KELOMPOK 2
Brisney
61120005
b. mencegah anak dari tertular penyakit yang disebabkan oleh bakteri / virus serta
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tertentu
c. meningkatkan status kesehatan bayi / anak yang berdampak pada kualitas tumbuh kembang
4. Sejak usia enam bulan, makanan padat atau MPASI bayi diberikan di pagi, siang, dan
malam hari, sedangkan ASI diberikan di sela-sela waktu makan utama tersebut. Contoh
MPASI adalah sayuran seperti tomat dan wortel yang dihaluskan, buah-buahan, ikan, telur,
dan tahu yang dilumatkan sebagai sumber protein. Dimana biasanya aturan pemberian
keduanya dimulai dari ASI terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan MPASI.
5. Kulit bersisik karena dehidrasi,terpapar cahaya matahari berlebihan karena pasien tidak
mendapat asupan vitamin yg mana vitamin C berfungsi baik untuk kulit, dan vitamin A baik
untuk mata, dan mungkin pasien mempunyai riwayat penyakit kulit (genetik).
6. Ada hubungannya. Dikarenakan pasien mengalami lepas susu pada usia 4 bulan, maka
pasien mengalami kekurangan asupan protein (malnurisi protein) sehingga dapat
menimbulkan keadaan kwashiorkhor mupun marasmus.
Skema
Anak laki-laki
(4thn)
Pemeriksaan fisik
Anamnesis
- Inspeksi: anak terlihat
Keluhan utama: kecil, lesu,kurus, lemak
Terlihat kecil & kurus subkutis
- BB: 8 kg
Keluhan Tambahan: - TB: 96 cm
- Sering demam - Edema pretibial
- ASI sampai 4 bulan - Crazy pavement
- Asupan nutrisi tidak dermatosis
tercukupi - Kulit kering & bersisik
- Bitot spot
Diagnosis:
Gangguan Gizi
Kwashiorkhor Marasmus
Learning Objective (Gangguan Gizi: Gizi Lebih dan Gizi Kurang)
1. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Definisi Gizi Kurang dan
Gizi Lebih
2. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Klasifikasi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
3. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Epidemiologi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
4. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Faktor Resiko Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
5. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Patofisiologi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
6. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Manifestasi Klinis Gizi
Kurang dan Gizi Lebih
7. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Pendekatan Diagnostic
Dan Diagnosis Banding Gizi Kurang dan Gizi Lebih
8. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Tata Laksana Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
9. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Komplikasi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
10. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang prognosis Gizi Kurang dan
Gizi Lebih
PEMBAHASAN
1. Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menjelaskan Tentang Definisi Gizi Kurang
dan Gizi Lebih
GIZI KURANG
Gizi kurang (severe malnutrition) merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi
pada tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan
memecah cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ
tubuh. Gizi kurang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Balita dikategorikan mengalami
gizi kurang apabila berat badannya berada pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-
3.0. Anak dengan status gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan berat
badan setiap bulannya atau mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali
selama enam bulan. Penurunan berat badan yang terjadi berkisar antara 20-30%
dibawah berat badan ideal. Gizi kurang dapat berkembang menjadi gizi buruk, yaitu
keadaan kurang gizi yang berlangsung lama sehingga pemecahan cadangan lemak
berlangsung terus-menerus dan dampaknya terhadap kesehatan anak akan menjadi
semakin kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat menyebabkan kematian.
GIZI LEBIH
Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang tidak normal
atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Indeks massa tubuh (IMT) adalah
indeks sederhana dari berat-untuk-tinggi yang biasa digunakan untuk
mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Ini
didefinisikan sebagai berat seseorang dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan
mereka dalam meter kuadrat (kg / m2 ) (World Health Organization, 2016).
Sedangkan menurut Kemenkes RI (2018), gizi lebih adalah suatu keadaan saat berat
badan seseorang melebihi dari standar kesehatan yang telah ditentukan.
GIZI BURUK
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Marasmus
Marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak cukup. Marasmus sering sekali
terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering
sehingga wajah seperti orangtua, kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah
makan, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan
pantat kendur dan keriput (baggy pant).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun asupan protein yang inadekuat
(Liansyah TM, 2015). Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah: rambut
berubah menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok, apabila
rambut keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia,
terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein. Pada kulit
yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi dermatitis (radang pada
kulit), terjadi pembengkakan, terutama pada kaki dan tungkai bawah sehingga balita
terlihat gemuk. Pembengkakan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi cairan yang
berlebihan. Balita memiliki selera yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan
pencernaan.
c. Marasmus-Kwashiorkor
Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor. Makanan sehari-
hari tidak cukup mengandung protein dan energi untuk pertumbuhan normal. Pada
penderita berat badan dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda
kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta kelainan biokimia.
GIZI LEBIH
Obesitas:
a. Obesitas kelas I: 30,0 ≤ IMT ≤ 34,9
Orang dengan obesitas kelas I memiliki penumpukan lemak tubuh yang
signifikan dan risiko kesehatan yang meningkat.
b. Obesitas kelas II: 35,0 ≤ IMT ≤ 39,9
Orang dengan obesitas kelas II memiliki penumpukan lemak tubuh yang lebih
berat, yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan serius seperti
diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.
c. Obesitas kelas III (obesitas ekstrem): IMT ≥ 40,0
Orang dengan obesitas kelas III memiliki tingkat kelebihan berat badan yang
sangat signifikan dan risiko kesehatan yang sangat tinggi. Kondisi ini dapat
mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan dan meningkatkan risiko
komplikasi serius.
GIZI LEBIH
Lebih dari 340 juta anak dan remaja berusia 5-19 tahun mengalami kelebihan berat
badan atau obesitas pada tahun 2016. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di
kalangan anak-anak dan remaja berusia 5-19 tahun telah meningkat secara dramatis
dari hanya 4% pada tahun 1975 menjadi lebih dari 18% pada tahun 2016. Peningkatan
tersebut juga terjadi pada anak lakilaki dan perempuan pada tahun 2016 dengan status
kelebihan berat badan, sebanyak 18% untuk anak perempuan dan 19% untuk anak
laki-laki. Sementara hanya di bawah 1% anak-anak dan remaja berusia 5-19 tahun
mengalami obesitas pada tahun 1975, namun sekarang ini lebih dari 124 juta anak dan
remaja (6% perempuan dan 8% laki-laki) mengalami obesitas pada tahun 2016
(WHO, 2020). Obesitas di Indonesia juga memiliki angka kejadian yang cukup tinggi.
Menurut hasil Riskesdas oleh Kemenkes RI tahun 2018 presentase prevalensi status
gizi gemuk (IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun di Indonesia sebesar 10,8%.
Sedangkan presentase prevalensi status gizi obesitas (IMT/U) pada anak dengan
rentang umur yang sama di Indonesia sebesar 9,2%. Proporsi kelebihan berat badan
menurut provinsi yang ada di Indonesia pada tahun 2018 yang tertinggi terdapat pada
Provinsi Papua dan DKI Jakarta, sedangkan proporsi yang terendah terdapat pada
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2018). Menurut Hasil Riskesdas pada
tahun 2018, presentase prevalensi status gizi gemuk (IMT/U) anak usia 5-12 tahun di
Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 7,8%. Sedangkan presentase prevalensi status gizi
obesitas (IMT/U) sebesar 6,5% (Kemenkes RI, 2018).
Obesitas: Kelebihan berat badan adalah ciri khas dari kelebihan gizi. Obesitas terjadi
ketika lemak tubuh melebihi tingkat yang sehat, yang dapat diukur dengan indeks
massa tubuh (IMT). IMT adalah perbandingan antara berat badan dan tinggi badan
seseorang.
Penyakit jantung: Kelebihan gizi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung,
termasuk penyakit jantung koroner, penyakit jantung iskemik, dan tekanan darah
tinggi. Lemak yang berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan penumpukan plak di
pembuluh darah, yang menghambat aliran darah dan meningkatkan risiko serangan
jantung dan stroke.
Diabetes tipe 2: Kelebihan gizi dapat menyebabkan resistensi insulin, di mana tubuh
tidak merespons dengan baik terhadap insulin. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan kadar gula darah dan akhirnya mengarah pada perkembangan diabetes
tipe 2.
Masalah pernapasan: Individu dengan kelebihan gizi cenderung mengalami
kesulitan bernapas, terutama saat tidur. Sleep apnea obstruktif, kondisi di mana
saluran napas terhalang selama tidur, umum terjadi pada individu yang kelebihan
berat badan.
Masalah muskuloskeletal: Beban berlebih pada sendi dan tulang dapat menyebabkan
masalah muskuloskeletal, seperti osteoarthritis, nyeri punggung, dan gangguan postur.
Masalah kesehatan mental: Kelebihan gizi juga dapat berdampak pada kesehatan
mental seseorang. Banyak orang dengan kelebihan berat badan mengalami depresi,
rendah diri, dan gangguan pola makan.
Gangguan hormonal: Kelebihan lemak tubuh dapat mempengaruhi keseimbangan
hormonal dalam tubuh. Peningkatan produksi hormon insulin dan estrogen dapat
terjadi, yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi pada wanita dan penurunan
kadar testosteron pada pria.
GIZI KURANG
Evaluasi Riwayat Medis: Profesional kesehatan akan mengumpulkan informasi
tentang riwayat medis pasien, termasuk riwayat penyakit kronis, kondisi medis
tertentu, penggunaan obat-obatan, dan riwayat keluarga yang dapat mempengaruhi
status gizi.
Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari tanda-tanda dan gejala
yang dapat mengindikasikan kelebihan gizi, seperti obesitas, tekanan darah tinggi,
penumpukan lemak di sekitar perut, atau tanda-tanda defisiensi nutrisi tertentu yang
terkait dengan kelebihan gizi.
Analisis Pola Makan: Profesional kesehatan akan mengevaluasi pola makan pasien
untuk melihat asupan nutrisi yang mencakup makronutrien (karbohidrat, protein, dan
lemak) serta mikronutrien (vitamin, mineral, dan zat gizi lainnya). Analisis pola
makan ini dapat dilakukan dengan metode seperti wawancara diet atau pencatatan
asupan makanan.
Penilaian Antropometri: Penilaian antropometri melibatkan pengukuran berbagai
parameter tubuh, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar lengan
atas, dan lipatan kulit, untuk mengevaluasi komposisi tubuh dan distribusi lemak.
Data ini kemudian dibandingkan dengan standar pertumbuhan dan komposisi tubuh
yang ada.
Tes Laboratorium: Tes laboratorium dapat dilakukan untuk mengukur kadar nutrisi
tertentu dalam tubuh, seperti kadar gula darah, profil lipid, gula darah puasa, atau
kadar elektrolit. Tes lainnya seperti tes fungsi hati atau ginjal juga dapat memberikan
informasi tambahan tentang status gizi pasien.
Evaluasi Psikososial: Faktor psikososial, seperti pola makan yang tidak sehat, pola
tidur yang buruk, stres, dan faktor-faktor psikologis lainnya, juga dapat
mempengaruhi status gizi seseorang. Oleh karena itu, profesional kesehatan mungkin
akan mengevaluasi aspek psikososial pasien untuk memahami faktor-faktor yang
mungkin memengaruhi kelebihan gizi.
GIZI LEBIH
Tata laksana gizi lebih bertujuan untuk mengurangi asupan kalori dan nutrisi tertentu
yang berlebihan dalam pola makan, dan mempromosikan pola makan seimbang dan
gaya hidup yang sehat. Beberapa pendekatan yang umum digunakan meliputi:
Perencanaan makan seimbang: Mengatur pola makan yang seimbang dengan
memperhatikan jumlah kalori yang dikonsumsi, memilih makanan rendah lemak dan
gula, serta meningkatkan konsumsi serat, sayuran, dan buah-buahan.
Pembatasan kalori: Memperhatikan jumlah kalori yang dikonsumsi dengan
mengurangi porsi makan, menghindari makanan tinggi kalori, dan menghindari
makan berlebihan.
Aktivitas fisik: Meningkatkan aktivitas fisik untuk membakar kalori berlebih dan
memperbaiki komposisi tubuh.
Edukasi gizi: Memberikan edukasi gizi kepada individu atau populasi tentang
pentingnya makan seimbang, pengendalian porsi makan, dan gaya hidup sehat
GIZI LEBIH
Obesitas: Konsumsi makanan yang berlebihan dan kelebihan kalori dapat
menyebabkan peningkatan berat badan yang signifikan. Kelebihan berat badan atau
obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, tekanan darah
tinggi, dan masalah kesehatan lainnya.
Penyakit jantung: Diet yang kaya lemak jenuh, kolesterol, dan garam dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah. Kelebihan gizi,
terutama dalam hal lemak trans dan kolesterol, dapat meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah dan menyebabkan penumpukan plak di arteri.
Diabetes tipe 2: Kelebihan gizi, terutama jika terkait dengan pola makan yang kaya
gula dan karbohidrat sederhana, dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Konsumsi
berlebihan gula dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan regulasi gula
darah.
Hipertensi: Diet tinggi garam dan kelebihan kalori dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi atau hipertensi. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung,
stroke, dan masalah kesehatan lainnya.
Masalah kesehatan metabolik: Kelebihan nutrisi tertentu, seperti vitamin A atau D,
dapat menyebabkan masalah kesehatan metabolik jika dikonsumsi dalam jumlah yang
berlebihan. Misalnya, kelebihan vitamin A dapat menyebabkan keracunan, sementara
kelebihan vitamin D dapat menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam darah.
Gangguan ginjal: Konsumsi berlebihan protein, terutama protein hewani, dapat
meningkatkan beban kerja ginjal dan meningkatkan risiko gangguan ginjal, terutama
pada individu dengan faktor risiko yang sudah ada.
Gangguan saluran pencernaan: Kelebihan makanan yang berlemak atau berat dapat
menyebabkan gangguan pencernaan seperti kembung, diare, atau konstipasi.
Gangguan mental dan emosional: Kelebihan gizi dan obesitas dapat berkontribusi
pada masalah kesehatan mental dan emosional seperti depresi, kecemasan, dan
gangguan pola makan.