Anda di halaman 1dari 10

NAMA: RIDO RISKY HARTANA

FAKULTAS/PRODI: EKONOMI DAN BISNIS/MANAJEMEN

NO GRUP/NAMA GRUP: 18 / SULING

NO ABSEN: 49

FORMAT REVIEW JURNAL

Judul
Analisis Gender Perempuan Petani

Nama Jurnal
Jurnal Internasional Multikultural dan Pemahaman Multiagama

Volume dan Volume 6 Halaman 4


Halaman

Tahun 2019

Penulis Humaizi

Reviewer Winda S Meliala; Harmona Daulay

Tanggal
Agustus 2019

Tujuan Penelitian
Tujuannya adalah agar terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional yang berperspektif gender
sesuai dengan bidang tugas pokok, fungsi dan
wewenang masingmasing

Subjek Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan Penulis, salah satu
kendala belum terwujudnya kesetaraan gender
adalah dari sisi perempuan sendiri, di mana masih
banyak dari mereka yang belum mempunyai
kesadaran tinggi untuk memperjuangkan hakhaknya
disebabkan masih terpenjara oleh ideologi patriarkhi.
Akibatnya, mereka belum dapat mengoptimalkan
potensi yang mereka miliki. Pada gilirannya kondisi
ini menyebabkan Human Development Index (HDI)
Indonesia (yang dilihat dari tingkat pendidikan,
kesehatan dan ekonomi) masih

Metode Penelitian
Pengujian ini dilakukan agar mampu menjelaskan
dan memberikan gambaran maupun informasi terkait
deskripsi data penelitian. Taufik, Haryett & Fathoni
(2014) mengungkapkan bila uji statistik deskriptif
berfungsi dalam memberi gambaran atau penjelasan
mengenai suatu data yang dilihat berdasarkan nilai
rata-rata (mean) yang berguna mengetahui besar
rata-rata data yang bersangkutan, standar deviasi
yang berfungsi untuk mengetahui besar data yang
bersangkutan bervariasi dari rata-rata, varian, nilai
minimum dan maksimum yang 31 berfungsi untuk
mengetahui nilai terkecil ataupun terbesar pada data
yang bersangkutan

Definisi Operasional Variable


Penelitian tentang pendekatan konseling untuk
Dependent
meningkatkan kesetaraan gender meliputi variabel
pendekatan konseling feminis berfokus solusi
sebagai variabel bebas (treatment), sedangkan
kesetaraan gender sebagai variabel terikat. Kuat dan
lemahnya hubungan antara pendekatan konseling
metode solution focused counseling dengan
kesetaraan gender diduga dipengaruhi oleh variabel
peran tradisional gender.

Cara & Alat Ukur Variable Dependent


Pada bagian ini menjelaskan mengenai variable-
variabel penelitian yang digunakan oleh penulis serta
pengukuran dari variable-variabel terebut. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit,
variabel independen yang digunakan pada penelitian
ini adalah independensi, tingkat pendidikan, dan
gender, sedangkan motivasi digunakan sebagai
variabel moderasi. 1. Independensi Menurut
Tugiman dalam Suliswati & Atmawinata (2014)
independensi adalah tidak bergantungnya terhadap
sesuatu atau terhadap orang lain, melainkan dari diri
sendiri. Sikap independensi yang diharapkan dari
seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam melaksanakan tugasnya. Dalam
penelitian ini terdapat sembilan item pernyataan dari
penelitian Priyandinata & Rahmandi (2014).
Pengukuran variabel independensi menggunakan
kuesioner yang diadopsi dari skala likert dengan 14
item pernyataan, skala 1 sampai 5 29 mewakili
jawaban dari sangat tidak setuju sampai sangat
setuju. 2. Tingkat Pendidikan Menurut Johnnie
dalam Wirosari & Fanani (2013) pendidikan adalah
proses memperoleh pengetahuan dan dapat
mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
aktivitas di lingkungan sekitarnya. Dalam mengukur
variabel tingkat pendidikan ini penulis
mengembangkan dengan sertifikasi. Dalam
sertifikasi dan tingkat pendidikan terdapat 1
pernyataan dalam kuesioner. 3. Gender Menurut
Wijaya dalam Rochmayanto & Kurniasih (2013)
gender adalah suatu sifat untuk mengidentifikasi
perbedaan antara pria dan wanita dari sisi sosial dan
budaya, nilai dan perilaku, mentalitas dan emosi,
serta faktor non biologis lainnya. Dalam penelitian
variabel ini terdapat 1 item pernyataan dengan
menggunakan metode pengukuran variabel dummy.
4. Motivasi Menurut Robbin dalam Ayu &
Suprayetno (2008) motivasi sebagai keinginan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk
melakukan sesuatu. Motivasi yang membuat sumber
daya manusia melakukan pekerjaannya sebaik
mungkin. Instrumen pada variabel ini menggunakan
kuesioner yang diadopsi dari skala likert dan diukur
dengan 5 item pernyataan. Skala 1 sampai 5
mewakili jawaban dari sangat tidak setuju sampai
dengan sangat setuju. 30 5. Kualitas Audit Menurut
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 dalam Refdi et
al. (2013) kualitas audit adalah audit yang
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang dapat
mempresentasikan praktik audit yang semestinya,
menyediakan kerangka kerja dalam pelaksanaan
kegiatan audit, melakukan perencanaan, koordinasi
dan penilaian efektifitas tindak lanjut audit,
konsistensi laporan audit, dan berkewajiban
mengikuti standar audit yang berlaku bertujuan
untuk pekerjaan auditor dapat dievaluasi. Murtanto
dalam Alim et al. (2007) instrumen yang digunakan
untuk mengukur kualitas audit tediri dari 11
pernyataan yang diajukan, pengukuran dalam
variabel ini menggunakan kuesioner yang diadopsi
dari skala 1 sampai 5 yang mewakili jawaban dari
sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

