Afifah FPS
Afifah FPS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun oleh:
AFIFAH
NIM: 107070002378
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H / 2011
1
UJI VALIDITAS KONSTRUK GENERAL APTITUDE TEST BATTERY
(GATB) DENGAN METODE CFA
SKRIPSI
Oleh:
AFIFAH
NIM: 107070002378
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
2
PENGESAHAN
Sidang Munaqasyah
Anggota:
3
PERNYATAAN ORISINALITAS
Nama : Afifah
NIM : 107070002378
Afifah .
NIM: 107070002378
4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“All your dreams can come true if you have the courage to pursue
them”
-Walt Disney
“If we believe in something, and we just keep on trying we’ll survive.. we will
survive..
It’s a beautiful life act from the heart when you play your part. It’s a
beautiful life when you survive and everything is alright”
-Maliq n D’essentials
5
PERSEMBAHAN:
adikku tersayang..
menyelesaikan ini..
6
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh item dalam keempat
subtes GATB yang dijadikan penelitian adalah fit (sesuai) dengan model satu
faktor, yang berarti semua item pada suatu subtes mengukur hanya satu
kemampuan yang didefinisikan pada subtes tersebut. Dan apakah setiap item
dalam masing-masing subtes adalah secara signifikan mengukur kemampuan
pada subtes tersebut. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui apakah
7
empat subtes dalam GATB fit (sesuai) dengan model satu faktor, yaitu satu
faktor umum “inteligensi”.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan hasil tes GATB
yang diperoleh dari Divisi Asesmen SDM PPM Manajemen. Data yang
digunakan merupakan hasil dari rekruitmen karyawan PT Semen Tonasa yang
menjalani tes di Jakarta. Pelaksaan tes dilakukan pada tahun 2009 dan
ditempuh oleh 3257 orang. Metode analisis faktor yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan program
lisrel 8.70.
Dengan hasil seperti ini, maka alat tes GATB masih dapat dan layak
digunakan sebagai salah satu alat tes inteligensi namun perlu dilakukan
perbaikan dan pembaharuan terhadap item-item yang memiliki
multidimensionalitas yang terlalu banyak.
8
KATA PENGANTAR
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
dalam bentuk sumbangan pikirian, tenaga, dan waktu yang tidak terukur dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Terima kasih sudah
meluangkan waktu dalam jadwal yang padat untuk melakukan proses
bimbingan skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik, cerita
penuh inspirasi, serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Mulia Sari Dewi, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas
bimbingan, sumbangan pikiran dalam penulisan, serta saran demi
kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Yufi Adriani M.Psi., Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas
bimbingannya dan semangatnya selama Penulis menjalani perkuliahan.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
banyak memberikan ilmu dan pembelajaran kepada Penulis.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak membantu Penulis dalam menjalani perkuliahan, Mbak Rini
yang tanpa pernah bosan memberikan informasi mengenai kegiatan Bapak,
sehingga Penulis dapat bertemu dengannya.
9
6. Kedua orangtuaku tersayang, Muchtadi dan Iin Indarwati yang merupakan
sumber inspirasi bagi penulis dan senantiasa memberikan doa yang selalu
menyertai penulis, kasih sayang, cinta, motivasi, bantuan dan material yang
tidak akan pernah bisa terganti dan terbayar oleh apapun. Thank you for being
my super great parents.
7. Ketiga Adikku tersayang, Ja’far Fathul Haq, Muhammad Al-Fatih, dan Farhan
Muharam. Adik-adikku yang selalu setia menghiburku dan menyemangatiku,
setiap bermain bersama kalian rasanya semua kepenatan dan kegalauan kakak
hilang. Terima kasih telah sabar menjadi adik dari kakak yang cerewet dan
semoga kalian bisa menjadi seorang yang ‘LEBIH’ hebat dari kakak kalian
ini.
8. Reza Inspirawan, terima kasih sudah menjadi partner yang hebat dalam segala
situasi dan kondisi
9. Hildi Okatatia Iskadar, terima kasih untuk canda tawanya, cerita-cerita labil
nan aneh juga semangat yang diberikan ketika penulis sudah mulai galau
dalam mengerjakan skripsi, dan untuk semua waktu yang telah kita habiskan
bersama.
10. Sahabatku tersayang, Renny dan Vhia. Terima kasih untuk semua
persahabatan kita selama ini, untuk semua cerita yang tertumpah dan untuk
semua waktu yang kita jalani bersama, terima kasih sudah mau mengertiku.
Ayank-ayankku, Chahyu, Imel, Tya, Ami, dan Zya. Terima kasih untuk canda
tawa yang telah dibagi, untuk gosip-gosip terhangat, untuk tempat-tempat
yang telah kita kunjungi bersama dan untuk kantong-kantong belanja. Sangat
mewarnai hari-hari penulis selama perkuliahan.
11. Seluruh teman-teman kelas A angkatan 2007, terima kasih untuk semua
kebersamaan kita selama 4 tahun ini, untuk semua cerita dan pengalaman yang
luar biasa serta diskusi-diskusi berbobot dalam setiap mata kuliah.
12. Teman sesama bimbingan skripsi, Risna, Nuran, Kak Sarah, dan Kak Aji..
Terima kasih sudah menemani hari-hari Penulis selama menjadi penunggu
setia ruangan dekanat, menghabiskan waktu menunggu dengan canda tawa,
10
dan berbagi kegalauan dalam proses penyelesaian skripsi. Yeaay, kita bisa ko
‘menjalani’ semua ini yang pada awalnya terkesan sangat berat.
13. Kak Adiyo, terima kasih telah sabar mengajari penulis tata cara penggunaan
Lisrel mulai dari Penulis tidak bisa sama sekali sampai akhirnya bisa. Kak
Vhia, terima kasih atas sharing nya serta masukan bagi Penulis.
14. Pihak PPM atas data yang telah disediakan, terima kasih telah memudahkan
Penulis dalam mengambil data bagi penelitian ini.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk
segala doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna
agar pada penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
11
DAFTAR ISI
2.3 Inteligensi 22
2.3.1 Definisi Inteligensi 22
2.3.2 Teori-teori Inteligensi 23
2.3.3 Pengukuran Inteligensi 28
2.3 Konstruksi Tes 33
12
2.3.1 Validitas 33
2.3.2 Reliabilitas 38
2.4 Gambaran Umum GATB 40
2.5 Kerangka Berpikir 48
2.6 Hipotesis 50
BAB III Metode Penelitian
3.1 Subjek Penelitian 51
3.2 Instrumen Penelitian 52
3.3 Metode Analisis Data 54
3.4 Prosedur Penelitian 61
BAB IV Hasil Penelitian
4.1 Validitas Konstruk Tingkat Subtes 63
4.1.1 Validitas Konstruk Subtes Computation 63
4.1.2 Validitas Konstruk Subtes Three Dimensional Space 70
4.1.3 Validitas Konstruk Subtes Vocabulary 81
4.1.4 Validitas Konstruk Subtes Arithmetic Reasoning 88
4.2 Validitas Konstruk Seluruh Subtes GATB dalam Mengukur Satu 97
Konstruk Bersifat Umum (General Intelligence)
BAB V Kesimpulan, Diskusi dan Saran
5.1 Kesimpulan 100
5.2 Diskusi 104
5.3 Saran 107
5.3.1 Saran Metodologis 108
5.3.2 Saran Praktis 109
Daftar Pustaka 110
Lampiran 112
13
DAFTAR TABEL
14
Tabel 4.8 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Butir Item 92
pada Arithmetic Reasoning
Tabel 4.8 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Butir Item 93
pada Arithmetic Reasoning (Lanjutan)
Tabel 4.9 Muatan Faktor Item GATB Subtes Arithmetic Reasoning 94
Tabel 4.10 Rotated Component Matrix pada Subtes Arithmetic 96
Reasoning
Tabel 4.11 Sebaran Item GATB subtes Arithmetic Reasoning 97
Tabel 4.12 Koefisien Muatan Faktor Untuk General Intelligence 98
Tabel 5.1 Analisis CFA Pada Setiap Subtes GATB 101
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Model Satu Faktor Setiap Subtes GATB 102
15
DAFTAR GAMBAR
16
DAFTAR LAMPIRAN
17
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
sistematika penelitian.
Sumber daya manusia dalam perusahaan merupakan aset yang paling berharga.
peran para manajer fungsional yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya
strategi dan kebijakan secara terpadu. Pengelolaan faktor sumber daya manusia
sangat penting karena memegang peran utama dalam pelaksanaan kegiatan fungsi-
Untuk mencapai visi dan misi perusahaan, kualitas SDM merupakan faktor
penting yang perlu dipersiapkan perusahaan sejak dini mulai dari melakukan
proses rekruitmen. Proses rekruitmen pada dasarnya adalah proses untuk memilih
berbagai sumber dari calon karyawan potensial dan usaha untuk menariknya agar
karyawan yang potensial dan memiliki kesiapan psikologis yang baik, serta
18
penempatan karyawan yang tepat, perusahaan akan lebih lebih mudah
memperoleh produktivitas yang optimal dari karyawan dan karyawan pun merasa
rekomendasi atau suatu keputusan untuk menerima atau menolak seorang calon
kemungkinan dari calon untuk menjadi tenaga kerja yang berhasil pada
pekerjaannya.
