Anda di halaman 1dari 29

Laporan pendahuluan dan Strategi Pelaksanaa

Tindakan Keperawatan Pasien dengan halusinasi


Diajukan guna memenuhi tugas M.K Keperawatan Jiwa
Pengampu : Rohanah, S.Pd MKM

Disusun Oleh :

Fani Loliana
(P27901118067)

REGULER / SEMESTER : 3B SEMESTER 5

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TANGERANG
2020
LAPORAN PENDAHULIAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA) : Gangguan sensori persepsi halusinasi


Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucinatio yang bermakna
secara mental mengembara atau menjadi nlinglung. Jardri, dkk. (2013)
menegaskan “The term hallucination comes from the Latin "hallucinatio": to
wander mentally or to be absent-minded".Halusinasi adalah persepsi atau
tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal
(Stuart &Laraia, 2005).

Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa di mana klien


merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan pera- baan, atau penciuman. Pada gangguan halusinasi peng-
lihatan, misalnya, klien melihat suatu bayangan menakutkan, padahal tidak ada
bayangan tersebut. Salah satu manifestasi yang timbul adalah halusinasi
membuat klien tidak dapat memenuhi kehidupannya sehari-hari. Halusinasi
merupakan salah satu dari sekian bentuk psikopatologi yang paling parah dan
membingungkan. Secara fenomenologis, halusinasi adalah gangguan yang paling
umum dan paling penting. Selain itu, halusinasi dianggap sebagai karakteristik
psikosis.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor risiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
1. Faktor biologis

1
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor
herediter gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit
atau trauma kepala, dan riwayat NAPZA.
2. Faktor psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, individu korban kekerasan, kurangnya kasih
sayang, atau overprotektif.
3. Sosialbudaya dan lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah,
riwayat penolakan lingkungan paa usia perkembangan anak, tingkat
pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian,
hidup sendiri), serta tdak bekerja.

B. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang
sering tidak sesuai dengan klien serta konflik antar masyarakat.

C. Jenis
Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar 70%
halusinasi yang dialami klien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar/suara,
20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu,
pengecepan, dan perabaan. Pengkajian dapat dilakukan dengan
mengobservasi perilaku klien dan menanyakan secara verbal apa yang
sedang dialami klien.
Halusinasi diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu halusinasi pendengaran,
halusinasi penglihatan, halusinasi penge- capan, halusinasi penghidu, dan
halusinasi perabaan. Data objektif dikaji dengan cara mengobservasi
perilaku klien, sedangkan data subjektif dikaji melalui wawancara dengan

2
klien Berikut ini merupakan deskripsi kelima jenis halusinasi: Tabel. Jenis,
Data Objektif, dan Data Subjektif Halusinasi

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif


Halusinasi  Mengarahkan telinga  Mendengar suara

Dengar / Suara pada sumber suara atau bunyi gaduh

(Auditoryhearing  Marah-marah tanpa  Mendengar suara


sebab yang yang jelas yang menyuruh untuk
Voices Or Sound
 Bicara atau tertawa melakukan sesuatu
Hallucination)
sendiri yang berbahaya
 Menutup telinga  Mendengar suara
yang mengajak ber-
cakap-cakap
 Mendengar suara
orang yang sudah
meninggal
Halusinasi  Ketakutan pada  Melihat makhluk

Pengihatan sesuatu atau objek tertentu, bayangan,

(Visual yang dilihat seseorang yang sudah


 Tatapan mata menuju meninggal, sesuatu
Hallucinations)
tempat tertentu yang mena- kutkan
 Menunjuk ke arah atau hantu, cahaya
tertentu
Halusinasi  Adanya tindakan  Klien seperti sedang

Pengecapan mengecap sesuatu, merasakan makanan

(Gustatory gerakan mengunyah, ataurasa tertentu,


sering meludah, atau atau mengunyah
Hallucinations)
muntah sesuatu.
Halusinasi  Adanya gerakan  Mencium bau dari

Penghidung cuping hidung karena bau-bauan tertentu,

(Olfavtory mencium sesuatu seperti bau mayat,

3
Hallucinations) atau mengarahkan masakan, feses, bayi,
hidung pada tempat atau parfum Klien
tertentu sering menga- takan
bahwa ia men- cium
suatu bau
 Halusinasi penciu-
man sering menyer-
tai klien demensia,
kejang, atau penyakit
serebrovaskular
Halusinasi  Menggaruk-garuk  Klien mengatakan ada

Perabaan (Tactile permukaan kulit sesuatu yang

Hllucination)  Klien terlihat mena- menggerayangi


tap tubuhnya dan tubuh, seperti ta-
terlihat merasakan ngan, serangga, atau
sesuatu yang aneh makhluk halus
seputar tubuhnya  Merasakan sesuatu di
permukaan kulit,
seperti rasa yang
sangat panas dan
dingin, atau rasa
tersengat aliran listrik

D. Fase – fase
Fase halusinasi meliputi empat tingkat, mulai dari tingkat I hingga IV.
Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Halusinasi
Tingkat I  Mengalami  Tersenyum

Memiliki rasa ansietas kesepian,  Menggerakkan bibir

nyaman. rasa bersalah, dan tanpa suara


ketakutan Menggerakkan mata
Tingkat ansietas

4
sedang.  Mencoba berfokus dengan cepat

Halusinasi pada pikiran yang  Respons verbal yang

merupakan suatu dapat lambat


menghilangkan  Diam dan konsen-
kesenangan.
ansietas trasi.
 Pikiran dan
pengalaman
sensori masih ada
dalam kontrol
kesadaran (jika
ansietas dikontrol)
Tingkat II  Pengalaman  Peningkatan sistem

Menyalahkan. sensori saraf otak, tan- da-

Tingkat ansietas menakutkan tanda ansietas,


 Mulai merasa gan seperti peningkatan
berat.
kontrol denyut jantung,
Halusinasi
 Merasa dilecehkan pernapasan, dan
menyebabkan rsa
oleh pengalaman tekanan darah
antipati.
sensori tersebut  Rentang perhatian
 Menarik diri dari menyempit
orang lain.  Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
NON PSIKOTIK  Kehilangan kemam-
puan membedakan
halusinasi dari
realita.
Tingkat III  Klien menyerah  Perintah halusinasi

Mengontrol tingkat dan menerima ditaati

ansietas berat pengalaman  Sulit berhubungan


sensorinya dengan orang lain
pengalaman sensor
 Isi halusinasi  Rentang perhatian
tidak dapat ditolak
menjadi atraktif hanya beberapa

5
lagi. Kesepian bila detik atau menit
pengala- man  Gejala fisika ansi-
sensori berakhir. etas berat berke-
ringat, tremor, dan
PSIKOTIK tidak mampu
mengikuti perintah.
Tingkat IV  Pengalaman  Perilaku panik

Menguasai tingkat sensori menjadi Berpotensi untuk

ansietas panik yang ancaman. membunuh atau


 Halusinasi dapat bunuh diri
diatur dan
ber- langsung  Tindakan keke rasan
dipengaruhi oleh
selama bebera- pa agitasi, menarik diri,
waham.
jam atau hari. atau katatonia
 Tidak mampu
PSIKOTIK merespons perintah
yang kompleks
 Tidak mampu
merespons terha-
dap lebih dari satu
orang.

E. Rentang Respon
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, sehingga
halusinasi merupakan gangguan dari respons neuorobiologi. Oleh
karenanya, secara keseluruhan, rentang respons halusinasi mengikuti
kaidah rentang respons neuorobiologi.
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran
logis, persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku
cocok, dam terciptanya hubu- ngan sosial yang harmonis. Sementara itu,
respons maladaptif meliputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses
emosi, perilaku tidak terorganisasi, dan isolasi sosial: menarik diri. Berikut

6
adalah gambaran rentang respons neorobiologi. Gambar. Rentang Rentang
Respons Neurobiologi Halusinasi

F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
(Stuart dan Laria, 2005) meliputi :
1. Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya untuk
mengulangi ansietas. Energi yang ersisa untuk aktivitas sehari-hari
tinggal sedikit, sehingga klien menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2. Proyeksi
Dalam hal ini klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu
benda.
3. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.

