Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA REPONIBEL

Oleh :

Ihsanul Fikri

1740312109

Preseptor:

dr. Taufandi, Sp. B

BAGIAN ILMU PENYAKIT BEDAH

RSUD PROF. DR. MA HANAFIAH SM BATUSANGKAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga karya tulis ilmiah berupa Case
Report Session yang berjudul Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel dapat
penulis selesaikan.
Terima Kasih penulis ucapakan kepada dr. Taufandi, Sp. B sebagai
preseptor dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua di masa mendatang.

Batusangkar, Juli 2018

Penulis

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah

dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas

hernia bawaan (kongenital) dan hernia dapatan (akuisita). Berdasarkan letaknya,

hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma,

inguinal, umbilikalis, femoralis, dan lain-lain. Hernia inguinalis dibagi menjadi

dua, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong

hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, disebut hernia skrotalis.1

Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar yang terjadi di Amerika

Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang dilakukan tiap

tahunnya. Sekitar 80-90% ditemukan pada laki-laki dan 10% pada perempuan. 2

75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia ingunalis direk, indirek,

serta hernia femoralis; 10% hernia insisional, 10% hernia ventralis, 3% hernia

umbilikalis, dan sekitar 3% lainnya adalah hernia jenis lainnya. Sebesar 60%

hernia terjadi pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi

bilateral.1

Pada hernia inguinalis reponibel, keluhan yakni berupa benjolan di lipat

paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan

menghilang waktu istirahat baring. Sementara itu, benjolan pada hernia

irreponibel tidak dapat menghilang dengan berbaring.1 Sekitar 30% pasien hernia

inguinalis tidak mengeluhkan gejala. 3% pasien hernia inguinalis yang tidak

3
dilakukan operasi dapat jatuh ke dalam hernia inguinalis inkarserata. 3 Hernia

inguinalis inkarserata dan strangulata merupakan kasus akut abdomen yang harus

segera ditangani. Operasi darurat hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak

nomor dua setelah operasi darurat apendisitis akut. Selain itu hernia inkarserata

merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.1 Berdasarkan

permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk membuat Case Report Session

dengan judul Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel.

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan case report ini bertujuan untuk memahami serta menambah

pengetahuan tentang hernia inguinalis lateralis.

1.3 Batasan Masalah

Batasan penulisan case report ini membahas mengenai anatomi, definisi,

epidemiologi, etiologi dan patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis

banding, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis hernia inguinalis lateralis.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan case report ini menggunakan metode penulisan tinjauan

kepustakaan merujuk pada berbagai literatur dan membandingkannya dengan

temuan pada pasien.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis merupakan lintasan oblik yang berada pada dinding

abdomen bawah. Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis

internus.1 Kanalis berada 1,25 cm di atas ligamentum inguinal, di tengah antara

simfisis pubis dan spina iliaka anterior superior.4 Di medial bawah, di atas

tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguninalis eksternus dan

dasarnya terdapat ligamentum inguinalis.1

Gambar 2.1. Anatomi kanalis inguinalis

2.2 Definisi Hernia Inguinalis

Secara umum, hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Semua hernia terjadi melalui

celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang

dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen. Berdasarkan letaknya, hernia

diberi nama sesuai lokasi anatominya, seperti hernia inguinal, diafragma,

5
umbilikalis, femoralis, dan lain-lain.1 Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai

tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya

daerah inguinal. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis (HIL)

dan hernia ingunalis medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis ditemukan lebih

banyak dua pertiga dari hernia inguinalis medialis.2

Tabel 1. Perbandingan Antara HIL dan HIM

Tipe Hubungan dengan Dibungkus oleh fascia Onset


vasa epigastrica spermatica interna biasanya
inferior pada waktu
HIL Lateral Ya Kongenital
dan dewasa.
HIM Medial Tidak, keluarnya langsung Dewasa
menembus fascia dinding
abdomen

6
Gambar 2.2. Lokasi terjadinya hernia
Hernia inguinalis lateralis dikenal juga sebagai hernia indirek karena

keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada

pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong.1 Sekitar 80-

90% dari heria inguinalis lateralis ditemukan pada laki-laki dan 10% pada

perempuan.2

Gambar 2.3. Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia hernia inguinalis medialis disebut juga inguinalis direk, menonjol

langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi ligamentum

inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan

tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fascia

transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis

yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi

lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak

ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.1

Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan peninggian tekanan

intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigoum Hasselbach. Oleh

7
karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia

ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi.1

Gambar 2.4. Hernia Inguinalis Medialis

2.3 Etiologi dan Patogenesis

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.

Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di

anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi

hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia

melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.

Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya

hernia inguinalis antara lain;

(1) kanalis inguinalis yang berjalan miring

(2) struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus

inguinalis ketika berkontraksi

8
(3) fascia transversa kuat yang menutupi trigonum Hesselbach yang

umumnya hampir tidak berotot.

Gangguan mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang

dipandang berperan adalah peninggian tekanan di dalam rongga abdomen, adanya

prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan dinding abdomen karena

peningkatan usia.1

Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami

proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun pada

keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-

batuk kronik, bersin yang kuat, mengangkat bebanan berat dan mengejan, kanal

yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis

karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.5

Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Peritoneum bisa tertarik ke

dalam isi hernia bersama struktur intraperitoneal seperti usus atau omentum,

dikenal sebagai sliding type hernia inguinal.

Gambar 2.5. Bagian-bagian dari hernia

Pada umumnya ketika peritoneum berada di bawah otot abdomen yang

lemah, tekanan memakasa peritoneum melewati defek dan masuk ke jaringan

subkutan membentuk kantong. Kantong ini akan membawa usus dan omentum

9
melalui defek. Pada kebanyakan kasus, organ intraperitoneal dapat bergerak

bebas keluar masuk hernia yang disebut hernia reponibel, tetapi jika defeknya

kecil, usus dapat terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga peritoneum,

disebut hernia irreponibel.

Bagian tersempit dari kantong pada defek dinding abdomen disebut leher

kantong. Ketika jaringan terperangkap di dalam hernia, leher sempit ini bertindak

sebagai cincin kontraksi yang menghambat aliran balik vena dan meningkatkan

tekanan di dalam hernia, sehingga menyebabkan ketegangan dan memicu nyeri.

Jika hernia berisi usus maka akan menyebabkan obstruksi secara total atau parsial

dan menunjukan gejala ileus obstruksi. Jika tekanan meningkat, darah arteri tidak

dapat masuk ke hernia dan isi hernia menjadi iskemik bahkan infark, sehingga

dikatakan hernia telah mengalami strangulasi. Dinding usus akan perforasi,

melepaskan agen infeksius, meracuni usus ke dalam jaringan dan kembali ke

rongga peritoneal, sehingga menimbulkan nekrosis/ gangren. Risiko strangulasi

tinggi pada hernia yang memiliki leher kecil dan kaku.

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi dari hernia inguinalis yakni adanya benjolan di lipat paha yang

muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, defekasi dan mengangkat

beban berat. Benjolan dapat menghilang saat berbaring apabila hernia yang terjadi

adalah hernia reponibel, sedangkan hernia ireponibel tidak bisa menghilang

dengan berbaring. Keluhan nyeri yang disertai mual atau muntah baru akan timbul

bila terjadi komplikasi obstruksi usus. Pada hernia strangulasi, dimana aliran

darah ke isi hernia terganggu akan timbul rasa tegang, bengkak, panas, memerah

10
pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda inflamasi, selain itu perasaan sakit

akan bertambah hebat.1

2.5 Diagnosis

Diagnosis hernia inguinal biasanya ditegakkan melalui riwayat ada

benjolan yang hilang timbul di inguinal yang dikonfirmasi melalui pemeriksaan

fisik.

2.5.1 Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan

diagnosis. Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana

sifat keluhan, dimana lokasi, bagaimana awal serangan dan urutan

kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan,

adanya keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis.

Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan hernia.

Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan

dapat dihilangkan dengan reposisi manual ke dalam kavitas peritonealis,

tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya

hernia muncul lagi.

Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di

lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan

menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada

biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri

viseral karena renggangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus

halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah

11
baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena

nekrosis atau gangren.1

2.5.2 Pemeriksaan Fisik


a. Inspeksi

 Adanya benjolan pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam

posisi berdiri dan posisi berbaring. Pasien diminta mengedan atau

batuk sehingga benjolan dapat dilihat. Pembengkakan yang timbul

mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium majus atau sampai

dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau

pembengkakan yang terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal

dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah, maka

pembengkakan tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau

pembengkakan itu kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita

berhadapan dengan hernia inguinalis medialis. Cara diatas disebut tes

valsalva. 7

b. Palpasi

Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba

konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi.

Untuk menentukan jenis hernianya, ada beberapa pemeriksaan yang dapat

dilakukan, diantaranya:

 Finger test

Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk

hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan,

12
jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan

permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan

menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari

tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat

dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila

terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impuls pada ujung jari saat

pasien diminta untuk manuver valsalva, bila hernia inguinalis medialis

maka teraba dorongan pada bagian samping jari.

 Silk Glove Sign

Jika dilakukan perabaan pada kantong hernia dengan cara menggesek

dua lapis kantong hernia, maka akan terasa seperti sensasi gesekan dua

permukaan sutera, biasanya terjadi pada anak-anak.

c. Auskultasi

Terdengar suara bising usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi

hernia berupa omentum.

d. Perkusi
Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi timpani.5

2.5.3 Pemeriksaan Penunjang

Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk penilaian pasien

dengan suspek hernia inguinal dan atau hidrokel. Pemeriksaan pencitraan

umumnya juga tidak dibutuhkan untuk pemeriksaan hernia inguinal.

Meskipun begitu, ultrasonografi (USG) dapat bermanfaat pada pasien

tertentu. Penggunaan USG dapat dilakukan untuk membedakan antara

13
hidrokel dan hernia inguinal. Pada hidrokel, akan ditemukan gambaran

kantong yang terisi cairan.

Selain USG, herniografi juga dapat digunakan dengan cara

menyuntikkan kontras larut air ke dalam kavum peritoneum melalui

injeksi infraumbilikal dengan bantuan fluoroskopi. Kontras yang

dimasukkan akan menuju ke kantung hernia dengan bantuan gravitasi.

Herniografi dapat dilakukan untuk memeriksa hidrokel, hernia inguinalis

kontralateral, dan membedakan antara hernia inguinalis dengan hernia

femoralis.8

2.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding hernia inguinalis adalah:9

1. Encysted hydrocele of the cord,

2. Spermatokel,

3. Hernia Femoralis,

4. Limfadenitis inguinal

5. Orkitis

6. Lipoma of the cord

2.7 Penatalaksanaan

a. Konservatif

Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif

sehingga dapat kambuh lagi. Reposisi adalah suatu usaha atau tindakan

untuk memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke dalam cavum

peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang

14
lembut dan pasti. Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang

reponibel dengan cara memakai kedua tangan. Tangan yang satu

memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya (leher hernia diraba secara

hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan yang lainnya memasukkan

isi hernia melalui pintu tersebut.1

b. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan

hernioplasti. Pada herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia

sampai ke lehernya. Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada

perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi

mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus

inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif

dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti,

seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,

menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan

otot transversus internus abdominis dan otot oblikus internus abdominis,

yang dikenal dengan nama conjoint tendon, ke ligamentum inguinale

menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, otot

transversus abdominis, dan otot oblikus internus abdominis ke ligamentum

Cooper pada metode Lotheissen-Mc Vay.

15
Tahun 1980-an dikenalkan suatu teknik operasi bebas regangan,

yaitu teknik hernioplasti bebas renggangan menggunakan mesh, dan

sekarang teknik ini banyak dipakai. Pada teknik ini digunakan mesh

prostesis untuk memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar

kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke ligamentum inguinale.1

2.8 Komplikasi

Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.

Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat

terjadi kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra

peritoneal (hernia geser atau hernia akreta). Disini tidak timbul gejala klinik

kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia

sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang

sederhana.

Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Jepitan

cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

pemulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur

didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem

menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya

peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong

hernia akan berisi transudat berupa serosanguinus. Kalau isi hernis terdiri dari

usus, dapat terjadi perforasi yang dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau

peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.1

2.9 Prognosis

16
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi

kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani.

Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi

hernia umumnya dapat diatasi.

17
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. DD
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 56 tahun
Alamat : B. Gombak, Batusangkar
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Benjolan pada lipat paha kiri sejak 13 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Benjolan pada lipat paha kiri sejak 13 tahun yang lalu.
- Awalnya benjolan berukuran sebesar kelereng pada lipat paha kiri
kemudian lama kelamaan membesar menjdi berukuran sebesar kepalan
tangan dewasa. Benjolan hilang timbul, muncul saat bekerja
mengangkat beban berat, mengedan, dan batuk. Benjolan akan hilang
ketika berbaring dan bisa dimasukkan dengan cara memakai tangan.
- Nyeri di daerah benjolan (-)
- Benjolan sewarna dengan kulit dan teraba lunak.
- BAB ada, flatus (+)
- Mual (-), Muntah (-)
- Demam (-), sesak nafas (-), batuk (-)
- BAK tak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada.
- Riwayat batuk kronik (-), pembesaran prostat (-), konstipasi (-).
- Riwayat Hipertensi (+) tidak terkontrol.
- Riwayat operasi batu kandung kemih ada saat usia 7 tahun.
- Riwayat Diabetes Mellitus (-)

18
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti
pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Kebiasaan


- Pasien adalah seorang pensiunan TNI, terakhir dinas tahun 2005. Pada
saat masih aktif sebagai TNI pasien sering mengangkat beban yang
berat.
- Pasien bekerja sebagai kepala keamanan di sebuah perusahaan swasta,
- Pasien merokok sejak ± 35 tahun yang lalu, 2 bungkus perhari
3.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
- Keadaan Umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Komposmentis kooperatif
- TekananDarah : 130/80 mmHg
- Nadi : 76 kali/menit
- Nafas : 19 kali/menit
- Suhu : 36,5 o C
Status Generalis
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Kepala : Normocephal
- Kulit dan kuku : Turgor kulit baik
- Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
- Hidung : Tidak ditemukan kelainan
- Telinga : Tidak ditemukan kelainan
- Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Paru :
 Inspeksi : Simetris, kiri = kanan
 Palpasi : Fremitus, kiri = kanan

19
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-,wheezing -/-
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC
V
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi jantung normal, murmur (-), Gallop (-)
Regio Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan(-), nyeri lepas(-), muscle rigid (-)

Status Lokalis (Regio Inguinalis Sinistra)


Berdiri
- Inspeksi : Massa di inguinal (+)
Tampak benjolan dari inguinal sinistra sebesar
kepalan tangan dewasa, bentuk bulat
lonjong/memanjang, warna sama dengan kulit sekitar,
tanda inflamasi (-), valsalva test (+).
- Palpasi : Teraba massa di daerah inguinal hingga skrotum kiri,
konsistensi lunak, permukaan rata, batas tegas,
mobile, ukuran panjang 7cm lebar 5cm tebal 3cm,
dapat direposisi kembali, nyeri (-).
Berbaring
- Inspeksi : Benjolan tidak kembali ke rongga abdomen
- Palpasi : Benjolan dimanipulasi dan bisa dimasukkan kembali
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi : Bising usus (+)

20
3.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
Hb : 12,6 gr/dl
Leukosit : 6.400 /mm3
Trombosit : 160.000 /mm3
Hematokrit : 35,4 %
GDS : 123 mg/dl
Ureum : 19 mg/dl
Kreatinin : 1,25 mg/dl
SGOT : 25 mg/dl
SGPT : 17 mg/dl
Kesan : Dalam batas normal

21
 Rontgen Thoraks

Kesan: Tidak ada kelainan radiologis pada paru dan jantung


3.5 Diagnosis
Hernia inguinalis lateralis sinistra reponibel

22
3.6 Tatalaksana
Tindakan operasi: Hernioraphy sinistra
3.7 Kondisi pasien post op (Minggu, 29 Juli 2018)
S : Nyeri dilokasi jahitan (+)
O : Luka jahitan tertutup perban (+), massa inguinal kiri (-)
A : Hernia inguinalis lateralis sinistra post herniorafi
P:
 IVFD RL
 Cefotaxime 2 x 1 g (IV)
 Ketorolac 2 x 1 (IV)

23
BAB 4

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki usia 56 tahun di bangsal bedah RSUD Prof. dr.

MA Hanafiah SM Batusangkar dengan diagnosis hernia inguinalis lateralis

sinistra reponibel. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan utama benjolan pada

lipat paha kiri sejak 13 tahun yang lalu. Benjolan hilang timbul. Benjolan muncul

saat bekerja mengangkat beban berat, mengedan, dan batuk. Benjolan akan hilang

ketika dibawa berbaring atau beristirahat dan bisa dimasukkan memakai tangan.

Awalnya benjolan berukuran sebesar kelereng dan muncul ketika pasien

mengangkat beban berat. Makin lama benjolan bertambah besar sebesar kepalan

tangan dewasa.

Pada umumnya keluhan pada hernia inguinalis lateralis pada orang dewasa

berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau

mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Benjolan pada

lipatan paha yang bisa dimasukkan lagi disebut dengan hernia reponibel. Secara

klinis, istilah hernia reponibel dimaksudkan untuk kasus hernia yang tidak disertai

dengan adanya gangguan pasase.

Pada pasien ini tidak mengeluhkan perut kembung, mual dan muntah. Hal

ini menunjukkan bahwa belum terjadi komplikasi berupa hernia inkarserata,

dimana isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga menimbulkan gejala

obstruksi usus. Pasien tidak mengeluhkan nyeri hebat , ini menunjukkan belum

24
terjadi strangulasi, yakni gangguan perfusi jaringan isi hernia akibat gangguan

vaskularisasi hingga menyebabkan gangrene dan pasien akan mengeluhkan nyeri

hebat pada tempat hernia.

Pemeriksaan status lokalis di regio inguinalis sinistra didapatkan massa

bulat lonjong memanjang dari inguinal ke skrotal, valsalva test (+), perabaan

lunak, dapat direposisi kembali, terdengar bising usus, ini menunjukkan adanya

hernia inguinalis lateralis sinistra reponibel.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis dengan hernia

inguinalis lateralis sinistra reponibel. Direncanakan untuk Hernioraphy.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan yang rasional untuk

hernia inguinalis. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan

hernioplasti. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke

lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,

kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti penting dalam

mencegah terjadinya residif.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Luthfi A, Thalut K. Dinding perut, hernia, retroperitoneum, dan omentum.


Dalam: Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyono TOH, et al, ed. Buku
Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Hal. 619-29. 2010. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

2. Claudia G. Rawis, et al. Pola Hernia Inguinalis Lateralis di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014; Jurnal e-Clinic
(eCl). Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015.

3. Jensen KK, Henriksen NA, Jorgensen LN. Inguinal Hernia Epidemiology.


In: Hope WM, Cobb WS, Adrales GL, ed. Textbook of Hernia. pp: 23.
2017. Switzerland: Springer Internatonal Publishing.

4. Kingsnorth AN, Giorgobiani G, Bennett DH. Hernias, umbilicus, and


abdominal wall. In: Williams NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR, ed. Bailey
and love’s: Short Practice of Surgery 25th ed. Hal. 968-90. 2008. London:
Edward Arnold Ltd.

5. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WK, Setiowulan W. Kapita Selekta


Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Hal 313-17. 2000. Jakarta: Media
Aesculapius.

6. American College of Surgeons. Pediatric hernia inguinal and femoral repair.


Tersedia dari: http://www.facs.com. Diunduh pada 31 Desember 2017.

7. Wagner JP, Brunicardi FC, Amid PK, Chen DC. Inguinal Hernias. In:
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunnter JG, Matthews
JG, et al. Schwartz’s Principles of Surgery. pp: 1495-516. 2015. USA:
McGraw-Hill Education.

8. Glick, PL, & Boulanger, SC. Inguinal Hernias and Hydroceles. In A.G.
Coran, N.S. Adzick, & T.M. Krummel, Pediatric Surgery. pp. 985-1001.
2012. Philadelphia, USA: Elsevier Saunders.

9. Bailey and love’s: Short Practice of Surgery 25th ed. pp. 968-90. 2008.
London: Edward Arnold Ltd.

26

Anda mungkin juga menyukai