Tujuan utama dari proses seleksi adalah untuk mendapatkan orang yang
tepat bagi suatu jabatan tertentu, sehingga orang tersebut mampu bekerja secara
optimal dan dapat bertahan di perusahaan untuk waktu yang lama. Meskipun
memakan waktu cukup lama, menggunakan biaya yang tidak sedikit dan sangat
terbuka peluang untuk melakukan kesalahan dalam menentukan orang yang tepat.
Kesalahan dalam memilih orang yang tepat sangat besar dampaknya bagi
perusahaan atau organisasi. Hal tersebut bukan saja karena proses rekruitmen dan
seleksi itu sendiri telah menyita waktu, biaya dan tenaga, tetapi juga karena
menerima orang yang salah untuk suatu jabatan akan berdampak pada efisiensi,
produktivitas, dan dapat merusak moral kerja pegawai yang bersangkutan dan
19
Tes psikologi adalah sebuah instrumen pengukuran yang memiliki tiga
diperoleh dalam suatu tes harus dibawah kondisi standar, dan ada penetapan
sumber daya manusia dalam bidang industri dan organisasi (Gregory, 2000).
tes psikologi sangat mengejutkan. Terdapat lebih dari 1.000 tes psikologis yang
berbeda dan tersedia secara komersial di negara-negara barat dan tidak diragukan
lagi terdapat ratusan lainnya yang diterbitkan di seluruh bagian dunia. Tes ini
berkisar dari tes kepribadian dan tes guna mendapatkan skor IQ, tes pemeriksaan
skolastik sampai tes persepsi. Meskipun terdiri dari berbagai keberagaman, ada
beberapa bagian yang biasanya terdapat di semua tes psikologi, diambil secara
berbagai alat ukur tes psikologis baik itu berupa tes, self-report, skala, maupun
inventori. Pengembangan alat ukur dapat dilakukan dengan membuat alat ukur
atau melakukan adaptasi terhadap alat ukur yang telah dibuat di luar negeri.
menjelaskan proses pemeriksaan psikologis calon pegawai. Banyak alat tes yang
20
dapat digunakan untuk proses seleksi, seperti melalui proses assessment, tes
kapabilitas calon karyawan dan menentukan apakah kapabilitas yang dia miliki
sesuai dengan jabatan. Kunci utama keberhasilan sebuah seleksi adalah tersedia
rincian kompetensi (baik teknis maupun perilaku) yang diperlukan agar dapat
berhasil.
Menurut Davis (2009) keutamaan dari tes psikologi bila digunakan dalam
yang sama dengan urutan yang sama dengan durasi waktu yang sama
21
asesmen pengetahuan dan wawancara terstruktur ternyata dapat
(retention agent).
Dalam proses seleksi, salah satu cara yang umum dilakukan adalah
melakukan pemeriksaan atau tes psikologis pada calon karyawan guna untuk
pekerjaan tertentu. Ada berbagai alat ukur psikologis yang umumnya digunakan
dalam proses seleksi seperti tes kecakapan atau kemampuan kognitif, tes
wawancara. Salah satu tes yang paling umum digunakan dan menjadi dasar pada
karyawan juga melibatkan tes inteligensi. Smith (dalam Cook & Cripps, 2005)
seleksi, sesuatu yang dibutuhkan dan berguna pada berbagai bidang pekerjaan.
22
Tes Inteligensi merupakan upaya untuk mengukur kecerdasan seseorang,
kualitas hidupnya. Telah diketahui bahwa kinerja pada tes inteligensi akademik
memiliki korelasi yang substansial dengan tingkat pendidikan. Maka akan terlihat
tersebut dirasa tidak adil, karena pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh
melalui pendidikan non formal atau pelatihan-pelatihan yang lain (Anastasi &
Urbina, 1997).
dalam pekerjaan. Sejak Perang Dunia I para psikolog mulai membuat tes-
yang dapat melengkapi tes-tes inteligensi umum. Tes-tes aptitude atau bakat
khusus yang banyak dipakai adalah tes-tes mekanikal, spasial, perseptual, klerikal,
musikal, dan artistik. Tes-tes ini dipakai dalam seleksi dan penempatan
1997).
23
Tes bakat atau aptitude test adalah tugas-tugas baku yang dirancang untuk
diketahui apakah ia tepat menduduki jabatan tertentu. Hasil tes bakat bisa
calon karyawan pada posisi yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
masa datang. Seorang yang dapat memilih dan menyesuaikan pekerjaan yang
kerja yang tinggi dan kepuasan kerja akan tercapai. Sebaliknya seorang individu
yang dipaksa atau terpaksa bekerja tidak sesuai dengan bakatnya akan
Salah satu alat tes yang biasa dipakai tersebut adalah General Apitude Test
Battery (GATB). GATB adalah suatu alat tes yang berhubungan dengan jabatan
yang berorientasi pada beberapa tes bakat baterai yang mengukur sembilan bakat
dalam delapan tes tulis serta empat perangkat tes yaitu name comparison,
24
Penelitian ini menggunakan empat subtes dari GATB yaitu computation,
total 175 item. Keempat subtes tersebut digunakan karena subtes ini merupakan
tes bakat dalam penilaian skolastik. Tes bakat skolastik adalah sebuah tes yang
keilmuan. Tes ini juga dapat mencerminkan tingkat kecerdasan intelektual (IQ)
seseorang.
kalangan. GATB merupakan salah satu alat tes bakat dan inteligensi yang telah
kekuatan yang dimilikinya berdasarkan berbagai aspek yang terkait dengan fungsi
inteligensinya.
Keuntungan dari penggunaan alat tes GATB sebagai salah satu tes untuk
pengerjaan tes yang relatif singkat dapat menghemat waktu dalam pengerjaan.
Dalam penghitungan skor IQ juga jauh lebih mudah apabila dibandingkan dengan
menggunakan alat tes inteligensi lainnya sehingga tidak perlu lagi menggunakan
tenaga professional yang berdampak pada penghematan biaya tes. Namun, alat tes
GATB ini telah lama digunakan karena termasuk salah satu alat tes yang tertua.
25
Belum adanya pengujian validitas pada item subtes GATB yang menyebabkan
item subtes GATB belum memuaskan. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti
dengan teori modern dalam rangka menguji validitas konstruk dari GATB.
faktor, maka peneliti hanya akan mempraktekkannya saja dengan software yang
sudah ada, yaitu Lisrel kemudian menafsirkan hasil analisis faktor terhadap data
hasil tes.
Alat tes GATB telah lama digunakan sebagai alat penyeleksian calon
penyeleksian calon karyawan maka perlu adanya pengujian validitas, sehingga tes
tersebut masih layak digunakan sebagai alat tes inteligensi. Kaplan & Saccuzzo
(2009) mengatakan bahwa tes yang baik minimal harus memenuhi syarat: 1)
ukur psikologis, setelah kriteria valid telah dipenuhi, maka hasil validitas itu akan
memberikan jawaban sebagai alat ukur yang baik atau tidak. Setelah validasi alat
tes, dapat diketahui item yang gugur dan membuat kurang baiknya suatu alat ukur
psikologis.
konstruk, keabsahan isi, keabsahan sintetik) dari perangkat tes psikologik yang
digunakan dalam seleksi dan asesmen, sehingga seleksi dan asesmen psikologik
26
untuk berbagai tujuan menjadi lebih menggunakan kaidah-kaidah ilmiah
(Munandar, 2001).
penelitian mengenai studi validitas konstruk alat tes GATB secara lebih
validitas suatu alat tes. Data penelitian di dapatkan dari Asesmen SDM PPM
Manajemen yang juga menggunakan GATB sebagai salah satu alat tes psikologis
Tonasa yang mengikuti serangkaian proses asesmen dari PPM pada tahun 2009
yang mengikuti tes di Jakarta. Untuk mengukur validiasi dari sebuah alat tes,
penelitian ini terfokus kepada empat subtes dalam GATB yang terdiri dari:
Merujuk kepada latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan
1. Apakah benar seluruh item dalam empat subtes GATB yang dijadikan
27
adalah computation, three dimensional space, vocabulary, dan three
adalah fit (sesuai) dengan model satu faktor, yang berarti semua item pada
2. Apakah empat subtes dalam GATB fit (sesuai) dengan model satu faktor,
yaitu semua subtes mengukur satu faktor umum yang dalam hal ini adalah
“Inteligensi”?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas konstruk GATB, sehingga alat
tes GATB tersebut masih dapat digunakan pada pengetesan calon pegawai di
dalam berbagai lembaga psikologi yang menggunakan alat tes GATB karena pada
kenyataannya alat tes GATB masih dipakai secara konsisten dalam pengetesan
Secara pokok dan prinsip tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan
penelitian yang telah peneliti rumuskan diatas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat
yaitu:
28
a. Secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
maupun pembaca.
