Anda di halaman 1dari 18

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH

MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI SMP NEGERI 1 PEMALI


BANGKA

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kebersihan “Pangkal kesehatan”. Kata-kata ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Kebersihan di
lingkungan sekolah sering dikaitkan dengan sampah karena indikator bersih atau tidak suatu
sekolah tergantung dari banyak atau tidaknya sampah yang tidak pada tempatnya. Di suatu
sekolah seringkali terjadi permasalahan tentang kebersihan, hal ini disebabkan karena perilaku
warganya yang membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya meskipun berbagai
aturan sudah dibuat dan tempat-tempat sampah sudah disediakan tetapi mereka lebih biasa
“Dimana mereka makan/minum disitu sisanya dibuang”.

Di SMP Negeri 1 Pemali kondisinya tidak jauh berbeda, dengan luas lahan hampir dua hektar
sementara yang sudah ada bangunannya hanya sekitar 30% jadi praktis banyak lahan kosong
yang merupakan lokasi tempat bermain peserta didik dan ketika mereka ke kantin di sanalah
mulai terjadi sumber “Petaka sampah”. Dengan jumlah peserta didik lebih dari 400 orang
sementara kantin luasnya 4 x 3 meter x lima petak, sudah tentu mereka tidak dapat duduk
bersama melainkan makanan/minuman yang mereka beli dibawa berjalan atau ke kelas.
Untuk mengantisipasi peserta didik agar tidak membuang sampah sembarangan, sekolah
menerapkan berbagai aturan seperti yang termuat pada Buku Pedomana Warga Sekolah yang
berbunyi “Membuang sampah sembarangan diberi hukuman dengan mencari sampah sebanyak
dua kali yang dibuang ditambah dengan pengurangan skor 25 poin artinya bila peserta didik
melakukan pelanggaran dua kali saja, orangtua yang bersangkutan akan dipanggil ke sekolah
guna dikonfirmasi pelanggaran oleh anaknya.

Tetapi karena pengawasan yang dilakukan oleh para pendidik, guru piket maupun wali kelas
tidak selamanya dapat dilakukan, maka semakin hari volume sampah yang berserakan atau di
luar kotak sampah tidak berkurang bahkan semakin banyak. Sampah-sampah yang terbentuk
dikumpulkan oleh petugas kebersihan dan dibakar. Pembakaran sampah ini juga bermalah bagi
kelas-kelas yang berada di dekatnya karena disamping asapnya masuk ke ruangan belajar juga
ada sampah yang bila dibakar menimbulkan bau tidak sedap. Kondisi seperti ini bila dibiarkan
terus-menerus akan berakibat lingkungan sekolah tidak kondusip yang pada akhirnya dapat
mengganggu proses pembelajaran.
Berpijak dari itu semua maka pada Nopember 2011 didirikanlah “Bank Sampah” SMP Negeri 1
Pemali yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik khususnya agar tidak
membuang sampah di sembarang tempat melainkan di tempat-tempat yang telah ditentukan.
Disamping itu memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa sampah dapat dikelola
sedemikian rupa menjadi produk yang dapat menambah penghasilan tidak hanya dibakar atau
dikubur.
Berdasarkan tujuan dari didirikannya Bank Sampah tersebut maka penulis memilih judul “Upaya
meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah melalui program Bank Sampah di SMP Negeri 1
Pemali Kabupaten Bangka propinsi Bangka Belitung” dengan kebutuhan akan sampah itu
sendiri.
1.2. Permasalahan.
Beberapa permasalahan yang dapat penulis uraikan disini adalah:
1.2.1. Sisa-sisa makanan dan minuman berupa sampah organik maupun anorganik yang berasal dari
kantin selalu bertebaran diluar tempat-tempat sampah;
1.2.2. Upaya untuk memberikan kesadaran kepada peserta didik dengan memberikan hukuman kepada
yang membuang sampah sembarangan belum menunjukkan hasil yang signifikan;
1.2.3. Sampah-sampah yang dihasilkan setiap hari selalu dibakar oleh petugas kebersihan sangat
mengganggu lingkungan sekolah karena asapnya menebarkan bau yang tidak sedap.

1.3. Strategi Pemecahan Masalah.


2
Salah satu upaya yang penulis yakini dapat menyelesaikan permasalahan sampah di SMP Negeri
1 Pemali adalah dengan mendirikan Bank Sampah, karena di sistem Bank Sampah semua
sampah baik organik maupun anorganik mempunyai nilai ekonomis tinggi dan dapat
meningkatkan kesejahteraan warga sekolah atau bahkan dapat menjadi Pendapatan Asli Sekolah
(PAS). Dengan demikian peserta didik termotivasi untuk mengumpulkan sampah baik yang
mereka hasilkan sendiri maupun yang masih berserakan diluar kotak sampah atau di tempat-
tempat lain di lingkungan sekolah. disamping itu bukan tidak mungkin mereka juga akan
mencari sampah di luar lingkungan sekolah untuk dikumpulkan.

Sampah-sampah yang dihasilkan dari kantin mayoritas merupakan sampah anorganik plastik
seperti minuman gelas berperisa antara lain “Pruty” dengan gelas berwarna serta minuman gelas
tidak berperisa dan tidak berwarna seperti “Bolesa” dan jenis sampah organic seperti daun
pembungkus makanan serta kertas bekas yang semula bertebaran mereka kumpulkan dan
dipisahkan sesuai dengan jenisnya yang masing-masing jenis memiliki harga jual tersendiri dan
dibawa ke Bank Sampah disini mereka dapat bertransaksi layaknya menabung di Bank.

Sebelum adanya Bank Sampah peserta didik akan diberi hukuman berupa mencari sampah
sebanyak dua kali dari sampah dibuang ditambah pengurangan 25 poin dari 200 poin yang
disediakan apabila kedapatan membuang sampah sembarangan. Tetapi saat ini disamping
hukuman masih tetap berlaku apabila membuang sampah sembarangan, sampah-sampah yang
mereka kumpulkan akan dihargai sesuai dengan jenis dan banyaknya sampah ditambah 5 poin
sebagai bonus karena mereka peduli lingkungan sesuai dengan yang tertera pada Buku Pedoman
Warga Sekolah SMP Negeri 1 Pemali.

Apabila sebelumnya sampah-sampah yang ada selalu dibakar oleh petugas kebersihan sekolah
maka sejak adanya Bank Sampah mereka tidak perlu lagi membakarnya karena semua sampah
yang memiliki nilai ekonomis sudah dipisah dan dikumpulkan peserta didik kepada pengelola
Bank Sampah, mereka petugas kebersihan sekolah hanya mengubur sampah-sampah organik
daun untuk dijadikan pupuk organik/kompos.

PEMBAHASAN

2.1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah


Pada bagian terdahulu penulis telah menjelaskan bahwa penerapan Bank Sampah di SMP Negeri
1 Pemali dapat membantu menyelesaikan permalasahan sampah yang selalu menjadi
permasalahan utama kebersihan sekolah. Selama ini kami hanya memberikan imbauan,
pemahaman, dan hukuman terhadap peserta didik yang kedapatan membuang sampah tidak pada
tempatnya tetapi hasilnya tidak mengembirakan. Setiap saat selalu terlihat ada sampah yang
berserakan, selogan yang dibuat hanya menjadi penghias dinding belaka. penulis sebagai
pimpinan sekolah sangat merasakan betapa sulitnya menyadarkan peserta didik dalam hal
mengelola sampah.

Bank Sampah adalah tempat untuk menampung, memilah, dan mendistribusikan sampah ke
fasilitas pengolahan sampah yang lain atau kepada pihak yang membutuhkan. Kunci utama ada
pada pemilahan atau pemisahan sampah berdasarkan jenis dan kondisinya. Peserta didik akan
memilah sendiri sampah yang mereka hasilkan dan ini mereka lakukan atas dasar kebutuhan
akan hasil dari sampah yang dikumpulkan. Sampah yang telah dipisahkan dibawa ke manajemen
Bank Sampah bagian pengolahan, disini mereka akan menerima data jumlah sampah yang
disetor selanjutnya data ini dibawa ke bagian adiministrasi keuangan dan selanjutnya mereka
akan mengetahui nominal dari tabungan mereka tentu saja sudah dikonversi dalam bentuk nilai
uang.

Kegiatan pengumpulan sampah tersebut merela lakukan setiap hari atau bahkan setiap saat
manakala mereka melihat sampah tanpa perlu diperintah apalagi dipaksa, sementara itu petugas
kebersihan sekolah hanya mengumpulkan sampah organik berupa daun yang akan mereka kubur
untuk dijadikan kompos. Kerjasama yang sinergis untuk menyingkirkan sampah dari pandangan
mata serta membuatnya dari sesuatu yang tidak berharga menjadi sangat berharga. Strategi inilah
yang membuat penulis fokus pada Bank Sampah karena dapat meningkatkan kebersihan
lingkungan sekolah.

Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan bagan berikut:


Bagan 2.1. Menejemen Pengelolaan Sampah oleh Bank Sampah.
5

Sampah-sampah organik dan anorganik berada di lingkungan sekolah yang sudah dipisahkan
menurut jenisnya dikumpulkan oleh peserta didik (nasabah) dan dibawa ke manajemen Bank
Sampah bagian pengolahan untuk ditimbang, kemudian nasabah akan membawa data tabungan
sampah mereka ke bagian administrasi keuangan untuk dicatat dalam buku tabungan. Bagian
pemasaran akan menjual atau memasarkan ke pihak ketiga, setelah mengetahui harga jual
barulah bagian administrasi mengonversi jumlah sampah yang ditabung kebentuk rupiah dalam
buku tabungan. Nasabah dapat melihat jumlah tabungan mereka kapanpun mereka mau.

Sementara itu sampah organik berupa dedaunan dikumpulkan oleh petugas kebersihan sekolah
untuk dijadikan kompos atau langsung diletakkan dalam pot-pot tanaman yang besar. Hal
demikian dilakukan setiap saat dan setiap hari ketika mereka melihat ada sampah yang
tergeletak serta bertebaran di lingkungan sekolah.

2.2. Hasil Yang Dicapai Dari Strategi Yang Dipakai.


Sebelum diluncurkan Program Bank Sampah pada bulan November 2011 atau lebih dari satu
tahun penulis memimpin sekolah ini sampah-sampah berserakan, meskipun di setiap kelas
sudah disiapkan kotak sampah serta peraturan sudah dibuat dan disepakati, namun karena
mungkin kebiasaan di luar sekolah tidak tertib atau bahkan tidak peduli terhadap sampah maka
seakan sangat sulit bagi kami untuk memotivasi peserta didik agar membuang sampah pada
tempatnya, dan tidak membawa sampah dari kantin ke lingkungan kelas apalagi ke dalam kelas.

Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dibentuk untuk memotivasi warga sekolah terutama
peserta didik agar memerdayakan sampah secara maksimal menjadi sesuatu yang berharga
apalagi sampai dapat menambah penghasilan kas kelas atau bahkan secara perorangan dapat
menambah penghasilan pribadi. Keberadaan Bank Sampah di sekolah ini baru beberapa bulan
namun dari pemantauan kami terhadap kebersihan lingkungan sekolah sangat menggembirakan.
Meskipun masih terlihat peserta didik membawa makanan/minuman dari kantin dan terkadang
ada juga yang membuang tidak pada tempatnya tetapi peserta didik lain dengan cepat
mengambilnya. Kami tidak lagi harus berteriak apalagi sampai memberikan hukuman kepada
yang membuang sampah sembarangan karena kesadaran mereka yang mulai tumbuh meskipun
belum semuanya.

Sampah-sampah organik daun yang selama ini hanya ditumpuk atau dibakar oleh petugas
kebersihan sekolah dan menghasilkan unggukan sampah baru serta menimbulkan permasalah
baru terhadap lingkungan sekolah dari asap pembakarannya, belakangan ini mereka sudah
mulai terbiasa untuk tidak membakarnya melainkan dimasukkan kedalam pot-pot tananam yang
besar dengan harapan agar pot-pot tersebut mendapat nutrisi untuk tanamannya. Selain itu ada
juga yang dikubur untuk dijadikan kompos meskipun pembuatan kompos tersebut belum
mengikuti aturan yang sudah ditentukan tetapi paling tidak sudah membantu mengurangi
pencemaran udara lingkungan sekolah akibat pembakaran sampah.

2.3. Kendala - kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Program.


Sumber – sumber utama sampah yang masuk ke lingkungan sekolah adalah berasal dari lima
petak kantin sekolah, kantin SD Negeri 14, dan warung tetangga yang keduanya bersebelahan
dengan SMP Negeri 1 Pemali. Belum lengkapnya pagar yang mengelilingi sekolah
menyebabkan kami tidak maksimal mengontrol peserta didik yang keluar berbelanja di luar
kantin sekolah meskipun setiap saat ada imbauan dari sekolah. Faktor lain yang menyebabkan
mereka berbelanja di luar sekolah adalah sedikitnya daya tampung kantin serta sekolah
mengeluarkan kebijakan bahwa kantin sekolah hanya boleh menjual makanan/minuman yang
pro Bank Sampah.

Untuk mempermudah warga sekolah khususnya peserta didik meletakkan sisa


makanan/minuman mereka seharusnya di depan setiap kelas dan di tempat-tempat tertentu
disediakan empat buah kotak sampah yang masing-masing untuk sampah organik, sampah
anorganik non gelas, sampah anorganik gelas berwarna, dan sampah anorganik gelas tidak
berwarna. Tetapi karena keterbatasan dana yang ada maka untuk sementara setiap kelas hanya
menyediakan karung dan kotak sampah biasa. Sedangkan di tempat-tempat selain kelas
disediakan satu kota sampah. Untuk tahun pelajaran 2011/2012 dengan memanfaatkan
kelulusan dan kenaikan kelas diimbau agar orangtua memberikan sumbangan sukarela untuk
pembuatan kotak sampah “Empat serangkai”.

Kendala lain yang sangat kami rasakan dalam mengupayakan agar Bank Sampah dapat
membantu peningkatan kebersihan lingkungan sekolah adalah belum semua personil dari Bank
sampah memahami tugas masing-masing terutama menyosialisasikan kepada warga sekolah
mekanisme pelaksanaan Bank Sampah sehingga terkadang prosedur yang semestinya seperti
Bank umum lainnya tidak dilaksanakan, tetapi karena tujuan utama untuk kebersihan
lingkungan sekolah maka asal sudah ada perubahan paradigma warga sekolah terutama peserta
didik dari mengumpulkan sampah dengan “Terpaksa” menjadi “Kebutuhan” untuk
mengumpulkan sampah. Secara pinansial kami tidak mengharapkan bantuan dari pemerintah
yang relevan seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk membantu program Bank Sampah
ini tetapi paling tidak ada bantuan moril serta bimbingan teknis terutama cara membuat pupuk
organik yang ekonomis.

Kebersihan lingkungan sekolah dan program Bank Sampah pada awalnya sangat menurunkan
pendapatan kantin sekolah karena kebijakan sekolah melarang penjualan makanan/minuman
yang berbungkus tidak ekonomis seperti gula-gula, es bungkus, chitatos dan sejenisnya namun
karena selama ini mereka banyak mendapat keuntungan dari menjual produk-produk
“Larangan” tersebut maka terkadang mereka menjualnya secara sembunyi dan ini sangat
merugikan lingkungan sekolah sebab bahan-bahan tersebut pada umumnya tidak laku dijual
dipasaran atau belum tersentuh oleh Bank Sampah. Hal lain yang merugikan lingkungan
karena belum disentuh Bank Sampah adalah pipet bekas minuman berperisa maupun yang tidak
berperisa, sampah-sampah tersebut masih dibuang oleh petugas kebersihan.

2.4. Faktor – faktor Pendukung.


Ada sesuatu yang sangat mengembirakan dan membangkitkan semangat penulis dalam
melaksanakan pogram Bank Sampah di SMP Negeri 1 Pemali ini sehingga penulis sangat yakin
dapat meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah yaitu adanya semangat yang luar biasa dari
semua komponen sekolah untuk mendukung program dengan cara mereka masing-masing
terutama para wali kelas. Meskipun sarana yang diharapkan dalam menunjang program sangat
minim atau bahkan tidak ada sama sekali, akan tetapi luasnya lahan milik sekolah yang masih
kosong untuk proses pengomposan disertai dengan banyaknya pepohonan yang rindang juga
membuat program Bank Sampah ini diyakini akan sukses dikemudian hari.

Keunikan dari sistem Bank Sampah itu sendiri yang memberikan penghargaan atau imbalan
sesuai dengan hasil kerja bagi pengumpulnya juga sangat berpengaruh kepada motivasi warga
sekolah terutama peserta didik untuk tidak menyia-nyiakan sampah yang bernilai ekonomis
berada di depan mata mereka. Ketika melihat ada sampah yang bernilai ekonomis mereka
langsung mengambilnya dan dikumpulkan serta bila memungkinkan mereka langsung
membawanya ke manajemen Bank sampah. Inilah yang penulis maksud dengan membuang
sampah atau mengambil sampah atas dasar kesadaran karena “Kebutuhan” meskipun terkesan
mereka memberdayakan sampah disebabkan oleh karena sampah tersebut dibeli atau “Money
Oriented”.

2.. Alternatif Pengembangan.


Keberadaan Bank Sampah di sekolah tidak hanya untuk menunjang kebersihan lingkungan
sekolah melainkan juga dapat meningkatkan mendapatan peserta didik sebagai nasabah baik
sebagai pribadi maupun dalam kelompok serta sekaligus menjadi salah satu sumber Pendapatan
Asli Sekolah (PAS), hal ini dikarenakan Bank Sampah dikelola oleh sekolah. Tetapi untuk
jangka panjang Bank Sampah akan menjadi Unit Produksi karena telah memiliki manajemen
sendiri layaknya Bank Umum lainnya namun Kepala Sekolah tetap sebagai komisaris
sedangkan Kepala Badan Lingkungan Hidup atau Kepala Dinas Pendidikan sebagai Komisaris
Utama.

Sampah-sampah plastik bening maupun berwarna tidak hanya untuk dijual begitu saja tetapi
juga dapat dijadikan berbagai produk hilir untuk menunjang pariwisata, demikian pula pipet
bekas air mineral maupun air berperisa serta bungkus makanan dan gula-gula yang sebelumnya
tidak disentuh Bank Sampah dapat dijadikan produk-produk hilir yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Karena itu akan diupayakan ada kerjasama dengan Dinas Pariwisata serta
pengusaha penggiat pariwisata lainnya dan untuk itu sekolah berencana mengirimkan guru
keterampilan untuk belajar pembuatan produk hilir sampah di daerah yang sudah berhasil
mengelola Bank Sampah.

Kerjasama dengan Bank-bank umum akan dilakukan untuk pembinaan manajemen Bank
Sampah terutama dalam hal pengelolaan administrasi keuangan dan yang menarik salah satu
Bank di Sungailiat sudah membuka peluang agar nantinya Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali
dapat bekerjasama dengan mereka. Bank Sampah dot com juga menawarkan diri untuk diajak
kerjasama terutama penyediaan alat-alat pengolah sampah dengan harga yang relatif murah
dibanding dengan harga di tempat lain. Badan Lingkungan Hidup kabupaten Bangka dan
Kooperasi Serba Usaha Pemali juga telah memberikan peluang untuk kerjasama terutama
menampung produk hulu sampah. Maka dengan banyaknya peluang kerjasama dengan
pemangku kepentingan tersebut, sekali lagi penulis sangat yakin bahwa Bank Sampah SMP
Negeri 1 Pemali bila dikelola secara professional akan menjadi sumber Pendapatan Asli
Sekolah (PAS) serta menjadi penyebab kebersihan lingkungan sekolah.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1. Kesimpulan.
Dari beberapa pembahasan yang telah penulis paparkan, dapat disimpulkan bahwa:
3.1.1. Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dapat meningkatkan motivasi warga sekolah terutama
peserta didik dalam hal mengelola sampah;
3.1.2. Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dapat meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah karena
warga sekolah terutama peserta didik mengumpulkan sampah bukan dalam keadaan “Terpaksa”
melainkan “Kebutuhan”.
3.1.3. Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dapat meningkatkan pendapatan warga sekolah terutama
yang menjadi nasabah baik secara pribadi maupun berkelompok, karena sampah-sampah yang
dikumpulkan dijual ke menejemen Bank Sampah;
Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dapat meminimalisir pambakaran sampah organik daun
karena sampah-sampah dimaksud dikubur untuk dijadikan kompos atau langsung dimasukkan
dalam pot-pot tananam yang besar sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah di sekita
tananam.

3.2. Rekomendasi.
Meskipun umur Bank Sampah di SMP Negeri 1 Pemali baru beberapa bulan namun
keberadaannya sangat signifikan terhadap peningkatan kebersihan lingkungan sekolah, maka
penulis merekomendasikan hal-hal berikut:
3.2.1. Perlu membinaan manajemen oleh pihak-pihak terkait sehingga keberadaan Bank Sampah dapat
menjadi andalan tidak hanya untuk kepentingan kebersihan sekolah melainkan sebagai
Pendapaan Asli Sekolah (PAS);
3.2.2. Sangat perlu adanya kerjasama dengan pemangku kepentingan yang relevan untuk
pengembangan Bank Sampah sehingga keberadaanya tidak hanya bermanfaat bagi sekolah
melainkan juga untuk kepentingan daerah terutama pengembangan pariwisata dan
pengembangan lainnya.
Composting

Lingkungan

P
E
M
B
U
K
U
A
N
Organik
Pihak ketiga

Pengelola
Bank Sampah

Glas bening

Glas warna

Anorganik

Collector/
Nasabah

Sampah
Diposkan oleh Amiruddin Balkis di 08.40
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2013 (5)
o ▼ Agustus (5)
 UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN
SEKOLAH M...
 UKHUWAH ISLAMIYAH
 Peran Pengawas Sekolah
 Daftar Nama Pengawas SM Bangka
 Selamat Datang di Blog Pengawas Sekolah Menengah B...

Mengenai Saya
Amiruddin Balkis
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Gambar template oleh luoman. Dibe

KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH


Latar Belakang Masalah
Kebersihan pangkal kesehatan. Kata-kata ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Di suatu
lingkungan sekolah seringkali sebuah sekolah mengalami permasalah tentang kebersihan. Hal ini
disebabkan oleh para siswa yang membuang sampah sembarangan. Motivasi penulis mengangkat
tema ini karena sangat kurang sekali kesadaran siswa-siswa untuk membuang sampah pada
tempat sampah atau tong sampah yang telah disediakan.
Walaupun sudah tiap hari diingatkan atau dinasehati namun sampah tetap saja berserakan di
halaman maupun di dalam kelas. Bahkan kalau diperiksa di dalam laci meja penuh oleh sampah-
sampah kertas dan bekas bungkus makanan. Pemberian hukuman dan sangsi-sangsi tidak
membuahkan hasil yang memuaskan. Pemberian hukuman-hukuman dan sangsi-sangsi tersebut
tidak memberikan pengaruh yang berarti.
Seringkali kita mendengar slogan-slogan di berbagai tempat terutama di sekolah, yang isinya
mengajak kita untuk menjaga kebersihan lingkungan. Akan tetapi slogan tadi tidak kita
pedulikan, slogan tadi fungsinya hanya seperti hiasan belaka tanpa ada isinya, padahal isi dari
sebuah slogan sangat penting bagi kita. Banyak slogan yang mengajak kita untuk menjaga
kebersihan, tapi apa kenyataannya? Siswa masih membuang sampah sembarangan, selain ini
siswa juga merobek-robek kertas dalam kelas dan bila memakan jajan di tempat A bungkusnya
dibuangnya juga di tempat A, padahal di tempat-tempat tersebut telah disediakan tempat sampah.
Tentu kita tidak mau sekolah kita menjadi kotor, kumuh dan penuh dengan sampah. Disamping
itu sampah yang kita buang sembarangan tadi juga dapat mencemari lingkungan, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas dan juga dapat menyebabkan suasana belajar kita tidak nyaman. Oleh
karena itulah saya selaku penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kebersihan
lingkungan sekolah untuk membantu para murid menjadi lebih paham akan arti kebersihan
lingkungan, terutama lingkungan disekitar sekolah.

Arti kebersihan lingkungan


kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungan dari segala yang
kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman.
Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan dan sehat adalah salah satu faktor
yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi,
juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah, dan bau.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higienis yang baik.
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat kerja, dan berbagai sarana
umum.
Kebersihan lingkungan sekolah adalah salah satu faktor yang mendorong kita untuk lebih
bersemangat dalam proses kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu kebersihan lingkungan
sekolah harus dijaga. Begitu pula dengan kebersihan lingkungan yang harus kita jaga dan kita
lestarikan. Kondisi kebersihan saat ini belum menunjukkan lingkungan sekolah yang bersih.
Masih banyak kita jumpai sampah-sampah yang dibuang sembarangan. Misalnya di kolong
meja, kantin, dan tempat-tempat yang tidak terlihat oleh mata (tersembunyi). Padahal, tempat-
tempat tersebut bukanlah tempat sampah.
Sampah-sampah tersebut berupa sampah sisa makanan, bungkus plastik makanan, dan lain-lain.
Pada saat upacara bendera yang diadakan setiap hari senini, pihak sekolah selalu mengingatkan
para siswa-siswi untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Tetapi, tidak jarang juga
ditemukan siswa yang masih saja mengotori lingkungan sekolah. Pihak sekolah sudah
melakukan tindakan-tindakan untuk tercapainya lingkungan sekolah yang bersih, indah, sehat,
dan nyaman. Tindakan-tindakan tersebut antara lain mengecat kursi dan bangku agar bersih dari
coretan-coretan yang tidak pantas untuk anak sekolah, mengunci ruang kelas pada saat jam
istirahat berlangsung agar siswa dan siswi tidak makan dikelas yang menyebabkan kelas menjadi
kotor, dan memberi sanksi yang tegas bagi siswa dan siswi yang melanggar.
Dengan tindakan-tindakan tersebut diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk menjaga
kebersihan lingkungan sekolah dan dapat menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang bersih,
bebes dari sampah, indah, sehat, dan dapat mendukung kegiatan proses belajar mengajar (KBM).
Tetapi masih saja bisa kita jumpai tulisan-tulisan kecil di meja-meja kelas yang baru saja dicat
ulang, sampah- sampah kertas di kolong meja. Hal tersebut menunjukkan betapa rendahnya
tingkat kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Meskipun pihak sekolah
sudah melakukan upaya-upaya untuk menciptakan kebersihan tetapi jika siswa dan siswinya
tidak mempunyai rasa memiliki terhadap fasilitas-fasilitas yang ada, maka semua tindakan
tersebut menjadi sia-sia.

Peran Siswa dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah

Agar sekolah terlihat bersih, siswa dapat berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan
sekolah dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, selain itu siswa juga bisa memungut
sampah yang berserakan dan membuangnya pada tempat sampah yang telah tersedia agar tidak
ada sampah yang berserakan di lingkungan sekolah. Serta, siswa diharapkan tidak mencorat-
coret tembok dan bangku yang merupakan sarana pembelajaran, dengan begitu, bangku dan
tembok akan tetap terlihat bersih tanpa adanya coretan-coretan yang dibuat oleh siswa dan siswi.
Selain membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan bangku dan tembok, siswa juga
diwajibkan untuk melaksanakan piket kelas yang sudah menjadi ketentuan . Dan juga bisa
dijadikan lomba kebersihan kelas induk untuk masing-masing kelas, agar siswa dan siswi dapat
menjaga kebersihan kelas induknya masing-masing. Diluar lomba kebersihan kelas induk
tersebut, juga pihak sekolah membuat satu peraturan yang didalamnya berisi anjuran bagi siswa
dan siswi untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan memberi sanksi yang tegas bagi
siswa dan siswi yang melanggarnya.
Hal yang paling pokok untuk peran siswa dan siswi dalam menjaga kebersihan ini adalah,
kesadaran diri masing-masing individu untuk menjaga kebersihan sekolahnya agar sekolah tetap
dalam keadaan bersih dan nyaman untuk proses kegiatan belajar mengajar.
Dampak Kondisi Lingkungan Sekolah terhadap Siswa/i.
Dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi prestasi siswa. Salah satunya
yaitu kebersihan lingkungan sekolah, khususnya pada lingkungan kelas. Kebersihan sangat
mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. Jika kelas bersih, indah dan tertata rapi maka
kemungkinan besar kenyamanan dalam proses pembelajaran akan tercapai. Selain itu konsentrasi
pun bisa lebih fokus, dengan begitu sistem kerja otak akan semakin meningkat. Tetapi
sebaliknya, jika lingkungan sekolah terutama kelas terlihat kotor dan kumuh, pelajaran atau
materi yang akan diberikan oleh guru akan sulit diterima oleh siswa, hal ini disebabkan karena
pecahnya konsentrasi akibat situasi kelas yang tidak nyaman. Suasana kelas yang seperti ini juga
menyebabkan siswa bosan atau mengantuk. Maka dari itu kelas harus selalu dalam keadaan
bersih agar siswa bisa meningkatkan prestasinya.
Dalam menjaga kebersihan kelas, dibutuhkan kerja sama antara siswa, guru, dan petugas
kebersihan sekolah. Siswa adalah salah satu pendukung kebersihan sekolah, karena jumlah siswa
yang sangat banyak jika dibandingkan dengan warga sekolah lainnya. Siswa yang memiliki IQ
tinggi pasti memiliki kecerdasan dan kecekatan dalam berfikir. Maka jika diingatkan untuk tidak
membuang sampah sembarangan ataupun mencorat-coret bangku, siswa akan mematuhi hal
tersebut. Dengan kata lain, siswa yang tidak bisa diperingatkan, selalu merusak, mengotori
lingkungan sekolah bisa dikatakan siswa tersebut ber IQ rendah.
Kebersihan sangat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. Jika kelas bersih, indah dan tertata
rapi maka kemungkinan besar kenyamanan dalam proses pembelajaran akan tercapai. Selain itu
konsentrasi pun bisa lebih fokus, dengan begitu sistem kerja otak akan semakin meningkat.
Tetapi sebaliknya, jika lingkungan sekolah terutama kelas terlihat kotor dan kumuh, pelajaran
atau materi yang akan diberikan oleh guru akan sulit diterima oleh siswa, hal ini disebabkan
karena pecahnya konsentrasi akibat situasi kelas yang tidak nyaman. Suasana kelas yang seperti
ini juga menyebabkan siswa bosan atau mengantuk. Maka dari itu kelas harus selalu dalam
keadaan bersih agar siswa bisa meningkatkan prestasinya.

. Upaya Menciptakan Sekolah yang Bersih


Tentu kita tidak mau sekolah kita menjadi kotor, kumuh, dan penuh dengan sampah.
Disamping itu, sampah yang sering kita buang dengan sembarangan dapat mencemari
lingkungan baik didalam maupun di luar kelas dan juga dapat menyebabkan suasana belajar yang
tidak nyaman. Demi terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, sehat, dan indah sebaiknya
melakukan upaya-upaya yang bersifat mengatasi masalah tersebut, upaya-upaya yang perlu di
lakukan adalah sebagai berikut:
Guru memberi contoh bila membuang sampah selalu pada tempatnya.
Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda ataupun hukuman bagi setiap
siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya.
Siswa diharapkan mempunyai kesadaran hati nuraninya sendiri untuk menjaga kebersihan
sekolah.
Petugas piket pada hari itu juga harus membersihkan kelas dan lingkungan sekitar.
Melarang siswa membuang sampah tidak pada tempatnya.
Melarang siswa mencorat-coret meja atau kursi di dalam kelas atau lingkungan
sekitar dan memberikan sanksi yang tegas badgi pelanggarnya. Memberi sanksi bagi siswa yang
melanggar tata tertib kebersihan di sekolah

Anda mungkin juga menyukai