Anda di halaman 1dari 46

PENUNTUN PRAKTIKUM

IKHTIOLOGI

Penyusun

Suleman, S.S.T.Pi., M.P

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PETERNAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penuntun : Dasar-Dasar Pengolahan Hasil Perikanan


Penulis : Suleman, S.S.T.Pi., M.P

Kupang, Juli 2022

Menyetujui,
Koordinator Program Studi BDP Penulis

Dr. Yuliana Salosso, S.Pi.,M.P Suleman, S.S.T.Pi., M.P


NIP. 19750701199903 2 002 NIP. 19890412 202012 1 004

Mengetahui,
Dekan Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan

Dr. Ir. Arnol E. Manu, MP


NIP. 19680416 199203 1 002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunannya sehingga
kegiatan penyusunan penuntun praktikum dapat tersusun dengan baik. Adapun tujuan
penyusunan penuntun praktikum ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
materi yang diberikan dalam praktikum dan sekaligus metode kerjanya sebagai
kelengkapan dari mata kuliah iktiologi pada semester III ganjil 2022/2023 program
studi budidaya perairan, Fakultas Peternakan Perikanan dan Kelautan, Universitas
Nusa Cendana. Kegiatan ini sangat penting dalam upaya melakukan updating
keilmuan secara kontinu sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di
Program Studi budidaya Perairan.
Dalam kegiatan praktikum ini mahasiswa akan dibekali dengan ketrampilan
dalam memperdalam ilmu terkait ikan. Output dari kegiatan tersebut diharapkan
mahasiswa mampu menerapkannya dalam lingkungan masyarakat maupun dunia
kerja pada masa yang akan datang.

Penyusun

Suleman, S.S.T.Pi., M.P.


DAFTAR ISI

Praktikum 1. Morfologi dan Morfometri Ikan....................................................1


Pendahuluan.............................................................................................................1
A. Bentuk Tubuh.........................................................................................1
B. Bagian-Bagian Tubuh Ikan....................................................................2
C. Morfometri.............................................................................................4
Tujuan......................................................................................................................4
Alat dan Bahan.........................................................................................................4
Prosedur...................................................................................................................4
Lembar Kerja...........................................................................................................7
Praktikum 2. Perhitungan Meristik.....................................................................8
Pendahuluan.............................................................................................................8
Tujuan......................................................................................................................11
Alat dan Bahan.........................................................................................................11
Prosedur...................................................................................................................12
Lembar Kerja...........................................................................................................15
Praktikum 3. Morfometri dan identifikasi...........................................................17
Pendahuluan.............................................................................................................17
Tujuan......................................................................................................................23
Alat dan Bahan.........................................................................................................23
Prosedur...................................................................................................................23
Lembar Kerja...........................................................................................................25
Praktikum 4. Sistem Integumen, otot dan Rangka ikan.....................................29
Pendahuluan.............................................................................................................29
Tujuan......................................................................................................................37
Alat dan Bahan.........................................................................................................37
Prosedur...................................................................................................................37
Lembar Kerja...........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................41

iii
PRAKTIKUM 1. MORFOLOGI DAN MORFOMETRI IKAN

PENDAHULUAN
Ikan memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan yang
satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu
pada karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan di alam. Analisa morfometri
merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap morfologi ikan tersebut.
Morfologi adalah ciri-ciri luar tubuh ikan yang terlihat dan harus diamati
yang meliputi: bentuk tubuh, warna, bentuk operculum, mengukur antar bagian
tubuh ikan.

Secara garis besar ikan dikelompokkan kedalam 3 kelas


utama yaitu:
1. Kelas Agnatha dengan ciri-ciri : tidak memiliki rahang, seringkali
sirip tidak berpasangan, rangka utama terdiri dari tulang rawan dan
fibrous, monorhinous.
2. Kelas Condricthyes dengan ciri-ciri : rangka terdiri dari tulang
rawan, tidak mempunyai katup insang, mempunyai tutup insang 5-7
pasang, memili rahang.
3. Kelas Osteichtyes dengan ciri-ciri memiliki rahang, memiliki
tutup insang, dirhinous, rangka tubuh terdiri dari tulang sejati.

A. BENTUK TUBUH
Bentuk tubuh ikan bervariasi, namun bila diamati tampak bahwa
tubuh ikan mempunyai suatu pola dasar yang sama yaitu : kepala – badan –
ekor. Umumnya ikan mempunyai bentuk tubuh yang simetris bilateral, ada
sebagian yang memiliki bentuk tubuh tidak simetris bilateral. Bentuk tubuh ikan
ini bila dipotong sagittal akan ditemukan sepasang mata hanya berada pada
salah satu sisi tubuh, atau pada spesies tertentu memiliki ketebalan daging yang
berbeda.

1
B. BAGIAN-BAGIAN TUBUH IKAN
a. Kepala
Kepala ikan terletak di bagian anterior tubuh, mulai dari ujung mulut
sampai ke bagian akhir tutup insang/kantong insang, terbagi menjadi:
• ujung kepala berbentuk tumpul atau berbentuk lancip
• kepala bersisi atau tudak bersisik
b. Mulut : bentuk dan posisi mulut
c. sungut
Sungut ikan berfungsi sebagai alat peraba dalam mencari makanan
dan umumnya terdapat pada ikan-ikan yang aktif mencari makan pada malam hari
(nokturnal) atau ikan-ikan yang aktif mencari makan di dasar perairan. Letak dan
jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah sungut
berbeda-beda. Ada yang terletak pada hidung, bibir, dagu, sudut mulut, dan
sebagainya.
d. sisik
Berdasarkan bentuknya, sisik ikan dapat dibedakan
menjadi.
• Sisik plakoid, bentuknya meruncing mirip duri halus,
terbentuk dari dentin dan dilapisi dengan enamel. Sisik ini
dimiliki oleh ikan hiu dan pari.
• Sisik ganoid, berbentuk mirip dengan bangun belah ketupat.
Dimiliki oleh ikan aligator.
• Sisik cikloid, berbentuk agak oval dengan adanya
garis-garis pertumbuhan. Sisik ini dimiliki oleh ikan salmon.
• Sisik ctenoid, bentuknya agak oval, terdapat garis-garis
pertumbuhan, dan bergerigi di salah satu sisinya. Dimiliki oleh
ikan kakap.
e. Linea literalis

2
f. scute : tonjolan kulit ke arah luar yang berasal dari sisik pada ikan-ikan
bertulang keras, seperti family Carangidae. Scute sering muncul sebagai
kelanjutan dari gurat sisi di bagian mendekati ekor atau Caudal peduncle
g. keel : tonjolan yang kuat pada bagian belakang caudalpeduncleatau awal sirip
ekor (pada sisi lateral). Ciri ini sangat khas untuk ikan-ikan perenang cepat
dengan Caudal peduncle yang kecil dan bentuk sirip ekor Lunate (bulan sabit)
h. Adiposa fin, sirip kecil dari daging tanpa tulang yang terletak di belakakng
sirip punggung, terutama ikan-ikan bertulang keras yang masih primitif,
seperti ikan Beloso (familySynodontidae).
i. Finlet, sirip tambahan selain yang sudah normal, umumnya terletak di
belakang sirip punggung kedua atau di belakang sirip dubur.
j. Sirip. Berdasarkan letaknya, sirip ikan dapat dibedakan menjadi.
• Sirip dorsal, terletak di bagian punggung. Beberapa ikan
memiliki 2 bahkan 3 sirip dorsal
• Sirip adiposa, terletak di belakang sirip dorsal dan
bertekstur lunak.
Apabila sirip tersebut keras maka disebut sebagai sirip dorsal kedua.
• Sirip kaudal, terletak di ujung belakang ekor.
• Sirip anal, terletak di bagian belakang anus.
• Sirip pelvic, terletak di bawah perut/pinggang.
• Sirip pektoral, terletak di belakang
operkulum. Sirip kaudal memiliki 4 tipe
sirip yaitu:
Homocercal merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan
ditunjang oleh jari-jari sirip ekor
Diphycercal M e r u p a k a n b e n t u k p i n n a c a u d a l i s y a n g m e m b u
latatau m e r u n c i n g , s i m e t r i s dengan ruas vertebrae terakhir
tidak mencapai ujung sirip
Protocercal Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan
simetris dimana columna vertebralis terakhir mencapai ujung ekor

3
Heterocercal Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris
dengan sebagian ujung ventral lebih pendek

C. MORFOMETRI

Gambar 1. Morfometri ikan


TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal bentuk luar ikan, sehingga
mahasiswa mampu membuat deskripsi tentang suatu jenis ikan.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan yaitu baki bedah, jarum penusuk, kamera, pensil.
Bahan yang dibutuhkan yaitu Clarias batrachus (lele rawa), Cyprinus
carpio (ikan mas), Osphronemus gourami (gurami), Euthynus sp (tongkol).

PROSEDUR
1 Ikan yang telah mati diletakkan pada baki dengan posisi kepala di
sebelah kiri dan punggung di atas.
2 Sirip-sirip ikan dibuat dalam posisi meregang yaitu diregangkan
dengan banuan jarum penusuk.
3 Gambar ikan yang telah disiapkan
tersebut

4
4 Catat karakteristik bagian morfologi tubuh dan
morfometrinya.

5
LEMBAR KERJA
MORFOLOGI DAN
MORFOMETRI
Hari / Tanggal
:
Nama spesies
:
Nama Lokal
:
GAMBAR IKAN

Keterangan karakteristik morfologi ikan


1. 7.
2. 8.
3. 9.
4. 10.
5. 11.
6. 12.

MORFOMETRI IKAN
Panjang Total Lebar mata
Panjang Standar Tinggi badan
Panjang cagak Dasar sirip dorsal
Panjang kepala Tinggi sirip dorsal
Panjang preorbital Panjang sirip dada
Panjang postorbital Panjang caudal peduncle

6
LEMBAR KERJA
MORFOLOGI DAN
MORFOMETRI
Hari / Tanggal
:
Nama spesies
:
Nama Lokal
:
GAMBAR IKAN

Keterangan karakteristik morfologi ikan


1. 7.
2. 8.
3. 9.
4. 10.
5. 11.
6. 12.

MORFOMETRI IKAN
Panjang Total Lebar mata
Panjang Standar Tinggi badan
Panjang cagak Dasar sirip dorsal
Panjang kepala Tinggi sirip dorsal
Panjang preorbital Panjang sirip dada
Panjang postorbital Panjang caudal peduncle

7
PRAKTIKUM 2. PERHITUNGAN MERISTIK IKAN

PENDAHULUAN
Sebagian besar ikan yang ada dipermukaan bumi ini tergolong sebagai
ikan yang bilateral simetris yaitu ikan yang apabila tubuhnya di belah dua
secara membujur/memanjang tubuh mulai dari pertengahan ujung kepala sampai
ke ujung ekor, maka akan menghasilkan dua belahan tubuh yang serupa. Bagian
tubuh yang sebelah kanan merupakan cerminan tubuh sebelah kiri. Ada juga
beberapa spesies ikan yang apabila dibelah dua secara membujur, maka belahan
sebelah kanan tidak mencerminkan bagian sebelah kiri yang dikenal dengan istilah
non bilateral simetris
Meristik adalah penghitungan secara kuantitatif ciri-ciri (bagian tubuh)
ikan, misalnya jumlah dan ukuran sirip. Meristik (ciri yang dapat
dihitung) dapat digunakan untuk menggambarkan keterangan-keterangan
spesies ikan, atau digunakan untuk identifikasi spesies yang belum diketahui.
Ciri-ciri meristik selalu digambarkan dengn angka-angka singkat yang disebut
rumus meristic
Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada
pengukuranbagian-bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik berkaitan
denganpenghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods ). Variabel
yang termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah
sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca), jumlah
vertebra, dan jumlah gelembung renang (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999).
A. Menghitung jari-jari sirip
Untuk menentukan rumus suatu sirip tertentu, terlebih dahulu
harusdicantumkan huruf kapital yang menentukan sirip yang dimaksud. Sirip
punggungdisingkat dengan D, sirip ekor dengan C, sirip dubur dengan A, sirip perut
denganV, dan sirip dada dengan P.Menghitung jari-jari sirip yang berpasangan
dilakukan pada sirip yangterletak pada sisi sebelah kiri, kecuali jika ada ketentuan