Aptitude Test Battery (GATB) Dengan Teknik CFA” terdiri dari lima bab,
yaitu
BAB 1 : Pendahuluan
29
BAB 2 : Kajian Teori
Dalam bab kajian teori ini berisi sub bab deskriptif teoritis yang
penelitian
skalanya.
30
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam bab kajian teori ini akan dipaparkan mengenai teori yang digunakan dalam
penelitian ini yang terdiri dari sub bab deskriptif teoritis yang membahas
mengenai tes psikologi, hal-hal mengenai bakat dan inteligensi serta teori
gambaran umum alat tes GATB, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
Dalam kamus Psikologi, tes adalah satu perangkat pertanyaan yang sudah
perolehan atau bakat pada suatu bidang tertentu (Chaplin, 2006). Anne Anastasi
(1997) menjelaskan bahwa tes psikologi merupakan alat ukur yang terstandar dan
objektif tentang sampel perilaku individu. Karena mengukur sampel perilaku, tes
diukur. Ia objektif dan terstandar. Hal ini mengandung arti bahwa alat tes haruslah
Cronbach (1984) menyatakan tidak ada definisi tes yang dianggap tuntas,
31
prosedur (procedure) diartikan sebagai tata cara yang spesifik dan konkrit. Dari
sistematis. Item-item dalam tes disusun dengan cara dan aturan tertentu, prosedur
administrasi dan pemberian angka (skoring) tes harus jelas dan dispesifikasikan
secara terperinci, dan setiap orang yang mengambil tes tersebut harus mendapat
item-item yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Kedua, tes berisi sampel
perilaku. Keseluruhan item itu mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes.
Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana item-item di dalam tes
mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur. Ketiga, tes
apa yang diketahui atau apa yang telah dipelajari subyek dengan cara menjawab
Sebuah tes psikologi pada dasarnya adalah alat ukur yang objektif dan
dibakukan atas sampel perilaku tertentu (Anastasi & Urbina, 1997). Dalam
psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu: Pertama, tes yang
mengukur inteligensi umum (general intelligence test). Tes ini dirancang untuk
mengukur kemampuan umum seseorang dalam suatu tugas. Kedua, tes yang
mengukur kemampuan khusus atau tes bakat (special ability test). Tes ini
tertentu. Ketiga, tes yang mengukur prestasi (achievement test). Tes ini
32
kualitas, atau perilaku individual subjek dalam aspek non ability. Kelima, tes yang
menilai kreativitas dari seseorang (creativity test). Tes ini menilai kemampuan
subjek untuk menghasilkan ide-ide baru, atau kreasiartistik yang dapat diterima
adalah suatu alat atau metode pengumpulan data yang sudah distandardisasikan
untuk mengukur atau mengevaluasi salah satu aspek kemampuan atau kecakapan
dengan jalan mengukur sampel dari salah satu aspek tersebut. Dengan demikian
tes merupakan alat pengumpul data untuk mengetahui kemampuan individu atau
oleh Anastasi, bahwa tes psikologi adalah alat ukur yang terstandar dan objektif
tentang sampel perilaku individu. Karena mengukur sampel perilaku, tes psikologi
objektif dan terstandar. Hal ini mengandung arti bahwa alat tes haruslah berisi hal-
33
2.2. Bakat
Bakat menurut definisi Bingham (dalam Saparinah Sadli, 1991) adalah suatu
sebagainya.
yang tidak tergantung pada ukuran fisik. Atas dasar definisi tersebut, bakat tidak
berhubungan sama sekali dengan kondisi fisik seseorang. Menurut Buckingham &
Coffman (1999) Bakat adalah suatu pola berulang dalam berpikir, merasakan, atau
keterampilan khusus.
Bakat berkembang sebagai hasil interaksi dari faktor yang bersumber dari dalam
diri individu dan dari lingkungannya. Apabila kedua faktor tersebut bersifat saling
mendukung maka bakat yang ada akan dapat berkembang secara optimal.
34
Manakah di antara kedua faktor tersebut yang paling besar pengaruhnya, ini
tinggi terhadap bidang atau hal yang sesuai dengan bakat tersebut..
berkembang atau tidak akan menonjol bila kurang disertai oleh adanya
4. Nilai hidup yang dimiliki individu. Yang dimaksud dengan nilai hidup
di dalam hidupnya.
35
percaya diri, keuletan atau keteguhan dalam berusaha, kesediaan untuk
menerima kritik dan saran demi untuk meraih sukses yang tinggi.
dan untuk setiap orang kematangannya belum tentu atau tidak selalu
sama.
seseorang.
Tes bakat pada awalnya diprakarsai oleh seorang ahli yang bernama A.
Musterberg. Mula-mula tes bakat digunakan pada masa perang dunia I untuk
Tahun 1920-1930, tes yang digunakan adalah tes inteligensi umum, karena
tes inteligensi pada saat itu dianggap sebagai satu-satunya tes yang mutlak dapat
36
mementukan kemampuan seseorang. Tes inteligensi umum ini meskipun
disimpulkan sendiri-sendiri.
umum dan tidak dapat memberikan gambaran kemampuan umum dan profil
tes lain yang dapat mengukur bermacam aspek secara khusus, ileh karena pada
kenyataannya ada perbedaan profil kemampuan antara individu yang satu dengan
individu lainnya. Maka diperlukan penciptaan tes bakat yang dapat mengukur
Dasar dari tes bakat adalah membandingkan profil nilai seseorang dengan
profil nilai orang lain yang dianggap berkemampuan tinggi mengenai bidang
Secara garis besar tes bakat dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
37
angka, penglihatan keruangan, penalaran dalam berhitung, kecepatan
dan ketepatan dalam persepsi. Dari hasil tes dapat dilihat kemampuan,
inteligensi keluar sebagai satu angka yaitu IQ. Tes ini termasuk tes
bakat yang sudah cukup lama dipakai, yaitu sejak perang Dunia I.
subtes.
2. Special Aptitude Test atau Single Aptitude Test atau tes bakat khusus,
yakni tes yang hanya mengukur satu bakat khusus tertentu. Sebagai
contoh:
38
2.3. Inteligensi
Definisi inteligensi telah banyak yang dikemukakan oleh para ahli psikologi
memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang
global digunakan karena terdiri dari elemen atau kemampuan yang meskipun
39
William Stern mengemukakan inteligensi ialah kesanggupan untuk
sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan
sebagai sisi tunggal dari karakteristik seseorang yang terdiri atas tiga komponen,
yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan, (b)
dilaksanakan, dan (c) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan
autocriticism.
diantaranya adalah:
40
1. Teori Uni Faktor
Teori ini dipandang sebagai teori yang tertua. Alfred Binet termasuk
kematangan seseorang.
untuk melihat apakah seseorang cukup cerdas atau tidak, dapat diamati
41
pada setiap tugas kognitif tergantung pada faktor umum (g) ditambah
satu atau faktor yang lebih spesifik dan unik untuk tugas tertentu (s)
(Aiken, 1997).
Kedua faktor ini, baik faktor “g” maupun faktor “s” bekerja bersama-
kemampuan khusus. Jadi setiap faktor baik faktor “g” maupun faktor
1) Tingkatan,
2) Rentang,
3) Daerah, dan
42
4) Kecepatan
4. Teori Hirearki
perilakunya.
43
Gambar 2.1
aritmatika.
44
3) Space (S): Kemampuan visualisasi hubungan yang berbentuk
orientasi berbeda.
anagram.
Thrustone karena teori Thrustone paling sesuai dengan teori yang terdapat dalam
GATB.
dinasti Han, pengukuran inteligensi dilakukan oleh jenderal Cina untuk menguji
45
rakyat sipil yang ingin menjadi legislatif berdasarkan pengetahuan menulis klasik,
Han (200 SM- 200 M), namun seleksi ini tidak lagi untuk legislatif saja, tetapi
Meskipun diawali dengan sedikit mencontoh pada seleksi militer Prancis dan
Inggris, sistem ujian telah disusun dan berisi aktivitas yang berbeda, seperti
tinggal dalam sehari semalam dalam kabin untuk menulis artikel atau puisi, hanya
1 % sampai dengan 7 % yang diizinkan ikut ambil bagian pada ujian tahap kedua
yang berakhir dalam tiga hari tiga malam. Menurut Gregory (2007), seleksi ini
keras namun dapat memilih orang yang mewakili karakter orang Cina yang
kompleks. Tugas-tugas militer yang berat cukup dapat dilakukan dengan baik oleh
para pegawai yang diterima dalam seleksi fisik dan psikologi yang intensif.
untuk menilai perbedaan dalam kecepatan berpikir. Tokoh yang tidak kalah
pentingnya adalah Alfred Binet. Kontribusi nyata Binet adalah menciptakan tes
mengenai kehidupan sehari-hari sehingga tesnya dikenal dengan nama Tes Binet-
46
inteligensi dengan tiga puluh item yang berfungsi mengidentifikasikan
“tes mental” yaitu James Mckeen Cattell (1860-1944), yang menerbitkan bukunya
Mental Tes and Measurements di tahun 1890. Buku ini berisi serangkaian tes
inteligensi yang terdiri atas 10 jenis ukuran. Ke 10 macam ukuran tersebut adalah
(Gregory, 2007):
berbeda.
kesadaran abnormal.
47
7. Time for naming colors, yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap
reflektif.,
(Azwar, 2005):
berisi kartu-kartu tercetak untuk presentasi, flip-over soal tes, objek tes
mainan anak seperti balok, manik, papan bentuk, sebuah gambar besar
boneka yang uniseks dan multietnik, buku kecil untuk tester, dan
48
2. The Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised (WISC-R).
Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan
subtes.
Sebagaimana versi WAIS lainnya, WAIS-R terdiri dari skala verbal dan
SPM merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat
J.C. Raven dan terbit pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat
49
5. The Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC).
belajar.
Dua istilah yang paling sering diterapkan pada pengembangan tes psikologi
2.4.1. Validitas
Validitas suatu tes menerangkan apa yang diukur oleh tes dan sejauh mana tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Anastasi, 1997). Penentuan validitas
tes berkenaan dengan hubungan antara kinerja dengan fakta-fakta lain yang
independen dan dapat diamati. Prosedur pengujian sebuah alat ukur selalu
membutuhkan satu hal atau fakta lain di luar alat ukur yang disebut dengan
kriteria. Kriteria harus bersifat independen, dapat diukur, konsisten, relevan, dan
50
Dalam bidang psikologi konsep validitas memiliki tiga konteks yaitu
(Suryabratha, 2005):
a) Validitas Internal
b) Validitas Eksternal
51
2. Validitas Item (Item Validity)
validitas item adalah tingkat korelasi antara skor butir soal (item)
alat ukur (instrumen/ skala/ tes) untuk mengukur apa yang seharusnya
52
b) Validitas Konstruk (Construct Corelated Validation)
1) Analisis faktor
mendasarinya.
53
2) Korelasi dengan tes lain
54
c) Validitas Berdasarkan Kriteria (Criterion-Related Validation)
waktu yang bersamaan dengan skor tes atau dalam interval waktu
tertentu.
jaminan tinggi.
faktor. Dengan melakukan uji pengukuran melalui analisis faktor maka dapat
ditemukan variabel yang diukur oleh item-item dan juga dapat dilihat bagaimana
hubungan antar item, item dengan faktor, serta korelasi antar variabel.
2.4.2. Reliabilitas
Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama
ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda atau
55
Pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung reliabilitas pengukuran
56
cukup dilakukan berdasarkan kekuatan tiap-tiap butir pertanyaan yang
reliabilitas di atas.
General Aptitude Test Batteray (GATB) diciptakan oleh Charles E. Odell dari
United States Employes Services dan mulai dikembangkan pada tahun 1940.
General Aptitude The Battery (GATB) telah digunakan sejak 1947 oleh State
untuk memenuhi kebutuhan tes yang bisa dipergunakan untuk berbagai tujuan
kesuksesan pada berbagai pekerjaan yang berbeda. Karena dasar risetnya yang
luas, GATB dikenal sebagai sejumlah tes bakat ganda yang akurat dalam
57
a. Aptitude G (General Learning Ability)
memahami arti kalimat dan paragraph secara jelas dalam setiap bentuk
ruang.
58
e. Aptitude P (Form Perception)
Kemampuan untuk melihat seluk beluk atau detail yang penting dalam
persamaan dan perbedaan dalam corak dan bentuk bilangan, panjang dan
cepat.
59
i. Aptitude M (Dexterity Manual)
sementara 8 tes yang lainnya hanya menggunakan kertas dan pensil. Keseluruhan
kumpulan tes dapat diselenggarakan dalam waktu kurang lebih 2,5 jam (Anastasi,
1997). Adapun subtes yang terdapat dalam GATB adalah sebagai berikut:
Tes ini berisi dua kolom nama. Peserta tes memeriksa masing-masing
aptitude)
maksimal 40.
60
Tes ini berisi empat rangkaian gambar dengan objek tiga dimensi.
60.
Tes ini berisi empat set kata-kata. Peserta tes menunjukkan dua kata-
kata yang sama atau arti kata yang berlawanan. Subtes ini mengukur
maksimal 49.
61
f. Bagian 6 – Penalaran aritmatik (arithmetic reason). 7 menit, skor
maksimal 25.
Tes ini berisi masalah angka aritmatik yang diekspresikan secara verbal.
maksimal 60.
Tes ini berisi dua kelompok dengan berbagai cara dibentuk gambar
perception).
maksimal 130.
Tes ini berisi suatu rangkaian hasil perkalian (kuadrat), dimana peserta
tanda yang dibuat dengan garis-garis pendek, dua garis vertical dan tiga
(motor coordination).
62
i. Bagian 9 – Menempatkan (place). 3 percobaan, masing-masing waktu
Peralatan yang digunakan untuk tes ini berisi 10 bagian papan pasak
(manual dexterity).
bagian 9 juga digunakan dalam tes ini. Peserta tes bekerja dengan cepat
(manual dexterity).
Tes ini menggunakan peralatan. Peralatan yang digunakan untuk tes ini
dan bagian 12 yang berisi papan persegi panjang kecil (papan kecekatan
63
metal dan cincin penutup (ring). Peserta tes bekerja dengan cepat dalam
bagian 11. Peserta tes memindahkan paku sumbat kecil dari metal
pada dasar papan, meletakkan ring pada tangkai dengan satu tangan dan
paku sumbat ke dalam lubang yang cocok pada papan bagian atas
dengan tangan yang lainnya. Peserta tes bekerja dengan cepat untuk
(manual dexterity).
Kumpulan tes ini menghasilkan skor pada sembilan faktor dan pada tiga
didaftarkan pada tabel 2.1 berikut ini (Anastasi & Urbina, 1997):
64
Tabel 2.1
Faktor-faktor
Umum
Komposit
Dari latar belakang dan teori yang sudah ada, maka dapat disimpulkan dalam
65
Diagram 2.2
Diagram 2.3
66
2.7. Hipotesis
Sesuai dengan kerangka berpikir yang telah digambarkan, maka dapat disusun
1. Bahwa seluruh item dalam empat subtes GATB yang dijadikan penelitian
space. Dimana setiap item dalam masing-masing subtes adalah fit (sesuai)
dengan model satu faktor, yang berarti semua item pada subtes mengukur
2. Bahwa empat subtes GATB adalah fit (sesuai) dengan model satu faktor,
yaitu semua subtes mengukur satu faktor umum yang dalam hal ini adalah
“inteligensi”
67
BAB III
METODE PENELITIAN
Hal yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat validitas alat tes
GATB. Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan penelitian ini ada beberapa hal
Penelitian ini hendak menguji validitas dari alat tes GATB. Untuk menguji
menentukan apakah setiap subtes dalam GATB mengukur komponen yang dapat
mentah yang tersedia di Divisi Asesmen SDM PPM Manajemen. Data yang
menjalani tes di Jakarta. Pelaksanaan tes dilakukan pada tahun 2009 dan ditempuh
oleh 3257 orang. Karakteristik dari para peserta tes pada data yang tersedia ini
68
3.2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, GATB dijadikan short form dengan empat subtes yang
mengukur kognisi atau inteligensi dari seseorang dan dari hasil penilaian tes
Contoh Soal:
1) Kurang (-) A. 2
9 B. 3
4 C. 5
D. 9
E. Selain di atas
maksimal 40.
Tes ini berisi empat rangkaian gambar dengan objek tiga dimensi.
69
perangsang. Subtes ini mengukur kemampuan pengetahuan umum dan
Contoh Soal:
Tes ini berisi empat set kata-kata. Peserta tes menunjukkan dua kata-
kata yang sama atau arti kata yang berlawanan. Subtes ini mengukur
Contoh Soal:
25.
Tes ini berisi masalah angka aritmatik yang diekspresikan secara verbal.
