Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Letak Geografis
2.2 Profil Desa
2.2.1 Sejarah Desa Huntu Utara
Sejarah penamaan Desa Huntu Utara, sebelumnya menurut
sejarah sering di kenal di sebut kampung WUNTHU dalam bahasa
Gorontalo yang berarti JUNJUNG, sejarah penamaan kampung
WUNTHU karena pada saat itu kampung ini, sebagai tempat yang di
gunakan untuk mengadakan pertemuan oleh beberapa kalangan adat
untuk memecahkan atau merumuskan Adat Istiadat yang sangat di
junjung tinggi oleh masyarakat pada waktu itu, sehingga kampung
tersebut di istilakan oleh orang tua dulu menjadi tempat kedudukan
LEBI DAA ( Kepala Adat ) yang berfungsi sebagai RAJA OLONGIA
LOLILINGO.
Mengingat peran dan pungsi Kampung WUNTHU sehingga
kampung tersebut menjadi Pusat perhatian dari para Raja-raja yang
ada di Gorontalo dan para Raja-raja tersebut berkeinginan
memindahkan kekuasanya di kampung ini, hal ini pun sampai
terdengar di GOWA (Sulawesi Selatan), sehingga Putra Raja GOWA
yang bernama RAWE AHE dan beberapa kolompok Suku dari Gowa
sempat datang dan menetap serta Memerintah di kampung WUNTHU,
dan menurut sejarah didalam pemerintahan RAWA AHE istilah LEBI
DAA di ganti dengan istilah BATE-BATE dalam Bahasa BUGIS
yang berarti orang tegas dan bijaksana, jadi istilah bate-bate yang
sekarang di pergunakan dalam Adat Gorontalo terlahir dari Desa
Huntu Utara ini. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda atas
kesepakatan BATE-BATE, Pemangku Adat dan Masyarakat di
angakat seorang Sultan di kampung tersebut dan atas persetujuan
musyawarah di angkat SULTAN BOTUTIHE untuk memerintah di
kampung WUNTHU dengan wilayah kekuasanya meliputi seluruh
Wilayah BOLANGO, dan pada masa pemerintahan SULTAN
BOTUTIHE kampong WUNTHU di ubah menjadi Kampung HUNTO
yang berasal dari kata HUNTHONGA LO ADATI artinya tampat
Adat yang pada masa itu sudah mulai tersusun, sehingga Pada masa
Pemerintahan SULTAN BOTUTIHE Kampung ini kenal sebagai
tempat pembelajaran mengenai Hal Agama Islam dan Adat Istiadat
Gorontalo.
Seiring akibat dari penjajahan Belanda di Indonesia serta
peranan Kampung HUNTO sebagai tempat berkumpul para Bate –
bate mengkaji dan memperdalam Ilmu Agama Islam dan Adat istiadat
Gorontalo maka oleh Pemerintah Belanda tempat tersebut harus di
awasi oleh mereka tetapi Peranan Kampung HUNTO yang sudah di
kenal tetap di pertahankan, pengawasan yang di laksanakan oleh
Pemerintah Hindia Belanda di mana pada setiap pertemuan maupun
kegitan yang di laksanakan di tempat tersebut tidak terlepas campur
tangan pemerintah Belanda dan oleh pemerintah Hindia Belanda di
dalm pengucapan sering terdengar dengan sebutan Kampung HUNTU
di bandingkan sebutan HUNTO sehingga Kampung tersebut lebih di
kenal dengan Kampung HUNTU semenjak pada masa pemerintah
Hindia Belanda. Setelah Indonesia Merdeka nama Desa HUNTU tetap
di pergunakan dan Desa Tersebut termasuk dalam Wilayah
Pemerintahan Kecamatan Tapa Kabupaten Gorontalo Propinsi
Sulawaesi Utara, Seiring berjalanya waktu pada Tahun 1986 Desa
HUNTU di mekarkan menjadi 2 Desa yakni DESA HUNTU UTARA
dan DESA HUNTU SELATAN, kemudian setelah terbentuknya
Propinsi GORONTALO dan KABUPATEN BONE BOLANGO
berdasarkan Peraturan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2007 DESA
HUNTU UTARA di mekarkan menjadi 2 Desa yakni DESA HUNTU
UTARA dan DESA MEKAR JAYA.
2.2.2 Visi dan Misi desa Huntu Utara
A. VISI
Visi Desa Huntu Utara “ MEWUJUDKAN DESA HUNTU
UTARA YANG SEJAHTERA , TRANSPARANSI SERTA
BERINOVASI “
B. MISI
1. Mewujudkan Masyarakat Desa Huntu Utara yang terbebas
dari Buta Aksara dan Buta huruf Arab.
2. Meningkatkan Produktivitas pertanin dengan memotivasi dan
mempasilitasi Pembentukan Kolompok Tani dengan
mengarahkan kepada masyarakat dengan program
diversifikasi ( Keaneka ragaman tanaman pangan ) yakni
dengan slogan MANFAATKAN TANAH WALAU HANYA
SEJENGKAL UNTUK KEHIDUPAN
3. Terbangunya Wadah tempat untuk pemasaran hasil pertanian
di tingkat Desa berupa pembuatan Pasar Desa.
4. Memotivasi Masyarakat untuk membudayakan Kebersihan
Lingkungan dan tersedianya pasilitas Kesehatan bagi
masyarakat berupa pendirian Polindes, dan Posyandu dan
pengaktifkan kader-kader kesehatan di Desa.
5. Menyiapkan Data sehingga informasi data yang di inginkan
pemerintah Kabupaten maupun Propinsi dapat di akses lebih
cepat sehingga antara Desa dengan SKPD terjalin kerjasama
Lintas Sektor guna mewujudkan pembangunan secara
terpadu dan berkesinambungan untuk kesejahteraan
masyarakat.
6. Mewujudkan rasa keperdulian bagi masyarakat tentang
partisifasi masyarakat dan kerja sama antara lembaga yang
ada di Desa Huntu Utara.
7. Mewujudkan masyarakat yang bermoral melalui pendekatan
Seni dan Adat yang bernuansa Agama Islam .
8. Mewujudkan masyarakat yang aman dan tertib dan
menjunjung Hukum .
2.2.3 Demografi
Data Umum Desa Huntu Utara adalah suatu Desa yang
definitif di wilayah Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone
Bolango dengan luas wilayah 95,438 Ha di mana 78 % areanya adalah
persawahan Produktif yang sudah menggunakan sistem pengairan
Irigasi, dengan jumlah penduduk 1098 Jiwa dari 310 KK,
penduduknya 100% beragama islam sehingga dalam setiap kegiatan
yang di laksanakan oleh masyarakat maupun pemerintah tidak terlepas
kultur budaya gorontalo yang masih melekat yang bernafaskan ajaran
islam pada pelaksanannya, 80 % penduduk Desa Huntu Utara adalah
Petani tanaman padi dan dari segi penguasan lahan pertanian hanya
25% dan 75% lahan pertanian di Desa Huntu Utara di kuasai oleh
penduduk di luar Desa sehingga Desa Huntu Utara termasuk Desa
yang berkategori Misikin ,sekitar 40% penduduknya dalam ketegori
miskin
1. Batas wilayah
Batas Desa /Kelurahan Kecamatan Kabupaten
Utara Toluwaya dan Bulotalangi Barat Bulango Timur Bone Bolango
Selatan Huntu Selatan Bulango Selatan Bone Bolango
Timur Tamboo dan Permata Tilong Kabila Bone Bolango
Barat Mekar Jaya Bulango Selatan Bone Bolango
2. Luas wilayah
Persawahan 90, 98 Ha
Perkebunan 1,55 Ha
Kuburan 0,50 Ha
Pekarangan 0,56 Ha
Perkantoran dan sekolah 0,084 Ha
Prasarana lain 0,504 Ha
Luas Total 95,438 Ha
2.2.4 Kesehatan
Berdasarkan hasil observasi dilapagan ditemukan masih
tingginya angka stunting di Desa Huntu Utara dan juga tingkat
kepahaman masyarakat terhadap stunting masih kurang, serta
kurangnya kesadaaran para orang tua untuk membawa balita ke
posyandu.

2.2.5 Ekonomi
Mayoritas masyarakat Desa Huntu Utara didominasi petani
sawah dan ada pula kelompok-kelompok kecil yang membudidayakan
tanaman sayur-mayur segar. Adapun hasil pertanian seperti padi dan
sayur-sayuran ada yang diolah kemudian dijual ke pasar-pasar
tradisional dan sebagian lain dijadikan sebagai makanan pokok untuk
kebutuhan sehari-hari.

2.3 Program Kerja Desa Lokasi KKD


Berdasarkan hasil observasi dan pertimbangan di atas, serta
mengkaitkan dengan acuan prinsip program KKD yaitu dapat dilaksanakan
(feasible), dapat diterima (acceptable), berkelanjutan (sustainable), dan
partisipatif (participative), maka disusun program kerja kelompok yang
dilaksanakan mahasiswa selama satu bulan di Desa Huntu Utara adalah
sebagai berikut :
A. Workshop Stunting
B.

Anda mungkin juga menyukai