Definisi Operasional Independent


Variabel peran gender dieksplorasi untuk mengetahui
konsep gender yang berkembang dalam masyarakat
dan sistem nilai yang berkontribusi pada
pengembangan pola peran gender yaitu stereotype
gender. Stereotipe gender adalah keyakinan tentang
karakteristik laki-laki dan perempuan sehingga
stereotipe merupakan sikap mengenai anggota
kelompok dan keterlibatan dalam peran perilaku,
karakteristik atau atribut yang mereka memiliki, atau
posisi yang mereka perankan dalam masyarakat.
Adapun komponen dimensi stereotip gender adalah
karakteristik sifat, atribut fisik, peran, serta status.
Sifat-sifat yang terkait dengan laki-laki sering
disebut karakteristik agentik (agentic characteristic)
atau instrumental, dan sifat-sifat perempuan yang
terkait dengan perhatian untuk memahami perasaan
orang lain disebut komunal atau ekspresif
(communal or expressive). Tuntutan laki-laki dan
perempuan untuk berperan secara agentik atau
komunal berimplikasi pada atribut fisik yang
dilekatkan, sehingga sebagai laki-laki diharapkan
terlihat macho, kuat, gagah sedangkan perempuan
cantik, lemah lembut, sabar. Status gender
merupakan perbedaan kekuatan dan status antara
laki-laki dan perempuan. Perbedaan dan status dalam
rumah tangga menyangkut tentang peran publik dan
peran domestik pada suami-istri. Peran publik
berkaitan dengan akses di luar rumah tangga yaitu
bekerja (mencari nafkah) dan kesempatan
memperoleh pendidikan, sedangkan peran domestik
dianalogikan dengan merawat dan mendidik anak
dan mengatur berbagai aktivitas di lingkungan
rumah tangga (mencuci, memasak, membersihkan
rumah).

Langkah Penelitian
Pertama, tahap orientasi yang dilakukan pra survey
ke lokasi penelitan (dalam hal ini keluarga para
pengggiat kesetaraan gender) untuk mendapatkan
data gambaran tentang permasalahan yang diteliti.

Kedua, tahap eksplorasi yang dilakukan peneliti


lapangan terhadap data tentang pendidikan keluarga
pada keluarga penggiat kesetaraan gender di
lingkungan IAIN Antasari Banjarmasin.

Ketiga, tahap member check. Pada tahapan ini


dilakukan pembuatan laporan tertulis ditujukan
kepada informan guna menilai hasil wawancara,
hasil observasi dan hasil dokumentasi. Setelah itu
meminta kejelasan kepada unsur terkait bila
dipandang perlu. Hal ini bertujuan agar seluruh data
yang diperoleh dapat dijamin kualitasnya

Hasil Penelitian
Dari hasil pengamatan dan penelitiannya tersebut,
pada akhirnya Penulis menyimpulkan bahwa
keluarnya produkproduk kebijakan yang progender
tidak serta merta mengubah situasi sosial menjadi
sepenuhnya berkeadilan gender. Meskipun sudah ada
kebijakan pengarusutamaan gender, belum seluruh
kebijakan publik dan implementasinya terbebas dari
ketidakadilan gender

Kekuatan Penelitian
konkrit tentang issue-issue perempuan yang kurang
ditanggapi secara serius oleh pemerintah, pada
Bagian Ketiga bukunya, Penulis mengemukakan
contoh kasus di bidang kesehatan reproduksi
khususnya tentang kehidupan pelacuran di kawasan
wisata di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah serta
aborsi. Di bidang-bidang ini, perempuan menjadi
sangat terpinggirkan. Tanpa keberanian untuk
menyentuh masalahmasalah yang sensitif tersebut,
sulit diharapkan tercapainya kesejahteraan
perempuan dan keadilan gender. Penanganan TKW,
prostitusi, aborsi, masih kurang memperhatikan
aspek perlindungan terhadap perempuan. Keluarnya
UU KDRT juga tidak serta-merta membuat
perempuan terlindungi dari praktek kekerasan dalam
rumah tangga. Hal ini terjadi karena perempuan
sendiri belum mempunyai kesadaran tinggi untuk
memperjuangkan hakhaknya seperti yang diatur
dalam UU tersebut. Mereka terpenjara oleh ideologi
patriarkhi yang mengharuskan perempuan untuk
mengalah dan menyembunyikan aib keluarga serta
membiarkan kasus tersebut tidak tersentuh oleh
hukum. Di samping itu, aparat penegak hukum
seperti polisi, jaksa, pengacara, dan hakim, banyak
yang belum mempunyai kesadaran gender yang
tinggi, sehingga keputusan yang diambil acapkali
merugikan perempuan.

Kelemahan Penelitian
Kelamahan buku ini adalah asumsi implisitnya bahwa
pembacanya adalah mereka yang telah paham tentang
konsep gender, kesetaraan gender maupun ideologi
patriarki. Hal ini tampak dari tidak adanya penjelasan
eksplisit tentang konsep tersebut. Akibatnya, dapat
menimbulkan ketidakjelasan ataupun
kesalahmengertian bagi mereka yang belum begitu
memahaminya, mengingat fakta menunjukkan bahwa
meskipun issue gender sudah mengemuka sejak
pertengahan 1980an, akan tetapi masih banyak
masyarakat yang belum memahami konsep gender ini
secara benar dan mendalam. Terlepas dari kelemahan
kecil yang dapat ditangkap, buku ini merupakan buku
yang banyak ditunggu dan dibutuhkan masyarakat,
mengingat buku bertopik kebijakan publik dari
perspektif gender masih sangat langka. Lahirnya buku
yang ditulis oleh seseorang yang ditakdirkan berjenis
kelamin laki-laki ini semakin menunjukkan bahwa
kepekaan dan kesadaran gender juga dapat dimiliki
oleh kaum laki-laki. Seseorang yang sudah sadar
gender berarti bahwa bahwa ia sudah menyadari
adanya ketidakadilan yang dialami oleh sesuatu
gender tertentu (yang hingga saat ini lebih banyak
dialami kaum perempuan) dan kemudian berusaha
ikut menjembatani kesenjangan tersebut. Munculnya
kesadaran tersebut dituangkannya dalam tulisannya
sebagai berikut: Sebagai orang yang terlahir laki-laki,
penulis justru merasa terpanggil untuk ikut
menyuarakan keadilan gender karena yakin hal
tersebut merupakan nilai kemanusiaan yang universal.
Semua manusia, laki-laki dan perempuan, sama-sama
berkepentingan terhadap tegaknya keadilan gender. Ini
sama dengan persoalan apartheid yang bukan hanya
persoalan bagi orang berwarna, tetapi juga juga bagi
orang kulit putih yang terusik oleh praktik-praktik
ketidakadilan dan

Kesimpulan
Tulisan ini menyimpulkan dan menegaskan bahwa
kesetaraan gender pandangan bahwa semua orang
harus menerima perlakuan yang setara dan tidak
didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka,
dimana Hak-hak perempuan harusnya sama dengan
hak-hak dengan laki-laki, sesuai dengan yang ada
dalam putusan Nomor 89/PUUXII/2014. Berdasarkan
Indeks Kesenjangan Gender (IKG), Indonesia
menempati posisi ke 105 dari 188 negara dan pada
Indeks Pembangunan Gender (IPG) pada tahun 2015,
Indonesia menempati peringkat ke 113 Beberapa
upaya pemerintah dalam penegakan gender yaitu: (a)
Meratifikasi Konvensi tentang Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)
melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 dan
Konvensi tentang Hak-Hak Anak (CRC) melalui
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. (b)
Menetapkan strategi pengarusutamaan gender yang
dikukuhkan dalam bentuk Instruksi Presiden Nomor 9
Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan gender. (c)
memperbarui peraturan perundang-undangan serta
menyesuaia n dengan ratifikasi Konvensi/Kovenan
yang telah dilakukan sebelumnya. (d) memperbaiki
tingkat pelayanan publik yang tidak mengandung
diskriminasi terhadap berbagai lapisan masyarakat. (e)
Disahkannya RUU Kewarganegaraan Republik
Indonesia oleh DPR tanggal 11 Juli 2006 yang
menggantikan Undang-Undang Nomor 62 Tahun
1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006,
telah memberikan kontribusi dalam Upaya
menghapuskan tindakan diskriminatif terhadap
perempuan dan anak dan kaum etnis serta telah
mengakomodasikan berbagai kepentingan yang
mendukung penghapusan diskriminasi dalam berbagai
bentuk. (f) Dalam rangka penghapusan kekerasan
dalam rumah tangga, telah disahkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Anda mungkin juga menyukai