Disusun Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
Latar Belakang
Semua ini berawal pada tanggal 29 Maret 2017 ketika saya dan teman – teman kampus
sedang makan siang di warung tiga putra yang letak nya tida jauh dari kampus Mikom Undip.
Tiba – tiba Lusi[1] menceloteh “mas kamu kok beda ya, waktu awal – awal kuliah badan mu
bagus, sekarang udah gag keren lagi, kamu lemu mas!”. Terus dengan nada sewot saya jawab
“lah emang kenapa kalau aku lemu?, emang udah gag keliatan keren?”. “bukan gitu mas,
cowok keren itu yang badannya kotak – kotak kayak di iklan L-Men’. Lalu Lusi
menambahkan “tapi jangan terlalu kurus kerempeng juga mas, kayak si Sigit [2]” Mulai dari
situ saya berfikir dan bertanya – tanya, apakah lelaki keren itu harus berbadan kotak – kotak
seperti yang digambarkan oleh L-Men?, lalu bagaiamana dengan nasib saya yang mempunyai
tinggi 170 cm dan berat badan 82 kg yang termasuk kategori agak “lemu” dan Sigit dengan
badan yang kurus kerempeng ?, apa selama ini laki – laki dengan kategori gemuk dan kurus
kerempeng itu tidak keren?
Ahli Maskulin
Boydell dan Hammond Logis, Pisah dari sifat alami, Mekanis, Otak
kiri, Bersifat dominan, Pemisah, Keras,
Menang-Kalah, Berentetan, Mengontrol
Sifat maskulin laki – laki identik dengan sifat kuat, berotot, gagah dan berkuasa. Maskulinitas
selama ini berdasarkan pada patriaki, yang mengutamakan dan mengagungkan laki – laki
sebagai makhluk yang hebat.
Sign
Objek Interpretan
Ketiga poin tersebut akan digunakan untuk menganalisis maskulinitas pada iklan L-
Men. Pada sesi ini saya akan menganalisis banner salah satu jenis prosuk susu L-Men
Gainmass.
Model pria, dengan badan atletis Sang model menjadi salah satu
Objek yang menggunakan baju merah interpretan indikasi maskulinitas seorang
dan sarung tangan. pria dengan badan atletisnya.
Sign
Indek dari sign ini adalah Kalimat kerempeng? Mana keren! Serta kalimat trust me, it
works!. Kata kerempeng yang diakhiri tanda tanya mempunyai makna sebuah
pertanyaan apakah audien/pembaca mempunyai badan yang kerempeng/kurus atau
tidak. Lalu dilanjut kalimat mana keren! Yang mempunyai makna sebuah ungkapan
atau pernyataan yang berupa seruan maupun perintah yang menggambarkan
kesungguhan ataupun rasa emosi yang kuat. Makna tersebut jika dipahami lebih
dalam merupakan sebuah ejekan untuk yang berbadan kurus atau kerempeng. Ejekan
tersebut berasumsi bahwa yang mempunyai badan kurus itu tidak keren, sedangkan
yang dimaksud keren adalah badan bagus atletis kotak – kotak.
Objek
Objek merupakan acuan tanda yang secara konteks sosial menjadi referensi dari tanda
atau sesuatu yang dirujuk tanda. Objek dari sign ini adalah model laki – laki muda
yang menggunakan kaos olahraga ketat berwarna merah. Model tersebut
menggambarkan maskulinitas dari sosok laki – laki muda dikarenakan kesan gagah
dari sang model. Lalu gesture dari sang model yang mengepalkan tangan nya
sehingga menonjolkan ototnya, dan diperkuat dengan kaos sport warna merah. Warna
merah sendiri memiliki makna berani, dan berkuasa.
Interpretant
Interpretant dari sign dan objek adalah sang model yang sangat menonjolkan
maskulinitasnya. Otot tangan merupakan fokus dari keseluruhan daya tarik fisik
seseorang. Bagi laki – laki remaja saat ini penampilan fisik adalah hal yang sangat
penting. Memiliki badan yang atletis membuat laki – laki dihargai, diterima dan
diperhatikan oleh lawan jenisnya yaitu perempuan. Oleh karena itu laki – laki
menganggap badan atletis dianggap penting sebagai penunjang penampilan.
Kesimpulan
Iklan susu L-Men hanyalah satu diantara ratusan iklan berbasis maskulin maupun
feminis di Indonesia. Iklan merupakan sarana komunikasi massa yang sangat efektif untuk
penyebaran informasi dan penyebaran ideologi sebuah produk. Iklan susu L-Men yang dalam
hal ini menjadi tanda maupun simbol dari maskulinitas. Namun simbol maskulinitas dari
iklan susu L-Men justru membuat stigma tentang pria keren. Menurut pembahasan diatas
iklan susu L-Men lebih menonjolkan pria berbadan atletis sebagai model iklan. Permasalahan
nya bukan saja pada sang model, tapi pada tulisan yang bertuliskan “kerempeng? Mana
keren! “. Tulisan dan model tersebut diasumsikan bahwa laki - laki yang berbadan atletis
yang keren. Sedangkan yang tidak berbadan atletis tidak keren. Hal ini justru membuat
standarisasi tentang pandangan laki – laki keren itu seperti apa. Masalah sosial seperti sifat
maskulinitas tersebut tetaplah berujung pada sifat persuasif suatu iklan untuk mengajak
konsumen untuk membeli dan meningkatkan penjualan.
Daftar pustaka
Handoko Cons Tri. (2005). Maskulinitas Perempuan Dalam Iklan Dalam Hubungannya
Dengan Citra Sosial Perempuan Ditinjau Dari Perspektif Gender. Nirmana vol 7 no
1. Universitas Kristen Petra
Hasfi Nurul (2011), Analisis Framing Pemberitaan Malinda Dee Di Detikcom, Majalah
Tempo Dan Metro Tv. Laporan Penelitian, Undip Semarang
Nauly Meutia, S.Psi (2002). Konflik Peran Gender pada Pria : Teori dan Pendekatan Empirik.
USU Digital Library. Universitas Sumatera Utara