DAFTAR ISI 2
I. PENDAHULUAN 3
1.1. Pendahuluan / Dasar Teori 3
1.1.1. Thrifting 3
1.1.2. Industri Tekstil di Indonesia 3
1.2. Latar Belakang 4
II. IDENTIFIKASI MASALAH 6
2.1. Situation 6
2.2. Complication 6
2.3. Question 7
2.4. Problem Statement 7
III. ANALISIS 8
3.1. Industri Tekstil di Indonesia Terhambat, Impor Baju Bekas bukan
Satu-satunya Faktor 8
3.2. Pemerintah sebagai Peran Kunci dalam Menentukan Kebijakan untuk
mengatasi Terhambatnya Industri Tekstil Indonesia 9
3.3. Menjembatani Interest Pemangku Kepentingan 11
3.4. Industri Tekstil di Indonesia : Peluang Teknologi dan Tantangan
Menembus Pasar 12
IV. SOLUSI 14
4.1. Opsi Solusi 14
4.2. Proposed Solution 15
4.2.1. Mengefektifkan Eksekusi Permendag 15
4.2.2. Program TriTExtile 15
V. KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 20
Lampiran 1. Lembar Orisinalitas Karya 20
I. PENDAHULUAN
Pada bagian pemaparan masalah ini, kerangka kerja SCQ terdiri dari
Situation, Complication, Question, dan diakhiri dengan Problem Statement.
Penggunaan SCQ framework ini bertujuan untuk menyusun informasi secara
sistematis sehingga penulisan menjadi lebih jelas dan komprehensif.
2.1. Situation
Industri tekstil dalam negeri mengalami tantangan berupa maraknya impor
barang tekstil bekas. Hal ini mengakibatkan peralihan pangsa pasar yang kini
dikuasai oleh pakaian bekas impor sehingga usaha tekstil lokal (baik
manufacturer, distributor, maupun seller) mengalami penurunan revenue.
Dilandasi permasalahan di atas, pemerintah menerapkan kebijakan
Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No 18/2021 tentang Barang
Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor (Permendag Nomor 40 Tahun 2022)
yang menyatakan bahwa pakaian bekas dilarang untuk diimpor. Dengan
diterapkannya peraturan ini, pemerintah berharap untuk dapat mengembalikan
penguasaan pangsa pasar tekstil oleh industri dalam negeri, khususnya untuk
memicu tumbuh-kembang UMKM tekstil lokal.
2.2. Complication
Terdapat tiga major stakeholders pada penerapan kebijakan: Pemerintah
RI, usaha tekstil lokal, dan pelaku existing usaha thrifting impor; kepentingan dari
masing-masing ketiga pihak tersebut memicu conflict-of-interest yang perlu
disolusikan. Landasan diterapkannya kebijakan larangan impor barang bekas
adalah objektif pemerintah pusat untuk memacu tumbuh-kembang UMKM
Indonesia (e.g. Program PEN) dan perluasan lapangan kerja (e.g. UU Cipta Kerja)
[7][8]. Pemerintah perlu melindungi kesuksesan UMKM tekstil dalam negeri dari
popularitas barang tekstil impor tanpa mengganggu keberjalanan usaha thrifting
dalam negeri yang terancam akibat penerapan Permendag Nomor 40 Tahun 2022.
Penerapan kebijakan tersebut juga memicu munculnya kasus-kasus
penyelundupan pakaian bekas.
2.3. Question
Berdasarkan penjabaran pada bagian situation dan complication, berikut
adalah pertanyaan mengenai efektifivitas kebijakan larangan impor baju bekas.
● Apakah dengan ditegakkannya aturan mengenai larangan impor baju bekas
dapat menghasilkan dampak yang signifikan terhadap perkembangan
industri tekstil lokal?
● Apa langkah yang harus diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan
perkembangan industri tekstil lokal di tengah tren impor barang tekstil di
Indonesia?
2.4. Problem Statement
Problem statement yang dapat diajukan berdasarkan Situation,
Complication, dan Question di atas adalah,
a. Stage 1 : Enable
Pada tahap Enable, Pemerintah memberikan fasilitas kepada UMKM
industri tekstil lokal berupa platform digital yang mudah diakses, aman, dan
terintegrasi. Fitur pada platform ini meliputi pengajuan bantuan pendanaan
UMKM serta akses portal informasi perizinan dan legal dari pemerintah. Selain
itu, terdapat fitur penjualan online bagi industri tekstil lokal yang dapat membantu
memperluas jangkauan pasar, meningkatkan omzet, dan mengurangi biaya
operasional.
Berikut adalah Objective Key Results dari tahap Enable.
1) Membangun dan meluncurkan platform digital untuk UMKM industri tekstil
lokal dalam waktu 6 bulan.
2) Menjangkau dan mendaftarkan minimal 500 UMKM industri tekstil lokal ke
platform digital dalam waktu 3 bulan setelah peluncuran.
3) Menyediakan fitur pengajuan bantuan pendanaan UMKM, akses portal
informasi perizinan dan legal, dan penjualan online di platform digital.
4) Meningkatkan omzet UMKM industri tekstil lokal yang terdaftar di platform
digital sebesar 20% dalam waktu 6 bulan setelah peluncuran.
5) Meningkatkan kepuasan UMKM industri tekstil lokal yang terdaftar di
platform digital sebesar 80% dalam waktu 6 bulan setelah peluncuran.
b. Stage 2 : Enhance
Memberikan pelatihan manajemen dan pemasaran bagi industri tekstil
lokal dengan materi yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik usaha
mereka. Pelatihan ini dapat membantu industri tekstil lokal untuk meningkatkan
kualitas produk, layanan, dan manajemen usaha mereka, serta untuk menjangkau
pasar yang lebih luas.
Berikut adalah Objective Key Results dari tahap Enhance.
1) Menyelenggarakan minimal 10 sesi pelatihan manajemen dan pemasaran bagi
industri tekstil lokal dalam waktu 1 tahun.
2) Menjangkau dan melibatkan minimal 200 UMKM industri tekstil lokal dalam
pelatihan manajemen dan pemasaran.
3) Menyediakan materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
usaha UMKM industri tekstil lokal, seperti analisis pasar, strategi pemasaran,
branding, pengelolaan keuangan, dan lain-lain.
4) Meningkatkan kualitas produk, layanan, dan manajemen usaha UMKM
industri tekstil lokal sebesar 30% berdasarkan hasil evaluasi pelatihan.
5) Meningkatkan jangkauan pasar UMKM industri tekstil lokal sebesar 20%
berdasarkan hasil survei pelanggan.
c. Stage 3 : Educate
Melakukan edukasi dan sosialisasi tentang dampak produk baju bekas
impor. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang dampak positif dan negatif dari mengonsumsi produk baju
bekas impor, serta cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
negatifnya.
Berikut adalah Objective Key Results dari tahap Educate.
1) Membuat dan menyebarkan minimal 20 konten edukatif dan informatif
tentang produk baju bekas impor melalui media sosial, televisi, radio, dan
media lainnya dalam waktu 6 bulan.
2) Menjangkau dan meningkatkan kesadaran minimal 10.000 masyarakat tentang
dampak positif dan negatif dari mengonsumsi produk baju bekas impor
berdasarkan hasil survei online dalam waktu 6 bulan.
3) Mengadakan minimal 5 kegiatan sosialisasi dan diskusi tentang produk baju
bekas impor yang melibatkan berbagai pihak terkait dalam waktu 6 bulan.
4) Meningkatkan jumlah konsumen yang melakukan daur ulang atau donasi
produk baju bekas impor sebesar 30% berdasarkan hasil pelacakan online
dalam waktu 6 bulan.
[1] https://www.hipwee.com/style/perbedaan-thrift-dan-preloved/
[2] https://www.suara.com/lifestyle/2020/11/21/193321/apa-itu-thrifting-berikut-
arti-thrifting-plus-tips-dan-trik-berbelanja
[3] https://www.akseleran.co.id/blog/thrift-adalah/
[4] https://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-industri-tekstil/
[5] https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/kinerja-industri-tekstil-meningkat-
934-pada-2022
[6] https://www.kemenperin.go.id/artikel/21230/Kemenperin:-Industri-Tekstil-
dan-Pakaian-Tumbuh-Paling-Tinggi
[7] https://dpmpt.kulonprogokab.go.id/detil/1301/upaya-pemerintah-untuk-
memajukan- umkm-indonesia
[8] https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/1668/peraturan-pelaksanaan-uu-cipta-
kerja-ciptakan-era-baru-berusaha-untuk-perluasan-lapangan-kerja
[9] https://www.cnbcindonesia.com/news/20230316103151-4-422141/aneh-
ternyata-impor-pakaian-bekas-ada-datanya-resmi
[10] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/17/volume-ekspor-tekstil
-turun-pada-2022-lebih-rendah-dari-masa-pandemi
LAMPIRAN
Menyatakan bahwa karya tersebut bersifat ORISINAL, bukan plagiat dan belum
pernah menjuarai lomba sejenis sebelumnya. Pernyataan ini kami buat dengan
sebenar-benarnya. Apabila di kemudian hari terbukti tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh pihak panitia “Business Case
Competition 2023”.