70
Contoh Soal:
dengan waktu yang telah disediakan. Jawaban diberikan oleh subjek dengan
tersebut terdapat satu jawaban yang benar. Khusus untuk subtes vocabulary dalam
satu item pertanyaan terdapat dua jawaban yang benar dan saling berkaitan. Untuk
penskoran, apabila subjek menjawab dengan benar maka akan mendapatkan nilai
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
faktor. Pada dasarnya terdapat dua jenis pandangan mengenai analisis faktor,
(CFA). Analisis faktor pada awalnya dikemukakan oleh Spearman (1940) yang
pada saat ini dikenal dengan Exploratory Factor Analysis (EFA). Dalam EFA,
peneliti tidak memiliki ekspektasi tertentu mengenai jumlah atau sifat faktor yang
gambaran yang spesifik mengenai (a) jumlah faktor, (b) variabel yang
71
mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor-faktor yang saling berkolerasi
(Thompson, 2004).
Aptitude Test Battery (GATB) maka penulis menggunakan metode analisis faktor
Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan program lisrel 8.70. Alasan penulis
CFA maka setiap dimensi dapat diuji satu persatu. Validitas dari masing-masing
item juga dapat diuji dan digambarkan dalam matriks korelasi CFA.
variabel mana yang akan berkolerasi dengan faktor dan faktor mana yang
berkolerasi. Hipotesis ini didasarkan pada teori yang kuat atau landasan empiris.
1. Untuk menguji hipotesis tentang satu atau lebih faktor serta saling
memeriksa struktur laten dari suatu alat tes (Brown, 2006). Dalam konteks ini,
72
CFA digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrumen
(faktor) dan pola hubungan item dengan faktor (factor loading). Hasil CFA dapat
memberikan bukti kuat dari validitas convergent dan diskriminan dari sebuah
konstruk teoritis. Validitas konvergen diindikasikan oleh bukti bahwa alat tes
dengan konstruk yang sama dan secara teori juga mengukur hal yang sama, maka
oleh hasil yang menunjukkan bahwa indikator secara teoritis berbeda konstruksi
Alat tes dikatakan bias ketika beberapa item tidak mengukur konstruk
tentang satu faktor tertentu saja. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
73
tersedia) matriks korelasi antar item yang seharusnya akan diperoleh
dituliskan: S-Σ=0
signifikasi dengan Chi Square. Jika Chi Square yang dihasilkan tidak
data (ditolak).
74
berarti item yang bersangkutan signifikan dalam mengukur apa yang
hendak diukur. Dengan cara seperti ini, dapat dinilai butir item yang
mana yang valid dan yang tidak valid di dalam konteks validitas
konstruk. Dengan kata lain, analisis faktor konfirmatori dalam hal ini
X1= λ1F+δ1
Dimana:
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,
75
software Lisrel 8.70 (Joreskog dan Sorbom, 2006). Adapun langkah-langkah yang
dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah (Umar, 2011):
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-
0.05) berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun
yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada
langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item
muatan faktor item. Jika t > 1.96 maka item tersebut signifikan dan
76
4. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif.
Dalam hal ini, jika ada pernyataan negatif, maka ketika dilakukan
kesalahan pengukuran pada item lain, maka item seperti ini pun
6. Jika dilakukan CFA dengan model satu faktor tidak diperoleh model
dua faktor dan mengulang tahap dua sampai lima hingga didapatkan
Dalam GATB, ada empat faktor yang diteorikan untuk diukur. Oleh sebab
itu, dalam penelitian ini dilakukan empat kali uji validitas konstruk (untuk setiap
subtes) yang masing-masing terdiri dari dua jenis analisis statistik, yaitu:
tersebut adalah mengukur satu hal (dimensi) yang sama yaitu kognitif (general
intelligence). Hanya saja, disini berkenaan dengan hubungan antara subtes dan
77
general intelligence. Artinya, dapat dilakukan analisis faktor konfirmatori seperti
yang dilakukan pada masing-masing subtes, tetapi yang dijadikan datanya disini
demikian, peneliti akan melakukan kedua jenis analisis faktor tersebut secara
tingkat dua yang lebih umum yaitu general intelligence. Analisis faktor
confirmatory factor analysis. Dalam hal ini, subtes adalah faktor tingkat (orde) ke
melalui data sekunder pada tes masuk calon karyawan PT Semen Tonasa di PPM
yang jumlahnya 3257 orang pada tahun 2009 di Jakarta. Sebelum memproses
mengobservasi kegiatan asesmen yang dilakukan oleh mereka. Studi awal ini
78
1. Perumusan masalah.
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sejalan dengan judul penelitian, uji validitas konstruk akan dilakukan per subtes
untuk mengukur mengenai sejauh mana skor-skor hasil pengukuran item dengan
instrumen sesuai atau tidak dengan teori yang mendasari penyusunan alat ukur
1. Menguji hipotesis tentang model teori yang mengatakan bahwa item pada
masing-masing subtes mengukur satu faktor saja. Secara teknis, yang diuji
korelasi yang diharapkan atau diprediksi oleh teori dengan yang diperoleh
dari data.
2. Menguji hipotesis apakah setiap butir item itu memberikan informasi yang
Factor Analysis (CFA). Berikut ini dipaparkan hasil penelitian baik pada tingkat
Hasil perhitungan awal untuk subtes computation dengan model satu faktor
80
model dengan cara membebaskan atau memperbolehkan kesalahan pada setiap
item saling berkorelasi satu dengan lainnya, maka didapatkanlah model fit dengan
P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian model dengan hanya satu faktor dapat
diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
computation. Namun karena pada model ini ada beberapa item yang kesalahannya
bersifat multidimensional.
tersisa menjadi 1152. Ini berarti dalam perhitungan awal terdapat 1175-1152 = 23
maka item tersebut bersifat multidimensional. Artinya, selain mengukur apa yang
hendak diukur oleh subtes yang bersangkutan, ada hal yang lain yang diukur oleh
item tersebut. Semakin banyak kesalahan pada sebuah item saling berkolerasi
dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, maka rendah atau tidak ideal
tidak signifikan, karena nilai t lebih kecil dari 1, 96 (absolute) dan bernilai negatif.
Kedua puluh dua item inilah yang harus di-drop, yaitu item nomor 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25.
dilakukan analisis ulang setelah seluruh item yang tidak signifikan dan bernilai
81
negatif dibuang. Hasil yang diperoleh untuk perhitungan kedua pada subtes
computation dengan model satu faktor (unidimensional) dan item negatif yang
sudah di-drop adalah tidak fit, didapatkan Chi Square = 515.28, df = 350, P-value
item saling berkolerasi satu dengan lainnya, maka didapatkanlah model fit seperti
82
Gambar 4.1
Terlihat dari gambar 4.1, bahwa nilai Chi Square menghasilkan p > 0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat
diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
83
computation. Pada model ini, terdapat 12 pasang korelasi antar item (tabel 4.1)
yaitu item 3 yang berkolerasi dengan item 35, 40, 41, 43, 45, dan 49. Item 27
yang berkolerasi dengan item 26. Item 28 berkolerasi dengan item 26 dan 27. Item
30 berkolerasi dengan item 28, item 47 yang berkolerasi dengan item 39 dan item
Tabel 4.1
84
Tabel 4.1
Item 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
37 1
38 1
39 1
40 1
41 1
42 1
43 1
44 1
45 1
46 1
47 -1.04 1
48 -0.94 1
49 1
50 1
Keterangan: Angka dengan warna merah menunjukkan ketidaksignifikanan
Selanjutnya kualitas item dapat dilihat dari signifikan atau tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,
yang diuji adalah hipotesis nihil dari muatan faktor. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 4.2
berikut ini:
85
Tabel 4.2
Muatan Faktor Item GATB subtes Computation
86
Tabel 4.2
Muatan Faktor Item GATB subtes Computation (Lanjutan)
signifikan karena nilai t lebih besar dari 1, 96 (absolute) dan bernilai positif. Item
yang paling baik sesuai urutannya: 42, 43, 46, 41, 39, 50, 36, 44, 38, 40, 37, 49,
48, 3, 45, 47, 35, 33, 1, 32, 34, 31, 28, 2, 30, 29, 26, dan 27. Oleh karena itu,
model satu faktor yang diteorikan dalam subtes ini dapat diterima, bahwa setiap
computation saja.