8
khusus. Pada saatmelakukan pemeriksaan, harus diingat bahwa ikan diletakkan
dengan kepalamenghadap ke sebelah kiri dan perut mengarah ke bawah.Jari-jari sirip
dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jari- jari lemah. Jari-
jari keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), keras, dantidak dapat
dibengkokkan. Jari-jari keras ini biasanya berupa duri, cucuk, ataupatil, dan
berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri.Jari-jari lemah bersifat agak
cerah, seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan, dan berbuku-buku atau beruas-
ruas. Bentuknya berbeda-bedatergantung pada jenis ikannya. Jari-jari lemah ini
mungkin sebagian keras ataumengeras, pada salah satu sisinya bergigi-gigi,
bercabang, atau satu sama lainsaling berlekatan.Perumusan jari-jari keras
digambarkan dengan angka Romawi, walaupun jari-
jari itu pendek sekali atau rudimenter. Sirip punggung ikan yang terdiri dari 10 jari-
jari keras maka rumusnya ditulis D.X.Untuk jari-jari lemah, perumusan digambarkan
dengan memakai angkaArab (angka biasa). Jari-jari lemah yang mengeras, seperti
yang terdapat padaikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758), harus
digambarkan tersendiri(Gambar 23-A). Jika pada ikan mas terdapat 4 jari-jari lemah
yang mengeras dan sekitar 16 – 22 jari-jari lemah, maka rumusnya harus ditulis D.
4.16 – 22.

9
Cara perumusan semacam ini juga dipergunakan untuk menggambarkan jumlah
cabang jari-jari yang bersatu menjadi satu “jari-jari keras”. Jari-jari sepertiini
misalnya ditemukan pada ikan baung (Hemibagrus nemurus (Valenciennes,1840)),
ikan lundu (Mystus gulio (Hamilton, 1822)), dan sebagainya.Jika pada satu sirip
terdapat jari-jari keras dan jari-jari lemah maka jumlahtiap-tiap jenis jari-jari harus
digambarkan berdampingan. Pada Gambar 23-Bterlihat sirip punggung yang disusun
oleh 10 – 12 jari-jari keras dan 12 – 15 jari- jari lemah, maka rumusnya adalah D.X-
XII.12-15.Seandainya bagian sirip punggung pertama yang berjari-jari keras
jelassekali terpisah dari bagian sirip punggung kedua yang berjari-jari lemah,
ataudengan kata lain terdapat dua buah sirip punggung, maka untuk ikan tersebut
diatas mempunyai rumus D1.X-XII. D2.12-15. Pada Gambar 24 terlihat perbedaan
antara jari-jari pokok dan jari-jaricabang. Biasanya yang umum digambarkan adalah
hanya jumlah pangkal jari-jariyang nyata terlihat. Hal ini penting dilakukan karena
cabang jari-jari tidak mudahditentukan dan jumlahnya pun berbeda-beda.Untuk
ikan-ikan dari famili Cyprinidae, jumlah jari-jari pokok senantiasa sama dengan
jumlah jari-jari bercabang ditambah dengan satu jari-jari tidak bercabang, karena
hanya satu jari-jari tidak bercabang yang begitu panjangnya sehingga mencapai
pinggiran atas dari keping sirip (Gambar 25). Jika yang dimaksudkan hanya jumlah
jari-jari yang bercabang saja, maka hal ini harus dinyatakan pula. Pada saat
menghitung jumlah jari-jari yang tidak bercabang, harus selalu diingat untuk
menganggap satu jari-jari lemah yang secara morfologi agak mengeras. Jari-jari
bercabang adalah semua jari-jari yang mempunyai cabang,walaupun terlihat kurang
begitu jelas.Dua jari-jari yang terakhir pada sirip punggung dan sirip dubur
dihitungsebagai satu jari-jari pokok. Jari-jari pokok yang terakhir ini sering tampak
sebagaidua duri yang berdekatan. Cara menghitung seperti ini biasa dilakukan
padapenghitungan jari-jari yang nyata bercabang. Sebaliknya cara ini tidak dapat
dipakai pada ikan yang berjari-jari tidak bercabang.Rumus sirip ekor biasanya
menggambarkan jumlah jari-jari pokok. Padaikan yang sirip ekornya berjari-jari

10
yang bercabang maka jumlah jari-jari sirip ini ditetapkan sebanyak jumlah jari-jari
yang bercabang ditambah dua

Pada sirip yang berpasangan, semua jari-jari dihitung, termasuk yangterkecil


dan terletak pada sisi paling bawah atau paling sebelah dalam daripangkal sirip.
Kadang-kadang untuk keperluan ini digunakan sebuah kacapembesar. Seringkali jari-
jari yang kecil kadang-kadang merapat pada jari-jariyang besar, sehingga harus
dipisahkan terlebih dahulu sebelum menghitung jumlah jari-jari. Jari-jari kecil ini ikut
dihitung jika kita menghitung jumlah jari-jarisirip dada, tetapi untuk sirip perut tidak
perlu.Jika kedua sirip perut bertaut menjadi satu sirip perut maka biasanya hal
inidapat diketahui. Kedua sirip asal masih terlihat jelas karena bersatu kuranglengkap
atau kelihatan simetri pada kedua bagian yang membentuknya. Padakeadaan tersebut
di atas ini, jumlah jari-jari sirip hanya dihitung pada salah satubagian saja.Pada ikan-
ikan yang bersirip perut kurang sempurna, kadang-kadang satu jari-jari mengeras
hanya ada sebagai suatu penunjang yang terletak di bawahselaput pembungkus dari
jari-jari lemah pertama. Dengan menggunakan kacapembesar, hal ini dapat diketahui
karena adanya buku-buku pada jari-jari tersebutdan struktur kembar secara
keseluruhan.

B. Menghitung jumlah sisik


Garis rusuk dibentuk oleh sisik-sisik yang berlubang atau berpori. Di bawah sisik ini
terletak seutas urat syaraf yang disebut neuromast . Jika garis rusuk tidakada maka
dihitung jumlah sisik pada garis dimana biasa garis rusuk berada.Penghitungan
berakhir pada permulaan pangkal ekor, atau pada ruas tulangbelakang bagian ekor
yang terakhir. Tempat ini dengan mudah dapat ditetapkanyaitu dengan cara
menggoyang-goyangkan sirip ekor, dan pada pelipatan pangkal sirip ekor itu terletak
ruas tulang belakang yang dimaksud. Sisik yang berada diatas pelipatan ini tidak ikut
dihitung, demikian juga sisik pada pangkal sirip ekor,walaupun sisik-sisik ini
berlubang. Sisik garis rusuk yang paling depan ialah sisikdi belakang lengkung bahu
yang sama sekali tidak menyentuh lagi lengkung bahu ini.

11
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung sisik-sisik di atasdan di bawah
garis rusuk, yaitu:
- dengan cara menjatuhkan garis tegak dari permulaan sirip punggung pertama
(D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut, kemudian menghitung jumlah sisik-
sisik yang dilalui oleh garis tersebut
- jika cara di atas tidak mungkin dilakukan karena garis tersebut melaluidasar
sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar siripperut sampai ke
punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisikyang dilalui oleh garis ini
- cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai
daripermulaan sirip punggung pertama terus ke bawah dan ke belakang,sedangkan
untuk jumlah sisik di bawah garis rusuk dimulai padapermulaan sirip dubur dan
dihitung miring naik ke atas dan ke muka.
Pada penghitungan jumlah sisik-sisik seperti tersebut di atas ini, jumlahsisik
pada garis rusuk sendiri tidak ikut dihitung.Jumlah sisik di muka sirip punggung
adalah jumlah semua sisik yangdikenai oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip
punggung sampai ke belakangkepala. Biasanya sisik ini dihitung pada ikan yang garis
pangkal kepalanyamerupakan garis perbatasan antara kuduk yang bersisik dan kepala
yang tidakbersisik. Jumlah baris sisik di muka sirip punggung (biasanya lebih kecil
daripada jumlah sisik di muka sirip punggung) adalah jumlah baris sisik pada
suatu sisi darigaris antara permulaan sirip punggung dengan kuduk.Untuk mengetahui
jumlah sisik pipi, terlebih dahulu dibuat sayatan garisyang ditarik dari mata ke sudut
keping tulang insang depan atau os preoperculare.Selanjutnya, jumlah sisik pipi
adalah jumlah baris sisik yang melewati garissayatan tersebut. Jumlah sisik di
sekeliling badan dapat diketahui dengan cara
menghitung jumlah semua sisik yang dikenai oleh suatu garis yang mengelilingi bada
n danterletak di muka sirip punggung. Jumlah sisik ini sangat penting untuk
digunakandalam mengidentifikasi famili Cyprinidae.Jumlah sisik batang ekor adalah
jumlah sisik yang dikenai oleh suatu garisyang mengelilingi batang ekor
TUJUAN

12
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui lebih
mendalam tentang perhitungan meristik yang meliputi sirip serta sisik
ikan.

ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan adalah baki bedah, penggaris untuk
pengukur , alat tulis, serbet dan tissue gulung. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah ikan Mas (Cyprinus carpio), ikan
patin (Pangasius djambal), ikan Senangin (Eleutheronema
tetradactylum), ikan merah (Litjanus gibbus), Ikan kembung jantan
(Scomber kanagurta)

PROSEDUR
1. Ikan diletakkan di atas baki.
2. Gambar morfologi ikan tersebut dibuku gambar lengkap dengan
klasifikasinya dan keterangan bentuk tubuh serta bagian luar dari
tubuh ikan-ikan tersebut.

13
3. Amati ikan apa saja yang memiliki sirip tambahan maupun
ciri-ciri yang membedakannya dengan ikan lain.
4. Deskripsikan ikan mulai dari kepala sampai ekor.
5. Tuliskan klasifikasi dari masing-masing ikan.

14
LEMBAR
KERJA
MERISTIK
Nama spesies :
Nama lokal :
Hari/Tgl, :

Gambar ikan
:

Deskripsi
No. Paramete Perhitungan
r
1 Sirip Dorsal (D)
2 Sirip Pectoral (P)
3 Sirip Anal (A)
4 Sirip Ventral (V)
5 Sirip Caudal (C)
6 Linea literalis

15
LEMBAR
KERJA
MERISTIK
Nama spesies :
Nama lokal :
Hari/Tgl, :

Gambar ikan
:

Deskr
ipsi
No. Paramete Perhitungan
r
1 Sirip Dorsal (D)
2 Sirip Pectoral (P)
3 Sirip Anal (A)
4 Sirip Ventral (V)
5 Sirip Caudal (C)
6 Linea literalis

16
PRAKTIKUM 3. MORFOMETRI DAN IDENTIFIKASI

PENDAHULUAN
Identifikasi adalah pekerjaan mencari dan mengenal ciri-ciri
taksonomi individu yang beraneka ragam dan memasukannya dalam suatu
takson. Identifikasi penting artinya ditinjau dari segi ilmiah, sebab seluruh
pekerjaan berikutnya sangat tergantung dari hasil identifikasi yang benar dari
suatu spesies yang sedang diteliti. Dalam melakukan identifikasi ikan, buku
kunci identifikasi ikan mutlak diperlukan. Agar mudah dalam menggunakan
buku kunci identifikasi, terlebih dahulu harus memahami istilah-istilah yang
biasa digunakan dalam identifikasi. Identifikasi ikan didasarkan atas
morfometrik dan meristik yang dilakukan sesuai dengan petunjuk identifikasi.

Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada


umur, jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan yan
g dapat mempengaruhi kehidupan ikan di antaranya adalah makanan, derajat
keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendiri-
sendiri maupun secara bersama-sama, mempunyai pengaruh yang sangat
besarterhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun dua ekor
ikanmempunyai umur yang sama namun ukuran mutlak di antara keduanya
dapatsaling berbeda.Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur
tubuh ikan (measuring methods ).
Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh kebagian tubuh yang lain.
Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukurantara lain panjang total,
panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan,tinggi dan panjang sirip, dan
diameter mata (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin,1999).Satuan ukuran yang digunakan
di dalam morfometrik sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran yang umum
digunakan adalah sentimeter (cm) ataumilimeter (mm), tergantung kepada keinginan
peneliti. Ukuran-ukuran ini
disebutukuran mutlak. Untuk memperoleh pengukuran yang lebih teliti, sebaiknyame

17
nggunakan jangka sorong (calipper). Adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk
memberikan ukuran bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm) pada
saat melakukan identifikasi. Ukuran yang digunakan untuk identifikasi hanyalah
merupakan ukuran perbandingan. Seekor ikan yang memiliki Panjang total 25 cm dan
panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan didalam buku-buku
identifikasi adalah panjang kepala sama dengan seperlimapanjang total tubuhnya.

Berbagai ukuran bagian tubuh ikan yang sering digunakan di dalam


identifikasi ikan adalah:
a. Panjang baku (panjang biasa), yaitu jarak garis lurus antara ujung
bagiankepala yang paling depan (biasanya ujung salah satu dari rahang
yangterdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor.
b. Panjang cagak (fork length), adalah panjang ikan yang diukur dari
ujungkepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang
sirip ekor.
c. Panjang total, adalah jarak garis lurus antara ujung kepala
yang terdepandengan ujung sirip ekor yang paling belakang.
d. Tinggi badan, diukur pada tempat yang tertinggi antara bagian
dorsaldengan ventral, dimana bagian dari dasar sirip yang melewati
garispunggung tidak ikut diukur.
e. Tinggi batang ekor, diukur pada batang ekor di tempat yang
mempunyaitinggi terkecil.
f. Panjang batang ekor, merupakan jarak miring antara ujung dasar
siripdubur dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor.
g. Panjang dasar sirip punggung dan sirip dubur, merupakan jarak antara
pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip di belakang jari-
jariterakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip.

18
h. Panjang di bagian depan sirip punggung, merupakan jarak antara
ujungkepala terdepan sampai ke pangkal jari-jari pertama sirip
punggung.
i. Tinggi sirip punggung dan sirip dubur, diukur dari pangkal
keping pertama sirip sampai ke bagian puncaknya.
j. Panjang sirip dada dan sirip perut, adalah panjang terbesar menurut ara
h jari-jari dan diukur dari bagian dasar sirip yang paling depan atau ter
jauh dari puncak sirip sampai ke puncak sirip ini. Sambungan sirip
berupa rambut atau benang halus, oleh beberapa ahli juga ikut diukur,
sehingga harus lebih waspada. Pengukuran panjang sirip dada hanya
dilakukan jikabentuk sirip dada itu tidak simetris.
k. Panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, pengukuran ini hanya
dilakukan jika jari-jari yang terpanjang terletak di tengah-tengah atau
dibagian tengah sirip. Pengukuran dilakukan mulai dari pertengahan
dasarsirip sampai ke ujung jari-jari tersebut. Jika jari-jari lain yang
dimaksudkandan bukan jari-jari tengah maka hal ini harus dinyatakan
l. Panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah. Panjang jari-jari keras
adalah panjang pangkal yang sebenarnya sampai ke ujung bagian yang
keras,walaupun ujung ini masih disambung oleh bagian yang lemah
atau sambungan seperti rambut. Panjang jari-jari lemah diukur dari
pangkal sampai ke ujungnya.
m. Panjang kepala, adalah jarak antara ujung termuka dari kepala hingga
ujung terbelakang dari keping tutup insang. Beberapa peneliti
melakukan pengukuran sampai ke pinggiran terbelakang selaput
yang melekat padatutup insang (membrana branchiostega) sehingga
diperoleh panjang kepala yang lebih besar.
n. Tinggi kepala, merupkan panjang garis tegak antara
pertengahan pangkal kepala dan pertengahan kepala di sebelah bawah.
o. Lebar kepala, merupakan jarak lurus terbesar antara kedua keping
tutup insang pada kedua sisi kepala.

19
p. Lebar / tebal badan, adalah jarak lurus terbesar antara kedua sisi
badan.
q. Panjang hidung, merupakan jarak antara pinggiran terdepan dari
hidung atau bibir dan pinggiran rongga mata sebelah ke depan.
r. Panjang ruang antar mata, merupakan jarak antara pinggiran
atas darikedua rongga mata (orbita).
s. Panjang bagian kepala di belakang mata, adalah jarak antara pinggiran
belakang dari orbita sampai pinggir belakang selaput keping tutup
insang(membrana branchiostega).
t. Tinggi bawah mata, merupakan jarak kecil antara pinggiran bawah
orbita dan rahang atas.
u. Tinggi pipi, merupakan jarak tegak antara orbita dan pinggiran bagian
depan keping tutup insang depan (os preoperculare).
v. Panjang antara mata dan sudut keping tutup insang depan
(ospreoperculare), adalah panjang antara sisi rongga mata dengan
sudut ospreoperculare. Pada saat pengukuran, senantiasa juga turut
diukur Panjang duri yang mungkin ada pada sudut os preoperculare
tersebut.
w. Panjang atau lebar mata, adalah panjang garis menengah orbita
(ronggamata).
x. Panjang rahang atas, adalah panjang tulang rahang atas yang diukur
mulai dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang rahang
atas.
y. Panjang rahang bawah, adalah panjang tulang rahang bawah yang
diukurmulai dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang
pelipatan rahang.
z. Lebar bukaan mulut, merupakan jarak antara kedua sudut mulut
jika mulut dibuka selebar-lebarnya

20
21
Selain pengukuran secara langsung, juga dilakukan nisbah atau pembandingan
beberapa ukuran tubuh seperti tersebut di bawah ini dan hasilnya ditabulasikan seperti
terlihat pada Tabel
a) Indeks panjang kepala, yaitu perbandingan antara panjang total
danpanjang kepala
b) Indeks panjang bahu, yaitu perbandingan antara panjang total dan
Panjang bahu
c) Indeks tinggi badan, yaitu perbandingan antara panjang total dan
tinggi badan
d) Indeks sirip punggung, yaitu perbandingan antara panjang total
danpanjang dasar sirip punggung

22
e) Indeks sirip dubur, yaitu perbandingan antara panjang total dan
panjangdasar sirip dubur
f) Indeks batang ekor (1), yaitu perbandingan antara panjang total
danpanjang batang ekor
g) Indeks batang ekor (2), yaitu perbandingan antara panjang batang ekor
dan tinggi batang ekor
h) Indeks tinggi kepala, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan
tinggi kepala
i) Indeks lebar mata, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan lebar
mata
j) Indeks rahang atas, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan
panjang rahang atas

TUJUAN

Mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu specimen ikan tertentu dan


memberikan klasifikasinya.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan berupa baki bedah, alat bedah, buku
identifikasi, jarum penusuk, kamera, pensil. Bahan yang digunakan ikan
sepat (Trichogaster trichopterus), gurami (Osphronemus gourami), tongkol
(Euthynus sp.)

