Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM I

MORFOLOGI IKAN

OLEH :

NAMA : ASRUL JATI


STAMBUK : I1C121041
KELOMPOK : III (Tiga)
ASISTEN PEMBIMBING : WA NULI

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
Morfologi Ikan Pisang Pisang Merah (Caesio Chrysosonus) Dan Ikan
Layang (Decapterus Russeli)

Morphology Of Red Banana Fish (Caesio Chrysosonus) And Kite Fish (Decapterus
Russeli)

Asrul Jati1, Wa Nuli2


1
Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Jln.H.E.A. Mokodompit Kampus Baru Anduonohu Kendari

I1a118037wanuli@student.uho.ac.id

ABSTRAK
Praktikum Morfologi Ikan dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Oktober 2022 bertempat di
Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo. Tujuan dari praktikum morfologi ikan ini adalah untuk mengenal
bentuk luar ikan, mengamati morfologi dan letak atau posisi tubuh ikan secara in situ.
Praktikum ini bermanfaat untuk memberikan gambaran dari bentuk luar ikan yang dapat
digunakan sebagai ciri-ciri khusus ikan untuk dapat diidentifikasi. Ikan layang merupakan
sumberdaya yang penting di perairan Indonesia, namun tingkat potensi dan tingkat
pemanfaatanya perlu dikaji. Ikan pisang pisang merah dan ikan layang merupakan jenis
ikan yang banyak tertangkap di perairan Indonesia. Kedua ikan ini memiliki bentuk tubuh
torpedo, memiliki bentuk mulut tabung, kedua ikan memiliki mulut yang dapat
disembulkan, letak mulut pada kedua ikan adalah superior. Kedua ikan tidak memiliki
sungut. Bentuk sirip pada ikan lencan turncate sedangkan pada ikan selayang berbentuk
forked. Kedua ikan memiliki sirip pelvic yang berpasangan. Sirip anal tidak memiliki sirip
anal. Memiliki warna tubuh putih.
Kata kunci: Ikan, Layang, Morfologi , Pisang Pisang Merah , Sirip
PENDAHULUAN
Laut adalah kumpulan air asin yang menutupi permukaan tanah yang luas dan
berhubungan dengan samudera. Laut merupakan ekosistem yang kaya dengan sumberdaya
alam yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Khususnya
indonesia, yang memiliki potensi sumberdaya ikan dan keanekaragaman dapat membangun
kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat. Oleh karena itu, banyak orang yang
berlomba-lomba untuk mencari tahu lebih dalam lagi tentang kekayaan alam laut yang
salah satunya yaitu dengan mempelajari iktiologi.
Iktiologi adalah cabang ilmu biologi (zoologi) yang mempelajari kehidupan ikan.
Iktiologi dipelajari dibidang biologi untuk aspek pengetahuannya dan perikanan untuk
aspek terapannya, khususnya dalam bidang budidaya. Iktiologi, sebuah kata yang berasal
dari bahasa Yunani ixthu, dan yang menggabungkan bentuk ixthus, memiliki arti “ikan”
dan merupakan cabang zoologi yang didedikasikan untuk mempelajari ikan. Iktiologi
mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia perikanan baik dari dalam
maupun dari luarnya, tidak hanya sekedar Morfologi dan anatomi saja. Oleh karena itu
banyak kepentingan dunia perikanan yang dipelajari dan dipecahkan dengan bersumber dari
iktiologi. (Burhanuddin, 2013).
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar
merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme.
Bentuk luar sering kali mengalami perubahan sejak ikan lahir sampai ikan menjadi tua.
Perubahan bentuk ini ada yang sangat mencolok ada tidak mencolok. Adaptasi morfologi
mudah dikenali karena terlihat dari luar. (Ridho, et al 2012).
Secara umum tubuh ikan di bagi menjadi 3 bagian antara lain: Bagian kepala (Caput)
bagian badan atau caput meliputi dari ujung bagian insang belakang sampai permulaan sirip
belakang. Bagian kepala ikan meliputi, mulut, mata, insang, tutup insang, otak serta hidung.
Bagian Badan (Trucus) bagian badan atau trucus merupakan bagian yang berada di tengah-
tengah ikan, meliputi seluruh sirip yang dimiliki ikan hingga alat pencernaan dan organ
dalam ikan. Bagian Ekor (Cauda) Bagian ekor atau cauda merupakan bagian ujung paling
belakang, yang memiliki fungsi sebagai alat pembantu dalam bergerak.
Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang,
poikiloterm (hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya,
hewan berdarah dingin), bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan
memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya.
Ikan yang menjadi objek pengamatan kali ini yaitu Layang (D. Russelli) dan ikan
Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus). Ikan Layang (D. Russelli) merupakan ikan yang
hidup berkelompok dilaut yang jernih dan besalinitas tinggi. Sedangkan ikan Pisang-Pisang
Merah (C. Chrysosonus) adalah ikan yang tergolong ikan pelagis karang
Tujuan dan Manfaat
Tujuan pada praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat mengenal berbagai bentuk
luar ikan, mengamati morfologi dan letak/posisi bagian luar tubuh ikan secara in situ.
Manfaat pada praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat lebih memahami atau mengenal
dari bentuk luar ikan, serta mengamati morfologi dan letak/posisi bagian luar tubuh ikan
secara in situ.
METODE PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
Praktikum morfologi ikan dilaksanakan pada harisabtu, tanggal 01 Oktober 2022
pukul 06:00-07:50 WITA dan bertempat di Laboratorium Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo Kendari.
2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum morfologi ikan antara lain seperti
sunglith yang digunakan untuk membersihkan alat-alat praktikum, lap kasar yang
digunakan untuk membersihkan sisa-sisa pembedahan praktikum, lap halus yang digunakan
untuk membersihkan alat-alat praktikum, alat bedah yang digunakan untuk membedah atau
memotong bahan praktikum, baki yang digunakan untuk menyimpan bahan praktikum,
kertas laminating yang digunakan tempat atau alas bahan yang diteliti, buku praktikum,
yang digunakan untuk mengetahui isi dari praktikum, mistar digunakan untuk mengukur
bahan praktikum, henphone digunakan untuk dokumentasi, tissue digunakan untuk
membersihkan alat-alat bedah yang telah dipakai, ikan Decapterus Russeli digunakan
sebagai bahan praktikum yang akan diteliti dan ikan Caesio chrysosonus sebagai bahan
praktikum yang akan diteliti.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum adalah menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan, kemudian mengambil ikan yang akandiamati lalu
meletakannya di dalam baki, setelah itu menyiapakan kertas laminating dan mistar untuk
membentuk preparat lalu meletakan pengamatan dengan posisi kepalah sebelah kiri dan
perut menghadap kebawah, mengamati morfologi ikan, dan mencatat hasil pengamatan
pada laporan semenntara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh terdapat pada tabel 1.
Tabel 1.