Hasil perhitungan awal yang diperoleh untuk subtes three dimensional space
dengan model satu faktor (unidimensional) tidak fit, didapatkan Chi Square =
kesalahan pada setiap item saling berkolerasi satu dengan lainnya, maka
model dengan hanya satu faktor tidak dapat diterima, dikarenakan pada model ini
87
terdapat banyak item yang kesalahannya saling berkolerasi sehingga item tersebut
selain mengukur three dimensional space juga mengukur hal yang lain.
model fit, df tersisa menjadi 250. Ini berarti pada perhitungan awal terdapat 740-
250= 490 korelasi yang dibebaskan. Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan
maka item tersebut bersifat multidimensional. Artinya, selain mengukur apa yang
hendak diukur oleh subtes yang bersangkutan, ada hal yang lain yang diukur oleh
item tersebut. Semakin banyak kesalahan pada sebuah item saling berkolerasi
dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, maka rendah atau tidak ideal
kualitas item tersebut. Pada subtes ini, semua item yang terdapat pada subtes three
tujuh item yang tidak signifikan, karena nilai t lebih kecil dari 1, 96 (absolute) dan
signifikan namun bernilai negatif . Ke tujuh item inilah yang harus di-drop, yaitu
item nomor 32, 34, 35, 36, 37, 38, dan 40.
space dan masih adanya item yang berkoefisien negatif sedangkan item dengan
koefisien negatif tidak diperbolehkan dalam sebuah tes kemampuan dan untuk
mendapatkan hasil dengan item yang benar-benar murni, maka akan dilakukan
88
analisis kembali dengan cara membuang semua item negatif dan item yang tidak
dimensional space dengan model satu faktor (unidimensional) dan item negatif
yang sudah di drop tidak fit, didapatkan Chi Square = 25586.12, df = 495, P-value
item saling berkolerasi satu dengan lainnya, maka didapatkanlah model fit seperti
89
Gambar 4.2
Terlihat dari gambar 4.2, bahwa nilai Chi Square menghasilkan p > 0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat
diterima, namun masih terdapat banyak item yang saling berkorelasi dengan
kesalahan pengukuran pada item lainnya. Hal ini menandakan bahwa beberapa
90
berjumlah 495, namun setelah mencapai model fit, df yang tersisa hanya 214. Ini
Tabel 4.3
Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 1
2 0.25 1
3 0.16 0.05 1
4 0.21 0.08 0.04 1
5 0.13 0.20 0.11 0.12 1
6 0.03 0.03 1
7 0.07 0.10 1
8 -0.04 -0.04 -0.07 1
9 -0.07 -0.03 0.05 1
10 0.03 -0.08 -0.04 1
11 0.06 0.04 0.08 -0.04 0.08 1
12 0.07 0.04 -0.10 -0.07 -0.04 -0.04
13 0.04 -0.05 0.05 -0.07
14 -0.02 -0.04 -0.05 -0.05 -0.06 -0.05
15 0.09 -0.04 -0.05 0.14 0.07 -0.08 -0.03
16 -0.04 0.05 -0.07
17 0.05 0.04 -0.04 0.03 -0.06 -0.05 -0.05 -0.05 -0.07
18 -0.08 0.04 0.06
19 -0.11 0.05
20 -0.03 -0.08 0.03 0.03
21 -0.05 -0.05 -0.06 -0.05 -0.06
22 -0.03 0.05 -0.06 -0.03 0.00
23 0.04 -0.07
24 0.04 -0.05 -0.04 -0.01 0.06
25 -0.05 0.07
26 0.04 0.11 0.03 -0.03 0.07
27 -0.05 0.07 0.06 0.08 0.05 0.08 0.04
28 -0.05 0.03 0.05 -0.03 0.04 0.07 -0.03
29 0.04 -0.05 -0.07 -0.04 -0.03
30 0.02 -0.06 -0.08 -0.08 0.01
31 -0.04 0.06 -0.07 0.07 -0.05
33 0.08 0.07 -0.04 -0.02 0.03 -0.13
39 -0.03 -0.12 -0.07 0.04 0.12 -0.03 -0.08
91
Tabel 4.3
Item 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
12 1
13 -0.04 1
14 -0.06 1
15 1
16 0.03 0.07 1
17 0.02 -0.05 1
18 -0.04 0.07 1
19 -0.02 0.11 1
20 0.04 -0.04 0.09 0.17 1
21 0.04 0.06 0.06 0.04 1
22 -0.03 -0.05 0.06 0.15 0.16 1
23 0.03 -0.04 0.12 0.13 0.30
24 0.06 0.03 0.04 0.07 0.14 0.16 0.32
25 -0.05 -0.06 -0.05 0.10 0.12 0.21
26 -0.04 -0.05 0.11 0.28
27 -0.07 -0.04 0.07 0.09 0.14
28 -0.04 -0.07 -0.04 0.14 0.09 0.22
29 -0.04 -0.05 0.11 0.21
30 -0.12 0.06 -0.05 -0.09 -0.06 -0.09 0.07
31 -0.05 0.03 -0.06 -0.13 -0.04 0.06 0.08
33 -0.09 0.05 -0.03 -0.06 -0.04 0.04 0.06
39 -0.01 -0.06 -0.05 -0.05 -0.04 -0.10 0.16
Keterangan: Angka dengan warna merah menunjukkan ketidaksignifikanan
92
Tabel 4.3
Item 23 24 25 26 27 28 29 30 31 33 39
23 1
24 0.38 1
25 0.44 0.36 1
26 0.25 0.28 0.34 1
27 0.24 0.23 0.31 0.37 1
28 0.30 0.23 0.44 0.36 0.42 1
29 0.10 0.20 0.21 0.27 0.28 0.48 1
30 0.14 0.14 0.23 0.25 0.27 0.44 0.35 1
31 0.13 0.21 0.14 0.26 0.28 0.36 0.29 0.50 1
33 0.23 0.12 0.27 0.15 0.28 0.47 0.31 0.47 0.46 1
39 0.03 0.11 0.06 0.18 0.15 0.26 0.25 0.24 0.31 0.44 1
Keterangan: Angka dengan warna merah menunjukkan ketidaksignifikanan
Selanjutnya kualitas item dapat dilihat dari signifikan atau tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,
yang diuji adalah hipotesis nihil dari muatan faktor. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 4.4
berikut ini:
93
Tabel 4.4
94
Tabel 4.4
Dari 33 item yang mengukur subtes three dimensional space, semua item
dinyatakan signifikan karena nilai t lebih besar dari 1, 96 (absolute) dan semua
item dinyatakan bernilai positif. Item yang paling baik sesuai urutannya: 12, 14,
19, 3, 8, 5, 15, 7, 4, 2, 20, 17, 10, 11, 2, 16, 23, 26, 1, 18, 25, 13, 24, 33, 30, 27, 6,
negatif dan item tidak signifikan ternyata tidak menghasilkan banyak perubahan.
Setiap item dalam subtes three dimensional space masih menunjukkan kolerasi
antar item dan menunjukkan multidimensionalitas. Atas hal tersebut maka model
satu faktor yang diteorikan dalam subtes ini sebenarnya tidak dapat diterima
karena ternyata setiap item dalam subtes ini tidak hanya mengukur satu faktor
95
Melihat hasil yang seperti ini maka dilakukanlah analisis faktor dengan
mengenai berapa banyak faktor yang diukur oleh subtes three dimensional space
dengan batas eugen value 1. Melalui SPSS diperkirakan bahwa subtes three
perhitungan ini hanya sebagai perkiraan saja, diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai berapa sebenarnya jumlah faktor yang diukur oleh subtes three
96
Tabel 4.5
a
Rotated Component Matrix
Component
1 2 3 4 5 6 7 8
V1 .037 .002 .031 .699 -.171- -.051- .054 -.106-
V2 .111 .033 .070 .458 .233 .216 .189 .058
V3 .256 .068 .026 .489 .116 .023 -.034- .103
V4 .045 .117 -.068- .585 .119 .014 -.047- .002
V5 .183 .045 .050 .428 .356 .241 .078 .042
V6 -.029- .035 -.031- .087 -.120- .764 -.222- -.047-
V7 .203 .115 .029 .111 .265 .252 .245 .329
V8 .485 .044 .116 .089 .255 -.080- -.052- .059
V9 .058 .062 -.056- .000 -.050- -.026- -.012- .839
V10 .308 .119 -.051- .121 .389 .062 -.325- -.137-
V11 .186 .048 -.032- .130 .522 -.052- -.017- -.036-
V12 .480 .075 .022 .278 .250 -.003- .023 .014
V13 .193 -.011- .085 .120 -.075- -.045- .659 .029
V14 .479 .022 .034 .146 .195 .142 .004 -.009-
V15 .265 .038 .066 .133 .275 .402 .202 .104
V16 .355 -.014- .073 -.016- .109 .352 .217 .023
V17 .434 .049 -.046- .248 -.067- .036 .173 .100
V18 .488 .038 -.054- -.011- -.107- .038 -.012- .147
V19 .602 .131 .010 .044 .076 .133 .028 -.030-
V20 .561 .244 .012 .054 .038 -.108- .045 -.102-
V21 .375 .321 .033 -.022- -.055- .279 .177 .004
V22 .189 .510 -.035- .092 -.342- -.028- -.099- -.081-
V23 .198 .628 .048 .109 .100 .009 .066 .000
V24 .167 .582 .050 .016 -.110- .121 .065 -.124-
V25 .055 .660 .103 .026 .181 -.059- .042 .054
V26 .047 .538 .191 .103 .018 .116 -.070- .193
V27 -.055- .432 .293 .009 .251 .002 -.075- .111
V28 -.033- .447 .462 -.002- .037 -.182- -.031- .079
V29 .061 .184 .441 .001 -.185- -.084- -.006- -.088-
V30 -.026- .107 .645 -.008- .058 .060 .143 -.036-
V31 -.018- .021 .586 -.040- .012 .091 -.043- -.064-
V32 .056 .081 .656 .072 .054 .001 .010 .092
V33 .168 -.118- .365 .064 -.262- -.009- -.442- .250
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
97
Tabel 4.6
Faktor Item
1 8, 12, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21
2 22, 23, 24, 25, 26, 27
Dari tabel 4.6 terlihat bahwa faktor 1 terukur oleh item 8, 12, 14, 16, 17,
18, 19, 20, 21. Faktor 2 terukur oleh faktor 22, 23, 24, 25, 26, 27. Faktor 3 terukur
oleh faktor 28,29, 30, 31, 32, 33. Faktor 4 terukur oleh faktor 1, 2, 3, 4, 5. Faktor
5 terukur oleh faktor 10 dan 11. Faktor 6 terukur oleh faktor 6 dan 15. Faktor 7
terukur oleh faktor 13 saja serta faktor 8 yang terukur oleh faktor 7 dan 9.
Hasil perhitungan awal yang diperoleh untuk subtes Vocabulary dengan model
item saling berkolerasi satu dengan lainnya, maka didapatkan model fit dengan
P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian model dengan hanya satu faktor dapat
diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
98
vocabulary. Namun karena pada model ini ada beberapa item yang kesalahannya
tersisa menjadi 1691. Ini berarti dalam perhitungan awal terdapat 1710-1691 = 19
maka item tersebut bersifat multidimensional. Artinya, selain mengukur apa yang
hendak diukur oleh subtes yang bersangkutan, ada hal yang lain yang diukur oleh
item tersebut. Semakin banyak kesalahan pada sebuah item saling berkolerasi
dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, maka rendah atau tidak ideal
Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan atau tidaknya
item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal
ini, yang diuji adalah hipotesis nihil dari muatan faktor. Dari hasil tersebut,
ternyata didapatkan hanya ada satu item yang baik serta bernilai positif dari 60
item yang ada dalam subtes vocabulary yaitu item nomor 9 dan ke 59 item sisa
Dikarenakan hasil dari analisis awal yang hanya menghasilkan satu item
dengan nilai yang positif, diprediksi subtes ini memiliki kesalahan dalam
99
kesalahan di dalamnya, 1 item yang bernilai positif tersebut dinyatakan
berlawanan arah dan dilakukanlah analisis kembali dengan cara membuang item
Hasil yang diperoleh untuk subtes vocabulary dengan model satu faktor
item saling berkolerasi satu dengan lainnya, maka didapatkanlah model fit seperti
100
Gambar 4.3
Terlihat dari gambar 4.3, bahwa nilai Chi Square menghasilkan p > 0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat
diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal, yaitu
vocabulary. Pada model ini, hanya terdapat 2 pasang item yang saling berkolerasi
101
yaitu antara item nomor 49 dengan 18 dan item nomor 56 dengan 24. Dengan nilai
koefisien korelasi untuk item 48 dengan 17 adalah -1.16 dan item nomor 56
disimpulkan bahwa dalam model ini semua item bersifat unidimensional yaitu
Selanjutnya kualitas item dapat dilihat dari signifikan atau tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,
yang diuji adalah hipotesis nihil dari muatan faktor. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 4.7
berikut ini:
Tabel 4.7
102
Tabel 4.7
103
Tabel 4.7
104
Dari 59 item yang mengukur subtes vocabulary, ternyata ada lima item
yang tidak signifikan, karena nilai t lebih kecil dari 1, 96 (absolute). Ke lima item
inilah yang harus di drop, yaitu item 12, 13, 14, 16, dan 20. Dari hasil tersebut
semua item dinyatakan bernilai positif, item yang paling baik sesuai dengan
urutannya adalah item nomor 40, 43, 45, 36, 49, 37, 44, 41, 46, 50, 47, 48, 39, 52,
51, 54, 38, 32, 42, 53, 55, 57, 35, 33, 56, 60, 58, 31, 29, 59, 30, 34, 25, 28, 23, 27,
17, 26, 3, 22, 21, 8, 24, 19, 2, 15, 7, 5, 1, 6, 18, 11, 4, dan 10. Oleh karena itu,
model satu faktor yang diteorikan dalam subtes ini dapat diterima, bahwa setiap
item dalam subtes ini bersifat unidimensional dengan hanya mengukur vocabulary
saja.
Hasil perhitungan awal yang diperoleh untuk subtes arithmetic reasoning (AR)
dengan model satu faktor (unidimensional) tidak fit, didapatkan Chi Square =
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi – Square = 57.98 , df = 44 , P-value
= 0.07693 , RMSEA = 0.10. Nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan). Namun, model dengan hanya satu faktor tidak dapat diterima,
dikarenakan pada model ini terdapat banyak item yang kesalahannya saling
item selain mengukur arithmetic reasoning juga mengukur hal yang lain.
105
Karena GATB adalah alat tes kemampuan, maka tidak boleh ada item
yang berkoefisien negatif karena negatif itu menandakan semakin salah jawaban
sebab itu, bila terjadi seperti ini, maka item tersebut tidak dapat dipakai sehingga
harus didrop atau direvisi. Setelah itu dilakukan analisis kedua setelah item
berkorelasi negatif, sehingga harus dibuang dan tidak diikutkan dalam analisis
kedua.
Dari hasil analisis kedua untuk subtes arithmetic reasoning dengan model
satu faktor (unidimensional) dan item negatif yang sudah di-drop tidak fit,
Pada model dengan item negatif yang sudah di-drop ternyata masih
terdapat item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya.
Hal ini menandakan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya memang bersifat
dari muatan faktor maka didapatkan bahwa dari 24 item yang mengukur subtes
arithmetic reasoning (AR), ternyata ada empat item yang tidak signifikan, karena
nilai t lebih kecil dari 1, 96 (absolute). Ke empat item inilah yang harus di drop,
106
yaitu item nomor 9, 16, 22, dan 23. Dari hasil tersebut semua item dinyatakan
bernilai positif.
dilakukan analisis kembali namun kali ini seluruh item yang tidak signifikan tidak
diikutsertakan atau dengan kata lain di-drop terlebih dahulu. Item yang tidak
reasoning dengan model satu faktor (unidimensional) dan item negatif yang sudah
di-drop tidak fit, didapatkan Chi Square = 4289.60, df=170, P-Value = 0.00000
berkolerasi satu dengan lainnya, maka didapatkanlah model fit seperti pada
107
Gambar 4.4
Pada awalnya nilai Chi Square menghasilkan p > 0,05 (tidak signifikan). Dengan
demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima. Namun, setelah model
dengan item negatif yang sudah di-drop ternyata hanya terdapat satu item yang
bersifat unidimensional yaitu item nomor 7 dan sisa item yang ada masih saling
berkolerasi dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, hal ini menandakan
108
bahwa beberapa item tersebut sebenarnya memang bersifat multidimensional
namun korelasi antar item nya telah banyak berkurang seiring dengan beberapa
yang tersisa hanya 95. Ini berarti terdapat 170-95 = 75 korelasi kesalahan yang
Tabel 4.8
Arithmetic Reasoning
Item 1 2 3 4 6 7 8 10 11 12
1 1
2 0.13 1
3 0.09 1
4 1
6 0.19 0.15 0.19 0.12 1
7 -0.08 1
8 0.08 0.07 0.27 1
10 0.06 1
11 0.08 1
12 0.12 1
13 -0.08 -0.09 0.12
14 -0.07
15 0.08
17 0.07
18 0.00 -0.12 0.03
19 0.09
20 -0.08 0.07
21 -0.05 -0.09
24 -0.12 -0.08 -0.11
25 -0.09 -0.07 -0.19 -0.19 -1.08
Keterangan: Angka dengan warna merah menunjukkan ketidaksignifikanan
109
Tabel 4.8
Item 13 14 15 17 18 19 20 21 24 25
13 1
14 0.15 1
15 0.26 0.21 1
17 0.13 0.14 0.24 1
18 0.12 0.11 0.40 1
19 0.10 0.13 0.20 0.47 0.54 1
20 0.09 0.12 0.37 0.29 0.59 1
21 0.09 0.10 0.30 0.36 0.57 0.59 1
24 0.13 0.09 0.13 0.36 0.25 0.33 0.41 1
25 0.25 0.15 0.28 0.07 0.27 0.53 0.42 0.57 1
Keterangan: Angka dengan warna merah menunjukkan ketidaksignifikanan
Selanjutnya kualitas item dapat dilihat dari signifikan atau tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,
yang diuji adalah hipotesis nihil dari muatan faktor. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 4.9
berikut ini:
110
Tabel 4.9
item dinyatakan signifikan, karena nilai t lebih besar dari 1, 96 (absolute) dan juga
bernilai positif. Item yang paling baik sesuai dengan urutannya adalah item nomor
7, 4, 11, 10, 2, 13, 3, 8, 12, 15, 18, 6, 17, 1, 21, 19, 20, 25, 14, dan 24.
