Anda di halaman 1dari 45

LEMBAR PENGESAHAN

MODUL AJAR MATA KULIAH


PANCASILA

Mataram,September 2022

Tim penyusun

Jurusan kebidanan

Poltekkes Kemenkes Mataram

Yunita Marliana,SST,M.Tr.Keb

NIP.19790606206042004

Mengetahui

Ketua Jurusan kebidanan Ketua Prodi STr Kebidanan

Dr.Sudarmi,SST.,M.Biomed Imtihanatun Najahah,SST.,M.Keb

NIP.198012282001122001 NIP.198002242002122002

Mengesahkan

Direktur Poltekkes Kemenkes Mataram

Dr.dr Yopi Harwinanda Ardesa,M.Kes

NIP.197505142006041003
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga Modul Pancasila Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram ini dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya.
Modul ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pedoman belajar
anatomi fisiologi yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah
Pancasila. Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan
dan melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Pada
setiap topik telah ditetapkan tujuan pelaksanaan teori singkat untuk memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai materi yang dibahas.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Pancasila ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan modul ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mataram, September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN....................................................................................................................4

BAB I.......................................................................................................................................8

A. Landasan Pendidikan Pancasila..............................................................................................8

B. Tujuan Pendidikan Pancasila.....................................................................................9

1. Contoh perbuatan dan perilaku warga negara yang baik............................................12

Contoh perbuatan yang tidak bertanggung jawab...............................................................12

Hak dan kewajiban warga Negara.....................................................................................13

BAB II....................................................................................................................................22

Pancasila sebagai Sistem Filsafat..............................................................................................22

BAB III...................................................................................................................................27

Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa Indonesia..................................................27

BAB IV...................................................................................................................................30

Pancasila Dalam konteks letatanegaraan R.I (UUD 1945 Setelah Amandemen dan peraturan

perundangan dalam bidang politik)...........................................................................................30

BAB V....................................................................................................................................38

Pancasila sebagai sistem etika politik dan ideologi negara.........................................................38

PENUTUP..............................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................41

3
PENDAHULUAN
Pendidikan Pancasila merupakan salah satu Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) yang
harus Anda ikuti di Perguruan Tinggi. Kebijakan Pendidikan Pancasila mengalami
pasang surut pemberlakuannya di Perguruan Tinggi. Pasca reformasi tahun 1998,
stigma muncul karena pada masa Orde Baru, Pancasila ditafsirkan penuh muatan
politik untuk melanggengkan kekuasaan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak ada tentang kurikulum Pancasila. Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan
kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, dan bahasa. Materi Pancasila kemudian dimasukan dalam substansi
kajian pendidikan kewarganegaraan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 43/Dikti/ Kep/2006
Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan
Kepribadian Di Perguruan Tinggi. Kemudian melalui surat edaran Dirjen Dikti No.
914/E/T/2011 tentang Penyelenggaraan Perkuliahan Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi, dijelaskan bahwa bagi Perguruan Tinggi yang belum
menyelenggarakan mata kuliah Pendidikan Pancasila agar dapat melaksanakan kuliah
dengan bobot minimal 2 SKS, atau dilaksanakan bersama dengan mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan dengan nama Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) dengan bobot minimal 3 SKS.

Lahirnya ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 2, sistem


pendidikan tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Implikasinya, setiap
pendidikan tinggi di Indonesia harus terus mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam
berbagai segi kebijakannya dan harus menyelenggarakan mata kuliah pendidikan
Pancasila secara sungguh- sungguh dan bertanggung jawab. Selain itu, terdapat
ketentuan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2012
Pasal 35 ayat (5) yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib

4
memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan Pancasila, pendidikan
kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa negara mewajibkan
agar pendidikan Pancasila dilaksanakan dan dimuat dalam kurikulum perguruan tinggi
sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Melalui mata kuliah pendidikan Pancasila
ini, diharapkan dapat lebih fokus dalam membina pemahaman dan penghayatan
mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Pancasila sebagai
ideologi diharapkan menjadi ruh dalam membentuk jati diri mahasiswa untuk
mengembangkan jiwa profesionalitas mereka sesuai dengan latar belakang keilmuan
di program studi masing-masing.

Pendidikan Pancasila dilengkapi dengan Modul untuk memudahkan dalam memahami


materi. Modul Pendidikan Pancasila ini terdiri dari delapan unit. Unit 1 merupakan
Pengantar Pendidikan Pancasila. Unit 2 berisi tentang Sejarah Pendidikan Pancasila,
sejak era Pra Kemerdekaan sampai dengan era reformasi. Selanjutnya di Unit 3
berisi tentang Pancasila Dalam Konteks ketatanegaraan. Unit 4 tentang Pancasila
sebagai Dasar Negara. Unit 5 memuat materi Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Unit
6 tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Selanjutnya di Unit 7 tentang Pancasila
Sebagai Sistem Etika. Unit 8 berisi tentang Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu.

Panduan Belajar

Untuk mempelajari modul ini, hal-hal yang perlu Anda lakukan adalah sebagai
berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini untuk mengetahui


tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. Baca daftar isi
karena daftar isi akan menuntun Anda dalam mempelajari materi modul ini.
2. Pelajari modul ini secara berurutan, agar memperoleh pengetahuan

5
yang utuh.
3. Kuasai pengertian demi pengertian dari bahasan modul ini melalui proses
berpikir Anda sendiri atau bertukar pikiran melalui diskusi dengan teman
belajar Anda atau dengan dosen atau tutor Anda.
4. Mantapkan pembelajaran untuk memperoleh gambaran mendalam melalui
diskusi kelompok kecil atau kelas pada kegiatan tutorial.
5. Apabila ada istilah yang tidak dimengerti, Anda dapat melihat daftar istilah
yang berada di bagian akhir setiap Unit.
6. Kerjakan setiap latihan soal di setiap Unit, untuk mengukur capaian
pembelajaran Anda. Apabila ada yang tidak diketahui, Anda dapat
mempelajari kembali materi di Unit terkait. Apabila masih terdapat kesulitan,
silahkan ditanyakan kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah atau baca referensi
lain yang disarankan oleh Dosen Pengampu.
7. Pelajari sumber bacaan lain terutama yang terlampir dalam referensi di setiap
Unit. Dengan membaca referensi lain, anda juga akan mendapatkan
pengetahuan tambahan.

Tujuan Akhir

Setelah mengikuti pembelajaran dalam Modul ini, diharapkan Anda memiliki


pengetahuan serta mampu menjelaskan kembali tentang Pendidikan Pancasila
sehingga dapat memberikan kontribusi yang konstruktif dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Hal ini
berarti mata kuliah Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan student centered learning, untuk mengembangkan knowledge, attitude,
dan skill mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dalam membangun jiwa
profesionalitasnya sesuai dengan program studinya masing-masing, serta dengan
menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun (guiding principle) sehingga
menjadi warga negara yang baik (good citizenship) (Nurwardhani, dkk, 2016).
Adapun visi dan misi Pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut;

6
Visi Pendidikan Pancasila

Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai


Pancasila.

Misi Pendidikan Pancasila

1. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psiko


pedagogis).
2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam
masyarakat, bangsa dan negara (misi psikososial).
3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan
(misi sosiokultural).
4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem
5. pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline),
6. sebagai misi akademik

(Tim Dikti dikutip Nurwardhani, dkk, 2016).

7
BAB I

A. Landasan Pendidikan Pancasila


Berjalannya Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi mengalami pasang surut karena
kebijakan kurikulum yang berubah-ubah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pasal 2 di
Undang-undang yang sama, terdapat penegasan Kembali bahwa Pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Selanjutnya lahirnya Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Perguruan
Tinggi Pasal 2; Sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila.
Hal ini mengandung maksud semua penyelenggaraan Pendidikan harus berdasarkan
Pancasila. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 35 ayat (5) menyatakan
bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah agama, Pancasila,
kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia menunjukkan bahwa negara berkehendak
agar pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat dalam kurikulum perguruan
tinggi sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Implikasinya, sistem pendidikan
tinggi di Indonesia harus terus mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai
segi kebijakannya dan menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila secara
sungguh-sungguh dan bertanggung jawab (Nurwardani, dkk, 2016). Oleh karena sudah
tersurat dengan jelas dalam peraturan perundang- undangan, maka Pendidikan
Pancasila wajib diselenggarakan di Perguruan Tinggi sebagai mata kuliah tersendiri,
tidak bergabung dengan mata kuliah Kewarganegaraan.

Pendidikan Pancasila dapat dikembangkan melalui beberapa pendekatan,

8
diantaranya pendekatan historis, sosiologis, dan yuridis/politik (Nurwardani, dkk,
2016). Secara historis, nilai-nilai Pancasila digali dari bangsa Indonesia sendiri
sebagai causa materialisnya, sehingga tidak dapat dipisahkan dengan bangsa
Indonesia. Pancasila melewati perjalanan sejarah yang panjang dari mulai zaman
Kerajaan-kerajaan sampai dengan disahkan di Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945
sebagai Dasar Negara. Sumber sosiologis meliputi nilai-nilai kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil
konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri,
yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri
melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000 dikutip
Nurwardani, dkk, 2016). Sumber yuridis pendidikan Pancasila berdasarkan argumen
bahwa Pancasila sebagai dasar negara merupakan landasan dan sumber dalam
membentuk dan menyelenggarakan negara hukum (rechtsstaat) dengan pemerintahan
yang berdasarkan hukum (rule of law).

B. Tujuan Pendidikan Pancasila


Berdasarkan SK Dirjen Dikti No 38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3, Ayat (2) bahwa
kompetensi yang harus dicapai mata kuliah Pendidikan Pancasila yang merupakan
bagian dari mata kuliah pengembangan kepribadian adalah menguasai kemampuan
berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, serta berpandangan luas sebagai manusia
intelektual dengan cara mengantarkan mahasiswa:

1. agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai


hati nuraninya;
2. agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya;
3. agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan seni;
4. agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa

9
untuk menggalang persatuan Indonesia.

Secara spesifik tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi


adalah untuk :

• Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi


bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma
dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai
dasar Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik
Indonesia, serta membimbing untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari
solusi terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan
nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
• Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan
bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang demokratis,
berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk mampu
berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal masyarakat bangsa
Indonesia.

(Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2013).

Pancasila sebagai Dasar Filsafat negara diupayakan melekat erat dalam diri setiap
warga negara Indonesia. Upaya sengaja keberadaan Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi diharapkan sejalan dengan pembudayaan

10
nilai-nilai Pancasila agar berakar kuat menjadi kepribadian tiap warga negara. Bung
Hatta menyatakan bahwa apa yang diajarkan dalam proses Pendidikan adalah
kebudayaan, sedangkan Pendidikan itu sendiri adalah pembudayaan (latif, 2018).
Pancasila merupakan titik temu yang menyatukan keragaman bangsa (Latif, 2018).
Titik temu ini yang akan mencegah terjadinya disintegrasi bangsa. Terkikisnya nilai-
nilai Pancasila, akan mengikis, pertemuan dan persatuan bangsa yang beraneka ragam
budaya, agama, adat-istiadat, suku bangsa, dll. Oleh karena itu memperkokoh
kesatuan bangsa perlu terus dipelihara dan diupayakan melalui Pendidikan dan
pembudayaan nilai-nilai Pancasila untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu Negara
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam


Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang
kehidupan.

Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam perjalanan


sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia telah mengalami persepsi dan intrepetasi
sesuai dengan kepentingan rezim yang berkuasa. Pancasila telah digunakan sebagai
alat untuk memaksa rakyat setia kepada pemerintah yang berkuasa dengan
menempatkan pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat.

Nampak pemerintahan Orde Baru berupaya menyeragamkan paham dan ideologi


bermasyarakat dan bernegara dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang bersifat
pluralistik. Oleh sebab itu, MPR melalui sidang Istimewa tahun 1998 dengan Tap.
No.XVII/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) dan menetapkan Pancasila sebagai dasar Negara. Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar Negara dari
Negara kesatuan RI harus

11
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

1. Contoh perbuatan dan perilaku warga negara yang baik

a. Menjaga kesatuan dan persatuan bangsa


b. Mencintai tanah air
c. Melestarikan bahasa dan seni budaya
d. Menghargai keanekaragaman yang dimiliki bangsa
e. Mencintai produk dalam negeri
f. Mengharumkan nama baik bangsa di mata dunia dengan tanggung jawab
sebagai warga negara
g. Ikut berpartisipasi dalam acara kenegaraan, contohnya upacara
Bendera
h. Menjadi pelajar yang teladan dan mengharumkan nama bangsa
i. Menjaga budaya bangsa saat maraknya budaya Barat di Indonesia
j. Ikut dalam pilkada, pilpres, dan pileg
k. Mematuhi peraturan dan undang-undang
l. Menjaga sumber daya alam

Contoh perbuatan yang tidak bertanggung jawab

a. Manipulatif

b. Suka meremehkan orang lain

c. Tidak mau mendengarkan

d. Membuat Grameds Tidak Berdaya

e. Suka menghina

12
Hak dan kewajiban warga Negara

Menurut Prof. Dr. Notonagoro:

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain
manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya..

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang
layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.

A、HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :

1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga


negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role).

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara
Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

 Hak Warga Negara Indonesia :

– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak


untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal
28A).

13
– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).

– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan


hidup, tumbuh, dan Berkembang”

– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan


dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya demi

meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal


28C ayat 1)

– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara


kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C
ayat 2).

– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang


adil serta

perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak,

hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

 Kewajiban Warga Negara Indonesia :

– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi :

14
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.

– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3)
UUD 1945

menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara”.

– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan :

Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-


undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

1. Pendidikan Pancasila ditinjau secara historis, yuridis, kultural


dan filosofis.

a. Landasan historis

15
Bangsa Indonesia terbentuk dalam suatu proses sejarah yang cukup
panjang sejak Zaman kutai. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia berjuang
menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka , mandiri serta
filsafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang panjang dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya ,yang di
dalamnya tersimpul ciri khas , sifat, dan karakter bangsa yang berbeda
dengan bangsa lain. Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini
terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
harus memiliki visi harus serta pandangan hidup yang kuat agar tidak
terombang-ambing ditengah-tengah masyarakat Internasional.
Menurut kami landasan historis adalah cerita perjalanan masyarakat
Indonesia dari sebelum merdeka sampai merdeka saat ini, jadi nenek
moyang kita seluruh nusantara memang telah memiliki nilai-nilai pancasila
sebelumnya. Dari zaman kerajaan-kerajaan yang saling melakukan
kerjasama perdagangan, yang pada proses itu terjadi pertukaran budaya,
sifat, dan karakter.
b. Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara senantiasamemiliki suatu pandangan hidup. Filsafat hidup serta
pegangan hidup agar tidak terombang-ambing dalam pergaulan masyarakat
internasional. Setiap bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang
berbeda dengan bangsa lain . Negara komunisme dan liberalisme meletakan
dasar filsafat negaranya pada suatu konsep ideologi tertentu.
Berbeda dengan bangsa lain, bangsa
Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam masyarrakat, berbangsa
dan bernegara pada suatu asas cultural yang dimiliki dan melekat pada
bangsa itu sendiri. Satu-satunya

16
karya besar bangsaIndonesia yang sejajar dengan karya besar bangsa lain
di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan Negara yang
mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang terutang dalam
sila-sila pancasila
Menurut kami landasan kultural adalah asas kultural yang telah ada dan
melekat pada diri rakyat Indonesia. Seperti halnya pancasila bukanlah
ciptaan dari pemikiran sekelompok orang, tapi merupakan ciri dari bangsa
Indonesia sendiri yang didalamnya terkandung
nilai-nilai kultural bangsa Indonesia.
Oleh karena itu para generasi penerus bangsa terutama dalam kalangan
intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami secara dinamis
dalam diri pengembangannya sesuai dengan tuntunan zaman. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah jati diri dan kepribadian
bangsa yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan
berkembang dalam budaya masyarakat Indonesia sendiri dengan memiliki
sifat keterbukaan sehingga dapat mengadaptasikan dirinya dengan dan
terhadap perkembangan zaman di samping memiliki dinamika internal
secara selektif dalam proses adaptasi yang dilakukannya. Dengan demikian
generasi penerus bangsa dapat memperkaya nilai-nilai Pancasila sesuai
dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya
terutama dalam meraih keunggulan IPTEK tanpa kehilangan jati dirinya.

c. Landasan yuridis
Landasan yuridis perkuliahan pendidikan pancasila di pendidikan tinggi
tertuang dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional. Pasal 39 telah menetapkan bahwa isi

17
kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan, wajib memuat pendidkan
Pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan.
Menurut kami landasan yuridis adalah landasan yang dibuat oleh
kelompok, organisasi, dan masyarakat melalui proses musyawarah dengan
tujuan mencapai aturan yang cocok. Landasan yuridis pancasila terdapat
dalam alinea IV Pembukaan UUD”45, antara lain di dalamnya terdapat
rumusan sila-sila Pancasila sebagai
dasar negara yang sah sebagai berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia pasal 1, 32, 36.
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Batang tubuh UUD 1945 pun merupakan landasan yuridis konstitusional
karena dasar negara yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dijabarkan
lebih lanjut dan rinci dalam pasal-pasal dan ayat-ayat yang terdapat di
dalam Batang Tubuh UUD 1945 tersebut. Adapun penjabaran yang terdapat
pada batang tubuh UUD 1945 sebagai berikut :
- Pasal 29 ayat (1) UUD 1945: Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa.Ayat (2) UUD 1945: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
- Pasal 27 ayat (1) UUD 1945: Segala Warganegara bersamaan
kedudukannya di dalam Hukum danPemerintahan dan wajib menjunjung
Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

18
- Ayat (2) UUD 1945: Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
- Pasal 30 ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara.
- Pasal 22E: Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
- Pasal 33 ayat (1): Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas azas kekeluargaan. Ayat (2): Cabang-cabang produksi yang penting
bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai hajat
hudup orang banyak dikuasai oleh Negara.
- Ayat (3) : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalammya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
d. Landasan Filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan Filosofis
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
terkandung dalam konsep dasar mengenai kehidupan yang dicitta-citakan,
terkandung dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan
yang dianggap baik. Oleh karena Pancasila
seabagi pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia maka pandangan
hidup tersebut dijunjung tinggi karena pandangan hidup Pancasila berakar
pada budaya dan pandangan hidup masyarakt. Dengan demikian pandangan
hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang bhineka tunggal
ika tersebut harus merupakanasas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh
mematikan kenekaragaman (Kaelan,2013:43).

19
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atas filsafat atau
pandangan hidup. Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Dalam aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai pancasila termasuk
sistem perundang-perundangan. Pada zaman dahulu saat bangsa Indonesia
belum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang hanya berketuhanan
dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan bahwa manusia adalah makhluk
Tuhan, dan pada masa kerajaan-kerajaan hindu pun adalah bangsa yang
sudah menganut kepercayaan terhadap Tuhan YME. Nilai-nilai yang
tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila merupakan filosofi bangsa
Indonesia yang telah tumbuh, hidup dan berkembang jauh sebelum
berdirinya negara Republik Indonesia.

Menurut kami Landasan filosofis adalah landasan yang berasal dari


pandangan hidup bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai Pancasila seperti
sila pertama ketuhanan yang MahaEsa merupakan budaya bangsa Indonesia
yang menghargai keyakinan antar umat beragama, menerima dan tetap
bekerja samawalaupun dibedakan ras, suku, warna kulit, dan agama.

Oleh karena itu Pancasila itu sudah merupakan suatu keharusan moral
untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini berdasarkan pada suatu
kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang
dalam sila-sila Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara.
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara
adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini
berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk

20
Tuhan yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan
yang terwujudkan sebagai rakyat (merupakan unsur pokok negara), sehingga
secara filosofis negara berpersatuan dan berkerakyatan konsekuensinya
rakyat adalah merupakan dasar ontologism demokrasi, karena rakyat
merupakan asal mula kekuasaan Negara Atas dasar pengertian filosofis
tersebut maka dalam hidup bernegara nilai-nilai pancasila merupakan dasar
filsafat negara.

21
BAB II

Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pembahasan pertama berkaitan dengan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah
mengenai term filsafat dan term sistem. Hal ini diperlukan agar kita mempunyai
panduan yang jelas dalam pembahasan-pembahasan berikutnya dalam bagian ini.
Yang pertama kita akan mengkaji mengenai filsafat, baru kemudian mengkaji
mengenai sistem sebagai dasar pembahasan selanjutnya mengenai bagaimana
Pancasila sebagai sistem filsafat.

a. Pengertian Filsafat

C.S.T. Kansil menjelaskan menngenai pengertian filsafat dengan


menelusuri pengertian filsafat dari asal muasal pembentukan kata filsafat sebagai
berikut:

Perkataan dan istilah filasafat di dalam bahasa Arab ialah falfasah. Secara
etimologi perkataan falsafah berasal dari bahasa Yunani philosophia, yang terdiri
atas dua suku kata, yakni philen artinya: “mencari” atau “mencintai” dan sophia,
artinya “kebenaran” atau “kebijaksanaan”.

Dalam literatur yang lain menyebutkan bahwa filsafat filsafat terbentuk dari kata
“philos ́dan “sophia” atau “philos” dan “shopos”. Namun secara semantis
kesemuanya mengandung makna yang sama.

Lebih lanjut, Menurut Muhammad Yamin, sebagaimana yang dikutip C.S.T. Kansil
perkataan yunani philosophos itu mula-mula dibentuk karena hendak menandingi
kata sophos, yang berarti “Si tahu” atau “Si pandai” karena merasa telah
memegang kebenarannya dalam gengamannya. Sedangkan philosophos dalam
segala kerendahan hati hanya mencintai dan masih bergerak di tengah jalan
menuju kebenaran.

Dari beberapa pendapat di atas kita dapat mengetahui bahwa filsafat

22
secara arti katanya adalah mencintai kebijaksanaan. Penelusuran etimologis
terhadap arti kata filsafat di atas belum membawa kita kepada pemahaman
bagaimana atau bahkan sekedar pada apa filsafat itu, untuk itu selanjutnya akan
disajikan usaha para pakar dalam mendefinisikan filsafat. Gazalba sebagaimana
dikutip oleh Kaelan menjelaskan lebih lanjut apa sebenarnya yang dimaksud
dengan mencintai kebijaksanaan (filsafat). Menurut Gazalba philosophia menurut
arti katanya berarti cinta pada pengetahuan yang bijaksana oleh karena itu
mengusahakanya.

b. Ciri-ciri berpikir ilmiah filsafat

Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari usaha manusia untuk memahami


kenyataan sejauh dapat dijangkau oleh daya pemikiran manusia berdasarkan
pengalaman secara empirik dan reflektif. Ada pula syarat-syarat tertentu yang
harus dipenuhi sehingga pengetahuan tersebut dapat dikatakan sebagai ilmu.
Poedjawijatna menyebutnya sebagai syarat ilmiah (Kaelan, 1998), yaitu:

1. Berobjek
2. Bermetode
3. Bersistem
4. Bersifat umum/universal
c. Pancasila sebagai hasil berpikir secara ilmiah-filsafat

Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah


kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide
Philosophische Grondslag. Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk
menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi sejak sidang BPUPKI
sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu momentum
untuk menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.

23
Pancasila sebagai cara berfikir secara ilmiah-filsafat memmiliki beragam maksud
dan pendapat antara para ahli. Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara
Indonesia. Pancasila menurut ilmiah merupakan seraingaikan kegiatan manusia
dengan pemikirian dan menggunakan berbagai tatacara sehingga menghasilkan
sekumpulan pengetaahuan yang teratur mengenai genjala-genjala pada Pancasila.
Filsafat Pancasila ditujukan untuk semua

d. Bentuk dan Susunan Pancasila

Sebagai falsafah negara, tentu ada Pancasila yang merumuskannya.


Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata
merupakan lightstar bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya,
baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat
pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk
kehidupan manusia Indonesia seharihari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan
ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah
Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh Perumus Pancasila itu
ialah, Bapak Mohammad Yamin, Prof. Bapak Soepomo, dan Ir. Sukarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama adalah karena secara
intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang
Pancasila berarti dia melawan toleransi.

24
e. Hakikat sila-sila Pancasila sebagai kesatuan sistem

Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem


pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-
cita, menjadi suatu

ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama
dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.

 Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan


dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat
berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.

 Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan


sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada hakikatnya
meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan
Pancasila.

 Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami


bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri.
Nilai-nilai tersebut merupakan kausa materialis Pancasila. Tentang
susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila
memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-
sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan
sila-sila Pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal.

Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan Pancasila, di
mana sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainny, sila
kedua didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat
dan kelima, sila ketiga didasari dan

25
dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat
dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga,
serta mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima didasari dan dijiwai sila
pertama, kedua, ketiga dan keempat. Dengan demikian susunan Pancasila
memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.

f. Bentuk dan susunan Pancasila yang bersifat hierarkhis


piramidal dan saling mengkualifikasi

Pancasila yang sila-silanya merupakan satu kesatuan adalah bersifat


organis dan bentuk

susunannya hirarkis piramidal serta silasilanya saling mengkualifikasi


merupakan refleksi filsafati, hasil pertimbangan akal untuk menjadi dasar
tindakan. Pancasila bersifat organis berfungsi dalam hal sebagai ideologi
negara, susunan hirarkis piramidal berfungsi dalam hal pengamalan
Pancasila, sila-silanya saling mengkualifikasi berfungsi dalam hal
landasan politik negara

26
BAB III

Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa


Indonesia.
Bangsa Indonesia yang kita ketahui pancasila dapat dinyatakan sebagai
kausa materialis karena nilai-nilai essensial yang terkandung di dalam Pancasila ada
lima yaitu: Ketuhananan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan keadilan sosial
secara tujuan pula itu sudah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelum dibangunnya negara. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan
secara formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan dasar filsafat negara Indonesia.
karena pancasila merupakan suatu hal yang sangat penting, maka pemahaman
Pancasila harus dilakukan secara utuh dan ada kaitannya dengan jati diri Bangsa
Indonesia. Di sisi lain, menurut sejarah bangsa Indonesia pada saat itu sudah
medirikan dua kerajaan yaitu kerajaan sriwijaya di sumatera selatan dan kerajaan
majapahit di jawa timur. Dua kerajaan ini dibangun dalam dua zaman yang di mana
Era tersebut memiliki arti penting dalam sejarah bangsa Indonesia karena memenuhi
syarat berdirinya suatu bangsa yang bernegara. Dan telah mengalami kehidupan
masyarakat yang sejahtera serta memiliki wilayah yang meliputi seluruh nusantara.

1. Periodisasi tahap-tahap perkembangan sejarah Indonesia

Kebijakan pembangunan nasional mempunyai fungsi dan peranan yang sangat


strategis dan penting terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Keberhasilan pembangunan nasional tidak hanya ditentukan oleh peran
pemerintah saja, namun juga harus didukung oleh peran pihak swasta dan
masyarakat sebagai pemangku kepentingan pembangunan. Peran penting yang
berbeda dengan perekonomian rakyat adalah dalam penyerapan tenaga kerja.
Permasalahan kekurangan modal yang

27
dihadapi Indonesia, dapat diatasi dengan pola investasi tenaga kerja yang solid,
karena dapat menciptakan semakin banyak unit usaha serta lapangan kerja,
sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran.

2. Karakteristik setiap periode sejarah Indonesia

Sistem hukum Pancasila di Indonesia nampaknya belum menemukan formalasi


yang final, ia masih terabstraksi pada sistem hukum dominan, yaitu civil
law/rechstaat. Dalam Undang Undang Dasar 1945 jelas disebutkan bahwa
Indonesia menasbihkan sebagai negara hukum, meskipun tidak ada penjelasan
secara tersirat sistem hukum yang mana yang dianut (rechstaat, the rule of law
atau sistem hukum Pancasila), di sisi lain Pancasila menjadi ideologi serta dasar
negara, maka dari itu perlu adanya suatu formulasi sistem hukum Indonesia
dengan cara dekonstruksi (baca; pengungkapan) ideologi Pancasila sehingga
Pancasila tidak hanya menjadi ideologi, namun juga sebagai sistem hukum yang
dianut di Indonesia. Pancasila dapat diletakkan pada postulat prismatik, dimana
Pancasila diletakkan menjadi penyeimbang diantara sistem hukum yang ada,
sistem hukum Pancasila dapat dijadikan sistem hukum alternatif yang bersumber
dari nilai-nilai luhur bangsa, sistem hukum yang relevan dengan masyarakat
majemuk adalah pluralisme hukum yaitu konfigurasi antara common law yang
menjunjunjung tinggi keadilan substantif, hukum perdata yang mengenal keadilan
prosedural, serta sistem hukum Pancasila yang menjunjung tinggi keadilan sosial.
sehingga substansi pj hukum Pancasila yang prismatik dapat terwujud yaitu
keadilan sebagai tujuan. Kata Kunci: Dekonstruksi, Pancasila, Sistem Hukum
Indonesia. serta sistem hukum Pancasila yang menjunjung tinggi keadilan sosial.
sehingga substansi hukum Pancasila yang prismatik dapat terwujud yaitu keadilan
sebagai tujuan. Kata Kunci: Dekonstruksi, Pancasila, Sistem Hukum Indonesia.
serta sistem hukum Pancasila yang menjunjung tinggi keadilan sosial. sehingga
substansi hukum Pancasila

28
yang prismatik dapat terwujud yaitu keadilan sebagai tujuan. Kata Kunci:
Dekonstruksi, Pancasila, Sistem Hukum Indonesia.

3. Peristiwa sejarah dalam setiap periode untuk menemukan nilai-nilai persatuan


Indonesia

Pendidikan karakter merupakan satu upaya untuk menangani


permasalahan krisis multidimensi yang saat ini terjadi. Hal ini dilakukan
dengan penanaman nilai-nilai dalam pendidikan. Pusat Kurikulum
menetapkan paling tidak ada 18 nilai karakter pendidikan, yakni religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat persahabatan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Dalam pendidikan sejarah, nilai-nilai
tersebut dapat dilibatkan dalam pembelajaran. Pendidikan sejarah berperan
dalam pendidikan karakter karena pelajaran Sejarah memiliki arti strategi
dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang akan menghasilkan
serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air. Penguatan pelajaran sejarah sebagai pendidikan karakter
dapat diterapkan mulai dari tujuan, pelaksanaan pembelajaran, materi, sumber
dan media, sampai dengan penilaian.

29
BAB IV

Pancasila Dalam konteks letatanegaraan R.I (UUD


1945 Setelah Amandemen dan peraturan perundangan
dalam bidang politik).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
konstitusi negara Republik Indonesia yang disahkan sebagai undang-undang dasar
negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, yang pada kurun waktu tahun
1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang perubahan
susunan lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

a. Tata urutan peraturan perundangan R.I

Sebagai hasil dari demokrasi berdasarkan permusyawaratan dan


perwakilan di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 sebelum amandemen
menghadirkan MPR sebagai sebuah lembaga tertinggi negara yang menyerap
kedaulatan rakyat sehingga mendapat legitimasi untuk mengatasi lembaga-
lembaga negara di berbagai cabang kekuasaan. Kedudukan MPR sebagai
lembaga tertinggi negara tersebut disertai pula dengan fungsi legislasi, di mana
MPR dapat membuat produk hukum sendiri, bernama Tap MPR. Berubahnya
posisi MPR yang tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara dalam struktur
ketatanegaraan sejak berlakunya UUD NRI 1945 Amandemen ke-IV
berdampak pula terhadap susunan peraturan-undangan dalam peringkat dengan
eksistensi Tap MPR yang kini hanya berfungsi sebagai beschikking. Oleh
karena itu,

b. Perubahan UUD 1945 setelah reformasi

30
Ada empat macam Undang-Undang Dasar yang pernah berlaku, dalam sejarah
perkembangan ketatanegaraan Indonesia yaitu:

1. Penetapan Undang-Undang Dasar 1945, periode 18 Agustus 1945


hingga 27 Desember 1949 Saat diproklamasikan kemerdekaannya
pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas
nama bangsa Indonesia, saat itu NKRI belum memiliki UUD. Baru
sehari kemudian PPKI mengesahkan Rancangan Undang-Undang
sebagai Undang-Undang Republik Indonesia.
2. Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat, periode 27
Desember 1949 hingga 17 Agustus 1950 Meski telah
memproklamasikan diri sebagai negara merdeka, setelah kepergian
Jepang, Belanda kembali merongrong pemerintahan Indonesia
dengan maksud untuk menguasai kembali negara yang baru lahir ini.
Belanda mencoba untuk memecah-belah kesatuan dengan membuat
negara-negara boneka dan membentuk Republik Indonesia Serikat
atau RIS. Akibatnya UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh
wilayah Indonesia tersebut hanya berlaku untuk RIS saja.
3. Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950, periode 17
Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959 Konsep negara serikat yang
dibentuk Belanda bukanlah bentuk negara yang dikehendaki bangsa
Indonesia. Itu sebabnya RIS tidak bertahan lama dan kemudian
terjadi penggabungan dengan Republik Indonesia. Setelah itu,
kemudian disepakati untuk mendirikan kembali NKRI. Setelah itu,
dibentuklah panitia bersama untuk menyusun rancangan undang-
undang dasar baru yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus
1950 oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, lalu oleh Dewan

31
Perwakilan Rakyat dan Senat Republik Indonesia Serikat pada
tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru
itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
4. Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945, periode
1959 hingga sekarang. Setelah penetapan UUD Sementara pada
1950, kemudian pada 5 Juli 1959 berlakulah kembali UUD 1945
dengan dekrit Presiden. Selain menetapkan berlakunya kembali
UUD 1945 sebagai konstitusi, Presiden juga mengubah Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-
1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde
Baru. Perubahan tersebut dilakukan karena Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap tidak
mencerminkan pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
c. Amandemen UUD 1945 pada Era Reformasi
Pada Era Reformasi setelah Presiden Soeharto jatuh, MPR telah
melakukan 4 kali amandemen UUD 1945. Pertama tahun 1999,
kemudian 2000, 2001 dan terakhir tahun 2002. Salah satu poin terpenting
amandemen UUD 1945 adalah membatasi masa jabatan presiden dan
wakil presiden.
Amandemen UUD 1945 terhadap Pasal 7 menyebutkan bahwa Presiden
dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk
satu kali masa jabatan. Amandemen ini membatasi masa kekuasaan
presiden menjadi hanya 10 tahun.

32
d. IsiUndang-UndangDasar 1945 setelah Amandemen

Pasal 5

Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan


Perwakilan Rakyat.

Perubahan Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu
kali masa jabatan

Perubahan Pasal 15

Presiden memberi gelar tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang
diatur dengan undang-undang.

BAB X WARGA NEGARA DAN PENDUDUK

Perubahan Pasal 26

• Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli


dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara.
• Penduduk ialah waraga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
• Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-
undang.

Perubahan Pasal 30

• Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
• Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Repbulik Indonesia,
33
sebagai kekuatan utama dan rakyat, segabai kekuatan pendukung.
• Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.
• Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

e. Lembaga negara sesuai dengan UUD 1945 setelah Amandemen

Amandemen Undang-undang Dasar 1945 terjadi sebanyak 4 (empat) kali,


dimana Perubahan yang pertama terjadi pada tahun 1999, tahun 2000, kemudian
tahun 2001 dan tahun terakhir 2002. Dengan adanya Perubahan tersebut maka
berubah pula tatanan struktur tatanegara Negara Indonesia. Perubahan yang terjadi
untuk memperbaiki situs tatanegara Indonesia yang dinilai memiliki dampak
terhadap keberlangsungan hidup baik dari sisi pemerintahan maupun terhadap
bangsa Indonesia itu sendiri, yang tentunya mengarah pada perbaikan
Negara Indonesia itu sendiri. Peneliatan ini
menggunakan jenis penelitian normatif yaitu dengan mengambil data-data dari
aturan-aturan hukum, buku-buku, jurnal-jurnal, artikel-artikel serta dari internet,
yang nantinya penulis gunakan sebagai jawaban-jawaban dari tulisan yang
penulis buat. Untuk mendapatkan data yang akurat dan mendalam sesuai yang
diinginkan dengan mengacu pada sifat pengkajian yang dikembangkan dalam
penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka
dimana data yang dikumpulkan melalui buku-buku, jurnal
maupun tulisan-tulisan/artikel-artikel ilmiah. Undang-
undang Dasar 1945 adalah produk dari manusia yaitu masyarakat Indonesia yang
dijadikan oleh

34
Negara Indonesia sebagai Dasar Negara Oleh karena itu dijelaskan dalam
Pembukaan UUD 1945, bahwa UUD 1945 tidak dapat diubah, sebab secara
materi memuat pancasila dasar filsafat negara Republik Indonesia dan karena itu
melekat pada bertahan hidup negara proklamasi 17 Agustus 1945 yang hanya satu
kali terjadi dan merupakan fakta sejarah yang tidak mungkin terulang lagi.

f. Hasil-hasilperaturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sistem Politik


(demokrasi) di era reformasi.

Saat ini tidak jarang terjadi disorientasi dalam penerapan demokrasi


pancasila dalam politik hukum peraturan-undangan di Indonesia. Misalnya,
banyak undang-undang yang dikeluarkan DPR bersama pemerintah atau
peraturan daerah yang dikeluarkan oleh DPRD bersama pemerintah daerah yang
tidak mewakili kepentingan rakyat justu malah berpihak pada segelintir elit atau
konglomerat, seperti lahirnya Undang-Undang MD3 yang baru-baru ini
disetujui, atau perda reklamasi di DKI Jakarta yang menuai kontroversi di
masyarakat, berapa banyak Mahkamah Konstitusi memutus uji materil undang-
undang terhadap UUD RI 1945, bahkan beberapa waktu yang lalu ada
sekelompok masyarakat yang meminta uji materil KUHP terkait masalah lesbi,
gay, biseksual, dan transgender (LGBT ). Tulisan ini untuk mengetahui
bagaimana demokrasi pancasila sebagai paradigma politik hukum-undang-
undang di Indonesia. Tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis
normatif. Hasil tulisan menunjukkan terwujudnya
politik hukum yang baik hukum di Indonesia harus dibangun dengan cara
demokratis berdasarkan pancasila dan diterapkan ke dalam peraturan perundang-
undangan yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1) Undang-
UndangNomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan yang dilakukan melalui Program Legislasi Nasional dan Program
Legislasi Daerah. Yang mana Program Legislasi Nasional dan Program Legislasi
Daerah tersebut

35
dimuat semua rencana undang-undang yang akan dibuat selama lima tahun yang
dapat dipenggal-penggal lagi berdasarkan prioritas tahunan. Tipe penelitian yang
digunakan adalah yuridis normatif. Hasil tulisan menunjukkan terwujudnya
politik hukum yang baik hukum di Indonesia harus dibangun dengan cara
demokratis berdasarkan pancasila dan diterapkan ke dalam peraturan perundang-
undangan yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1) Undang-
UndangNomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan yang dilakukan melalui Program Legislasi Nasional dan Program
Legislasi Daerah. Yang mana Program Legislasi Nasional dan Program Legislasi
Daerah tersebut dimuat semua rencana undang-undang yang akan dibuat selama
lima tahun yang dapat dipenggal-penggal lagi berdasarkan prioritas tahunan. Tipe
penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif. Hasil tulisan menunjukkan
terwujudnya politik hukum yang baik hukum di Indonesia harus dibangun dengan
cara demokratis berdasarkan pancasila dan diterapkan ke dalam peraturan
perundang-undangan yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1)
Undang-UndangNomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan yang dilakukan melalui Program Legislasi Nasional dan
Program Legislasi Daerah. Yang mana Program Legislasi Nasional dan Program
Legislasi Daerah tersebut dimuat semua rencana undang-undang yang akan dibuat
selama lima tahun yang dapat dipenggal-penggal lagi berdasarkan prioritas
tahunan. Hasil tulisan menunjukkan terwujudnya politik hukum yang baik hukum
di Indonesia harus dibangun dengan cara demokratis berdasarkan pancasila dan
diterapkan ke dalam peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam Pasal 7
ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1) Undang-UndangNomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang dilakukan melalui Program
Legislasi Nasional dan Program Legislasi Daerah. Yang mana Program
Legislasi Nasional dan Program Legislasi

36
Daerah tersebut dimuat semua rencana undang-undang yang akan dibuat selama
lima tahun yang dapat dipenggal-penggal lagi berdasarkan prioritas tahunan. Hasil
tulisan menunjukkan terwujudnya politik hukum yang baik hukum di Indonesia
harus dibangun dengan cara demokratis berdasarkan pancasila dan diterapkan ke
dalam peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) dan
Pasal 8 ayat (1) Undang-UndangNomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan yang dilakukan melalui Program Legislasi
Nasional dan Program Legislasi Daerah. Yang mana Program Legislasi Nasional
dan Program Legislasi Daerah tersebut dimuat semua rencana undang-undang
yang akan dibuat selama lima tahun yang dapat dipenggal-penggal lagi
berdasarkan prioritas tahunan.

37
BAB V

Pancasila sebagai sistem etika politik dan ideologi


negara
Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan-undangan,
melainkan juga merupakan sumber moralitas, terutama dalam ketentuan dengan
legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara. Eksistensi sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”,
serta sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” merupakan sumber atas nilai-
nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Negara Indonesia yang
berdasarkan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” bukanlah negara “teokrasi”
yang mendasarkan kekuasaan negara dan penyelenggaraan negara pada legitimasi
keagamaan. Kekuasaan kepala negara tidak bersifat mutlak berdasarkan legitimasi
agama, melainkan berdasarkan legitimasi hukum dan legitimasi demokrasi. Oleh
karena itu asas sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” lebih berkaitan dengan legitimasi
moral. Hal inilah yang membedakan negara yang Berketuhanan Yang Maha Esa
dengan negara teokrasi. Metode penulisan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif,
dengan pendekatan interdisipliner. Walaupun di negara Indonesia tidak mendasarkan
pada legitimasi keagamaan, secara moralitas kehidupan negara harus sesuai dengan
nilai-nilai yang berasal dari Tuhan

1. Sistem etika politik dan ideologi-ideologi besar dunia

Politik pasca reformasi di Indonesia ditandai dengan patologi pembangunan.


Fokus kajian ini meliputi (1) simbol-simbol anomali dalam politik Indonesia, (2)
perkembangan fenomena paradoks yang muncul dalam etika politik pasca
reformasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sedangkan
poststruktural-hipersemiotik digunakan sebagai teori.

38
Hasilnya menunjukkan negasi atau kritik, begitu pula penegasan terhadap
eksistensi etika sebagai fenomena yang ditenggelamkan oleh kapitalisme
modernis yang bergerilya mengatur ideologi massa melalui oligarki kekuasaan
dengan jargon pembangunan. Simbol-simbol anomali tersebut terwujud dalam
berbagai aspek, terutama di bidang ekonomi, pendidikan, hukum, kesehatan, dan
politik; sedangkan paradoks pembangunan terlihat dalam proyek biaya peluang
dan kompetisi pembangunan.

2. Sistem etika Pancasila dengan liberalisme dan komunisme

3. Pancasila sebagai ideologi terbuka

Ideologi Pancasila terbuka berarti pancasila dapat menerima dan


mengembangkan pemikiran baru dari luar, dapat berinteraksi dengan
perkembangan/perubahan zaman dan lingkungannya, bersifat demokratis dalam
arti membuka diri masuknya budaya luar dan dapat menampung pengaruh nilai-
nilai dari luar yang akan diinkorporasi, untuk memperkaya aneka bentuk dan
beragam kehidupan bermasyarakat Indonesia juga memuat dimensi-dimensi
secara menyeluruh. Pancasila sebagai ideologi, tidak bersifat kaku dan tertutup,
namun bersifat reformasi, dinamis dan terbuka. Hal ini mengandung makna
bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, antisipasif dinamis senantiasa mampu
menyesuaikan perkembangan zaman. Ilmu pengetahuan dan teknologi serta
dinamika perkembangan aspirasi masyarakat, keterbukaan ideologi Pancasila
bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Namun
mengeksplisikan wawasan secara konkrit sehingga memiliki kemampuan yang
reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual masyarakat. Pancasila
sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka memiliki dimensi yaitu dimensi
idialis, dimensi normatif dan dimensi realistis.

39
PENUTUP

Demikianlah modul PANCASILA untuk kebidanan ini, saya


sampaikan. semoga dapat bermanfaat untuk dipelajari, ditunggu kritik
dan saran yang membangun agar modul selanjutnya dapat lebih baik
lagi.

40
DAFTAR PUSTAKA
[18:47, 10/09/2023] Rinda Yustari: Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan. (2013). Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia.

Fida Ul Haq, Muhammad. (2019). Data Kesenjangan Indonesia: 1% Orang Kuasai


50% Aset Nasional.

Jaramaya, Rizky (2017). Jusuf Kalla: Ketidakadilan Ciptakan Kesenjangan


Ekonomi.

Latif, Yudi. (2018). Wawasan Pancasila, Bintang Penuntun Untuk Pembudayaan.


Jakarta Selatan: Mizan.

Najoan, Bella, dkk (2017). Peranan Komunikasi Tokoh Masyarakat Dalam


Meminimalisir Kesenjangan Sosial Di Kelurahan Mampang Kota Depok
Jawa Barat. e-journal “Acta Diurna” Volume VI. No. 3. Tahun 2017.

http://bit.do/fLwjU

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph…

Bambang Sumadio, dkk. (1977). Sejarah Nasional Indonesia III dan IV.
Departemen P dan K: Jakarta.

Dhakidae, Daniel ; Pane, Nina, 1948-. (2015). Mohammad Hatta : Politik,


Kebangsaan, Ekonomi (1926-1977) / editor, Nina Pane ; pengantar, Daniel
Dhakidae. Jakarta : Kompas.

Hakim, Luqman. (2013). Problem Demokrasi dan Good Governance di Era


Reformasi. Malang ; Universitas Brawijaya Press.

Ismaun. (2005). Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan.

41
Bandung : Historia Utama Press.

Isnaeni, Hendri F. (2015). Hari Ini VOC Berdiri. http://bit.do/fLwAe

https://historia.id/kuno/articles/hari-ini-voc-berdiri- DWVe3

Jones Russell. (1973). Earl, Logan and “Indonesia”. In: Archipel, volume 6,
(1973). pp. 93-118. DOI :

http://bit.do/fLwAr https://www.persee.fr/doc/

[18:51, 10/09/2023] Rinda Yustari: Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945
tentang Pancasila http://bit.do/fLwMD

https://www.krjogja.com/angkringan/historia/
pidato-lengkap-bung-karno-1-juni-1945-tentang- pancasila-i/

2. Pidato Bung Karno Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni http://bit.do/fLwMJ

https://www.youtube.com/watch?v=dZjIEPREm7w

http://bit.do/fLwMP https://www.youtube.com/watch?v=3pM3jLBV44g

3. KULIAH UMUM Yudi Latif, Ph.D Seri#1 “Melacak Akar Sejarah Pancasila”

http://bit.do/fLwM2 https://www.youtube.com/watch?v=lkKU3qNf-y4

4. Bedah Buku Wawasan Pancasila Karya Yudi Latif, Ph.D DPP PG


http://bit.do/fLwM9

https://www.youtube.com/watch?v=QzWREJrf80w

5. PANCASILA: Membangun Karakter dan Janji Bernegara - Sila 1.


Ketuhanan Yang Maha Esa

http://bit.do/fLwNg https://www.youtube.com/watch?v=WomLUMJahC0

kementerian kesehatan republik indonesia

6. PANCASILA: Membangun Karakter dan Janji Bernegara – Sila 2.

42
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

http://bit.do/fLwNk https://www.youtube.com/watch?v=olTE0OiJHEY

7. PANCASILA: Membangun Karakter dan Janji Bernegara – Sila 3.


Persatuan Indonesia

http://bit.do/fLwNs https://www.youtube.com/watch?v=h1Hdo-qq6Y0

8. PANCASILA: Membangun Karakter dan Janji Bernegara - Sila 4. Kerakyatan


yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

http://bit.do/fLwNL https://www.youtube.com/watch?v=JYhQlKhKN9I

9. PANCASILA: Membangun Karakter dan Janji Bernegara - Keadilan Sosial


bagi Seluruh Rakyat Indonesia

http://bit.do/fLwN6 https://www.youtube.com/watch?v=4kEE1jjP0K4

10. Untuk lebih memahami dinamika dan tantangan Pancasila pada era
globalisasi, mahasiswa diminta untuk menganalisis penggalan-penggalan
pidato kebangsaan yang disampaikan oleh mantan Presiden dan Presiden
Republik Indonesia sebagai berikut:

a. Pidato Presiden Soeharto Pada Upacara Peringatan Lahirnya Pancasila

http://bit.do/fLwPd

https://soeharto.co/1968-06-01-pidato-presiden-
soeharto-pada-upacara-peringatan-lahirnya- pancasila

b. Pidato Lengkap Presiden Ketiga RI, BJ Habibie http://bit.do/fLwPr

https://www.republika.co.id/berita/nasional/
umum/11/06/01/lm43df-ini-dia-%20pidato-
lengkap-presiden-ketiga-ri-bj-habibie

c. Pidato Kebangsaan Presiden Republik Indonesia ke-5 Megawati


43
http://bit.do/fLwSk

https://www.yuksinau.id/pancasila-sebagai-dasar- negara/ (Diakses 29


Oktober 2020)

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. 2014. 45 butir Pedoman


Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (OnLine).

http://bit.do/fLwSv

https://www.kemhan.go.id/renhan/2014/11/20/45-
butir-pedoman-penghayatan-dan-pengamalan- pancasila.html
(diakses 18 Oktober 2020)

Kris, Robert. 2019. Makna Setiap bagian Lambang Garuda Pancasila.


(OnLine)

http://bit.do/fLwSF

https://tutorialpelajaran.com/1667/makna-setiap-
bagian-lambang-garuda-pancasila/ (diakses 20

Oktober 2020)

113

kementerian kesehatan republik indonesia

Tim Panitia Kongres Pancasila Ix. 2019. Pancasila Dasar Negara: Kursus
Pancasila oleh Presiden Soekarno Tentang Pancasila. (OnLine)

http://bit.do/fLwSN

https://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/sosial-
politik/pancasila-dasar-negara-kursus-pancasila-
oleh-presiden-soekarno-tentang-pancasila (diakses 17 Oktober 2020)

44

Anda mungkin juga menyukai