PROSEDUR
1. Ikan yang telah mati diletakkan pada baki dengan posisi kepala di
sebelah kiri dan punggung di atas.
2. Sirip-sirip ikan dibuat dalam posisi meregang yaitu diregangkan
dengan banuan jarum penusuk.
3. Lakukan pengukuran
morfometrinya

23
4. Buat identifikasi sampel ikan tersebut dengan menggunakan buku
identifikasi.

24
LEMBAR KERJA MORFOMETRI IKAN
Nama spesies :
Nama lokal :
Tanggal Identifikasi :
Parameter Identifikasi :

No Parameter No Parameter
1 Total length : 14 Snout length :
(mm) Subordital width
(mm)
2 Standard length : 15 Eye diameter :
(mm) (mm)
3 Body depth : 16 Upper jaw lengt :
(mm)
4 Caudal peduncle : 17 Length of :
depth (mm) adipose
5 Predorsal length : fin (mm)
18 Dorsal fin spine :
(mm)
6 length of dorsal : 19 Dorsal soft ray :
(mm)
7 Length of anal : 20 Anal soft rays ;
base (mm)
8 Height of dorsal : 21 Total pectoral ;
fin (mm) rays
9 Length of : 22 Scales along ;
pectoral lateral line
10 (mm) of pelvic
Length : 23 Scales above :
fin (mm) lateral line
11 Length of longest : 24 Scales below :
dorsal spine (mm) lateral line
12 Head length : 25 Scale before :
(mm) lateral line
13 Head width (mm) :

25
LEMBAR KERJA MORFOMETRI IKAN
Nama lokal :
Tanggal Identifikasi :
Parameter Identifikasi :

No Parameter No Parameter
1 Total length (mm) : 14 Snout length :
Subordital width
(mm)
2 Standard length : 15 Eye diameter :
(mm) (mm)
3 Body depth : 16 Upper jaw lengt :
(mm)
4 Caudal peduncle : 17 Length of adipose :
depth (mm) fin (mm)
5 Predorsal length : 18 Dorsal fin spine :
(mm)
6 length of dorsal : 19 Dorsal soft ray :
(mm)
7 Length of anal base : 20 Anal soft rays ;
(mm)
8 Height of dorsal fin : 21 Total pectoral rays ;
(mm)
9 Length of pectoral : 22 Scales along ;
(mm) lateral
10 Length of pelvic fin : line above
23 Scales :
(mm) lateral
11 Length of longest : line below
24 Scales :
dorsal spine (mm) lateral line
12 Head length (mm) : 25 Scale before :
lateral
13 Head width (mm) : line

26
LEMBAR KERJA IDENTIFIKASI

IKAN

Nama :
Praktikum ke :
NIM :
Hari/Tgl. :

Kelas :
Subkelas :
Ordo :
Subordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
Nama lokal
:

Gambar Ikan

27
Keterangan

28
PRAKTIKUM 4. SISTEM INTEGUMEN, OTOT DAN RANGKA IKAN

PENDAHULUAN
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi dan menginformasikan ikan terhadap lingkungan
sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang
terbesar. Sehubungan dengan bervariasinya integumen pada vertebrata
khususnya ikan, maka fungsinya pun bermacam-macam pula, antara lain:
pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya, termasuk
pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya; kulit juga digunakan
sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada
beberapa jenis ikan tertentu. Sistem integumen merupakan bagian terluar dari
ikan sebagai sistem pembalut tubuh yang terdiri dari kulit dan derivate-
derivatenya, seperti sisik, jari-jari sirip, lendir, scute, keel dan kelenjar
racun. Bentuk-bentuk sisik yang menutupi permukaan tubuh ikan umumya ada
lima macam yaitu: sisik cycloid, sisik ctenoid, sisik ganoid, sisik placoid dan
sisik cosmoid. Diantara kelima jenis sisik tersebut mempunyai bentuk dan tipe
beranekaragam.
Otot pada ikan adalah urat daging yang membentuk daging ikan.
Secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah
rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya
ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan
fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Berdasarkan
penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada
rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot
jantung dan otot polos.
Rangka adalah struktur yang menyokong tegaknya tubuh, kombinasi
antara sistem rangka dan sistem urat daging memberikan bentuk tubuh.

29
Tulang sebagai penyusun rangka banyak mengandung garam kalsium, selain itu
juga mengandung fosfor, magnesium, dan sebagainya. pada ikan bertulang
sejati, tuang yang keadaanya keras sebenarnya berasal tulang rawan. Rangka
pada ikan mempunyai fungsi antara lain :melindungi bagian tubuh yang lemah
seperti jantung, hati, alat pencernaan, dan sebagainya; penunjang tubuh; sebagai
alat penggerak pasif. Yang termasuk ke dalam sistem rangka antara lain:
tulang belakang, jaringan pengikat, tulang sejati, tulang rawan, sisik-sisik,
komponen-komponen gigi, jari-jari sirip dan penyokong sel pada sistem saraf.
Berdasarkan jenis tulangnya, rangka dibagi 2 yaitu:
1. Tulang sejati (tulang benar): tulang-tulang pada golongan ikan
Osteichtyes
2. Tulang rawan (cartilage): tulang-tulang pada golongan ikan
Elasmobranchii, juga tulang ikan Teleost muda.
Sedangkan berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dibagi 3 yaitu;
1. Rangka aksial : terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung,
tulang rusuk
2. Rabgka visceral : terdiri dari tulang lengkung insang dan
turunannya
3. Rangka apendikular : rangka anggota badan seperti jari-jari sirip
dan pelekat- pelekat lainnya.

A. Bentuk tubuh ikan

Bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan dari sejak larva sampai
dewasa misal dari bentuk bilateral simetris pada saat masih larva berubah menjadi
asimetris pada saat dewasa. Bentuk tubuh ikan merupakan suatu adaptasi terhadap
lingkungan hidupnya atau merupakan pola tingkah laku yang khusus. Secara
umum, Moyle & Cech (1988) mengkatergorikan ikan kedalam enam kelompok
yaitu roverpredator (predator aktif), lie-in-wait predator (predator tak aktif),
surface-oriented fish (ikan pelagik), bottom fish (ikan demersal), ikan bertubuh
besar, dan ikan semacam belut (Gambar 2.9).

30
a. Predator aktif. Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang langsing/lurus
(fusiform), dengan mulut di ujung (terminal) dan batang ekor
menyempit/kecil dengan bentuk ekor cagak atau bulan sabit. Ikan-ikan
kelompok ini selalu bergerak dan mengejar mangsa, contoh ikan tuna.
Bentuk tubuh dari ikan predator aktif sangat khas di perairan mengalir.
b. Predator tak aktif merupakan kelompok ikan piscivora yang
mempunyai bentuk tubuh yang cocok untuk menangkap mangsa
dengan cara menghadang ikan-ikan perenang cepat. Tubuh berbentuk
ramping/lurus memanjang seringkali beebentuk sepertik torpedo.
Kepala berbentuk rata dengan mulut yang besar dan bergigi. Sirip ekor
cenderung membesar dengan sirip punggung dan anal berada jauh
dibelakang badan dan letaknya segaris. Susunan sirip ikan seperti ini
memberikan daya dorong pada saat ikan ini akan meluncur dengan
cepat untuk menangkap mangsa yang lewat. Kelompok ikan ini antara
lain ikan-ikan air tawar Esocidae, Belonidae, Centropomidae.
c. Ikan pelagik, umumnya berukuran kecik, bentuk mulut superior,
kepala berbentuk pipih datar dengan mata lebar dan sirip punggung

31
berada di bagian belakang badan. Morfologi dari ikan ini sesuai untuk
menangkap plankton dan ikan-ikan kecil yang hidup di dekat
permukaan air, atau insekta yang berada di permukaan contoh ikan
Gambusia, Fundulus.
d. Ikan demersal mempunyai bentuk tubuh yang beragam. Gelembung
renang dari ikan-ikan kelompok ini mereduksi atau tidak ada. Ikan
demersal terbagi menjadi 5 tipe yaitu:
I. ikan dasar yang aktif mempunyai bentuk tubuh seperti ikan
predator aktif tetapi bentuk kepala rata, mempunyai punuk dan
sirip dada yang lebih besar.
II. ikan yang melekat di dasar merupakan ikan-ikan kecil dengan
bentuk kepala rata, sirip dadap membesar dengan struktur yang
memungkinkan ikan ini berada di dasar perairan. Struktur ikan
ini banyak dijumpai di perairan berarus cepat atau daerah
intertidal yang mempunyai arus air yang kuat.
III. ikan bottom- hider mempunyai kesamaan respon dengan ikan
pelekat tetapi tidak mempunyai alat pelekat dan cenderung
mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dengan kepala
lebih kecil. Bentuk seperti ini lebih menyukai hidup di bawah
batubatuan, celah-celah.
IV. flatfish merupakan ikan dengan morfologi yang unik. Bentuk
tubuh membulat dengan mulut berada dibagian ventral yang
sangat memungkinkan untuk dapat mengambil makanan di
dasar perairan, spirakula berada di bagian atas dari kepala.
V. ikan bentuk rattail mempunyai tubuh bagian belakang
memanjang seperti ekor tikus, kepala besar dengan hidung
yang sangat jelas dan sirip dada besar. Umumnya, ikan seperti
ini berada di laut dalam. Ikan-ikan ini merupakan ikan
pemakan bangkai dan memangsa invertebrata bentik.

32
e. Ikan berbadan membulat mempunyai ukuran tubuh 1/3 dari panjang
standar (jarak antara hidung hingga pangkal ekor). Sirip punggung dan
sirip anal memanjang dan sirip dada terletak lebih tinggi sedangkan
sirip pelvik lebih rendah dari badan. Mulut kecil dan dapat
disembulkan, mempunyai mata yang besar dan hidung pendek. − Ikan
dengan bentuk badan seperti belut mempunyai badan yang panjang
dengan bentuk kepala tumpul, ekor meruncing atau membulat. Jika
dijumpai sirip-sirip yang berpasangan misal sirip dada biasanya kecil
sedangkan sirip punggung dan sirip anal sangat panjang. Sisik
berukuran sangat kecil atau tidak ada sama sekali. Ikan-ikan ini
seringkali berada di celah-celah atau lobang dari karang atau batuan.

Lerman (1986) membedakan bentuk tubuh ikan menjadi 4 yaitu :


a) Bentuk fusiform atau lurus seperti pada ikan tuna, hiu. Bentuk tubuh
seperti ini memungkinkan ikan untuk bergerak cepat yang terutama
dalam menangkap mangsa.
b) Bentuk pipih tegak seperti pada ikan Pontus triacanthus,
memungkinkan untuk mudah bergerak diantara tumbuh-tumbuhan air
dan areal yang sempit. Tubuh yang pipih memudahkan ikan tersebut
menghindari tentakel beracun dari predator dan masuk kedalam celah-
celah karang atau di bawah vegetasi air.
c) Bentuk tubuh ikan lainnya adalah bentuk pipih datar dan bentuk tipis
memanjang seperti belut. Belut dan beberapa ikan bentuk ini
mensekresi semacam lendir yang dapat membantu gerakan di substrat
lumpur dan mengurangi terjadinya perlukaan pada tubuhnya (Gambar
2.10).

33
B. Rangka ikan

Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakan tubuh, menunjang dan


menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pada proses pembentukan butir
darah merah.

34
Rangka ikan dapat di bedakan menjadi tiga bagian yaitu: rangka axial,
rangka faseral, dan rangka apendekular.

1. Rangka axial

Rangka axial terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan


tulang rusuk. Secara umum perkembangan embrionik tengkorak ikan
berasal dari tiga sumber, yaitu chondrocranium (neurocranium),
dermocranium dan 38 splanchoranium. Chondrocranium adalah
pembungkus otak yang pada mulanya berasal dari tulang rawan
kemudian akan berganti menjadi tulang sejati. Pada waktu embrio,
tengkorak dibentuk dari sepasang rawan parachordal yang sejajar
dengan ujung depan notochorda dan sepasang rawan trabeculae yang
terletak di bagian anterior rawan parachordal. Setiap rawan
parachordal mengadakan perkembangan dan meluas pada tiap-tiap
sisinya ke bagian anterior sampai ke kapsul optik membentuk basal
plate (Bond, 1979).

35
Pada elasmobranchii, seluruh bagian otak dibungkus oleh tulang
rawan yang massif tanpa batas yang nyata seperti biasanya pada
terdapat pada vertebrata lainnya. Kapsul optic dan nasal bersatu
dengan chondrocranium, akan tetapi kapsul optic tetap bebas sehingga
mata degan bebas dapat digerakkan. Saraf dan pembuluh darah yang
berhubungan otak melalui lubanglubang yang terdapat pada dinding
chondrocranium.
Umumnya tulang dermal membentuk atap tengkorak. Sepasang
tulang parietal terletak di daerah atap tengkorak paling belakang, di
depan supaoccipita. Sepasang tulang frontal yang merupakan keping
dermal yang luas berkembang tepat di depan tulang parietal. Di
depannya terdapat tulang nasal yang bentuknya memanjang dan
terletak di antara dua lubang hidung. Sepasang tulang lacrimal terdapat
pada bagian anterior sisi tengkorak.
2. Rangka faseral

Rangka visceral terdiri dari struktur tulang yang menyokong


insang dan mengelilingi pharynx. Struktur ini terdiri dari tujuh tulang
lengkung insang. Dua lengkung insang yang pertama menjadi bagian
dari tulang-tulang tengkorak. Sedangkan lima lainnya berfungsi
sebagai penyokong insang. Pada ikan hiu lengkung insang terdiri dari
beberapa potong rawan yang digabungkan menjadi jeruji basal.
Potongan dorsal (Pharyngobranchial) diikuti oleh epibranchial,
ceratobranchial dan hypobranchial dengan basibranchial yang
memanjang sepanjang ventral.
3. Rangka apendikuler
Rangka apendikular pada ikan di sebut ichthyopterygium terdiri
dari struktur tulang pterygio pactoralis yang menyokong tulang sirip
pactoral yang menyokong tulang sirip perut. Rangka ini di bangun

36
oleh gelang-gelang pactoral dan gelang pelvic. Gelang pactoral di
bangun oleh tulang-tulang endokhondral dan tulang-tulang dermal.
4. Sirip ikan
 Sirip ekor
Bentuk sirip ikan ada yang simetris, apabilalembar sirip ekor
bagian dorsal sama besar dan sama bentuk dengan lembar
bagian ventral.bentuk-bentuk sirip ekor simetris yaitu : bentuk
membulat, bentuk bersegi atau tegak, bentuk sedikit cekung
atau belekuk tunggal, bentuk bulan sabit,dsb.

TUJUAN
Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk, ukuran, penggolongan
secara umum sistem integument, sistem otot dan sistem rangka pada ikan.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan yaitu baki bedah, jarum penusuk, alat bedah,
kamera, pensil. Bahan yang dibutuhkan yaitu Cyprinus carpio (ikan mas) dan
Osphronemus gourami (gurami).

PROSEDUR
1. Diambil sisik dari tubuh ikan untuk diamati bentuknya dengan menggunakan
mikroskop.
2. Gambar dan catat bentuknya.
3. Untuk mengamati otot yang membangun tubuh ikan lakukan pemotongan
secara vertical dimulai pada bagian kepala, badan dan ekor. Otot yang
dimiliki pada setiap segmennya akan berbeda.
4. Dituliskan ciri-cirinya serta habitatnya.
5. Pembuatan preparat tulang
6. Ikan yang telah disiapkan, diletakkan diatas baki dengan posisi kepala di
kiri dan ekor di kana. Gambar ikan tersebut dan diberi keterangan.
7. Dihilangkan sisik ikan dengan menggunakan pisau dan pinset

37
8. Disiram ikan yang telah bersih sisiknya dengan air panas, sehingga otot
melepuh dan menjadi putih matang. Disiram perlahan-lahan agar rangka
tidak rapuh.
9. Dibersihkan otot pada tubuh ikan dengan pinset dan pisau. Selanjutnya
sisa danging dibersihkan dengan menggunakan sikat.
10. Dicelupkan formalin selama 5-7 jam agar daging yang tersisa mengalami
pembusukan. Diusahakan preparat lurus seperti keadaan sebelum
perlakuan.
11. Rangka hasil pengawetan, dijemur di bawah sinar matahari sehingga rangka
akan berwarna putih dan kaku. Dilakukan penyikatan untuk pembersihan
dan penjemuran selama sekitar 5 hari.
12. Apabila ada rangka yang lepas, ditempel dengan perekat pada tempat
asalnya.
13. Preparat disimpan dalam kotak kaca.

38
LEMBAR KERJA
SISTEM INTEGUMEN, OTOT DAN RANGKA IKAN

Nama Spesies : Praktikum ke


: Nama Lokal : Hari/Tgl.
: Gambar rangka ikan :

Gambar
sisik ikan

39
LEMBAR KERJA
SISTEM INTEGUMEN, OTOT DAN RANGKA IKAN

Nama Spesies : Praktikum


ke : Nama Lokal :
Hari/Tgl. : Gambar rangka ikan :

Gambar
sisik ikan

40
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas IlmuHayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.Alamsjah, Z.
1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. FakultasPerikanan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi
Ikan.Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut
PertanianBogor, Bogor.Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue.
Volume 6. Snappers of the World. AnAnnotated and Illustrated Catalogue
of Lutjanid Species Known to Date.FAO Fisheries Synopsis No. 125,
Volume 6. Food and AgricultureOrganization of the United Nations.
Rome.
Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Dasar. Jurusan Perikanan
Universitas Hasanuddin, Ujung pandang.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Carpenter, K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for
FisheryPurposes. The Living Marine Resources of the Western Central
Pacific.Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks.
Foodand Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for
FisheryPurposes. The Living Marine Resources of the Western Central
Pacific.Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1
(Elopidae toLinophrynidae). Food and Agriculture Organization of the
United Nations,Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for
FisheryPurposes. The Living Marine Resources of the Western Central
Pacific.Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food
and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for
FisheryPurposes. The Living Marine Resources of the Western Central
Pacific.Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food
andAgriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for
FisheryPurposes. The Living Marine Resources of the Western Central
Pacific.Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food
and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan SumberPerikanan
Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). DirektoratJenderal
Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958. Fishes of the Great Lakes Region. University of
Michigan Press, Ann Arbor, Michigan.Kent,

41
Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. FreshwaterFishes of Western Indonesia and
Sulawesi. Periplus Editions Limited,Hong Kong.Lagler,

42

Anda mungkin juga menyukai