111
Setelah melakukan analisis untuk ketiga kalinya dengan membuang item
negatif dan item tidak signifikan ternyata tidak menghasilkan banyak perubahan.
Setiap item dalam subtes arithmetic reasoning masih menunjukkan kolerasi antar
item dan menunjukkan multidimensionalitas. Atas hal tersebut maka model satu
faktor yang diteorikan dalam subtes ini tidak dapat diterima karena ternyata setiap
item dalam subtes ini tidak hanya mengukur satu faktor arithmetic reasoning
saja.
Melihat hasil yang seperti ini maka dilakukanlah analisis faktor dengan
mengenai berapa banyak faktor yang diukur oleh subtes arithmetic reasoning
dengan batas eugen value 1. Melalui SPSS diperkirakan bahwa subtes arithmetic
reasoning sebenarnya mengukur lima faktor (Tabel 4.10). Namun perhitungan ini
hanya sebagai perkiraan saja, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai berapa
sebenarnya jumlah faktor yang diukur oleh subtes arithmetic reasoning dan
Penjelasan mengenai kelima faktor dapat dilihat pada tabel 4.10 mengenai
112
Tabel 4.10
a
Rotated Component Matrix
Component
1 2 3 4 5
113
Tabel 4.11
Faktor Item
1 14, 15, 16, 17, 18
2 1, 2, 3, 4, 5, 7
3 6, 8, 9, 10
4 11, 12, 13
5 19, 20
Dari tabel 4.10 terlihat bahwa faktor 1 terukur oleh item 14, 15, 16, 17, 18.
Faktor 4 terukur oleh faktor 11, 12, 13 serta faktor 5 yang terukur oleh faktor 19
dan 20
untuk kostruk umum yang hendak diteliti yaitu inteligensi. Dalam konteks ini,
matriks korelasi antar faktor (subtes) digunakan sebagai input. Namun apabila
menggunakan Lisrel, kedua tingkatan analisis faktor ini dapat dilakukan secara
simultan (satu kali analisis). Analisis seperti ini disebut juga dengan nama
“analisis faktor konfirmatorik orde kedua” (second order factor analysis). Dalam
hal ini item merupakan indikator dari masing-masing subtes (faktor tingkat satu)
114
dan pada saat yang sama subtes merupakan indikator dari faktor tingkat kedua
(hanya satu kali analisis secara simultan) dan dari sudut statistik, analisis seperti
Hasil yang diperoleh untuk model dengan second order faktor analisis,
nilai Chi - Square = 5692.46, df = 8906, P-value = 1.00000 atau P>0,05 , dan
RMSEA = 0.000. Dapat disimpulkan bahwa model dengan dua tingkatan faktor
(second order CFA) fit dengan data. Artinya, teori yang mengatakan bahwa item-
item mengukur empat subtes dan keempat subtes mengukur inteligensi umum
dapat diterima. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.12 dan gambar 4.5.
Tabel 4.12
115
Gambar 4.5
Dari tabel dan gambar di atas ditemukan bahwa, subtes yang muatan
signifikan saja, yaitu subtes computation, three dimensional space dan vocabulary
116
BAB V
Dalam bab lima ini akan dipaparkan tentang kesimpulan, diskusi, dan saran
5.1 Kesimpulan
Pada bagian ini, akan dipaparkan kesimpulan dari pengujian hipotesis yang telah
adalah fit (sesuai) dengan model satu faktor, yang berarti semua item
2. Empat subtes GATB adalah fit (sesuai) dengan model satu faktor,
yaitu semua subtes mengukur satu faktor umum yang dalam hal ini
adalah “Inteligensi”.
sesudah dilakukannya modifikasi terhadap model dapat dilihat pada tabel 5.1.
117
Tabel 5.1
118
119
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa hipotesis 1 diterima yang
artinya bahwa semua subtes dalam GATB fit (sesuai) dengan model satu faktor,
yaitu mengukur hanya satu kemampuan yang didefinisikan pada subtes tersebut.
Dari empat subtes dalam GATB terdapat dua subtes yang untuk mencapai model
fit hanya memerlukan modifikasi yang singkat, namun dua subtes lainnya untuk
mencapai model fit harus dilakukan beberapa kali modifikasi yang lebih
Terdapat dua subtes yang dalam mencapai model fit hanya memerlukan
modifikasi yang singkat karena memiliki item yang baik setelah item-item yang
tidak signifikan dan bernilai negatif dibuang. Subtes tersebut adalah computation
dan vocabulary, keduanya dianggap bernilai baik karena tidak memiliki korelasi
antar item yang terlalu banyak sehingga setiap item terbukti memang mengukur
konstruk yang dimaksud. Kedua subtes tersebut memiliki karakteristik yang baik
dikarenakan memiliki jenis item yang setara dan mengukur satu jenis kemampuan
modifikasi adalah three dimensional space dan arithmetic reasoning. Jenis item
dalam subtes ini memiliki karakteristik yang tidak baik karena memiliki terlalu
dalam setiap item selain mengukur kemampuan numerik namun juga memerlukan
persoalan dalam setiap item dibalut dengan soal berbentuk cerita yang terstruktur.
120
Apabila subjek tidak mengerti perintah dalam setiap item pada subtes arithmetic
dari empat subtes GATB yang signifikan dalam mengukur inteligensi umum,
analisis faktor dua tingkat ini item-item yang berkoefisien negatif dan tidak
signifikan pada setiap subtes tidak digunakan atau di drop supaya menghasilkan
yang mengukur inteligensi, menunjukkan bahwa alat tes GATB masih dapat dan
layak digunakan sebagai salah satu alat tes inteligensi namun perlu dilakukan
5.2 Diskusi
Melihat hasil analisis yang menyatakan bahwa terdapat subtes yang bersifat
multidimensional karena ternyata secara teoritis, tiga subtes dari empat subtes
yang diteliti dalam GATB memang mengukur lebih dari 1 faktor. Subtes yang
121
kemampuan verbal ternyata juga mengukur general learning ability dan subtes
ability.
bahwa terdapat banyak korelasi antar measurement error pada setiap item di
subtes GATB. Hal ini menunjukkan bahwa banyak item dalam tes GATB yang
selain mengukur apa yang hendak diukur, ternyata juga mengukur hal yang lain
kesalahan pengukuran pada satu item dengan kesalahan pengukuran pada item
lainnya dalam subtes tersebut. Selanjutnya pada subtes three dimensional space
terdapat 281 korelasi yang sejenis, pada subtes vocabulary terdapat 2 korelasi,
Hal ini menunjukkan bahwa pada subtes yang itemnya valid (signifikan)
tidak sebanding dengan jumlah item dari setiap subtes yang cenderung
122
2. Waktu pengerjaan untuk setiap subtes yang singkat menuntut subjek
penafsiran lebih mendalam. Hal ini dapat dilihat dalam subtes three
5. Rentangan atau varians dari tingkat kesukaran soal antar satu subtes
kesukaran soal yang relatif sama. Karena hal ini dapat berpengaruh
123
pada di dropnya item tertentu. Dari hasil indeks validitas item, terlihat
bahwa dari semua item, lebih dari setengahnya (77,14 % = 135 item)
dapat terus digunakan, walaupun akan lebih baik bila dilakukan revisi
item-item tersebut.
General Aptitude Test Battery (GATB) Forms E and F. Jurnal ini bertujuan untuk
Dalam jurnal dijelaskan bahwa bentuk kognitif mencakup tujuh subtes dalam
menyederhanakan item tes itu sendiri. Sebagai contoh dari perbaikan item tes,
pada subtes three dimensional space, kualitas cetak dan resolusi ditingkatkan
5.3 Saran
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, peneliti memberi saran yang dapat digunakan untuk pengembangan
124
penelitian ke depannya. Saran tersebut berupa saran metodologis dan saran
praktis.
budaya dan hal penting lainnya yang dalam penelitian ini tidak
dimiliki datanya.
setiap subtes sebenarnya masih terdiri dari beberapa sub faktor, yang
berbeda tingkatan (analisis faktor tiga tingkat). Jadi, akan lebih baik,
tersebut.
125
5.3.2 Saran Praktis
126
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, JP. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka.
127
Jöreskog, K.G. & Sörbom, D. (2006). LISREL 8.70 for windows (computer
software). Lincolnwood, IL: Scientific Software International, Inc.
Sadli, Saparinah. (1991). Inteligensi bakat dan test IQ. Jakarta: Gaya Favorit Pres.
Shaleh, A.R & Wahab, M.A. (2004). Psikologi suatu pengantar, Jakarta:
Prenada Media.
Sukardi, Dewa Ketut. (2009). Analisis tes psikologi teori dan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Van Ornum, William. (2008). Psychological testing across the life span. New
Jersey: Pearson Education, Inc
128
LAMPIRAN
129
130