III. A. POHON MASALAH


Risiko mencedarai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
|
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
|
Gangguan konsep diri

7
A. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Pengkajian

Pada proses pengkajian, data penting yang harus didapatkan adalah :

Data yang diperoleh dari wawancara :

1. Alasan masuk :
Apa yang menyebabkan klien dibawa ke RS?
2. Bagaimana kondisi klein di rumah sehingga dibawa ke RS? Faktor
Herediter
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (halusinasi)?
Resiko bunuh diri
Apakah klien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri atau
menyatakan ingin melakukan bunuh diri?
Pernahkan isi halusinasi tersebut memerintahkan klien untuk bunuh diri?
4. Halusinasi
- Apa jenis halusinasinya ?
- Apa isi halusinasi?
- Kapan halusinasi itu terjadi? Berapa kali halusinasi tersebut terjadi
dalam sehari?
- Apa situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi?
- Bagaimana perasaan klien untuk menghadapi saat halusinasi terjadi?

Data yang diperoleh melalui observasi :

1. Pasien dibawa karena sering terlihat tertawa sendiri, berbicara


sendiri, mulut komat-kamit
2. Klien sulit berkonsentrasi, cemas
3. Klien tampak sulit berhubungan dengan orang lain, tidak dapat
mengendalikan diri
4. Klien tidak mampu membedakan realita dan bukan realita

8
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan pada klien dengan halusinasi ditetapkan berdasarkan
data subyektif dan objektif yang ditemukan pada pasien : Gangguan sensori
persepsi : halusinasi

Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien biasanya juga


mengalami masalah-masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya
halusinasi. Masalah itu antara lain harga diri rendah dan isolasi sosial (stuart dan
laria,2001). Akibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan
sosial , klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya lebih
dominan di bandingkan stimulus eksternal. Klien selanjutnya kehilangan
kemampuan membedakan stimulus internal dengan stimulus eksternal. Ini
memicu timbulnya halusinasi.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Keperawata
n
Gangguan Pasien 1. Setelah 2x SP I

sensori mampu pertemuan 1. Mengidentifikasi

persepsi : mengotrol pasien mampu jenis halusinasi


menyebutkan pasien
Halusinasi halusinasiny
waktu, isi, 2. Mengidentifikasi isi
a
frekuensi halusinasi pasien
timbulnya 3. Mengidentifikasi
halusinasi, dan waktu halusinasi
respon terhada pasien
halusinasi. 4. Mengidentifikasi
2. Setelah 2x frekuensi halusinasi
pertemuan pasien

9
pasien mampu 5. Mengidentifikasi
menyebutkan situasi yang
cara mengontrol menimbulkan
halusinasi, halusinasi
menghardik, 6. Mengidentifikasi
minum obat, respons pasien
becakap-cakap terhadap halusinasi
dan melakukan 7. Mengajarkan pasien
aktivitas. menghardik
3. Setelah 2x halusinasi
pertemuan 8. Menganjurkan
pasien mampu pasien memasukkan
mendemonstrasi cara menghardik
kan cara halusinasi dalam
menghardik, jadwal kegiatan
minum obat, harian
bercakap-cakap, SP II
dan melakukan 1. Mengevaluasi jadwal
aktiivitas. kegiatan harian
pasien
2. Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat
secara teratur
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
SP III
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian

10
pasien
2. Melatih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakap-cakap
dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
SP IV
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
2. Melatih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa
dilakukan pasien)
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian

VI. SUMBER
Sutejo, 2019. Keperawataan Jiwa Konsep dan praktik Asuhan Keperawatan
Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : CV Andi Offset.

11
Keliat, Budi Anna dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC

12
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK) GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

SP I

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

DS :

- Klien mengatakan suka mendengar suara kakeknya yang


mengajaknya untuk ikut dengannya, suaranya muncul
ketika malam hari dan saat klien sendirian, suara itu
muncul, klien merasa ketakutan dan yang dilakukan klien
adalah berdoa agar suara itu pergi.

DO :

- Pembicaraan inkohern
- Klien tampak gelisah
- Klien hendak berbicara sendiri -Kontak mata kurang

Diagnosa Keperawatan : Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran

Tujuan Khusus :

1. Pasien dapat mengenali halusinasi


2. Pasien dapat mengntrol halusinasinya dengan cara menghardik
3. Pasien dapat menyusun jadwal kegiatan yang telah dilatih

13
Tindakan keperawatan :

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi

7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal


kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi bu?”
“Perkenalkan nama saya suster fani, nama ibu siapa? Ibu senang nya dipanggil
apa?”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah semalam tidurnya nyenyak?”
“Apakah ibu sering mendengar suara yang mengganggu ibu?”
“Lalu bagaimana cara ibu untuk mengontrol suara-suara yang mengganggu itu?”
3. Kontrak :
a. Topik

14
”Baiklah bu bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang mengontrol suara-
suara yang mengganggu ibu yaitu dengan cara menghardik. Apakah ibu
bersedia?”
b. Waktu
“Berapa lama ibu ingin berbindang-bincang?”
“bagaimana jika 15 menit?”
c. Tempat
”Dimana ibu ingin berbincang-bincang?”
d. Tujuan interaksi
”Tujuan kita berbincang-bincang saat ini untuk melatih tentang cara
mengontrol suara yang mengganggu ibu dengan cara menghardik.”

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “Apakah ibu melihat bayangan tanpa ada wujudnya atau mendengar suara-suara
yang mengganggu ? apa yang dikatakan bayangan itu ?”
2. “Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu ? kapan yang paling sering
bibu denger suara itu ? berapa kali sehari ibu mendengarnya ? pada keadaan apa
suara itu terdengar ? apakah pada waktu sendiri ?”
3. “Apa yang ibu rasakan pada saat ibu mendengar suara itu ?”
4. “Apa yang ibu lakukan pada saat ibu mendengar suara itu ? apakah dengan cara itu
suara-suar itu hilang ? bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara itu muncul ?”
5. “Ibu ada empat cara untuk mencegah baying-bayangan suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. kedua dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat
minum obat dengan teratur.”
6. “Bagaiamana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”. Caranya
sebagai berikut : jika ibu mendengar suara-suara itu muncul katakan dengan keras
“pergi-pergi saya tidak mau dengar suara kamu palsu(sambil menutup kedua
telinga) lakukan cara tadi sampai suara itu hilang ya bu. Coba ibu praktekan kembali
cara yang saya lakukan tadi.” Ya bagus bu”

15
TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang ?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Coba ibu peraktekan kembali cara menghardik suara-suara yang mengganggu
ibu” “ wahhh bagus bu”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
“Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi ya”, lakukan cara itu sesuai
dengan yang kita pelajari ya, yaitu 2x sehari jam 11.00 dan jam 12.00 jika ibu
melakukannya maka tulis (M) jika ibu melakukan nya dibantu atau diingatkan ibu
tulis (B), dan jika ibu tidak melakukannya tulis(T). apakah ibu mengerti ?”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik
“ Bagaimana jika besok kita kembali latihan tentang cara mengontrol halusinasi
ibu dengan menghardik ?”
b. Waktu
“ Ibu ingin jam berapa kita berbincang-bincang ?” “ bagaiamana jika jam
10.00?”
c. Tempat
“Dimana ibu ingin berbincang-bincang ? Bagaimana jika disini lagi ?” Baiklah bu
besok kita akan berbincang-bincang kembali jam 10.00. Sampai jumpa bu, saya
permisi. Assalamuallaikum”

16
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK) GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

SP II

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

DS :

- Klien mengatakan suara sudah jarang terdengar.


- Klien mengatakan sudah mengerti tentang cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
- Klien mengatakan sudah menghardik halusinasi saat
terdengar suara yang menganggu.

DO :

- Klien mampu mempraktekkan cara mengontrol halusinasi


dengan cara menghardik.

Diagnosa Keperawatan : Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran

Tujuan Khusus :

1. Pasien dapat mengntrol halusinasinya dengan 6 benar minum obat

Tindakan keperawatan :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

17
Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum wr.wb. selamat pagi bu ?”
“Masih ingat dengan saya? Ya benar”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah semalam tidurnya nyenyak?”
“Apakah ibu masih mendengar suara yang menggangu ibu?”
“Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin?”
“Lalu bagaimana apakah dengan menghardik suara-suara yang bapak dengar
berkurang? Bagus” “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?”
3. Kontrak :
a. Topik
“Baiklah bu sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan latihan cara
mengontrol halusinasi yang kedua yaitu dengan cara minum obat yang benar.
Apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Berapa lama ibu ingin berbincang-bincang?”
“Bagaimana jika ± 15 menit?”
c. Tempat
“Dimana ibu ingin berbincang-bincang?”
d. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang-bincang saat ini untuk mengetahui manfaat dari
minum obat dan kerugian jika tidak minum obat, serta untuk mengetahui
bagaimana cara minum obat yang benar.”

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “Apakah ibu hari ini sudah mendapat obat dari perawat?”

18
2. “Ibu perlu minum obat ini secara teratur agar pikiran jadi tenang. Obat ada 4
macam, yang warna putih ini diminum 2x sehari pada pagi hari pukul 07.30 dan
pukul 16.30 dengan dosis 1 butir gunanya supaya tenang, yang warna kuning ini
diminum 2x sehari pada pagi hari pukul 07.30 dan 16.30 dengan dosis 1 butir. Obat
ini untuk mengobati luka-luka yang ada pada tubuh ibu, lalu yang warna kuning ini
juga diminum 3x sehari pada pagi hari pukul 07.30, 12.30, dan pukul 19.00dengan
dosis 1 butir. Gunanya untuk mengatasi gatal-gatal yang ibu rasakan dan ini ada
salep digunakan 2x sehari pada pagi pukul 07.30 dan pukul 18.00 untuk mengatasi
luka dan gatal yang ibu rasakan pula. Bila ibu merasa pusing dan mata berkunang-
kunang ibu bias berisitirahat dan jangan beraktivitas. Obat ini harus diminum secara
teratur ya bu, jangan berhenti diminum obatnya walaupun ibu sudah tidak
mendengar suara tersebut, jadi harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih
dahulu. Sebelum ibu minum obat lihat terlebih dahulu label pada bungkus obat,
apakah benar nama ibu yang ditulis, lalu jenis obat, berapa dosisnya, satu atau dua
butir. Apakah ibu mengerti?”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Coba ibu jelaskan kembali beberapa cara yang sudah kita pelajari untuk
mengontrol suara-suara yang ibu dengar?” “Wah bagus bu.”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
“Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07.30, 12.30 dan 16.30 dan jam
19.00. Nah sekarang kita masukkan ke dalam jadwal minum obat yang telah kita
buat tadi ya bu, jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya bu.”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik

19
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang tentang cara yang ketiga, yaitu
dengan bercakap-cakap untuk mencegah suara-suara itu muncul. Apakah ibu
bersedia?”
b. Waktu
“Ibu ingin jam berapa kita berbincang-bincang?”
“Bagaimana jika jam 10.00?”
c. Tempat
“Dimana ibu ingin berbincang-bincang?” “Bagaimana jika disini lagi?”
“Baiklah bu besok kita akan berbincang-bincang kembali jam 10.00. Sampai
jumpa besok bu, saya permisi Assalamu’alaikum.”

20
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK) GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

SP III

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

DS :

- Klien mengatakan masih mendengar suara-suara yang


mengganggu.
- Klien mengatakan sudah menghardik halusinasi setiap
halusinasi datang.
- Klien mengatakan tidak mau bercakap-cakap dengan
orang lain

DO :

- Klien nampak berbicara sendiri


- Klien nampak sesekali menghardik halusinasi
- Klien sulit bercakap-cakap dengan orang lain jika tidak
ditemani oleh perawat

Diagnosa Keperawatan : Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran

Tujuan Khusus :

1. Pasien dapat mengntrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang


lain

21
Tindakan keperawatan :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan


orang lain

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum wr.wb selamat pagi bu ?”
“ Masih ingat dengan saya ? ya benar”
2. Evaluasi / Validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini ? apakah semalam tidurnya nyenyak ?”
“Apakah ibu masih mendengar suara yang mengganggu ibu ? apakah ibu telah
melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk mengontrol suara-suara yang
mengganggu ? coba saya lihat kegiatan harian ibu, bagus sekali bu”
“Sekarang coba contohkan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara yang
mengganggu ibu berkurang ? coba sekarang praktekkan cara menghardik halusinasi
yang telah kita pelajari. Coba sebutkan keuntungan minum obat dan kerugian tidak
minum obat ?” “bagus sekali ibu”
3. Kontrak :
a. Topik
“Baiklah bu sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan latihan cara
mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu dengan cara bercakap-cakap, apakah
ibu bersedia ?”
b. Waktu
“Berapa lama ibu ingin berbindang-bincang?”

22
“bagaimana jika 15 menit?”
c. Tempat
“dimana ibu ingin berbincang-bincang?”
“kalau diruangg TV ini saja bagaimana?”
d. Tujuan interaksi
“tujuan kita berbincang-bincang saat ini untuk mengetahui dan
mempraktekkan cara mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu dengan
bercakap-cakap dengan orang lain”

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “cara ketiga untuk mengontrol suara yang mengganggu ibu adalah dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-
suara, langsung saja ibu cari teman untuk diajak bicara. Minta bantuan teman ibu
agara berbicara dengan ibu, contohnya seperti “ ibu coba bicara dengan saya, saya
mulai mendengar suara-suara, ayo kita mengobrol”. Atau jika teman ibu tidak ada
yang bisa diajak bicara, ibu bisa minta bantuan pada perawat untuk berbicara pada
ibu, seperti “sus mari bicara dengan saya, karena saya mulai mendengar suara-
suara yang mengganggu”. “sekarang coba ibu praktekkan”. “bagus sekali bu

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang dan berlatih cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap ?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol bila suara itu
datang?”
“wah bagus sekali bu “
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)

23
“berapa kali ibu akan bercakap-cakat ? jangan lupa ditulis di jadwal kegiatan harian
ya bu. Caranya jika ibu melakukannya secara mandiri maka tulis (M), jika ibu
melakukannya dengan bantuan orang lain atau perawat maka ibu tulis (B), dan jika
ibu tidak melakukannya tulis (T), apakah ibu menegerti ?” “coba ibu ulangi yang tadi
sudah saya jelaskan.” “iya bagus bu”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik
“bagaimana jika besok kita bberbincang-bincang tentang cara yang ketiga,
yaitu dengan bercakap-cakap untuk mencegah suara-suara itu muncul. Apakah
ibu bersedia?”
b. Waktu
“ibu ingin jam berapa kita berbincang-bincang ?” “bagaimana jika jam 10.00”
c. Tempat
“ dimana ibu ingin berbincang-bincang ? bagaiman jika disini lagi ? baiklah bu
besok kita akan berbincang-bincang kembali jam 10.00. sampai jumpa besok
bu, saya permisi. Asslamuallaikum”

24
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK) GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

SP IV

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

DS :

- Klien mengatakan sudah jarang mendengar suara


kakeknya atau suara yang menganggu.
- Klien mengatakan sudah mulai bercakap-cakap dengan
orang lain jika mulai mendengar suara yang mengganggu.

DO :

- Klien sudah mulai bercakap-cakap dengan teman


sekamarnya dan para perawat.
- Klien nampak membuka pembicaraan.
- Klien dapat menyebutkan apa saja cara untuk mengontrol
halusinasi

Diagnosa Keperawatan : Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran

Tujuan Khusus :

1. Pasien dapat mengntrol halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan

Tindakan keperawatan :

25
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan


yang biasa dilakukan pasien)

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum wr.wb. selamat pagi bu ? “Masih ingat dengan saya? Ya benar”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah semalam tidurnya nyenyak?”
“Apakah ibu masih mendengar suara yang menggangu ibu?”
“Apakah ibu telah melakukan ketiga cara yang telah dipelajari untuk menghilangkan
suara-suara yang mengganggu?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibu” “Bagus sekali bu, ibu latihan
menghardik secara teratur, minum obat secara teratur, latihan bercakap-cakap
dengan teman/perawat dengan teratur. Sekarang coba ibu sebutkan kepada saya
apakah dengan ketiga cara tadi suara yang mengganggu ibu berkurang? Coba
sekarang ibu praktekkan kembali cara menghardik, jelaskan manfaat minum obat
dan kerugian tidak minum obat dan dengan siapa saja ibu bercakap-cakap? Bagus
sekali bu.”
3. Kontrak :
a. Topik
“Baiklah bu sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan latihan cara yang ke
empat yaitu melakukan kegiatan. Apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Berapa lama ibu ingin berbincang-bincang?”
“Bagaimana jika ± 15 menit?”
c. Tempat

26
“Dimana ibu ingin berbincang-bincang?”
“Kalau di ruang tv ini saja bagaimana?”
d. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang-bincang soal ini untuk mengetahui tentang cara ke empat
mengontrol suara yang mengganggu ibu dengan cara melakukan
kegiatan.”

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “Kegiatan apa saja yang biasa bapak lakukan?” (Terus tanyakan sampai
didapatkan kegiatan sampai malam)
2. “Wah bagus sekali kegiatannya, untuk menghilangkan halusinasi yang ibu rasakan
mari kita latih dengan dua kegiatan yaitu kegiatan membersihkan tempat tidur
dan membaca shalawat. Sekarang mari kita coba lakukan kegiatan pertama. Wah
bagus sekali bu, sekarang tempat tidur ibu rapih.”
3. “Sekarang kita coba lakukan kegiatan kedua yaitu membaca shalawat. Wah bagus
sekali bu.”
4. “Kegiatan ini dapat ibu lakuakan untuk mencegah suara tersebut muncul, kegiatan
lainnya akan kita latih agar dari pagi samapi malam ibu ada kerjaan.”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang dan berlatih cara
mengotrol hakusinasi dengan melakukan kegiatan?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol bila suara itu
dating?” “Wah bagus sekali bu.”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)

27
“Berapa kali bapak akan melakukan kegiatan membaca sholawat dan merapihkan
tempat tidur? Jangan lupa ditulis di jadwal kegiatan harian ya bu. Caranya jika ibu
melakukannya secara mandiri maka tulis (M), jika ibu melakukannya dengan
bantuan orang lain atau perawat maka ibu tulis (B), jika ibu tidak melakukannya
maka tulis (T), apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi yang tadi sudah saya jelaskan.”
“Iya bagus.”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang kembali tentang perasaan ibu
dan kemampuan yang ibu miliki, setelah itu kita akan memilih kegiatan yang
mana dapat ibu lakukan, dan kita akan pilih beberapa kegiata untuk ibu latih.
Apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Ibu ingin jam berapa kita berbincang-bincang?”
“Bagaimana jika jam 10.00?”
c. Tempat
“Dimana ibu ingin berbincang-bincang?” “Bagaimana jika disini lagi?” “Baiklah
bu besok kita akan berbincang-bincang kembali jam 10.00. Sampai jumpa
besok bu, saya permisi Assalamu’alaikum.”

28

Anda mungkin juga menyukai