan pasien
untuk melihat asupan nutrisi yang mencakup makronutrien (karbohidrat, protein, dan
lemak) serta mikronutrien (vitamin, mineral, dan zat gizi lainnya). Analisis pola
makan ini dapat dilakukan dengan metode seperti wawancara diet atau pencatatan
asupan makanan.
Penilaian Antropometri: Penilaian antropometri melibatkan pengukuran berbagai
parameter tubuh, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lipatan
kulit, untuk mengevaluasi komposisi tubuh dan pertumbuhan pasien. Data ini
kemudian dibandingkan dengan standar pertumbuhan dan komposisi tubuh yang ada.
Tes Laboratorium: Tes laboratorium dapat dilakukan untuk mengukur kadar nutrisi
tertentu dalam tubuh, seperti kadar serum zat besi, vitamin D, atau kadar albumin
dalam darah. Tes lainnya seperti tes darah lengkap (complete blood count) juga dapat
memberikan informasi penting tentang status gizi pasien.
Evaluasi Psikososial: Faktor psikososial, seperti pola makan yang tidak sehat,
gangguan pola tidur, stres, dan gangguan emosional, juga dapat mempengaruhi status
gizi seseorang. Oleh karena itu, profesional kesehatan mungkin akan mengevaluasi
aspek psikososial pasien untuk memahami faktor-faktor yang mungkin memengaruhi
kekurangan gizi.

GIZI KURANG
Evaluasi Riwayat Medis: Profesional kesehatan akan mengumpulkan informasi
tentang riwayat medis pasien, termasuk riwayat penyakit kronis, kondisi medis
tertentu, penggunaan obat-obatan, dan riwayat keluarga yang dapat mempengaruhi
status gizi.
Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari tanda-tanda dan gejala
yang dapat mengindikasikan kelebihan gizi, seperti obesitas, tekanan darah tinggi,
penumpukan lemak di sekitar perut, atau tanda-tanda defisiensi nutrisi tertentu yang
terkait dengan kelebihan gizi.
Analisis Pola Makan: Profesional kesehatan akan mengevaluasi pola makan pasien
untuk melihat asupan nutrisi yang mencakup makronutrien (karbohidrat, protein, dan
lemak) serta mikronutrien (vitamin, mineral, dan zat gizi lainnya). Analisis pola
makan ini dapat dilakukan dengan metode seperti wawancara diet atau pencatatan
asupan makanan.
Penilaian Antropometri: Penilaian antropometri melibatkan pengukuran berbagai
parameter tubuh, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar lengan
atas, dan lipatan kulit, untuk mengevaluasi komposisi tubuh dan distribusi lemak.
Data ini kemudian dibandingkan dengan standar pertumbuhan dan komposisi tubuh
yang ada.
Tes Laboratorium: Tes laboratorium dapat dilakukan untuk mengukur kadar nutrisi
tertentu dalam tubuh, seperti kadar gula darah, profil lipid, gula darah puasa, atau
kadar elektrolit. Tes lainnya seperti tes fungsi hati atau ginjal juga dapat memberikan
informasi tambahan tentang status gizi pasien.
Evaluasi Psikososial: Faktor psikososial, seperti pola makan yang tidak sehat, pola
tidur yang buruk, stres, dan faktor-faktor psikologis lainnya, juga dapat
mempengaruhi status gizi seseorang. Oleh karena itu, profesional kesehatan mungkin
akan mengevaluasi aspek psikososial pasien untuk memahami faktor-faktor yang
mungkin memengaruhi kelebihan gizi.

8. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Tata Laksana Gizi


Kurang dan Gizi Lebih
GIZI KURANG
Tata laksana gizi kurang bertujuan untuk memperbaiki status gizi individu atau
populasi yang mengalami kekurangan gizi. Pendekatan ini melibatkan:
Evaluasi: Menilai status gizi individu atau populasi melalui pengukuran antropometri
(misalnya berat badan, tinggi badan), analisis diet, dan tes laboratorium.
Intervensi gizi: Memberikan peningkatan asupan nutrisi melalui suplementasi
makanan atau makanan kaya gizi, serta memberikan edukasi gizi kepada individu atau
populasi terkait pentingnya gizi seimbang.
Pemantauan dan tindak lanjut: Melakukan pemantauan terhadap respons individu atau
populasi terhadap intervensi gizi, dan menyesuaikan program penanganan jika
diperlukan.

GIZI LEBIH
Tata laksana gizi lebih bertujuan untuk mengurangi asupan kalori dan nutrisi tertentu
yang berlebihan dalam pola makan, dan mempromosikan pola makan seimbang dan
gaya hidup yang sehat. Beberapa pendekatan yang umum digunakan meliputi:
Perencanaan makan seimbang: Mengatur pola makan yang seimbang dengan
memperhatikan jumlah kalori yang dikonsumsi, memilih makanan rendah lemak dan
gula, serta meningkatkan konsumsi serat, sayuran, dan buah-buahan.
Pembatasan kalori: Memperhatikan jumlah kalori yang dikonsumsi dengan
mengurangi porsi makan, menghindari makanan tinggi kalori, dan menghindari
makan berlebihan.
Aktivitas fisik: Meningkatkan aktivitas fisik untuk membakar kalori berlebih dan
memperbaiki komposisi tubuh.
Edukasi gizi: Memberikan edukasi gizi kepada individu atau populasi tentang
pentingnya makan seimbang, pengendalian porsi makan, dan gaya hidup sehat

9. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Komplikasi Gizi


Kurang dan Gizi Lebih
GIZI KURANG
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan: Gizi kurang pada masa kanak-kanak
dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, keterlambatan perkembangan fisik dan
kognitif, serta masalah dalam sistem kekebalan tubuh.
Kerentanan terhadap infeksi: Kurangnya nutrisi dapat melemahkan sistem
kekebalan tubuh, sehingga individu menjadi rentan terhadap infeksi. Infeksi yang
berulang atau berat dapat mengganggu penyerapan nutrisi yang lebih lanjut,
memperburuk kondisi gizi kurang.
Anemia: Kekurangan zat besi atau vitamin B12 dalam diet dapat menyebabkan
anemia, yang ditandai dengan penurunan jumlah sel darah merah atau kadar
hemoglobin yang rendah. Anemia dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, dan
kesulitan berkonsentrasi.
Masalah kulit: Gizi kurang dapat menyebabkan masalah kulit seperti kering, bersisik,
dan kerontokan rambut. Kulit juga dapat menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan
lambat dalam penyembuhan luka.
Gangguan sistem pencernaan: Kekurangan nutrisi tertentu, seperti vitamin B1
(tiamin), dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan, termasuk mual,
muntah, diare, dan konstipasi.
Gangguan sistem saraf: Gizi kurang pada jangka panjang dapat mempengaruhi
fungsi sistem saraf, menyebabkan masalah seperti kelemahan otot, gangguan kognitif,
perubahan suasana hati, dan gangguan tidur.
Risiko komplikasi selama kehamilan: Gizi kurang pada wanita hamil dapat
menyebabkan komplikasi seperti bayi lahir dengan berat badan rendah, risiko tinggi
komplikasi kehamilan, dan gangguan perkembangan janin.
Gangguan keseimbangan elektrolit: Kekurangan nutrisi esensial, seperti natrium,
kalium, atau magnesium, dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh,
yang penting untuk fungsi normal jantung, otot, dan saraf.

GIZI LEBIH
Obesitas: Konsumsi makanan yang berlebihan dan kelebihan kalori dapat
menyebabkan peningkatan berat badan yang signifikan. Kelebihan berat badan atau
obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, tekanan darah
tinggi, dan masalah kesehatan lainnya.
Penyakit jantung: Diet yang kaya lemak jenuh, kolesterol, dan garam dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah. Kelebihan gizi,
terutama dalam hal lemak trans dan kolesterol, dapat meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah dan menyebabkan penumpukan plak di arteri.
Diabetes tipe 2: Kelebihan gizi, terutama jika terkait dengan pola makan yang kaya
gula dan karbohidrat sederhana, dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Konsumsi
berlebihan gula dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan regulasi gula
darah.
Hipertensi: Diet tinggi garam dan kelebihan kalori dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi atau hipertensi. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung,
stroke, dan masalah kesehatan lainnya.
Masalah kesehatan metabolik: Kelebihan nutrisi tertentu, seperti vitamin A atau D,
dapat menyebabkan masalah kesehatan metabolik jika dikonsumsi dalam jumlah yang
berlebihan. Misalnya, kelebihan vitamin A dapat menyebabkan keracunan, sementara
kelebihan vitamin D dapat menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam darah.
Gangguan ginjal: Konsumsi berlebihan protein, terutama protein hewani, dapat
meningkatkan beban kerja ginjal dan meningkatkan risiko gangguan ginjal, terutama
pada individu dengan faktor risiko yang sudah ada.
Gangguan saluran pencernaan: Kelebihan makanan yang berlemak atau berat dapat
menyebabkan gangguan pencernaan seperti kembung, diare, atau konstipasi.
Gangguan mental dan emosional: Kelebihan gizi dan obesitas dapat berkontribusi
pada masalah kesehatan mental dan emosional seperti depresi, kecemasan, dan
gangguan pola makan.

10. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang prognosis Gizi


Kurang dan Gizi Lebih
Prognosis Gizi Kurang:
Gizi kurang terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan jumlah nutrisi yang cukup untuk
menjaga fungsi normal. Prognosis gizi kurang bergantung pada beberapa faktor,
termasuk jenis dan tingkat kekurangan gizi, usia, kondisi kesehatan umum, akses ke
sumber makanan yang memadai, dan seberapa cepat perawatan dan intervensi gizi
diberikan.
Jika gizi kurang tidak diobati atau tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan
komplikasi serius seperti penurunan fungsi organ, penurunan daya tahan tubuh,
masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak, serta meningkatkan risiko
penyakit infeksi. Namun, dengan intervensi gizi yang tepat, yang melibatkan diet
seimbang dan suplemen gizi jika diperlukan, prognosis dapat meningkat secara
signifikan.

Prognosis Gizi Lebih:


Gizi lebih terjadi ketika tubuh mendapatkan lebih banyak nutrisi daripada yang
diperlukan. Kondisi ini sering dikaitkan dengan pola makan yang tidak sehat dan
tidak seimbang, serta gaya hidup yang kurang aktif. Prognosis gizi lebih bergantung
pada tingkat keparahan kondisi dan langkah-langkah yang diambil untuk mengelola
dan mengurangi berat badan berlebih.
Jika gizi lebih tidak diatasi, dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan,
seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, masalah pada sistem
pencernaan, dan masalah psikologis seperti depresi dan rendahnya harga diri. Dengan
penurunan berat badan yang sehat melalui diet seimbang, aktivitas fisik teratur, dan
dukungan medis yang tepat, prognosis dapat ditingkatkan dan risiko komplikasi dapat
dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai