Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ANALISIS

DAN
ESTIMASI BIAYA

Disusun oleh :
Maria H.S. Hala Tokan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK

TAHUN AJARAN 2023/2024


Pengertian Beban kerja alat medik
Beban kerja peralatan medik merujuk pada tingkat penggunaan dan pemeliharaan
peralatan medis dalam suatu fasilitas kesehatan. Beban kerja ini mencakup berapa
sering peralatan medis digunakan dalam rutinitas pelayanan kesehatan. Peralatan yang
sering digunakan mungkin memerlukan perawatan lebih intensif.
Perhatian beban kerja peralatan medik penting untuk memastikan pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan untuk menjaga efisiensi
operasional fasilitas kesehatan. Dengan manajemen yang baik, beban kerja peralatan
medis dapat diminimalkan dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya Kesehatan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BEBAN KERJA
PEMELIHARAAN ALAT MEDIK
A. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan memiliki peran penting dalam mempengaruhi kebutuhan


pemeliharaan dan kinerja alat medis. Berikut beberapa dampak dari faktor lingkungan
terhadap pemeliharaan peralatan medis:

1. Korosi dan Kerusakan Material:

Lingkungan yang lembab atau terpapar bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan
korosi dan kerusakan material pada peralatan medis. Ini dapat mengurangi umur
pakai alat medis dan memerlukan pemeliharaan yang lebih sering.

2. Debu dan Partikel:

Ruangan berdebu atau kotor dapat menyebabkan penumpukan debu dan partikel
pada komponen alat medis. Ini dapat mengganggu operasi normal alat, mengurangi
efisiensi, dan bahkan menyebabkan kegagalan.

3. Kontaminasi:

Lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan kontaminasi alat medis.


Peralatan yang digunakan dalam prosedur medis harus tetap steril. Kontaminasi
dapat menyebabkan infeksi nosokomial yang serius.

4. Suhu dan Kelembaban:


Suhu dan kelembaban ekstrem dapat memengaruhi elektronik dan komponen
sensitif lainnya pada alat medis. Ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi atau
kerusakan yang memerlukan perbaikan atau penggantian.

5. Kerusakan mekanis:

lingkungan yang kasar atau berisiko benturan fisik dapat menyebabkan kerusakan
mekanis pada peralatan medis, seperti pecahnya layar monitor atau rusaknya
bagian mekanis.

6. Pelepasan gas beracun:

lingkungan yang mengandung gas beracun atau bahan kimia berbahaya


dapat merusak komponen alat medis atau menyebabkan kerusakan pada sirkuit
elektronik.

7. Pemeliharaan pencegahan:

dalam lingkungan tertentu, tindakan pemeliharaan pencegahan seperti pelumasan,


pembersihan, dan penggantian suku cadang mungkin perlu dilakukan secara lebih
sering untuk melindungi alat medis dari dampak lingkungan.

Untuk mengatasi dampak faktor lingkungan, penting untuk:

• memiliki peralatan medis yang sesuai dengan lingkungan tempatnya digunakan.


• Melakukan pemantauan lingkungan secara teratur untuk mendeteksi potensi
masalah sebelum mereka menjadi serius.
• Mengembangkan jadwal pemeliharaan yang sesuai dengan faktor lingkungan
dan melakukan pemeliharaan preventif secara rutin.
• Melakukan pelatihan staf tentang pentingnya menjaga lingkungan kerja yang
bersih dan aman untuk peralatan medis.

Dengan memahami dan mengelola dampak faktor lingkungan, dapat


memastikan bahwa peralatan medis tetap berkinerja optimal dan aman
digunakan dalam perawatan pasien.
B. FAKTOR HUMAN ERROR

faktor human error terhadap pemeliharaan peralatan medik sangat


mempengaruhi dalam lingkungan perawatan kesehatan karena kesalahan
manusia dapat memiliki konsekuensi serius bagi pasien dan operasional
rumah sakit. Berikut adalah beberapa aspek penting tentang dampak faktor
human error terhadap pemeliharaan peralatan medik:

1. Kesalahan dalam Pengoperasian:

Human Error dalam mengoperasikan alat medis dapat menyebabkan


kerusakan. Misalnya, pengoperasian yang tidak benar atau tidak hati-hati
dapat mempercepat ausnya komponen atau mengganggu fungsi alat.

2. Kesalahan dalam Pelaksanaan Pemeliharaan:

Saat melakukan pemeliharaan preventif atau perbaikan, kesalahan


dalam proses pemeliharaan seperti kesalahan perakitan, pemasangan komponen
yang salah, atau pengaturan yang tidak benar dapat menyebabkan alat
medis tidak berfungsi dengan baik atau bahkan rusak.

3. Kesalahan Diagnosis dan Identifikasi Masalah:

Pada tahap awal pemeliharaan, kesalahan manusia dalam mendiagnosis


masalah atau mengidentifikasi komponen yang perlu diperbaiki dapat
menyebabkan tindakan pemeliharaan yang tidak tepat. Ini dapat
mengakibatkan waktu dan sumber daya terbuang untuk memperbaiki hal
yang sebenarnya tidak rusak atau gagal mendeteksi masalah yang
sebenarnya ada.

4. Pengabaian Jadwal Pemeliharaan:

Kesalahan manusia dalam mengabaikan atau menunda pemeliharaan


preventif yang direkomendasikan dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan
alat medis yang bisa dicegah. Kadang-kadang, kesibukan atau kurangnya
kesadaran terhadap jadwal pemeliharaan dapat menjadi penyebabnya.
5. Pelatihan dan Keterampilan:

Tingkat pelatihan dan keterampilan petugas pemeliharaan sangat penting.


Kesalahan yang terjadi karena kurangnya pengetahuan atau keterampilan
dalam pemeliharaan alat medis dapat mengakibatkan kerusakan atau kegagalan
yang tidak perlu.

6. Perencanaan dan Manajemen:

Kesalahan dalam perencanaan dan manajemen sumber daya manusia,


seperti penugasan yang tidak sesuai, kurangnya personel, atau penugasan
yang berlebihan, dapat mengganggu pemeliharaan yang efisien dan tepat waktu.

Dampak dari kesalahan manusia dalam pemeliharaan peralatan medis dapat


mencakup:

• Risiko pasien yang lebih tinggi karena alat medis yang tidak berfungsi
dengan baik.

• Biaya tambahan untuk perbaikan atau penggantian alat medis.

• Dapat mengurangi usia teknis alat

• Gangguan dalam operasional rumah sakit dan penundaan dalam pelayanan


pasien.

• Potensi kerugian reputasi rumah sakit dan staf medis.

Untuk mengurangi dampak faktor human error dalam pemeliharaan


peralatan medis, penting untuk memberikan pelatihan yang memadai kepada
personel, mengikuti prosedur pemeliharaan yang telah ditetapkan, memonitor
pemeliharaan secara teratur, dan memastikan pengelolaan sumber daya manusia
yang efisien. Selain itu, penggunaan teknologi yang memungkinkan pemantauan
otomatis kinerja alat medis dan peringatan dini dapat membantu mengurangi
risiko kesalahan manusia.
C. FAKTOR UTILITAS

faktor utilitas memiliki dampak yang signifikan terhadap pemeliharaan


peralatan medik dalam lingkungan perawatan kesehatan. Faktor utilitas mencakup
sejumlah faktor yang memengaruhi sejauh mana alat medis digunakan dan seberapa
sering. Berikut adalah beberapa dampak utama faktor utilitas terhadap pemeliharaan
peralatan medik:

1. Frekuensi Penggunaan:

Alat medis yang digunakan secara intensif, seperti monitor pasien


atau peralatan pencitraan medis, mungkin memerlukan pemeliharaan lebih
sering daripada yang digunakan secara sporadis. Penggunaan yang lebih sering
dapat menyebabkan ausnya komponen lebih cepat.

2. Umur Operasional:

Semakin lama alat medis digunakan, semakin besar kemungkinan perlu


pemeliharaan. Alat medis yang telah berusia lebih lama mungkin memerlukan
perawatan lebih sering atau bahkan penggantian komponen yang usang.

3. Kebutuhan Pemantauan:

Alat medis yang digunakan dalam pengawasan pasien yang kritis atau
untuk diagnosis penting mungkin memerlukan pemantauan yang lebih
ketat. Pemantauan yang intensif dapat membantu mendeteksi masalah sejak
dini dan mencegah kegagalan.

4. Kinerja dan Ketepatan:

Alat medis harus menjaga kinerja dan ketepatan yang tinggi, terutama
dalam situasi kritis. Faktor utilitas dapat memengaruhi sejauh mana
alat medis memenuhi standar kinerja yang diperlukan.
5. Kondisi Operasional:

Lingkungan operasional alat medis dapat memengaruhi


pemeliharaan. Misalnya, alat yang digunakan di lingkungan yang keras atau
berbahaya mungkin memerlukan perawatan tambahan untuk menjaga kinerja dan
keselamatan.

6. Perencanaan Pemeliharaan:

Berdasarkan faktor utilitas, perencanaan pemeliharaan harus


disesuaikan. Alat medis yang digunakan dengan intensitas tinggi mungkin
memerlukan jadwal pemeliharaan yang lebih ketat dan perencanaan cadangan
untuk menghindari penundaan dalam pelayanan pasien.

7. Pemantauan Pemakaian :

Memonitor pemakaian alat medis dan mengumpulkan data tentang kinerjanya


dapat membantu merencanakan pemeliharaan dengan lebih baik. Hal ini juga
dapat membantu mendeteksi masalah yang mungkin timbul sebelum menjadi
serius.

Dampak dari faktor utilitas terhadap pemeliharaan peralatan medis adalah


pentingnya memiliki strategi pemeliharaan yang disesuaikan dengan tingkat
pemakaian dan jenis alat medis. Ini termasuk mengikuti jadwal pemeliharaan
yang direkomendasikan oleh produsen, melibatkan teknisi pemeliharaan
berpengalaman, dan melakukan pemantauan berkelanjutan terhadap kinerja alat
medis. Upaya ini dapat membantu memastikan bahwa peralatan medis tetap
berfungsi dengan baik, aman digunakan, dan memberikan perawatan yang
optimal kepada pasien.

D. FAKTOR USIA TEKNIS

Usia teknis alat medik mengacu pada seberapa lama alat medis tersebut
telah digunakan sejak pertama kali dioperasikan atau sejak pembelian.
Dampak faktor usia teknis alat medik terhadap pemeliharaan peralatan
medis sangat penting dalam pemahaman bagaimana alat medis memerlukan
perawatan lebih lanjut. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang
dampaknya:

1. Kerusakan dan Aus Komponen:

Seiring berjalannya waktu, komponen alat medis dapat mengalami


kerusakan atau aus karena penggunaan yang terus-menerus. Ini bisa
mencakup bagian-bagian mekanis, sensor elektronik, kabel, dan banyak
komponen lainnya. Kerusakan atau aus ini dapat mengganggu kinerja alat
medis dan memerlukan perbaikan atau penggantian.

2. Risiko Kegagalan:

Semakin tua alat medis, semakin besar risiko kegagalan. Meskipun


pemeliharaan yang baik dapat memperpanjang usia teknis alat, tidak ada alat
medis yang dapat bertahan selamanya. Usia teknis yang tinggi dapat membuat
alat medis lebih rentan terhadap kegagalan dan gangguan yang tidak
diinginkan.

3. Pemeliharaan Preventif yang Lebih Intensif:

Alat medis yang lebih tua mungkin memerlukan pemeliharaan preventif


yang lebih sering dan intensif untuk memastikan kinerjanya tetap optimal. Ini
bisa mencakup pemeriksaan rutin, penggantian komponen usang, dan perbaikan.

4. Ketersediaan Suku Cadang:

Semakin lama alat medis digunakan, semakin sulit bisa untuk mendapatkan
suku cadang asli atau mendukung pemeliharaan oleh produsen. Ini bisa
menjadi tantangan dalam menjaga alat medis tetap beroperasi jika suku
cadang yang dibutuhkan tidak lagi tersedia.

5. Ketidakcocokan dengan Teknologi Baru:

Dengan kemajuan teknologi medis, alat medis yang lebih tua mungkin
tidak kompatibel dengan teknologi atau sistem yang lebih baru. Ini dapat
menjadi masalah jika rumah sakit ingin mengintegrasikan alat medis yang lebih
lama dengan sistem yang lebih modern.
6. Biaya Pemeliharaan:

Pemeliharaan alat medis yang lebih tua mungkin lebih mahal karena
perlu mengganti komponen yang usang atau sulit ditemukan. Biaya
pemeliharaan ini perlu dipertimbangkan dalam perencanaan anggaran rumah
sakit.

7. Evaluasi Kinerja:

Evaluasi kinerja alat medis yang lebih tua mungkin perlu dilakukan
secara lebih ketat dan rutin untuk memastikan bahwa alat tersebut
masih memenuhi standar kualitas dan keamanan yang diperlukan.

Dalam mengelola alat medis yang lebih tua, penting untuk memiliki
strategi pemeliharaan yang berkelanjutan. Ini mungkin mencakup perencanaan
penggantian alat medis yang sudah terlalu tua dengan yang lebih
baru, memonitor kinerja secara ketat, dan memastikan bahwa alat medis
tersebut mematuhi semua regulasi dan standar keselamatan yang berlaku.
Keselamatan pasien selalu harus menjadi prioritas utama dalam pengelolaan alat
medis yang lebih tua.

HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI FAKTOR USIA


TEKNIS
Beberapa faktor yang dapat menjadi kendala terhadap
berkurangnya usia teknis alat medik dan memicu penggantian alat tersebut
lebih cepat dari yang mungkin diharapkan secara umum. Beberapa contoh
faktor-faktor ini meliputi
1. Perkembangan Teknologi :
Perkembangan teknologi medis yang pesat dapat membuat alat medis
yang lebih lama menjadi usang lebih cepat. Misalnya, alat pemindai
MRI yang lebih baru mungkin memiliki kemampuan diagnostik yang
lebih tinggi dan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan model
yang lebih lama.
2. Standar Keamanan yang Diperketat:
Ketika standar keamanan di industri medis diperketat atau berubah,
alat medis yang lebih lama mungkin tidak lagi memenuhi persyaratan ini.
Ini dapat memicu penggantian alat medis untuk mematuhi regulasi yang lebih
ketat.
3. Batas Biaya Pemeliharaan (MMEL):
Dalam beberapa kasus, perusahaan atau fasilitas perawatan kesehatan
memiliki MMEL atau batas biaya pemeliharaan yang memandu keputusan
untuk melakukan pemeliharaan atau penggantian. Jika biaya pemeliharaan
melebihi nilai MMEL, maka penggantian alat medis mungkin lebih
dipertimbangkan.
4. Ketersediaan Suku Cadang:
Jika suku cadang untuk alat medis yang lebih tua sulit ditemukan
atau tidak lagi diproduksi, perawatan yang tepat mungkin menjadi lebih
sulit atau mahal. Ini bisa menjadi alasan untuk menggantikan alat tersebut
dengan yang lebih baru.
Kesesuaian dengan Ilmu Kedokteran :
Jika alat medis yang lebih lama tidak lagi sesuai dengan perkembangan
ilmu kedokteran atau tidak dapat mengakomodasi praktik medis yang lebih
baru, maka penggantian alat tersebut mungkin diperlukan untuk
memastikan perawatan pasien yang optimal. Ketika kebutuhan klinis berubah atau
metode perawatan yang lebih efektif muncul, alat medis yang lebih lama mungkin tidak
lagi memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Misalnya, perubahan dalam
teknik bedah atau diagnosis mungkin memerlukan penggunaan alat yang
lebih modern.
Tingkat keyakinan dalam kinerja dan keandalan alat medis juga dapat
mempengaruhi keputusan. Alat medis yang lebih tua mungkin memiliki
catatan kinerja yang baik dan telah terbukti andal selama bertahun-tahun,
yang dapat membuat pengguna lebih percaya pada alat tersebut.
Perlu diingat bahwa penggantian alat medis bukanlah keputusan yang mudah,
dan setiap situasi harus dinilai secara individual. Faktor-faktor seperti biaya
penggantian, manfaat klinis yang diharapkan, dan ketersediaan sumber daya
harus dipertimbangkan dengan cermat. Keputusan penggantian harus
didasarkan pada pemahaman yang baik tentang kebutuhan pasien, regulasi, dan
perkembangan teknologi medis.
Contoh kasus:

Sebuah alat Lampu Infrared mengalami kerusakan di rangkaian pada tahun ke 2


pemakaian harga pembelian alat seharga Rp. 1.395.000,00. Dengan MMEL ditahun
kerusakan seharga Rp.46.264.320. Estimasi biaya perbaikan alat dari vendor
sebesar Rp. 64.256.000. Diketahui juga alat tersebut sering kali mengalami error
saat sedang digunakan. Berikan pendapat anda mengenai alat tersebut?

Jawaban:

Pada kasus alat tersebut, maka alat tidak layak untuk diperbaiki dikarenakan biaya
perbaikan melebihi dari estimasi dan MMEL di tahun kerusakan. Selain itu, tingkat
keyakinan pada alat juga kecil dikarenakan seringnya terjadi error pada alat.
Sehingga umur teknis dari alat dianggap sudah habis dikarenakan harga perbaikan
alat lebih besar dari nilai MMEL di tahun kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai