PENDAHULUAN
Di SMP Negeri 1 Pemali kondisinya tidak jauh berbeda, dengan luas lahan hampir dua hektar
sementara yang sudah ada bangunannya hanya sekitar 30% jadi praktis banyak lahan kosong
yang merupakan lokasi tempat bermain peserta didik dan ketika mereka ke kantin di sanalah
mulai terjadi sumber “Petaka sampah”. Dengan jumlah peserta didik lebih dari 400 orang
sementara kantin luasnya 4 x 3 meter x lima petak, sudah tentu mereka tidak dapat duduk
bersama melainkan makanan/minuman yang mereka beli dibawa berjalan atau ke kelas.
Untuk mengantisipasi peserta didik agar tidak membuang sampah sembarangan, sekolah
menerapkan berbagai aturan seperti yang termuat pada Buku Pedomana Warga Sekolah yang
berbunyi “Membuang sampah sembarangan diberi hukuman dengan mencari sampah sebanyak
dua kali yang dibuang ditambah dengan pengurangan skor 25 poin artinya bila peserta didik
melakukan pelanggaran dua kali saja, orangtua yang bersangkutan akan dipanggil ke sekolah
guna dikonfirmasi pelanggaran oleh anaknya.
Tetapi karena pengawasan yang dilakukan oleh para pendidik, guru piket maupun wali kelas
tidak selamanya dapat dilakukan, maka semakin hari volume sampah yang berserakan atau di
luar kotak sampah tidak berkurang bahkan semakin banyak. Sampah-sampah yang terbentuk
dikumpulkan oleh petugas kebersihan dan dibakar. Pembakaran sampah ini juga bermalah bagi
kelas-kelas yang berada di dekatnya karena disamping asapnya masuk ke ruangan belajar juga
ada sampah yang bila dibakar menimbulkan bau tidak sedap. Kondisi seperti ini bila dibiarkan
terus-menerus akan berakibat lingkungan sekolah tidak kondusip yang pada akhirnya dapat
mengganggu proses pembelajaran.
Berpijak dari itu semua maka pada Nopember 2011 didirikanlah “Bank Sampah” SMP Negeri 1
Pemali yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik khususnya agar tidak
membuang sampah di sembarang tempat melainkan di tempat-tempat yang telah ditentukan.
Disamping itu memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa sampah dapat dikelola
sedemikian rupa menjadi produk yang dapat menambah penghasilan tidak hanya dibakar atau
dikubur.
Berdasarkan tujuan dari didirikannya Bank Sampah tersebut maka penulis memilih judul “Upaya
meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah melalui program Bank Sampah di SMP Negeri 1
Pemali Kabupaten Bangka propinsi Bangka Belitung” dengan kebutuhan akan sampah itu
sendiri.
1.2. Permasalahan.
Beberapa permasalahan yang dapat penulis uraikan disini adalah:
1.2.1. Sisa-sisa makanan dan minuman berupa sampah organik maupun anorganik yang berasal dari
kantin selalu bertebaran diluar tempat-tempat sampah;
1.2.2. Upaya untuk memberikan kesadaran kepada peserta didik dengan memberikan hukuman kepada
yang membuang sampah sembarangan belum menunjukkan hasil yang signifikan;
1.2.3. Sampah-sampah yang dihasilkan setiap hari selalu dibakar oleh petugas kebersihan sangat
mengganggu lingkungan sekolah karena asapnya menebarkan bau yang tidak sedap.
Sampah-sampah yang dihasilkan dari kantin mayoritas merupakan sampah anorganik plastik
seperti minuman gelas berperisa antara lain “Pruty” dengan gelas berwarna serta minuman gelas
tidak berperisa dan tidak berwarna seperti “Bolesa” dan jenis sampah organic seperti daun
pembungkus makanan serta kertas bekas yang semula bertebaran mereka kumpulkan dan
dipisahkan sesuai dengan jenisnya yang masing-masing jenis memiliki harga jual tersendiri dan
dibawa ke Bank Sampah disini mereka dapat bertransaksi layaknya menabung di Bank.
Sebelum adanya Bank Sampah peserta didik akan diberi hukuman berupa mencari sampah
sebanyak dua kali dari sampah dibuang ditambah pengurangan 25 poin dari 200 poin yang
disediakan apabila kedapatan membuang sampah sembarangan. Tetapi saat ini disamping
hukuman masih tetap berlaku apabila membuang sampah sembarangan, sampah-sampah yang
mereka kumpulkan akan dihargai sesuai dengan jenis dan banyaknya sampah ditambah 5 poin
sebagai bonus karena mereka peduli lingkungan sesuai dengan yang tertera pada Buku Pedoman
Warga Sekolah SMP Negeri 1 Pemali.
Apabila sebelumnya sampah-sampah yang ada selalu dibakar oleh petugas kebersihan sekolah
maka sejak adanya Bank Sampah mereka tidak perlu lagi membakarnya karena semua sampah
yang memiliki nilai ekonomis sudah dipisah dan dikumpulkan peserta didik kepada pengelola
Bank Sampah, mereka petugas kebersihan sekolah hanya mengubur sampah-sampah organik
daun untuk dijadikan pupuk organik/kompos.
PEMBAHASAN
Bank Sampah adalah tempat untuk menampung, memilah, dan mendistribusikan sampah ke
fasilitas pengolahan sampah yang lain atau kepada pihak yang membutuhkan. Kunci utama ada
pada pemilahan atau pemisahan sampah berdasarkan jenis dan kondisinya. Peserta didik akan
memilah sendiri sampah yang mereka hasilkan dan ini mereka lakukan atas dasar kebutuhan
akan hasil dari sampah yang dikumpulkan. Sampah yang telah dipisahkan dibawa ke manajemen
Bank Sampah bagian pengolahan, disini mereka akan menerima data jumlah sampah yang
disetor selanjutnya data ini dibawa ke bagian adiministrasi keuangan dan selanjutnya mereka
akan mengetahui nominal dari tabungan mereka tentu saja sudah dikonversi dalam bentuk nilai
uang.
Kegiatan pengumpulan sampah tersebut merela lakukan setiap hari atau bahkan setiap saat
manakala mereka melihat sampah tanpa perlu diperintah apalagi dipaksa, sementara itu petugas
kebersihan sekolah hanya mengumpulkan sampah organik berupa daun yang akan mereka kubur
untuk dijadikan kompos. Kerjasama yang sinergis untuk menyingkirkan sampah dari pandangan
mata serta membuatnya dari sesuatu yang tidak berharga menjadi sangat berharga. Strategi inilah
yang membuat penulis fokus pada Bank Sampah karena dapat meningkatkan kebersihan
lingkungan sekolah.
Sampah-sampah organik dan anorganik berada di lingkungan sekolah yang sudah dipisahkan
menurut jenisnya dikumpulkan oleh peserta didik (nasabah) dan dibawa ke manajemen Bank
Sampah bagian pengolahan untuk ditimbang, kemudian nasabah akan membawa data tabungan
sampah mereka ke bagian administrasi keuangan untuk dicatat dalam buku tabungan. Bagian
pemasaran akan menjual atau memasarkan ke pihak ketiga, setelah mengetahui harga jual
barulah bagian administrasi mengonversi jumlah sampah yang ditabung kebentuk rupiah dalam
buku tabungan. Nasabah dapat melihat jumlah tabungan mereka kapanpun mereka mau.
Sementara itu sampah organik berupa dedaunan dikumpulkan oleh petugas kebersihan sekolah
untuk dijadikan kompos atau langsung diletakkan dalam pot-pot tanaman yang besar. Hal
demikian dilakukan setiap saat dan setiap hari ketika mereka melihat ada sampah yang
tergeletak serta bertebaran di lingkungan sekolah.
Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dibentuk untuk memotivasi warga sekolah terutama
peserta didik agar memerdayakan sampah secara maksimal menjadi sesuatu yang berharga
apalagi sampai dapat menambah penghasilan kas kelas atau bahkan secara perorangan dapat
menambah penghasilan pribadi. Keberadaan Bank Sampah di sekolah ini baru beberapa bulan
namun dari pemantauan kami terhadap kebersihan lingkungan sekolah sangat menggembirakan.
Meskipun masih terlihat peserta didik membawa makanan/minuman dari kantin dan terkadang
ada juga yang membuang tidak pada tempatnya tetapi peserta didik lain dengan cepat
mengambilnya. Kami tidak lagi harus berteriak apalagi sampai memberikan hukuman kepada
yang membuang sampah sembarangan karena kesadaran mereka yang mulai tumbuh meskipun
belum semuanya.
Sampah-sampah organik daun yang selama ini hanya ditumpuk atau dibakar oleh petugas
kebersihan sekolah dan menghasilkan unggukan sampah baru serta menimbulkan permasalah
baru terhadap lingkungan sekolah dari asap pembakarannya, belakangan ini mereka sudah
mulai terbiasa untuk tidak membakarnya melainkan dimasukkan kedalam pot-pot tananam yang
besar dengan harapan agar pot-pot tersebut mendapat nutrisi untuk tanamannya. Selain itu ada
juga yang dikubur untuk dijadikan kompos meskipun pembuatan kompos tersebut belum
mengikuti aturan yang sudah ditentukan tetapi paling tidak sudah membantu mengurangi
pencemaran udara lingkungan sekolah akibat pembakaran sampah.
Kendala lain yang sangat kami rasakan dalam mengupayakan agar Bank Sampah dapat
membantu peningkatan kebersihan lingkungan sekolah adalah belum semua personil dari Bank
sampah memahami tugas masing-masing terutama menyosialisasikan kepada warga sekolah
mekanisme pelaksanaan Bank Sampah sehingga terkadang prosedur yang semestinya seperti
Bank umum lainnya tidak dilaksanakan, tetapi karena tujuan utama untuk kebersihan
lingkungan sekolah maka asal sudah ada perubahan paradigma warga sekolah terutama peserta
didik dari mengumpulkan sampah dengan “Terpaksa” menjadi “Kebutuhan” untuk
mengumpulkan sampah. Secara pinansial kami tidak mengharapkan bantuan dari pemerintah
yang relevan seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk membantu program Bank Sampah
ini tetapi paling tidak ada bantuan moril serta bimbingan teknis terutama cara membuat pupuk
organik yang ekonomis.
Kebersihan lingkungan sekolah dan program Bank Sampah pada awalnya sangat menurunkan
pendapatan kantin sekolah karena kebijakan sekolah melarang penjualan makanan/minuman
yang berbungkus tidak ekonomis seperti gula-gula, es bungkus, chitatos dan sejenisnya namun
karena selama ini mereka banyak mendapat keuntungan dari menjual produk-produk
“Larangan” tersebut maka terkadang mereka menjualnya secara sembunyi dan ini sangat
merugikan lingkungan sekolah sebab bahan-bahan tersebut pada umumnya tidak laku dijual
dipasaran atau belum tersentuh oleh Bank Sampah. Hal lain yang merugikan lingkungan
karena belum disentuh Bank Sampah adalah pipet bekas minuman berperisa maupun yang tidak
berperisa, sampah-sampah tersebut masih dibuang oleh petugas kebersihan.
Keunikan dari sistem Bank Sampah itu sendiri yang memberikan penghargaan atau imbalan
sesuai dengan hasil kerja bagi pengumpulnya juga sangat berpengaruh kepada motivasi warga
sekolah terutama peserta didik untuk tidak menyia-nyiakan sampah yang bernilai ekonomis
berada di depan mata mereka. Ketika melihat ada sampah yang bernilai ekonomis mereka
langsung mengambilnya dan dikumpulkan serta bila memungkinkan mereka langsung
membawanya ke manajemen Bank sampah. Inilah yang penulis maksud dengan membuang
sampah atau mengambil sampah atas dasar kesadaran karena “Kebutuhan” meskipun terkesan
mereka memberdayakan sampah disebabkan oleh karena sampah tersebut dibeli atau “Money
Oriented”.
Sampah-sampah plastik bening maupun berwarna tidak hanya untuk dijual begitu saja tetapi
juga dapat dijadikan berbagai produk hilir untuk menunjang pariwisata, demikian pula pipet
bekas air mineral maupun air berperisa serta bungkus makanan dan gula-gula yang sebelumnya
tidak disentuh Bank Sampah dapat dijadikan produk-produk hilir yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Karena itu akan diupayakan ada kerjasama dengan Dinas Pariwisata serta
pengusaha penggiat pariwisata lainnya dan untuk itu sekolah berencana mengirimkan guru
keterampilan untuk belajar pembuatan produk hilir sampah di daerah yang sudah berhasil
mengelola Bank Sampah.
Kerjasama dengan Bank-bank umum akan dilakukan untuk pembinaan manajemen Bank
Sampah terutama dalam hal pengelolaan administrasi keuangan dan yang menarik salah satu
Bank di Sungailiat sudah membuka peluang agar nantinya Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali
dapat bekerjasama dengan mereka. Bank Sampah dot com juga menawarkan diri untuk diajak
kerjasama terutama penyediaan alat-alat pengolah sampah dengan harga yang relatif murah
dibanding dengan harga di tempat lain. Badan Lingkungan Hidup kabupaten Bangka dan
Kooperasi Serba Usaha Pemali juga telah memberikan peluang untuk kerjasama terutama
menampung produk hulu sampah. Maka dengan banyaknya peluang kerjasama dengan
pemangku kepentingan tersebut, sekali lagi penulis sangat yakin bahwa Bank Sampah SMP
Negeri 1 Pemali bila dikelola secara professional akan menjadi sumber Pendapatan Asli
Sekolah (PAS) serta menjadi penyebab kebersihan lingkungan sekolah.
3.1. Kesimpulan.
Dari beberapa pembahasan yang telah penulis paparkan, dapat disimpulkan bahwa:
3.1.1. Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dapat meningkatkan motivasi warga sekolah terutama
peserta didik dalam hal mengelola sampah;
3.1.2. Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dapat meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah karena
warga sekolah terutama peserta didik mengumpulkan sampah bukan dalam keadaan “Terpaksa”
melainkan “Kebutuhan”.
3.1.3. Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dapat meningkatkan pendapatan warga sekolah terutama
yang menjadi nasabah baik secara pribadi maupun berkelompok, karena sampah-sampah yang
dikumpulkan dijual ke menejemen Bank Sampah;
Bank Sampah SMP Negeri 1 Pemali dapat meminimalisir pambakaran sampah organik daun
karena sampah-sampah dimaksud dikubur untuk dijadikan kompos atau langsung dimasukkan
dalam pot-pot tananam yang besar sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah di sekita
tananam.
3.2. Rekomendasi.
Meskipun umur Bank Sampah di SMP Negeri 1 Pemali baru beberapa bulan namun
keberadaannya sangat signifikan terhadap peningkatan kebersihan lingkungan sekolah, maka
penulis merekomendasikan hal-hal berikut:
3.2.1. Perlu membinaan manajemen oleh pihak-pihak terkait sehingga keberadaan Bank Sampah dapat
menjadi andalan tidak hanya untuk kepentingan kebersihan sekolah melainkan sebagai
Pendapaan Asli Sekolah (PAS);
3.2.2. Sangat perlu adanya kerjasama dengan pemangku kepentingan yang relevan untuk
pengembangan Bank Sampah sehingga keberadaanya tidak hanya bermanfaat bagi sekolah
melainkan juga untuk kepentingan daerah terutama pengembangan pariwisata dan
pengembangan lainnya.
Composting
Lingkungan
P
E
M
B
U
K
U
A
N
Organik
Pihak ketiga
Pengelola
Bank Sampah
Glas bening
Glas warna
Anorganik
Collector/
Nasabah
Sampah
Diposkan oleh Amiruddin Balkis di 08.40
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Poskan Komentar
Arsip Blog
▼ 2013 (5)
o ▼ Agustus (5)
UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN
SEKOLAH M...
UKHUWAH ISLAMIYAH
Peran Pengawas Sekolah
Daftar Nama Pengawas SM Bangka
Selamat Datang di Blog Pengawas Sekolah Menengah B...
Mengenai Saya
Amiruddin Balkis
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Gambar template oleh luoman. Dibe
Agar sekolah terlihat bersih, siswa dapat berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan
sekolah dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, selain itu siswa juga bisa memungut
sampah yang berserakan dan membuangnya pada tempat sampah yang telah tersedia agar tidak
ada sampah yang berserakan di lingkungan sekolah. Serta, siswa diharapkan tidak mencorat-
coret tembok dan bangku yang merupakan sarana pembelajaran, dengan begitu, bangku dan
tembok akan tetap terlihat bersih tanpa adanya coretan-coretan yang dibuat oleh siswa dan siswi.
Selain membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan bangku dan tembok, siswa juga
diwajibkan untuk melaksanakan piket kelas yang sudah menjadi ketentuan . Dan juga bisa
dijadikan lomba kebersihan kelas induk untuk masing-masing kelas, agar siswa dan siswi dapat
menjaga kebersihan kelas induknya masing-masing. Diluar lomba kebersihan kelas induk
tersebut, juga pihak sekolah membuat satu peraturan yang didalamnya berisi anjuran bagi siswa
dan siswi untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan memberi sanksi yang tegas bagi
siswa dan siswi yang melanggarnya.
Hal yang paling pokok untuk peran siswa dan siswi dalam menjaga kebersihan ini adalah,
kesadaran diri masing-masing individu untuk menjaga kebersihan sekolahnya agar sekolah tetap
dalam keadaan bersih dan nyaman untuk proses kegiatan belajar mengajar.
Dampak Kondisi Lingkungan Sekolah terhadap Siswa/i.
Dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi prestasi siswa. Salah satunya
yaitu kebersihan lingkungan sekolah, khususnya pada lingkungan kelas. Kebersihan sangat
mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. Jika kelas bersih, indah dan tertata rapi maka
kemungkinan besar kenyamanan dalam proses pembelajaran akan tercapai. Selain itu konsentrasi
pun bisa lebih fokus, dengan begitu sistem kerja otak akan semakin meningkat. Tetapi
sebaliknya, jika lingkungan sekolah terutama kelas terlihat kotor dan kumuh, pelajaran atau
materi yang akan diberikan oleh guru akan sulit diterima oleh siswa, hal ini disebabkan karena
pecahnya konsentrasi akibat situasi kelas yang tidak nyaman. Suasana kelas yang seperti ini juga
menyebabkan siswa bosan atau mengantuk. Maka dari itu kelas harus selalu dalam keadaan
bersih agar siswa bisa meningkatkan prestasinya.
Dalam menjaga kebersihan kelas, dibutuhkan kerja sama antara siswa, guru, dan petugas
kebersihan sekolah. Siswa adalah salah satu pendukung kebersihan sekolah, karena jumlah siswa
yang sangat banyak jika dibandingkan dengan warga sekolah lainnya. Siswa yang memiliki IQ
tinggi pasti memiliki kecerdasan dan kecekatan dalam berfikir. Maka jika diingatkan untuk tidak
membuang sampah sembarangan ataupun mencorat-coret bangku, siswa akan mematuhi hal
tersebut. Dengan kata lain, siswa yang tidak bisa diperingatkan, selalu merusak, mengotori
lingkungan sekolah bisa dikatakan siswa tersebut ber IQ rendah.
Kebersihan sangat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. Jika kelas bersih, indah dan tertata
rapi maka kemungkinan besar kenyamanan dalam proses pembelajaran akan tercapai. Selain itu
konsentrasi pun bisa lebih fokus, dengan begitu sistem kerja otak akan semakin meningkat.
Tetapi sebaliknya, jika lingkungan sekolah terutama kelas terlihat kotor dan kumuh, pelajaran
atau materi yang akan diberikan oleh guru akan sulit diterima oleh siswa, hal ini disebabkan
karena pecahnya konsentrasi akibat situasi kelas yang tidak nyaman. Suasana kelas yang seperti
ini juga menyebabkan siswa bosan atau mengantuk. Maka dari itu kelas harus selalu dalam
keadaan bersih agar siswa bisa meningkatkan prestasinya.