No PARAMETER KETERANGAN INDIVIDU


1 2

1 Bentuk Tubuh Fusiform Fusiform

2 Bentuk Mulut

a. Berdasarkanbentuk Tabung Tabung

b. Dapat tidaknya disembuhkan Dapat Dapat

C. Berdasarkan letaknya Terminal Superior

3 Sungut (Ada/Tidakada Tidak ada Tidak ada

4 Bentuk siripekor Forked Forked


5 Sirip pelvic Tidak Ada
(Berpasangan) (Berpasangan)
6 Sirip anal Tidak Tidak
(Berpasangan/Tidakberpasangan) ( Berpasangan) ( Bepasangan )
7 Warna tubuh Silver Merah
8 Bar Tidak ada Tidak ada
9 Band Tidak ada Tidak ada
10 Blotch Tidak ada Tidak ada
11 Dot Tidak ada Tidak ada
12 Spot Tidak ada Tidak ada
13 Stripe Tidak ada Tidak ada
14 Linea lateralis Ada Ada
Keterangan : 1. Ikan Layang

2. Ikan Pisang pisang Merah


Pembahasan
Morfologi adalah bentuk luar suatu organisme. Morfologi merupakan salah satu ciri
yang mudah dilihat dan mempelajari organisme, morfologi ikan sangat berhubungan
dengan habitat ikan, sehingga bentuk dan bagian-bagian tubuh bervariasi, bentuk luar
morfologi suatu jenis ikan, sering kali berubah sejak ikan menetes sampai ikan tersebut
mati. Bentuk tubuh ikan banyak macamnya, seperti fusiform (bentuk torpedo), filiform
(bentuk pipa), taenifrom (bentuk pita), sagittiform (bentuk anak panah) carangioform
(bentuk selar), globiform (bentuk bulat) dan ostracioform (bentuk kota). Pengenalan
struktur ikan tidak lepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri
yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat
berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Bentuk luar ikan sering kali
mengalami perubahan dari sejak larva sampai dewasa, misalnya dari bentuk bilateral
simetris pada saat masih larva berubah menjadi asimetris pada saat dewasa . bentuk tubuh
ikan merupakan suatu adaptasi terhadap terhadap lingkungannya atau merupakan pola
tingkah laku (Nadia, 2014).
Ikan layang merupakan salah satu hasil perikanan lepas pantai yang terdapat
di Indonesia. Ikan ini termasuk jenis pemakan zooplankton, hidup di dekat permukaan
laut (pelagis) dan membentuk gerombolan besar.
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi ikan layang adalah bentuk tubuh fusiform,
bentuk mulut tabung, dapat disembulkan berdasarkan letaknyaterminal, tidak memiliki
sungut, bentuk sirip ekor forked, sirip pelvic berpasangan, sirip anal berpasangan, warna
tubuh putih hitam, tidak memiliki bar, tidak memiliki band, tidak memiliki blotch, tidak
memiliki dot, tidak memiliki spot tidak memiliki stripe, dan tidak memiliki linea lateralis.
Klasifikasi ikan layang (Decapterus sp.) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Famili : Carangidae
Genus : Decapterus
Spesies : Decapterus sp

Gambar 1. Morfologi Ikan Layang


Sumber : Dok. Pribadi, 2022
Ikan Layang (Decapterus sp) merupakan salah satu komunitas perikanan pelagis kecil
yang penting di Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini bisa hidup
bergerombol . Ukurannya sekitar 15 cm meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 cm .
Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan Layang ialah terdapatnya sirip kecil ( finlet) di
belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin 15 yang tebal (lateral
scute) pada bagian garis sisi (lateral line). Bentuk badan sepintas seperti tongkol, sirip
punggung pertama berjari keras 8. sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 dan 32 – 35
lemah. Sirip dubur teridiri 2 jari-jari keras (lepas), 1 jari-jari keras bergandeng dengan 26 –
30 jari lemah. Dibelakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip
tambahan. Terdapat 25 – 30 sisik duri pada garis sisinya. Dapat mencapai panjang 40 cm,
umumnya 25 cm. Warna : biru kehijauan bagian atas, putih perak bagian bawah. Sirip
siripnya kuning pucat atau kuning kotor. Suatu totol hitam terdapat pada bagian atas
penutup insang dan pangkal sirip dada (Prihatini, 2010).
Ikan layang (Decapterus macrosoma) termasuk jenis ikan yang bersifat pelagis, tidak
menetap dan suka bergerombol. Jenis ikan ini tergolong stenohaline (organisme yang hidup
pada kisaran salinitas yang sempit), hidup di perairan yang berkadar garam tinggi (32–34
promil) dan menyenangi perairan jernih. Ikan Layang banyak tertangkap diperairan yang
berjarak 20–30 mil dari pantai. Salinitas perairan yang ada pada ikan layang berkisar antara
30‰-34‰. Suhu perairan memiliki peranan penting bagi penyebaran ikan layang. Suhu
perairan untuk ikan layang berkisar antara 20°C-30°C (Jusrawati, 2021).
Daerah sebaran ikan Layang (Decapterus Russeli) sangat luas, yaitu di perairan tropis
dan subtropis. Sebagian besar populasi ikan ini terdapat di Samudera Atlantik bagian utara
sampai ke Cape Cod dan sebelah selatan sampai ke Brasilia. Di wilayah Indo-Pasifik ikan
ini tersebar antara Jepang di bagian utara dan pantai Natal di bagian selatan. Dilaut Jawa
ikan-ikan tersebar mengikuti pergerakan salinitas dan persediaan makanan yang sesuai
dengan hidupnya (Samad, 1998).
Ikan Layang (D. ruselli) sistem pernafasan organnya terutama insang, dan ada organ-
organ tambahan lain lainnya, system pencernaannya dari mulut ke anus, dan sistem
reproduksinya secara seksual (Purbayanto, et.al, 2010).
Suatu faktor yang paling penting untuk perulaan hidup bagi hewan maupun ikan
adalah makanan. Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan, migrasi dan
beberapa aspek biologi lainnya tergantung pada jumlah dan mutu dari makanan yang
dimakan oleh ikan tersebut. Pengetahuan tentang keadaan makanan sesuatu di perairan
merupakan keterangan yang berharga dalam menentukan dan memanfaatkan stok ikan.
Decapterus macrocoma ikan-ikan pemakan plankton hewani, sedangkan Decapterus ruselli
pemakan ikan kecil (Samad, 1998).
Ikan Layang merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi
kebutuhan hidup manusia. Bagi penduduk Indonesia kebutuhan akan protein ini masih jauh
dari mencukupi, oleh karena itu salah satu jalan untuk mengatasinya dengan mempertinggi
hasil produksi perikanan. ikan ini dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, asin rebus
(pindang), harga sedang. (Samad, 1998).
Ikan Layang (Decapterus ruselli) merupakan komoditas ekonomis penting sehingga
jika terjadi upaya penangkapan ikan yang tidak terkontrol maka dapat mengancam
kelestariannya, dan lebih lanjut dapat menghancurkan potensi ekonomis yang terkandung di
dalamnya (Arifin, 2015).
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi ikan layang adalah bentuk tubuh fusiform,
bentuk mulut tabung, dapat disembulkan berdasarkan letaknya Superior, tidak memiliki
sungut, bentuk sirip ekor forked, sirip pelvic berpasangan, sirip anal berpasangan, warna
tubuh putih hitam, tidak memiliki bar, tidak memiliki band, tidak memiliki blotch, tidak
memiliki dot, tidak memiliki spot tidak memiliki stripe, dan tidak memiliki linea lateralis.
Klasifikasi ikan layang (Decapterus sp.) menurut Mujianto (2013) adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Animalia
Ordo : Perciformes
Sub ordo : Percoidea
Famili : Lutjunidae
Genus : Caesio
Spesies : Caesio chrysosonus

Gambar 2. Morfologi Pisang pisang merah


Sumber : Dok. Pribadi

Ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus) memiliki badan yang berbentuk panjang,
lansing, gepeng, sisik-sisik kecil dan ctenoid. Dahi dan penutup insang bersisik. Mulut kecil
dapat disembulkan, sirip puunggung berjari-jari keras 10 dan 14-15 lemah. Sirip dubur
berjari-jari keras 3, dan 11-12 lemah. Tapisan insang 10-15, sisik-sisik pada garis rusuk 67-
77, sisik-sisik diatas dan dibawah urat sisi tersusun horizontal. Pangkal sirip punggung dan
dubur hampir setengahnya tertutup sisik. Termasuk ikan buas, makanannya invertebrata
dapat mencapai panjang 20 cm dan umumnya 15 cm (Sugianti, 2013).
Habitat ikan Pisang-Pisang Merah (C. chrysosonus) umumnya di daerah perairan
karang hinga ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung
menembus sampai ke perairan tawar. Selain itu ikan Pisang-Pisang Merah (C. chrysosonus)
tertangkap pula pada kedalaman dasar antara 40–50 meter dengan substrat sedikit karang
dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC. Terumbu karang merupakan ekosistim
khas yang terdapat di daerah tropis, meskipun terumbu karang banyak ditemukan di
perairan seluruh dunia, tapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat berkembang
dengan baik dan salah satunya di perairan Indonesia. (Suhendro, 2014).
Ikan Pisang-Pisang Merah (Caesio Chrysosonus) bergerombol di daerah pantai
berkarang, sedangkan penyebaran perairan dangkal dan karang di seluruh Indonesia, Teluk
Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai laut Cina Selatan, bagian selat Ryukyu (Jepang)
serta perairan tropis Australia (Sugianto, 2013).
Ikan Pisang - Pisang Merah (C. crhysozona) sistem pernafasannya melalui insang,
pada proses pencernaan organnya terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan
anus. Sedangkan sistem reproduksi ikan Pisang-Pisang Merah (C. chrysosonus)
berkembang biak seperti umumnya ikan lain, yaitu bertelur dengan pembuahan di luar atau
di perairan bebas. Telur dihasilkan dalam jumlah yang banyak dan bersifat pelagis,
permulaan perkembangan larva ini terjadi di laut lepas pantai, selanjutnya larva tersebut
kembali perairan pantai yang dangkal setelah berumur enam minggu (Suhendro, 2014).
Ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus) merupakan jenis ikan yang sering
dimanfaatkan secara intensif karena nilai komersilnya yang cukup tinggi, mudah ditangkap
dan kepadatannya tinggi.ikan ini termasuk kedalam family Caesionide, yang merupakan
jenis ikan karang dan termasuk kedalam ikan utama yaitu kelompok ikan penting yang
berperan dalam rantai makanan dan merupakan kelompok ikan yang dapat dieksploitasin
secara telatif besar-besaran karena sebagai pemakan plankton dan juga membentuk
kelompok yang relatif besar (Adi, et.al, 2014).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini adalah Morfologi adalah bentuk
luar suatu organisme. Morfologi merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan
mempelajari organisme, morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan, sehingga
bentuk dan bagian-bagian tubuh bervariasi, bentuk luar morfologi suatu jenis ikan, sering
kali berubah sejak ikan menetes sampai ikan tersebut mati. Bentuk tubuh ikan banyak
macamnya, seperti fusiform (bentuk torpedo), filiform (bentuk pipa), taenifrom (bentuk
pita), sagittiform (bentuk anak panah) carangioform (bentuk selar), globiform (bentuk
bulat) dan ostracioform (bentuk kota). Morfologi ikan layang adalah bentuk tubuh
fusiform, bentuk mulut tabung, dapat disembulkan berdasarkan letaknyaterminal, tidak
memiliki sungut, bentuk sirip ekor forked, sirip pelvic berpasangan, sirip anal berpasangan,
warna tubuh putih hitam, tidak memiliki bar, tidak memiliki band, tidak memiliki blotch,
tidak memiliki dot, tidak memiliki spot tidak memiliki stripe, dan tidak memiliki linea
lateralis.Morfologi pada ikan pisang pisang merah hasil pengamtan adalah bentuk tubuh
fusiform,bentuk mulut tabung, dapat disembulkan, berdasarkan letaknya superoir, tidak
memiliki sungut, bentuk sirip ekor rounded, sirip pelvic berpasangan, sirip anal tidak
berpasangan, warna tubuh coklat, tidak memiliki bar, tidak memiliki band, tidak memiliki
blotch, tidak memiliki dot, memiliki spot, tidak memiliki stripe, dan memiliki linea
lateralis.
Saran
Saran yang dapat diambil pada pembuatan jurnal kali ini adalah diharpakan masing-
masing kelompok bekerjasama agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan diharapkan
setiap praktikan mengikuti prosedur yang telah disepakati pada saat asistensi.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Nyoman suratma, I Putu Gede H. P, ect. 2014. Prevalensi Infeksi Cacing pada Ikan
Pisang-Pisang (Pterocaesio diagranima) dan Ikan Selir Kuning (Caesio cuning)
yang Dipasarkan di Pasar Ikan Kedonganan, Bandung. Vol. 6, No. 1. ISSN : 2085-
2495

Arifin, Muhammad Dahlan. 2014. Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Layang Deles
(Decapterus Macrosoma Bleeker, 1841) yang Tertangkap dengan Bagan Perahu di
Perairan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Vol. 2 (3). 218-227. Muhotimah, et al.
2013. Analisis Morfometrik dan Meristik Nila (oreochromissp.)

Burhanuddin AI. 2015. Ikhtiologi, Ikan dari Segala Aspek Kehiupannya. Deepublish:
Yogyakarta.

Mujianto dkk, 2013. Identifikasi pengawet dan pewarna berbahaya pada bumbu giling.
Jurnal. Bekasi

Nadia. 2014. Perdaan Umpan Dan Kedalaman Perairan pada Bubu Lipat Terhadap hasil
Tagkapan Rajungan (Portunus pelagicus) di perairan betahwalang, Demak. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. Journal of Fisheries Resources Utilization Management
and Technology Vol. 3 No. 3, Tahun 2014, Hlm 19 – 27

Purbayanto, Ari, Muhammad riyanto, ect. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan pada
Perikanan Tangkap. IPB Press : Bogor

Ridho MR, Sagala EP, Nurliana, Yasinta R, Haryani R. 2012. Penuntun Praktikum
Iktiologi. Universitas Sriwijaya: palembang.

Samad, Abdul Ganesa. 1998. Beberapa Catatan Tentang Blologi Ikan Layang
Marga Decapterus. Nomor 2. Vol. XXIII. ISSN 0216- 1877

Saanin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa

Aksara. Jakarta

Sugianti, Yayuk Mujiyanto. 2013. Biodiversitas Ikan Karang di Perairan Taman Nasional
Karimunjawa, Jepara. No. 1. Vol. 5. Hal : 23-31

Suhendro, Dede Rahman. 2014. Pengaruh Penambahan Garam Terhadap Mutu Ikan
Pisang-Pisang Merah (Caesio chrysosonus) Segar Selama Pemasaran Rantai
Dingin. Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai