Anda di halaman 1dari 43

JURNAL LENGKAP

PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR

OLEH :

NAMA : SITI NUR SYAFIKA BINTI ARDI

STAMBUK : I1B120006

KELOMPOK : VI (ENAM)

ASISTEN PEMBIMBING : INDAH NURUL FATIMAH, S.Pi

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
JURNAL LENGKAP

PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR

OLEH :

SITI NUR SYAFIKA BINTI ARDI


I1B120006

Jurnal Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada


Mata Kuliah Avertebrata Air

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Jurnal Lengkap Praktikum Avertebrata Air


Laporan Lengkap : Jurnal Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Kelulusan Pada Mata Kuliah Avertebrata Air.
Nama : Siti Nur Syafika Binti Ardi
Stambuk : I1B120006
Kelompok : VI (Enam)
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Jurnal Lengkap ini


Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Koordinator Asisten Asisten Pembimbing

Sulpian Sahdatun Kasim Indah Nurul Fatimah, S. Pi.


NIM: I1A116142

Tanggal disetujui: Desember 2021

iii
`KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia dan limpahan rahmat kepada kita semua. Berkat taufik dan
hidayahnyalah saya dapat menyelesaikan Laporan Lengkap ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Laporan ini berjudul Laporan Lengkap Avertebrata Air.
Penyusunan Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan pada mata
kuliah Avertebrata Air dari Dosen pengampu mata kuliah. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi saya sebagai penulis dan bagi
para pembaca. Khususnya dalam hal morfologi dan anatomi pada masing-masing filum.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Fajar Purnama,
S.Pi., M.Si. selaku dosen koordinator praktikum Avertebrata Air dan kepada asisten
pembimbing saya kak Indah Nurul Fatimah yang telah membimbing dalam penyusunan
laporan ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikanm laporan lengkap ini.
Saya menyadari, laporan yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
laporan ini.

Kendari, Desember 2021

Siti Nur Syafika Binti Ardi

iv
RIWAYAT HIDUP

Siti Nur Syafika Binti Ardi, lahir dari orang tua Ardi Bin Sakri dan
Nurlina sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan
di Malaysia pada tanggal 17 Februari 2002. Penulis menempuh
pendidikan dimulai dari SDN 09 Rantebua, Toraja Utara, Sulawesi
Selatan dan lulus tahun 2014, melanjutkan ke SMPN 10 Kendari dan
lulus pada tahun 2017 dan melanjutkan pendidikan menengah atas di
SMAN 4 Kendari dan hingga saat ini masih menempuh studi di
Universitas Halu Oleo, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.
Penulis aktif sebagai atlet softball dan tergabung dalam tim softball putri
Sulawesi Tenggara dan telah menjuarai beberapa turnamen lokal hingga internasional.
Semasa SMA penulis aktif dalam organisasi Pers & Mading Sekolah (PERSMA) dan
menjabat sebagai sekretaris. Hingga kini penulis tergabung dalam Himpunan
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan sebagai anggota bidang desain dan komunikasi
visual.
Berkat rahmat dan ridho dari Allah SWT serta doa kedua orang tua, penulis
mampu melanjutkan studi tanpa mengeluarkan biaya karena menjadi salah satu
Awardee Beasiswa Unggulan. Penulis kemudian tergabung menjadi anggota Forum
Awardee Beasiswa Unggulan di divisi publikasi dan dokumentasi.
Akhir kata penulis mengucap rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya Jurnal Lengkap Praktikum Avertebrata Air.

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
I. FILUM PORIFERA ............................................................................................. 1
II. FILUM CNIDARIA ............................................................................................ 6
III. FILUM BRACHIOPODA ................................................................................. 14
IV. FILUM ANNELIDA ......................................................................................... 19
IV. FILUM ECHINODERMATA ........................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
7

FILUM PORIFERA
Siti Nur Syafika Binti Ardi1 dan Indah Nurul Fatimah2

Budidaya Perairan, BTN Alam Salsabila 2 Blok C No. 6


1

i1b120006sitinursyafikabintiardi@student.uho.ac.id
2
Manajemen Sumber Daya Perairan, Kambu, Jl. Prof. Dr. Abdurrauf Tarimana,
indahnurulfatimah271@gmail.com

ABSTRAK

Avertebrata air merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang organisme


akuatik yang tidak memiliki tulang belakang dan membahas mengenai morfologi,
fisiologi, pergerakan hewan, nilai ekonomis serta klasifikasinya. Porifera berarti hewan
yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga sebagai hewan spons atau sponge.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati filum porifera secara
morfologi dan anatomi. Organisme dari filum porifera ditemukan di perairan pantai
Tanjung Tiram, Moramo Utara, Konawe Selatan kemudian diamati Laboratorium
Manajemen Sumber Daya Perairan. Pengamatan dilakukan dengan melihat secara
langsung untuk mengetahui morfologi dan melakukan pembedahan untuk pengamatan
anatomi. Hasil yang diperoleh yaitu, pada pengamatan morfologi dari filum ini nampak
adanya lubang keluar (oskulum) dan pori-pori (ostium). Sementara pada pengamatan
anatominya diperoleh adanya pori-pori (ostium) yang terlihat jelas dari dalam tubuh.

Kata Kunci : Avertebrata air, Anatomi, Morfologi, Porifera


8

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Avertebrata air merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang organisme


akuatik yang tidak memiliki tulang belakang dan membahas mengenai morfologi,
fisiologi, pergerakan hewan, nilai ekonomis serta klasifikasinya (Yanuhar, 2018).
Sebagian besar spesies avertebrata air terdapat di kawasan pesisir pantai seperti terumbu
karang namun tak jarang pula ditemukan hidup berasosisasi di perairan tawar maupun
payau seperti kolam, sungai dan muara. Kelompok organisme ini sebagian besar bersifat
nokturnal (aktif pada malam hari), tetapi beberapa spesies juga ditemukan bersifat
diurnal (aktif di siang hari) (Gani et al., 2017).
Avertebrata air dikelompokkan kedalam delapan filum. Filum tersebut meliputi:
arthropoda/krustasea; moluska; echinodermata; annelida; coelentrata/cnidaria; porifera;
nemathelminthes; dan plathyhelminthes. Para ahli membagi pengelompokan tersebut
menurut struktur tubuh yang dimiliki. Salah satu filum yang dianggap memiliki struktur
tubuh paling sederhana dan dianggap sebagai kategori filum paling rendah adalah filum
porifera (Luthfi et al., 2018).
Porifera berasal dari bahasa latin yaitu kata poros (lubang kecil) dan ferre
(membawa) yang artinya “hewan yang memiliki tubuh berpori” disebut dengan Spons
menetap di dasar perairan seperti air laut dan air tawar, warnanya beraneka ragam,
menyerupai tumbuhan dan dapat berubah-ubah. Karakteristik pada porifera, yaitu:
tubuhnya bersel banyak yang tersusun atas 2 lapis (dipoblastik), simetri radial atau
asimetri, membentuk jaringan yang belum sempurna, dan terdpat gelatin (mesenkim).
Umumnya porifera mempunyai rangka dalam dan berkembangbiak secara kawin yang
dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid larvanya berbulu getar dan dapat
berenang-renang dan tak kawin hanya bisa bertunas (Rahmadina, 2019).
Salah satu organisme yang termasuk pada filum porifera adalah spons
(Spongia officinalis) yaitu hewan metazoa multiseluler yang memiliki perbedaan
struktur dengan metazoan lainnya. Hal ini disebabkan seluruh tubuh spons terbentuk
dari sistem pori, saluran dan ruang-ruang, sehingga air dapat dengan mudah mengalir
keluar dan masuk secara terus menerus. Hewan ini mencari makan dengan mengisap
dan menyaring air yang melalui seluruh permukaan tubuhnya secara aktif. Secara umum
spons terdiri dari beberapa jenis sel yang menyusun struktur tubuh dan biomassanya.
Sel-sel tersebut memiliki fungsi yang berperan dalam organisasi tubuh spons. Dinding
tubuh spons terorganisasi secara sederhana (Ismet et al., 2011).
Ciri-ciri morfologi spons tubuhnya berpori (ostium), multiseluler, tubuh spons
asimetri (tidak beraturan) meskipun ada yang simetri radial, berbentuk seperti tabung,
vas bunga, mangkuk atau tumbuhan, warnanya bervariasi, tidak berpindah tempat
(sesil), memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid. Dan leukonoid
pencernaan secara intraseluler di dalam konoasit dan amoebosit. Anatomi merupakan
salah satu dari ilmu alam yang mempelajari struktur tubuh dan hubungan diantara
9

struktur tersebut. Tubuh spons tersusun atas tiga lapisan yang memiliki fungsi yang
berbeda-beda (Marzuki, 2021).
Berdasarkan permasalahan maka pentingnya dilakukan pengamatan pada filum
porifera agar dapat mengetahui dan memahami bentuk morfologi dan anatomi dari
spons dan mengetahui fungsi dari setiap bagian tubuh organisme dari filum ini.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilaksanakannya praktikum pengamatan filum Porifera adalah untuk


mengetahui bentuk m1orfologi dan anatomi dari filum ini. Manfaat praktikum ini yaitu,
untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta mengenal bagian-bagian dari filum
Porifera.

II. METODE PRAKTIKUM


Waktu dan Tempat

Praktikum filum porifera dilakukan pada hari Jum'at, 03 Desember 2021 pukul
06.30-09.40 WITA, bertempat di Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki, kertas laminating, alat tulis
mistar, pinset, cutter. Adapun bahan yang digunakan, yaitu organisme spons
(S. officinalis), alkohol 70%, dan tisu.

Metode Pengamatan

Metode pengamatan pada praktikum filum porifera yaitu melakukan pengamatan


secara langsung untuk mengamati morfologi, dan melakukan pembedahan untuk
mengamati anatomi dari organisme. Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu mengambil
dan meletakkan organisme pada kertas laminating kemudian mengambil dokumentasi
dari organisme yang diamati. Selanjutnya mengidentifikasi bagian-bagian morfologi
organisme tersebut dan melakukan pembedahan untuk mengamati anatominya. Setelah
itu, menggambar bentuk morfologi dan anatomi bagian-bagian organisme yang telah
diidentifikasi dan memberinya keterangan, lalu membuat laporan sementara. Kemudian
membersihkan dan merapikan kembali alat-alat yang digunakan.
10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan Morfologi Dan Anatomi Spons (S. officinalis) dapat dilihat pada
gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Morfologi Spons (S. officinalis) Gambar 2. Anatomi Spons (S. officinalis)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)
Ket : Ket :
1. Oskulum 1. Sel epidermis
2. Ostium 2. Sel leher (koanosit)
3. Flagellum
4. Spikula
5. Amebosit
6. Spongosol

Pembahasan

Hasil pengamatan morfologi yang dilakukan pada filum porifera dengan melihat
secara langsung bentuk luar organisme, diketahui bahwa spesies spons (S. officinalis)
berasal dari kelas Demospongiae yang memiliki bentuk tubuh yang menyerupai tabung,
berwarna coklat kehitam-hitaman dan nampak adanya lubang besar (oskulum) dan
terdapat banyak pori (ostium). Hal ini sesuai dengan pernyataan Maya & Nurhidayah
(2020), bahwa spons merupakan hewan yang memiliki wujud fisik yang beragam warna
yang dihasilkan dari tubuhnya juga bervariasi serta bisa mengalami perubahan. Bagian
tubuh pada spons terdapat banyak pori, rongga-rongga serta terdapat saluran-saluran
yang digunakan sebagai tempat mengalirnya air dan tempat menyaring makanan.
Hasil pengamatan anatomi spons (S. officinalis) yang dilakukan dengan
pembedahan ditemukan bahwa tubuh spons tersusun atas tiga lapisan sel diantaranya,
pinakoderm, mesophyl dan koanosit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marzuki (2021),
bahwa Dinding tubuh spons, terdiri dari tiga lapis dari luar ke dalam yaitu, pinakoderm,
11

merupakan sel yang tersusun dari sel pipih (pinacocyte) lapisan ini berfungsi untuk
melindungi bagian dalam tubuh. Hal ini juga didukung dengan pendapat Rusyana
(2011), bahwa koanosit merupakan sel-sel lapisan tubuh paling dalam yang melapisi
rongga atrium atau spongosol. Sel koanosit berfungsi sebagai organ respirasi dan
mengatur sirkulasi air. Diantara sel pinacoderm dan koanosit terdapat mesophyl. Sistem
saluran atau sirkulasi air pada spons (S. officinalis) merupakan tipe leukonoid yang
dimana tipe saluran ini lebih kompleks dari tipe lainnya.
Spons hidup di berbagai tipe perairan mulai dari tawar, payau dan laut. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ananda et al (2019) dan Marzuki (2021), bahwa spons hidup
di dasar perairan yang biasanya menancapkan diri pada substrat keras seperti batu atau
karang. Demospongiae adalah satu-satunya kelompok spons/porifera yang anggotanya
ada yang hidup di air tawar.

IV. PENUTUP

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari praktikum ini, yaitu morfologi spons


(S. officinalis) terdiri dari pori-pori kecil (ostium) dan lubang besar dibagian atasnya
sebagai tempat keluarnya air (oskulum). Struktur anatomi spons (S. officinalis) tersusun
atas tiga lapisan sel diantaranya: pinakoderm, mesophyl dan koanosit. Tipe saluran
airnya yaitu tipe leukonoid.

Saran

Saran yang dapat saya sampikan sebaiknya untuk praktikum kedepannya di


laboratorium, diberi waktu tambahan agar praktikan tidak terburu-buru dalam
mengamati organisme.
12

FILUM CNIDARIA
Siti Nur Syafika Binti Ardi1 dan Indah Nurul Fatimah2

Budidaya Perairan, BTN Alam Salsabila 2 Blok C No. 6


1

i1b120006sitinursyafikabintiardi@student.uho.ac.id
2
Manajemen Sumber Daya Perairan, Kambu, Jl. Prof. Dr. Abdurrauf Tarimana,
indahnurulfatimah271@gmail.com

ABSTRAK

Avertebrata merupakan hewan yang tidak memiliki tulang punggung atau ruas-ruas
tulang belakang. Filum cnidaria memiliki organ intraselular yang unik dalam jaringan
tubuh ektoderemnya, yaitu tentakel yang dilengkapi organ penyengat khas disebut
cnidae. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan anatomi serta dapat
mengamati dan mengklasifikasi filum cnidaria. Organisme dari filum cnidaria
ditemukan di perairan pantai Tanjung Tiram, Moramo Utara, Konawe Selatan kemudian
diamati Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan. Pengamatan dilakukan
dengan melihat secara langsung untuk mengetahui morfologi dan melakukan
pembedahan untuk pengamatan anatomi. Hasil yang diperoleh dari pengamatan pada
organisme filum cnidaria dilakukan menggunakan tiga organisme dari kelas anthozoa
dan schypozoa yaitu karang (Arcopora cervicornis), anemon (Metridium sp.) dan ubur-
ubur (Aurelia aurita). Ciri morfologi ketiga organisme yang diamati memiliki kesamaan
yaitu terdapat tentakel pada bagian tubuh organisme, tentakel tersebut memiliki bagian
yang mampu menghasilkan sengat.

Kata Kunci : Avertebrata air, Cnidaria, Anatomi, Morfologi.


13

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Avertebrata merupakan hewan yang tidak memiliki tulang punggung atau ruas-ruas
tulang belakang. Hewan avertebrata di bagi menjadi beberapa golongan yaitu filum
Protozoa, Porifera, Cnidaria, Platyhelmintes, Nemathelmintes, Annelida, Mollusca,
Arthopoda, dan Echinordemata (Alwi, 2018).
Filum cnidaria memiliki organ intraselular yang unik dalam jaringan tubuh
ektoderemnya, yaitu tentakel yang dilengkapi organ penyengat khas disebut cnidae
yang akan dilepaskan keluar tubuhnya jika ada rangsangan dari lingkungan dimana
fauna ini tinggal (Paruntu, 2013).
Filum Cnidaria terbagi menjadi tiga kelas yaitu, hydrozoa, scyphozoa, dan
anthozoa. Anthozoa merupakan hewan laut yang memiliki bentuk mirip bunga.
Anthozoa hidup sebagai polip soliter atau berkoloni dan tidak mempunyai bentuk
medusa organisme yang termasuk kedalam kelas anthozoa adalah karang (Acropora
cervicornis) dan anemon (Metridium sp.). Kelas selanjutnya yaitu schypozoa
merupakan hewan yang memiliki bentuk dominan berupa medusa. Umumnya medusa
berenang secara bebas, dengan menyerupai payung. Organisme dari filum ini adalah
ubur-ubur (Maya & Nurhidayah, 2020).
Pada umumnya Coelenterata terdiri dari dua bentuk tubuh, yaitu bentuk polip dan
medusa yang terbentuk dalam siklus hidupnya. Polip tubuh berbentuk silindris, bagian
proksimal melekat, bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi oleh tentakel.
Medusa pada umumnya berbentuk seperti payung atau seperti lonceng
(Rahmadina & Ananda 2018).
Anatomi pada filum cnidaria dicirikan dengan tubuhnya yang terdiri atas dua
lapisan, yaitu lapisan epidermis dan gatrodermis. Karena kedua lapisan inilah yang
membuat cnidaria termasuk ke dalam hewan dipoblastik. Di antara dua lapisan tersebut
terdapat matrix gelatin yang disebut lapisan mesoglea, di mana pada lapisan ini tidak
terdapat sel sama sekali. Ciri lain pada cnidaria yaitu memiliki sistem saraf difusi atau
menyebar yang berupa sel sensoris, tetapi belum memiliki saraf pusat. Sel-sel sensoris
tersebar di lapisan epidermis dan gastrodermis (Rahmadina, 2019).
Berdasarkan permasalahan diatas maka pentingnya dilakukan pengamatan pada
filum cnidaria agar dapat mengetahui dan memahami bentuk morfologi dan anatomi
dari organisme pada filum ini dan mengetahui fungsi dari setiap bagian tubuh organisme
tersebut.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum untuk mengetahui filum cnidaria secara morfologi dan anatomi
serta dapat mengetahui habitat dari filum cnidaria. Manfaat praktikum untuk menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai filum ini dan mengenal jenis-jenis organisme
dari filum cnidaria.
14

II. METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum filum cnidaria dilakukan pada hari Jum'at, 3 Desember 2021 pukul
06.30-09.40 WITA bertempat di Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki, kertas laminating, alat tulis
mistar, pinset dan cutter. Adapun bahan yang digunakan, yaitu karang (A. cervicornis),
anemon (Metridium sp.), Ubur-Ubur (A. aurita), alkohol 70% dan tisu.

Metode Pengamatan

Metode pengamatan pada praktikum filum cnidaria yaitu melakukan pengamatan


secara langsung untuk mengamati morfologi pada organisme karang (A. cervicornis),
anemon (Metridium sp.), dan ubur-ubur (A. aurita), dan melakukan pembedahan untuk
mengamati bagian anatomi dari organisme. Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu
mengambil dan meletakkan organisme pada kertas laminating kemudian mengambil
dokumentasi dari organisme yang diamati. Selanjutnya mengidentifikasi bagian-bagian
morfologi organisme tersebut dan melakukan pembedahan untuk mengamati
anatominya. Setelah itu menggambar bentuk morfologi dan anatomi bagian-bagian
organisme yang telah diidentifikasi dan memberinya keterangan, lalu membuat laporan
sementara kemudian membersihkan dan merapikan kembali alat-alat yang digunakan.
15

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan morfologi dan anatomi karang (A. cervicornis), anemon


(Metridium sp.) dan ubur-ubur (A. aurita) dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Morfologi Karang Gambar 2. Anatomi Karang


(A. cervicornis) (A. cervicornis)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket :
1. Mulut Ket :
2. Tentakel 1. Gastrovaskuler
3. Badan 2. Gastrodermis
3. Mesoglea
4. Epiderma
5. Nematosit
16

Gambar 3. Morfologi Anemon Gambar 4. Anatomi Anemon


(Metridium sp.) (Metridium sp.)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket :
1. Mulut Ket :
2. Tentakel 1. Mesentries
3. Badan 2. Septa
3. Endoderma
4. Mesoglea
5. Ektoderma
6. Nematosit

Gambar 5. Morfologi Ubur- ubur Gambar 6. Anatomi Ubur-ubur


(A. aurita) (A. aurita)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket :
1. Mulut Ket :
2. Tentakel 1. Epidermis
3. Exumbrella 2. Mesoglea
3. Gastrodermis
4. Gastric Cavity
5. Radial Canal
6. Circular Canal
17

7. Rhopalium 9. Gonad
8. Subumrella
18

Pembahasan

Pengamatan pada filum cnidaria dilakukan menggunakan tiga organisme dari kelas
anthozoa dan schypozoa yaitu karang (A. cervicornis), anemon (Metridium sp.) dan
ubur-ubur (A. aurita). Ciri morfologi ketiga organisme yang diamati memiliki kesamaan
yaitu terdapat tentakel pada bagian tubuh organisme, tentakel tersebut memiliki bagian
yang mampu menghasilkan sengat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Maya dan Nurhidayah (2020), bahwa pada permukaan tentakel terdapat kapsul
knidoblas yang beracun, di dalamnya terdapat sel nematosit yang menyengat dan
beracun.
Pengamatan morfologi yang dilakukan pada karang (A. cervicornis) terlihat adanya
tentakel yang mengandung kapsul penyengat (nematocyt), berwarna coklat muda dan
tubuhnya keras. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rusyana (2011) dan Koroy et al
(2020), bahwa karakteristik pada filum coelenterata memiliki mulut yang dikelilingi
oleh tentakel. Tubuh keras pada karang terbentuk dari endapan-endapan masif dari
kalsium karbonat, karang umumnya ditemukan dengan berbagai warna dan diantaranya
ada yang berwarna coklat muda.
Bagian anatomi dari karang yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan yaitu
pada dinding dari polip karang terdapat lapisan yaitu epiderma, endoderma
(Gastrodermis) dan mesoglea. Ditemukan juga adanya nematosit yaitu sel penyengat
yang berasal dari knidoblas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahmadina dan Ananda
(2018), bahwa Polip karang terdiri dari usus yang disebut filamen mesentri, tentakel
yang memiliki sel nematosit (penyengat) yang berfungsi melumpuhkan musuhnya.
Tubuh polip karang terdiri dari dua lapisan yaitu ectoderm dan endoderm. Diantara
kedua lapisan tersebut terdapat jaringan yang berbentuk seperti jelly yang disebut
mesoglea.
Pengamatan morfologi pada organisme anemon (Metridium sp.) menunjukkan
bahwa organisme ini bertubuh lunak karena tidak memiliki tulang belakang, bentuk
tubuhnya menyerupai bunga, berwarna coklat kehitaman, terlihat adanya tentakel yang
mengelilingi mulut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Farianti et al (2015), bahwa
anemon laut tidak memiliki tulang belakang atau skeleton pada seluruh tubuhnya.
Anemon merupakan hewan predator yang tampak seperti bunga, memiliki berbagai
bentuk, ukuran, dan warna. Tubuhnya radial semetrik, columnar dan memiliki satu
lubang mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Tentakel dapat melindungi tubuhnya
terhadap serangan predator lain dan dapat pula digunakan untuk menangkap
makanannya.
Secara anatomi anemon berupa polip dan menempel (tanpa medusa) memiliki
mesentries dan septa, serta lapisan endoderma. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irawan
(2013), bahwa polip pada hewan anemon memiliki belah vertikal (mesenteries) pada
bagian tubuh tampak dari atas. Septa pada anemone merupakan lekuk kerutan atau
belahan pada sepanjang tubuh anemon dimana jumlahnya sesuai dengan banyaknya
19

tentakel yaitu 12. H Septa terdiri dari satu ektodermal dan satu lapisan sel endodermal
dengan mesoglea terjepit di antara keduanya.
Organisme dari kelas scyphozoa yang diamati adalah ubur-ubur (A. aurita).
Ubur-ubur memiliki tubuh transparan yang bentuknya menyerupai payung bagian ini
biasa disebut exumbrella, terdapat tentakel yang mengelilingi tubuhnya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Nurjanah et al (2013), bahwa ubur-ubur memiliki ciri bagian tubuh
atas seperti payung dan pada bagian bawah terdapat tentakel yang menjuntai, tekstur
kenyal, berwarna putih transparan, dan tubuhnya mengeluarkan cairan berupa lendir.
Secara anatomi bagian tubuh ubur-ubur yang diperoleh dari pengamatan yaitu
terdapat nematosit dihampir sekujur tubuh ubur-ubur namun paling banyak ditemukan
pada bagian tentakelnya. Diantara payung bagian luar tubuh ubur-ubur dan bagian
dalamnya terdapat mesoglea. Hal ini sesuai dengan pernyataan Firdaus (2020) dan
Sasongko (2018), bahwa ubur-ubur dikenal berbahaya karena memiliki sel cnidocyte
(knidosit) pada tubuhnya dan dalam tubuh ubur-ubur terdapat mesoglea, yaitu zat kental
seperti jeli yang dilindungi kulit.
Organisme dari filum cnidaria dari kelas anthozoa yaitu karang (A. cervicornis) dan
anemon (Metridium sp.) hidup soliter dan menempel pada dasar yang kuat atau lunak
dan sebagian ada yang sedikit membenam di dasar yang berpasir. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Irawan (2013) hewan ini hanya ditemukan pada gundukan pasir, di posisi
yang berhadapan dengan gelombang air laut, pada bagian gundukan pasir yang
menghadap ke darat dimana airnya tidak bergelombang atau tenang. Organisme kelas
scyphozoa yaitu ubur-ubur (A. aurita) hidup di laut baik dalam bentuk polip yang
melekat di dasar ataupun yang berenang bebas dalam bentuk medusa. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rahmadina (2019), bahwa schypozoa dapat ditemukan di lautan di
seluruh dunia, dari permukaan sampai laut dalam. Schypozoa tidak ditemukan di air
tawar.

IV. PENUTUP

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari praktikum ini yaitu pada organisme karang
(A. cervicornis) terlihat adanya tentakel yang mengandung kapsul penyengat
(nematocyt). Bagian anatomi dari karang yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan
yaitu pada dinding dari polip karang terdapat lapisan yaitu epiderma, endoderma
(Gastrodermis) dan mesoglea. Morfologi organisme anemon (Metridium sp.)
menunjukkan bahwa organisme ini bertubuh lunak karena tidak memiliki tulang
belakang. Secara anatomi anemon memiliki nematosit yang terletak pada tentakelnya
memiliki mesentries dan septa, serta lapisan endoderma. Oganisme ubur-ubur (A.
aurita) memiliki tubuh transparan yang bentuknya menyerupai payung bagian ini biasa
disebut exumbrella, terdapat tentakel yang mengelilingi tubuhnya. Secara anatomi
20

bagian tubuh ubur-ubur yang diperoleh dari pengamatan yaitu terdapat nematosit
dihampir sekujur tubuh ubur-ubur.

Saran

Saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikum kedepannya praktikan


diwajibkan melakukan pembedahan pada semua organisme yang diamati agar dapat
mengetahui secara lengkap anatomi dari organisme yang diamati, dan semua praktikan
disarankan agar turun langsung mencari organisme yang akan diamati agar melihat
langsung habitat dari organisme tersebut.
21

FILUM BRACHIOPODA

Siti Nur Syafika Binti Ardi1 dan Indah Nurul Fatimah2

Budidaya Perairan, BTN Alam Salsabila 2 Blok C No. 6


1

i1b120006sitinursyafikabintiardi@student.uho.ac.id
2
Manajemen Sumber Daya Perairan, Kambu, Jl. Prof. Dr. Abdurrauf Tarimana,
indahnurulfatimah271@gmail.com

ABSTRAK

Avertebrata air adalah kelompok hewan yang tidak bertulakang belakang yang
hidup hampir di seluruh kawasan perairan. Brachiopoda berasal dari bahasa Yunani
yaitu Braciopoda (brachys artinya pendek, pous artinya kaki) adalah hewan laut yang
hidup di dalam setangkup cangkang terbuat dari zat kapur atau zat tanduk. Organisme
dari filum brachiopoda ditemukan di perairan pantai Tanjung Tiram, Moramo Utara,
Konawe Selatan kemudian diamati Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati filum porifera secara
morfologi dan anatomi. Pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung untuk
mengetahui morfologi dan melakukan pembedahan untuk pengamatan anatomi. Hasil
yang diperoleh dari pengamatan pada organisme filum brachiopoda dilakukan pada
organisme kerang lentera (Lingula unguis). Pengamatan morfologi kerang lentera (L.
unguis) diperoleh hasil yaitu tubuhnya tertutup oleh dua katub (bagian cangkang) yang
menutupi permukaan dorsal dan ventral. Kerang lentera memiliki warna cangkang hijau
kehitaman, serta memiliki pedikel.

Kata Kunci: Anatomi, Avertebrata air, Brachiopoda, Morfologi.


22

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Avertebrata air adalah kelompok hewan yang tidak bertulakang belakang yang
hidup hampir di seluruh kawasan perairan. Sebagian besar spesiesnya banyak terdapat
kawasan pesisir pantai seperti terumbu karang. Namun tak jarang pula ditemukan hidup
berasosisasi di perairan tawar maupun payau seperti kolam, sungai dan muara.
(Shayeghi et al., 2014)
Brachiopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Braciopoda (brachys artinya pendek,
pous artinya kaki) adalah hewan laut yang hidup di dalam setangkup cangkang terbuat
dari zat kapur atau zat tanduk. Organisme ini biasanya hidup menempel pada substrat
dengan semen lansung atau dengan tangkai yang memanjang dari ujung cangkang.
Sering kali dikira kerang karena mempunyai setangkup cangkang. Organisme yang
termasuk kedalam dari filum ini adalah kerang lentera (Lingula unguis) (Carlson, 2016).
Secara morfologi kerang lentera mempunyai cangkang dari zat tanduk yang terdiri
dari dua tangkup, tetapi tidak berengsel. Kedua tangkup ini terdiri dari bagian atas dan
bagian bawah. Bagian utama dari tubunya berisi visera (viscera), terdapat di separuh
belakang dari cangkangnya. Permukaan dalam dari tangkup atas, dekat ujung belakang,
melekat satu tangkai berotot berbentuk silindrik yang panjang dinamakan pedikel
(pedicle) yang berisi perpanjangan berbentuk tabung dari rongga tubuh. Bagian anatomi
kerang lentera (L. unguis) terdiri atas organ-organ seperti hati, saluran pencernaan (usus
dan lambung), kelenjar pankreas, gonad dan otot-otot yang berfungsi sebagai penggerak
organ seperti membuka dan menutup cangkang serta gerak memutar tubuhnya yang
disebut pedikel (Suhardi, 2008).
Berdasarkan permasalahan diatas maka pentingnya dilakukan pengamatan pada
filum brachiopoda adalah agar dapat mengetahui dan memahami bentuk morfologi dan
anatomi dari organisme pada filum ini dan mengetahui fungsi dari setiap bagian tubuh
organisme tersebut.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum untuk mengetahui filum brachipoda secara morfologi dan


anatomi serta dapat mengetahui habitat dari filum ini. Manfaat praktikum untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai filum brachiopoda dan mengenal
jenis-jenis organismenya.
23

II. METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum filum brachipoda dilakukan pada hari Jum'at, 3 Desember 2021 pukul
06.30-09.40 WITA, bertempat di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki, kertas laminating, alat tulis
mistar, pinset dan cutter. Adapun bahan yang digunakan antara lain, kerang lentera
(L. unguis), alkohol 70% dan tisu.

Metode Pengamatan

Metode pengamatan pada praktikum filum brachiopoda yaitu melakukan


pengamatan secara langsung untuk mengamati morfologi pada organisme kerang lentera
(L. unguis) dan melakukan pembedahan untuk mengamati bagian anatominya. Langkah-
langkah yang dilakukan, yaitu mengambil dan meletakkan organisme pada kertas
laminating kemudian mengambil dokumentasi dari organisme yang diamati.
Selanjutnya mengidentifikasi bagian-bagian morfologi organisme tersebut dan
melakukan pembedahan untuk mengamati anatominya. Setelah itu menggambar bentuk
morfologi dan anatomi bagian-bagian organisme yang telah diidentifikasi dan
memberinya keterangan, lalu membuat laporan sementara kemudian membersihkan dan
merapikan kembali alat-alat yang digunakan.
24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan morfologi dan anatomi kerang lentera (L. unguis)

Gambar 1. Morfologi Kerang Lentera Gambar 2. Anatomi Kerang Lentera


(L. unguis) (L. unguis)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)
Ket : Ket :
1. Cangkang 1. Mantle
2. Pedicle 2. Lophophore
3. Umbo 3. Digestive glands
4. Gonads
5. Adductor muscle
6. Oblique muscle
7. Posterior adductor muscle
25

Pembahasan

Pengamatan morfologi kerang lentera (L. unguis) diperoleh hasil yaitu tubuhnya
tertutup oleh dua katub (bagian cangkang) yang menutupi permukaan dorsal dan
ventral. Kerang lentera memiliki warna cangkang hijau yang panjangnya 82 mm, serta
memiliki pedikel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Christian et al (2013) dan Suhardi
(2008), bahwa kerang lentera memiliki dua katub cangkang yang berfungsi untuk
menutupi permukaan dorsal dan ventral hewan ini. Kerang lentera mempunyai panjang
tubuh dimulai dari 1-100 mm. Ukuran cangkang kerang lentera umumnya kecil
bervariasi antara 0,5 sampai 8 cm tergantung jenisnya.
Anatomi lain kerang lentera (L. unguis) yaitu terdiri dari mantel, lophophore,
gonad, edductor muscle, digestive glands, dan obligue muscle yaitu otot yang berwarna
putih yang berfungsi sebagai penggerak organ seperti membuka dan menutup cangkang.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ozdikmen (2008) bahwa, kelas Inarticulata pada filum
brachiopoda tidak mempunyai engsel dan kedua keping cangkang hanya dihubungkan
dengan otot (obligue muscle). Di bagian depan (anterior) sebelah dalam cangkang
terdapat suatu organ berlipat lipat yang disebut lofofor.
Kerang lentera umumnya hidup di dasar yang berlumpur dan dapat berpindah
tempat dengan bantuan pedikel yang berfungsi sebagai tongkat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rakmawati & Ambarwati (2020), bahwa kerang lentera dapat dijumpai
meliang di bawah sedimen atau substrat pada zona intertidal suatu perairan
menggunakan pendikel, biasanya kerang lentera hidup di substrat lempung berlumpur.

IV. PENUTUP

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari praktikum ini yaitu morfologi kerang lentera
(L. unguis) ditandai dengan tubuhnya tertutup oleh dua katub (bagian cangkang) yang
menutupi permukaan dorsal dan ventral. Kerang lentera memiliki warna cangkang hijau
yang panjangnya 82 mm, serta memiliki pedikel. Anatomi lain kerang lentera (L.
unguis) yaitu terdiri dari mantel, lophophore, gonad, edductor muscle, digestive glands,
dan obligue muscle.

Saran

Saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikum kedepannya agar praktikan
diarahkan atau diberi tahu tempat untuk mencari organisme yang akan di amati agar
praktikan tidak kesulitan dalam mencari bahan praktikum.
26

FILUM ANELIDA

Siti Nur Syafika Binti Ardi1 dan Indah Nurul Fatimah2

Budidaya Perairan, BTN Alam Salsabila 2 Blok C No. 6


1

i1b120006sitinursyafikabintiardi@student.uho.ac.id
2
Manajemen Sumber Daya Perairan, Kambu, Jl. Prof. Dr. Abdurrauf Tarimana,
indahnurulfatimah271@gmail.com

ABSTRAK

Avertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak mempunyai tulang belakang


(vertebrae). Kebanyakan dari filum anelida adalah dari kelas polychaeta. Kelas yang
lainnya disebut oligochaeta misalnya cacing tanah dan juga dari kelas hirudinea
contohnya lintah. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan anatomi
serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum anelida. Organisme dari filum anelida
ditemukan di perairan pantai Tanjung Tiram, Moramo Utara, Konawe Selatan kemudian
diamati Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan. Pengamatan dilakukan
dengan melihat secara langsung untuk mengetahui morfologi dan melakukan
pembedahan untuk pengamatan anatomi. Hasil yang diperoleh dari pengamatan pada
organisme filum anelida dilakukan menggunakan tiga organisme yaitu, cacing tanah
(Lumbricus terrestris), cacing laut (Nereis sp.) dan lintah (Hirudo sp.). Karakteristik
morfologi yang dimiliki anelida adalah tubuh yang bersegmen (beruas-ruas yang mirip
dengan cincin).

Kata Kunci : Anatomi, Anelida, Avertebrata air, Morfologi.


27

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Avertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak mempunyai tulang belakang


(vertebrae). Avertebrata mencakup 95% dari semua jenis hewan yang telah
diidentifikasi, merupakan hewan yang persebarannya paling luas dengan keunikan
setiap ekosistemnya. Invertebrata terbagi kedalam beberapa filum yaitu, arthropoda,
mollusca, echinodermata, anelida, polifera, cnidaria, nemathelminthes (Luthfi et al.,
2018).
Anelida berasal dari bahasa latin (kata annulus yang berarti cincin dan oidos yang
berarti bentuk), dari namanya anelida dapat disebut sebagai cacing yang bentuk
tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang (Azhari & Nofisulastri,
2018). Kebanyakan dari filum anelida adalah dari kelas polychaeta. Kelas yang lainnya
disebut oligochaeta misalnya cacing tanah dan juga dari kelas hirudinea contohnya
lintah. disebut polychaeta dan oligochaeta, karena asal katanya yaitu poly artinya
banyak sedangkan oligo artinya sedikit (Rahmadina, 2019).
Karakteristik morfologi yang dimiliki anelida adalah tubuh yang bersegmen
(beruas-ruas yang mirip dengan cincin) dan memiliki otot. Bersifat tripoblastik
selomata, simetri bilateral. Kelas oligochaeta dan polychaeta dibedakan berdasarkan
banyaknya seta (rambut) yang dimiliki organismenya, bagian tubuh hewan dari kelas ini
terdiri dari kepala, mata, dan sensor palpus. Berbeda dengan dua kelas sebelumnya,
kelas hirudenia tidak memiliki seta (rambut) dan tidak memiliki parapodium ditubuhnya
(Maya & Nurhidayah, 2020).
Secara anatomi pada anelida dicirikan dengan tubuhnya tertutup oleh kutikula yang
licin dan terletak di atas ephitelium yang bersifat glanduler, pada dinding badan dan
tractus digestivus terdiri atas lapisan-lapisan otot circuler dan longitudinal sudah
mempunayai rongga badan (celom) dan umumnya terbagi oleh septa, pada tractus
digestivus lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu badan, systema
cardiovascular adalah sistem tertutup, pembuluh-pembuluh darah membujur, dengan
cabang-cabang kecil (kapiler) pada tiap segment (metamer), plasma darah mengandung
hemoglobin. Respirasi dilakukan dengan kulit, atau dengan branchia, organ excretoria
terdiri atas sepasang nephridia pada tiap segemen (Rahmadina & Eriri 2018).
Berdasarkan permasalahan diatas maka pentingnya dilakukan pengamatan pada
filum anelida adalah agar dapat mengetahui dan memahami bentuk morfologi dan
anatomi dari organisme pada filum ini dan mengetahui fungsi dari setiap bagian tubuh
organisme tersebut.
28

Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum untuk mengetahui filum anelida secara morfologi dan anatomi
serta dapat mengetahui habitat dari filum ini. Manfaat praktikum untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan mengenai filum anelida dan mengenal jenis-jenis
organismenya.

II. METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum filum anelida dilakukan pada hari Jum'at, 3 Desember 2021 pukul 06.30-
09.40 WITA, bertempat di Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki, kertas laminating, alat tulis
mistar, pinset dan cutter. Adapun bahan yang digunakan,
cacing tanah (Lumbricus terrestris), cacing laut (Nereis sp.) dan lintah (Hirudo sp.),
alkohol 70% dan tisu.

Metode Pengamatan

Metode pengamatan pada praktikum filum anelida yaitu melakukan pengamatan


secara langsung untuk mengamati morfologi pada organisme cacing tanah (Lumbricus
terrestris), cacing laut (Nereis sp.) dan lintah (Hirudo sp.), dan melakukan pembedahan
untuk mengamati bagian anatominya. Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu
mengambil dan meletakkan organisme pada kertas laminating kemudian mengambil
dokumentasi dari organisme yang diamati. Selanjutnya mengidentifikasi bagian-bagian
morfologi organisme tersebut dan melakukan pembedahan untuk mengamati
anatominya. Setelah itu menggambar bentuk morfologi dan anatomi bagian-bagian
organisme yang telah diidentifikasi dan memberinya keterangan, lalu membuat laporan
sementara kemudian membersihkan dan merapikan kembali alat-alat yang digunakan.
29

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan morfologi dan anatomi cacing tanah (L. terrestris), cacing laut
(Nereis sp.) dan lintah (Hirudo sp.).

Gambar 1. Morfologi Cacing Tanah Gambar 2. Anatomi Cacing Tanah


(L. terrestris) (L. terrestris)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket :
1. Mulut Ket :
2. Clitellum 1. Otak
3. Setae 2. Faring
3. Esophagus
4. Jantung
5. Kantung sperma
6. Pembuluh darah dorsal
7. Selom
8. Nefridium
9. Pembuluh darah ventral
30

Gambar 3. Morfologi Cacing Laut Gambar 4. Anatomi Cacing Laut


(Nereis sp.) (Nereis sp.)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket :
1. Tentakel Ket :
2. Papila sensoris 1. Pharynx
3. Rahang 2. Esophageal caecum
4. Mata 3. Esophagus
5. Paraprodia 4. Pseudohearts
5. Nephridium
6. Longitudinal muscles
7. Insentine
8. Dorsal vessel
31

Gambar 5. Morfologi Lintah Gambar 6. Anatomi Lintah


(Hirudo sp.) (Hirudo sp.)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket :
1. Oral sucker Ket :
2. Caudal sucker 1. Rahang
3. Segmen/ruas 2. Pharynx
3. Radial muscles
4. Ovary
5. Testisac
6. Gangion
7. Nephiridium
8. Intestin

Pembahasan

Pengamatan pada filum anelida dilakukan menggunakan tiga organisme dari


kelas polychaeta, oligocaheta dan hirudinea yaitu cacing tanah (L. terrestris), cacing
laut (Nereis sp.) dan lintah (Hirudo sp.). Ketiga organisme yang diamati memiliki tubuh
yang bersegmen atau beruas. Kelas oligochaeta dan polychaeta terdapat setae (rambut)
namun tidak dimiliki oleh organisme kelas hirudinea. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Maya dan Nurhidayah (2020), bahwa Annelida merupakan cacing dengan tubuh
bersegmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati (hewan selomata) dan bernapas
melalui kulitnya.
Pengamatan morfologi yang dilakukan pada kelas oligochaeta diperoleh hasil
cacing tanah (L. terrestris) memiliki tubuh yang beruas dan terdapat rambut pada tubuh
padanya. Cacing tanah memiliki tubuh berbentuk silindris yang panjang dan berwarna
merah muda, pada bagian tubuhnya terdapat clitellum. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rahmadina (2019), Tubuh cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam
tubuhnya, cacing tanah juga memiliki klitelium yang berfungsi sebagai lubang kopulasi
32

atau tempat memasukkan sperma dari cacing lawan kawinnya. Bagian anatomi dari
cacing tanah yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan yaitu otak, faring,
esophagus, jantung, kantung sperma, pembuluh darah dorsal, selom nefridium, dan
pembuluh darah ventral Hal ini sesuai dengan pernyataan Hermawan et al (2015),
bahwa Cacing tanah mempunyai rongga besar coelomic yang mengandung
coelomycetes (pembuluh - pembuluh mikro), yang merupakan sistem vaskuler tertutup.
Saluran makanan berupa tabung anterior dan posterior, kotoran dikeluarkan lewat anus
atau peranti khusus yang disebut nephridia. Sistem sirkulasi pada cacing tanah terdiri
dari pembuluh darah dorsal serta pembuluh darah median. Fungsi pembuluh darah
dorsal untuk mengalirkan darah pada arah anterior. Sementara pembuluh darah median
fungsinya mengalirkan darah pada arah posterior. Proses pencernaan makanan yang
terdapat pada cacing tanah terdiri dari rongga mulut, faring berotot, esoffagus,
tembolok, kemudian lambung otot usus maupun anus.
Pengamatan morfologi pada organisme cacing laut (Nereis sp.) menunjukkan
bahwa organisme ini memiliki banyak rambut dengan tubuh bersegmen-segmen. Kepala
dibagian anterior, dilengkapi tentakel, papila sensoris, rahang, dan mata. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rahmadina & Eriri (2018), bahwa Struktur tubuh Polychaeta terdiri
atas kepala, faring menonjol, berahang, dikelilingi peristomium, dan beratap
prostomium. Peristium terdiri atas empat buah mata, dua tentakel pendek, dua palpus,
dan empat tentakel panjang. Setiap segmen, kecuali segmen terakhir, memiliki
parapedia yang dilengkapi banyak setae. Setae inilah yang digunakan untuk menggali
pasir di celah bebatuan
Secara anatomi cacing laut memiliki faring, esophageal caecum, esophagus,
pseudohearts, nephridium, longitudinal muscles, insentine, dorsal vessel. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rahmadina (2019), bahwa cacing ini dengan menggunakan mulut,
faring, esophagus, usus, dan anus dalam sistem pencernaannya. Alat ekskresi berupa
nepridium yang terdapat di dalam selom. Sistem peredaran darah polychaeta dengan
memompa darah ke bagian depan oleh pembuluh darah dorsal, sedangkan pembuluh
darah ventral akan mengalirkan darah ke bagian belakang.
Organisme lintah (Hirudo sp.) secara morfologi berwarna coklat kehitaman dan
tubuhnya beruas-ruas, terdapat penghisap pada bagian posterior dan anterior dari tubuh
lintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maya & Nurhidayah (2020), bahwa tubuh
lintah pipih dengan ujung depan serta di bagian belakang sedikit runcing. Di segmen
awal dan akhir terdapat alat penghisap yang berfungsi dalam bergerak dan menempel.
Gabungan dari alat penghisap dan kontraksi serta relaksasi otot adalah mekanisme
pergerakan dari organisme ini. Secara anatomi bagian lintah (Hirudo sp.) terdiri dari
faring yang digunakan dalam proses pencernaan, terdapat radial muscles untuk
pergerakan lintah dan nephridium untuk proses eksresi.
Organisme dari filum anelida sering kita jumpai di tanah yang subur, ditemukan
juga di area persawahan dan di daerah pantai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Azhari
& Nofisulastri (2018), bahwa cacing-cacing yang termasuk dalam Filum Annelida ini
hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air tawar, pada umumnya
annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensal pada
hewan-hewan aquatik, dan ada juga yang bersifat parasit pada vertebrata.
33

IV. PENUTUP

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari praktikum ini yaitu pada organisme cacing tanah
(Lumbricus terrestris) memiliki tubuh berbentuk silindris yang panjang dan berwarna
merah muda, pada bagian tubuhnya terdapat clitellum Bagian anatomi dari cacing tanah
ditemukan adanya otak, faring, esophagus, jantung, kantung sperma, pembuluh darah
dorsal, selom nefridium, dan pembuluh darah ventral. Morfologi pada organisme cacing
laut (Nereis sp.) menunjukkan bahwa organisme ini memiliki banyak rambut dengan
tubuh bersegmen-segmen. Secara anatomi cacing laut memiliki faring, esophageal
caecum, esophagus, pseudohearts, nephridium, longitudinal muscles, insentine, dorsal
vessel. Organisme lintah (Hirudo sp.) secara morfologi berwarna coklat kehitaman dan
tubuhnya beruas-ruas, terdapat penghisap pada bagian posterior dan anterior dari tubuh
lintah.

Saran

Saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikum kedepannya agar praktikan
diarahkan atau diberi tahu tempat untuk mencari organisme yang akan di amati agar
pada saat praktikum semua organisme yang akan diamati telah lengkap.
34

FILUM ECHINODERMATA

Siti Nur Syafika Binti Ardi1 dan Indah Nurul Fatimah2

Budidaya Perairan, BTN Alam Salsabila 2 Blok C No. 6


1

i1b120006sitinursyafikabintiardi@student.uho.ac.id
2
Manajemen Sumber Daya Perairan, Kambu, Jl. Prof. Dr. Abdurrauf Tarimana,
indahnurulfatimah271@gmail.com

ABSTRAK

Avertebrata air adalah organisme yang tidak bertulang belakang. Echinodermata


adalah hewan yang kulitnya berduri. Filum echinodermata memiliki organisme yang
berfariasi seperti teripang (Holothuria scabra), bintang ular (Ophiutrichoides
nereidina), bintang laut (Protoreaster nodosus), bulu babi (Deadema setosum).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati filum porifera secara
morfologi dan anatomi. Organisme dari filum echinodermata ditemukan di perairan
pantai Tanjung Tiram, Moramo Utara, Konawe Selatan kemudian diamati Laboratorium
Manajemen Sumber Daya Perairan. Pengamatan dilakukan dengan melihat secara
langsung untuk mengetahui morfologi dan melakukan pembedahan untuk pengamatan
anatomi. Hasil yang diperoleh yaitu, pada pengamatan morfologi dari filum ini
orhganisme teripang (H. scabra) terdiri atas mulut, tentakel, kaki tabung, papilia dan
anus, sementara untuk anatominya terdiri atas gonad, esofagus, intestinum, mesentrium,
polian vesicle, pohon respirasi dan kloaka. Morfologi bintang ular (O. nereidina) terdiri
atas lengan, mulut dan tentacle scale, anatominya terdiri atas gonad, lambung
(stomach), ossicle, dan bursae. Morfologi bintang laut (P. nodosus) terdiri atas lengan,
tube feet, mulut, madreporite dan anus, untuk bagian anatominya yaitu, gonad, ampula,
dan saluran cincin. Morfologi bulu babi (D. setosum) yaitu, duri, mulut, dan genopore,
sementara struktur anatominya terdiri atas esophagus, gonat, podia viscle, radial canal,
dan pharynx.
Kata Kunci : Anatomi, Avertebrata air, Echinodermata, Morfologi,
35

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Avertebrata air merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang organisme


akuatik yang tidak memiliki tulang belakang dan membahas mengenai morfologi,
fisiologi, pergerakan hewan, nilai ekonomis serta klasifikasinya (Yanuhar, 2018).
Sebagian besar spesies avertebrata air terdapat di kawasan pesisir pantai seperti terumbu
karang namun tak jarang pula ditemukan hidup berasosisasi di perairan tawar maupun
payau seperti kolam, sungai dan muara. Kelompok organisme ini sebagian besar bersifat
nokturnal (aktif pada malam hari), tetapi beberapa spesies juga ditemukan bersifat
diurnal (aktif di siang hari) (Gani et al., 2017).
Echinodermata atau yang biasa disebut dengan hewan berkulit duri ini berasal dari
bahasa Yunani yaitu echin yang memiliki arti berduri, dan derma yang artinya kulit,
atau yang lebih spesiesnya disebut dengan hewan laut yang pergerakannya sangat
lamban. Echinodermata memiliki lapisan epidermis tipis yang dilapisi oleh
endoskeleton lempengan kapur yang sangat keras. Sebagian besar jenis echinodermata
juga berkulit tajam hal ini dikarenakan adanya tonjolan rangka dan duri pada kulit
hewan tersebut. (Rahmadina, 2019).
Echinodermata adalah triploblastik selomata tubuhnya mempunyai simetri radial
yang di bagi menjadi lima bagian. Rangka berupa keeping-keping kapur terdapat di
dalam kulit dan pada umumnya mempunyai duri. Saluran pencernaanya sudah
sempurna meskipun anus pada sebagian Echinodermata tidak berfungsi. Semua
Echinodermata hidup di laut. Gerakannya lambat dengan kaki pembuluh (kaki
ambulaklar). Gerakannya terjadi dengan mengubah tekanan air yang diatur oleh system
pembuluh air yang berkembang dari selom. Jenis kelamin terpisah (berjumah dua),
pembuahan terjadi di air laut. Larvanya mempunyai bentuk simetri bilateral dan dapat
berenang bebas disebut bipinnaria (Maya & Nurhidayah).
Berdasarkan permasalahan maka pentingnya dilakukan pengamatan pada filum
porifera agar dapat mengetahui dan memahami bentuk morfologi dan anatomi dari
spons dan mengetahui fungsi dari setiap bagian tubuh organisme dari filum ini

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilaksanakannya praktikum pengamatan filum echinodermata adalah untuk


mengetahui bentuk morfologi dan anatomi dari filum ini. Manfaat praktikum ini yaitu,
untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta mengenal bagian-bagian dari filum
echinodermata.
36

II. METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum filum echinodermata dilakukan pada hari Jum'at, 03 Desember 2021


pukul 06.30-09.40 WITA, bertempat di Laboratorium Manajemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki, kertas laminating, alat tulis
mistar, pinset, cutter. Adapun bahan yang digunakan, yaitu organisme teripang
(H. scabra), bintang ular (O. nereidina), bintang laut (P. nodosus), bulu babi
(D. setosum), alkohol 70%, dan tisu.

Metode Pengamatan

Metode pengamatan pada praktikum filum echinodermata yaitu melakukan


pengamatan secara langsung untuk mengamati morfologi, dan melakukan pembedahan
untuk mengamati anatomi dari organisme. Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu
mengambil dan meletakkan organisme pada kertas laminating kemudian mengambil
dokumentasi dari organisme yang diamati. Selanjutnya mengidentifikasi bagian-bagian
morfologi organisme tersebut dan melakukan pembedahan untuk mengamati
anatominya. Setelah itu, menggambar bentuk morfologi dan anatomi bagian-bagian
organisme yang telah diidentifikasi dan memberinya keterangan, lalu membuat laporan
sementara. Kemudian membersihkan dan merapikan kembali alat-alat yang digunakan.
37

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan Morfologi Dan Anatomi teripang (H. scabra), bintang ular
(O. nereidina), bintang laut (P. nodosus), bulu babi (D. setosum), dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 1. Morfologi Teripang Gambar 2. Anatomi Teripang


(H. scabra) (H. scabra)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket :
1. Mulut Ket :
2. Tentakel 1. Gonad
3. Kaki tabung 2. Esophagus
4. Papilia 3. Insentrinum
5. Anus 4. Mesentrinum
5. Polian vesicle
6. Pohon respirasi
7. Kloaka
38

Gambar 3. Morfologi Bintang Ular Gambar 4. Anatomi Bintang Ular


(O. nereidina) (O. nereidina)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket : Ket :
1. Lengan
2. Mulut 1. Gonad
3. Tentacle scale 2. Lambung
3. Ossicle
4. Bursae

Gambar 5. Morfologi Bintang Laut Gambar 6. Anatomi Bintang Laut


(P. nodosus) (P. nodosus)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket :
1. Lengan Ket :
2. Tube feet 1. Gonad
3. Mulut 2. Ampula
4. Madeporite 3. Intestinum
5. Anus 4. Salurancincin
39

Gambar 5. Morfologi Bulu Babi Gambar 6. Anatomi Bulu Babi


(D. setosum) (D. setosum)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2021) (Sumber: Dok. Pribadi, 2021)

Ket :
1. Duri Ket :
2. Mulut 1. Gonad
3. Genophore 2. Esofagus
3. Podia viscle
4. Radial canal
5. Pharynx

Pembahasan

Pengamatan pada filum echinoderma dilakukan menggunakan empat organisme


yaitu teripang (H. scabra), bintang ular (O. nereidina), bintang laut (P. nodosus), bulu
babi (D. setosum). Ciri morfologi keempat organisme yang diamati memiliki kesamaan
yaitu terdapat duri pada bagian permukaan tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Katili (2011), bahwa semua hewan yang termasuk dalam kelas ini bentuk tubuhnya
radial simetris dan kebanyakan mempunyai endoskeleton dari zat kapur dengan
memiliki tonjolan berupa duri.
Pengamatan morfologi yang dilakukan pada teripang (H. scabra) diperoleh hasil
teripang memiliki mulut dan tentakel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elfidasari et al
(2012) bahwa, mulut teripang dikelilingi oleh tentakel atau lengan peraba yang kadang
bercabang-cabang. Kulit yang tebal dan kasar, berwarna coklat dan terdapat garis hitam
meintang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kambey et al (2015) dan Hartati et al
(2016) , bahwa teripang memiliki kulit yang tebal dan kasar. Memiliki garis-garis
melintang berwarna hitam pada punggungnya, memiliki perut yang relatif rata dan
tubuhnya terlihat berwarna kuning kecoklatan. Anatomi teripang terdiri atas gonad,
esophagus, insentrinum, mesentrinum, polian vesicle, pohon respirasi, kloaka. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Maya & Nurhidayah (2020), bahwa sistem pencernaan
sederhana (beberapa di antaranya dilengkapi dengan anus), rongga tubuh bersilia,
40

biasanya luas, di isi dengan/mengandung sel bebas (amoebosit). Respirasi dengan


papulae, kaki tabung atau dengan pohon respirasi.
Bintang ular (O. nereidina) diperoleh bagian morfologi yaitu, memiliki lima lengan
yang panjang-panjang, mulut dan tentacle scale. Hal ini sesuai dengan pendapat
Setiawan et al. (2019), bahwa organisme bintang ular (O. nereidina) memiliki lima
lengan sederhana tidak bercabang dan terdapat dua tentacle scale, terkadang satu dan
jarang yang tidak ada. Struktur anatominya yaitu gonad, lambung (stomach), ossicle dan
bursae. Hal ini sesuai dengan pendapat Lumerta (2017), bahwa organisme ini memiliki
bola cakram, dimulai dari mulut yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung
(stomach) yang berbentuk kantong.
Struktur morfologi Bintang laut (P. nodosus) memiliki anus, madreporite, kaki
tabung dan mulut. Hal ini sesuai dengan pendapat Vangistuti et al. (2013), bahwa tubuh
bintang laut membujur lima bagian, pada bagian bawah lengan terdapat celah amburakal
yang di dalamnya terdapat tube feet sebagai alat gerak, dan anus. Struktur anatominya
yaitu, gonad, ampula, dan saluran cincin. Hal ini sesuai dengan pendapat Lumenta
(2017), bahwa organisme ini memiliki saluran cincin yang melingkar disemua lengan
dan ampula.

Morfologi bulu babi (D. setosum) terlihat tubuhnya dipenuhi dengan duri-duri
yang panjang layaknya landak. Diantara duri-duri ini terdapat duri halus dibagian bawah
tubuhnya yang berfungsi untuk melekatkan tubuhnya saat berjalan di substrat/mendaki
dan memiliki genopore. Hal ini sesuai dengan pendapat Alwi et al (2020), bahwa bulu
babi memiliki duri-duri yang panjang, tajam dan rapuh disekujur tubuhnya, memiliki
tubuh bulat, berwarna hitam pekat, dan memiliki gonopore. Struktur anatominya yaitu,
esophagus, gonad, podia viscle, radial canal, dan pharynx. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lamerta (2017) bahwa organisme ini mencerna makanan melalui mulut
menuju esofagus dan lambung yang bercabang menuju setiap lengan.

IV. PENUTUP

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari praktikum ini, yaitu morfologi teripang (H. scabra)
terdiri atas mulut, tentakel, kaki tabung, papilia dan anus, sementara untuk anatominya
terdiri atas gonad, esofagus, intestinum, mesentrium, polian vesicle, pohon respirasi dan
kloaka. Morfologi bintang ular (O. nereidina) terdiri atas lengan, mulut dan tentacle
scale, anatominya terdiri atas gonat, lambung (stomach), Ossicle, dan bursae. Morfologi
bintang laut (P. nodosus) terdiri atas lengan, tube feet, mulut, madreporite dan anus,
untuk bagian anatominya yaitu, gonad, ampula, dan salura cincin. Morfologi bulu babi
(D. setosum) yaitu, duri, mulut, dan genopore, sementara struktur anatominya terdiri
atas Esophagus, gonad, podia viscle, radial canal , dan pharynx.

Saran
41

Saran yang dapat saya sampaikan adalah pada saat praktikum sebaiknya berhati-
hati karena organisme yang diamati bisa saja berbahaya bagi praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, N. N., Efriyeldi & Thamrin. 2019. Species Diversty and Distribution of
Sponges in the Coastal Area of Kasiak Island Pariaman Regency Sumatera Barat
Province. Asian Journal of Aquatic Sciences. Vol. 2 (2):162-169.

Alwi. D., Muhammad. S. H & Bisi. S. 2018. Invetariasi Organisme Avertebrata


Terumbu Karang di Perairan Tanjung Dehegila Kabupaten Pulau Morotai.
Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan. Vol. 1(1): 71-83.
Azhari, N. & Nofisulastri. 2018. Identifikasi Jenis Annelida Pada Habitat Sungai
Jangkok Kota Mataram. Jurnal Ilmiah Biologi. Vol. 6 (2): 130-137.
Carlson, S. J. 2016. The Evolution of Brachiopoda. Journal University of California.
Vol. 13(3): 408-506.
Christian, C., Emig, Bitner, M.A., & Alvarez, F. 2013. Phylum Brachiopoda. Journal
Zootaxa. Vol. 3(1): 075-078.
Farianti, L., Irawan, H., & Pratomo, A. 2015. Pola Hubungan Antara Jenis Anemon
Dengan Ikan Badut (Amphiprioninae) Di Perairan Daerah Pulau Pucung
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Repository UMRAH.
Firdaus, M. R. 2020. Aspek Biologi Ubur-Ubur Api, Physalia physalis (LINNAEUS,
1758). Jurnal Oseana. Vol. 45 (2): 50–68

Gani, A., Rosyida, E., & Serdiati, N. 2017. Keanekaragaman Jenis Invertebrata Yang
Berasosiasi Dengan Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Teluk Palu
Kelurahan Panau Kota Palu. Jurnal Agrisains. Vol. 18 (1): 38-45.

Hermawan. D., Saifullah, Herdiyana, D. 2015. Pengaruh Perbedaan Jenis Substrat pada
Pemeliharaan Cacing Laut (Nereis sp.). Jurnal Perikanan dan Kelautan.
Vol. 5(1):41-47.
Irawan, H. 2013. Biologi Anemon di Perairan Litoral Daerah Batu Hitam Ranai
Kebupaten Natuna. Dinamika Maritim Vol 3.(1): 1-10.

Ismet, M. S., Soedharma, D., & Effendi, H. 2011. Morfologi dan Biomassal Sel Spons
Aaptos aaptos dan Petrosia sp. Jurnal dan Teknologi Kelautan Tropis.
Vol. 3 (2):153-161.

Katili.A.S. 2011. Struktur Komunitas Echinodermata pada Zona Intertidal di Gorontalo.


Jurnal Penelitian dan Pendidikan, 8(1): 51-60.
42

Koroy. K., Nurafni, & Husain. N. 2020. Tutupan Karang Lunak Di Perairan Desa
Pandanga Kabupaten Pulau Morotai. Jurnal Enggano. Vol. 5(1): 53-63.
Lumenta, C. 2017. Avertebrata Air. Manado. Unsrat Press. Hal. 159.
Luthfia, O. M., Dewia, C. S. U., Sasmithaa, R. D., Alima, D. S., Putrantoa, D. B. D. &
Yuliantoa, F. 2018. Kelimpahan Invertebrata Di Pulau Sempu Sebagai Indeks
Bioindikator, Ekonomis Penting Konsumsi, Dan Komoditas Koleksi Akuarium.
Journal of Fisheries and Marine Research. Vol. 3 (2): 137-148.
Marzuki, I. 2021. Eksplorasi Spons Indonesia: Seputar Kepulauan Spermonde.
Makassar: CV. Nas Media Pustaka. Hal. 218.

Maya, S., & Nurhidayah. 2020. Zoologi Invertebrata. Bandung: Widina Bhakti Persada.
Hal. 133.

Nurhadi & Yanti, F. 2018. Buku Ajar Taksonomi Invertebrata. Yogyakarta: Deepublish.
Hal. 150.

Nurjanah, Jacoeb. A. M., Nurokhmatunnisa & Pujianti, D. 2013. Kandungan Asam


Amino, Taurin, Mineral Makro-Mikro, Dan Vitamin B12 Ubur-Ubur
(Aurelia aurita) Segar Dan Kering. JPHPI. Vol.16 (2): 1-13

Ozdikmen, H. 2008. Nomenculatur Changes For Eight Genus Group Names In


Brachiopoda. Jurnal Munis Entomology. Vol. 3(1): 345-354.

Paruntu, C. P., Rifai, H., & Kusen, J. D. 2013. Nematosit dari Tiga Spesies Karang
Scleractinia, Genus Pocillopora. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis.
Vol. 9 (2): 60-64.

Rahmadina & Eriri, L. 2018. Identifikasi Hewan Invertebrata Pada Filum Annelida Di
Daerah Penangkaran Buaya Asam Kumbang Dan Pantai Putra Deli. Klorofil.
Vol. 2 (2).

Rahmadina. 2019. Biologi, Taksonomi Invertebrata. Medan: Fakultas Sains dan


Teknologi UINSU. Hal. 152.

Rakmawati & Ambarwati, R. 2020. Komunitas Bivalvia yang Berasosiasi dengan


Kerang Lentera (Brachiopoda: Lingulata) di Zona Intertidal Selat Madura.
Jurnal Riset Biologi dan Aplikasinya. Vo. 2 (1): 36-42
Rusyana, A. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta. Hal. 228.

Sasongko, S. G. 2018. Ubur-Ubur si Lonceng Laut. Indonesia: Bestari.

Shayeghi, M., Vatandoost, H., Gorouhi, A., Dehkordi, A. R., Abadi, Y. S., Karami, M.
Navaz, M. R., Akhavan, A. A., Shiekh, Z., Vatandoost, S., & Arrandian, M. H.
2014. Biodiversity of Aquatic Insects of Zayandeh Roud River and Its
Branches, Isfahan Province, Iran. Journal Arthropod-Borne Dis. Vol. 8 (2):
197-203.
43

Suhardi. 2008. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.


Vangistuti, V., Irawan, H. Yandr, Y.2013. Studi Biologi Bintang Laut (Asteroidea) di
Perairan Teluk dalam Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan.: 1-8

Wulandari, N., Krisanti, M dan Elfidasari, D. 2012. Keragaman Teripang asal Pulau
Pramuka, Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. Unnes Journal of life science.
Vol 1 (2): 133-139.

Anda mungkin juga menyukai