Anda di halaman 1dari 8

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : Naila Falahiya
Asal Institusi : SDN Purwotengah Kota Mojokerto

Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi

1 Rendahnya hasil belajar a. Kajian Literatur: 1. Guru belum mengidentifikasi faktor


siswa dalam pelajaran 1. Edo (2020) mengatakan untuk mengajarkan materi internal siswa mengapa siswa belum
Matematika materi pengurangan bisa memakai pendekatan PMRI (Pendidikan memahami materi pengurangan dua angka.
pengurangan dua angka. Matematika Realistik Indonesia). Treffers (1991) 2. Guru belum membuat alat peraga yang
memperkenalkan model garis bilangan buta dalam
menarik.
pendekatan pembelajaran Matematika realistik sebagai
solusi untuk masalah pengurangan bilangan dua angka. 3. Guru belum menerapkan strategi
(https://media.neliti.com/media/publications/122719-ID-model- pembelajaran yang sesuai.
pembelajaran-penjumlahan-dan-pengu.pdf, diakses pada 23 September 4. Model pembelajaran yang dipakai guru
2023 pukul 14:18).
masih konvensional.
2. Septy (2017) dalam penelitiannya menggunakan metode
Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan 5. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti
kemampuan penjumalahan dan pengurangan. pelajaran Matematika terutama
(Risdianty, Septy Ria, Skripsi, UNY, 2017) pengurangan dua angka karena sudah
3. Theff (2022) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa merasa sulit dari awal.
penggunaan alat peraga berupa potongan lidi dapat
6. Siswa sering tidak masuk sehingga
meningkatkan hasil belajar siswa dalam bab penjumlahan
dan pengurangan. ketinggalan pelajaran.
(Iklimaturrida, dkk., National Conference for Ummah: Upaya 7. Siswa baru bisa menulis sehingga masih
Meningkatkan Hasil Belajar Pengurangan Dua Angka melalui Media kesulitan saat melakukan pengurangan dua
Papan Pengurangan pada Siswa Kelas I SDN Gunungsari I/484
Surabaya, Unusa, 2023.) angka.
4. Iklimaturrida (2023) mengatakan hasil belajar siswa dalam
materi pengurangan dua angka bisa meningkat dengan
menggunakan media papan pengurangan.
5. Pitaloka dkk. (2022) dalam penelitiannya menjelaskan
penggunaan media kantong bilangan dalam pembelajaran
pengurangan untuk menikngkatkan hasil belajar
pengurangan dua angka.
(Iklimaturrida, dkk., National Conference for Ummah: Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Pengurangan Dua Angka melalui Media
Papan Pengurangan pada Siswa Kelas I SDN Gunungsari I/484
Surabaya, Unusa, 2023.)
b. Wawancara dengan rekan sejawat
Narasumber: Muchayaroh, S.Pd.
Waktu : tanggal 21 September 2023:
Di antara penyebab 30% siswa dari kelas 2 yang nilainya masih
di bawah KKM dalam pelajaran pengurangan adalah karena:
1. Ada siswa yang sering tidak masuk.
2. Beberapa siswa tersebut baru lancar menulis meskipun
kadang masih terbalik.
2 Rendahnya hasil belajar a. Kajian Literatur 1. Siswa belum bisa menulis angka dan
siswa dalam mata 1. Salah satu media yang digunakan di dalam pengajaran bilangan dengan tepat.
pelajaran Matematika konsep nilai tempat adalah dengan menggunakan media rak 2. Siswa masih mengalami miskonsepsi
materi nilai tempat dari tentang nilai tempat.
bilangan. Negoro dan Harahap (2010: 293), mengatakan
suatu bilangan. 3. Guru belum memberikan metode
bahwa rak bilangan adalah alat peraga yang digunakan
pengajaran yang variatif sesuai gaya belajar
untuk menjelaskan tempat suatu angka dalam lambang
siswa.
bilangan.
4. Guru memiliki pengetahuan yang terbatas
(Selvianiresa, Dessi, Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Universitas
tentang konsep nilai tempat.
Pendidikan Indonesia, 2020)
2. Budhianto (2021) dalam penelitiannya menemukan bahwa 5. Guru masih mengandalkan penggunaan
pemahaman siswa dalam memahami materi nilai tempat buku paket dan LKS yang hanya memuat
menggunakan metode demonstrasi mengalami peningkatan. definisi dan contoh.
(Jurnal PTK, Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Nilai Tempat 6. Guru belum bisa memberikan
Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 pembelajaran yang bermakna kepada
Kalapagunung, 2021)
siswa.
3. Kemampuan siswa dalam menentukan nilai tempat bisa
7. Guru belum menggunakan media konkret
meningkat dengan menerapkan model belajar cooperative
dalam mengajarkan nilai tempat dari suatu
learning (Zainullah; 2014).
bilangan.
(Gamatika Vol. V No. I November 2014)
b. Wawancara dengan teman sejawat 8. Guru belum menggunakan model
Narasumber: Aleta Q. (Guru kelas dan guru Matematika) pembelajaran yangs sesuai.
Waktu : Kamis, 22 September 2023
Menurut Bu Aleta, pembelajaran Matematika di SD hendaknya
bermakna, bertahap, dan menganut kebenaran konsistensi. Oleh
karena itu, guru hendaknya bisa menerapkan pembelajaran yang
bisa bermakna kepada siswa melalui berbagai media yang bisa
menarik perhatian siswa.
3 Rendahnya kemampuan a. Kajian Pustaka 1. Siswa belum memahami penggunaan kata
siswa dalam membuat 1. Trisnawati (2022) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tanya dengan baik.
kalimat tanya mata terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam membuat 2. Guru belum menerapkan metode
pelajaran Bahasa pembelajaran yang sesuai.
kalimat tanya saat menerapkan metode pembelajaran
Indonesia. 3. Model pembelajaran yang dipakai guru
snowball throlling. kurang tepat.
(https://radarsemarang.jawapos.com/untukmu- 4. Guru belum menggunakan media yang
guruku/721397002/peningkatan -kemampuan-membuat-kalimat-tanya- menarik perhatian siswa.
melalui-snowball-throwing, diakses pada 23 September 2023 pukul 5. Strategi dan pendekatan yang dipakai guru
18:05.) kurang sesuai.
2. Panigoro (2019) menjelaskan model pembelajaran make a
match bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam
membuat kalimat Tanya.
(Panigoro, Risnawaty, Ideas: Jurnal Pendidikan Nasional dan Budaya,
November)
3. Santi (2020) dalam penelitiannya menemukan bahwa
menggunakan pembelajaran kooperatif dan menggunakan
media dadu kata tanya bisa memudahkan siswa dalam
membuat kata Tanya
(https://radarsemarang.jawapos.com/untukmu-
guruku/721370197/Meningkatkan -keterampilan-membuat-kalimat-
tanya-dengan-dadu, diakses pada 23 September 2023 pukul 18:14.)
4 Rendahnya kemampuan a. Kajian Pustaka 1. Beberapa siswa kelas 2 baru bisa menulis
menulis siswa dalam 1. Rizka (2018) dalam jurnalnya mengatakan:“learning dan membaca secara mandiri.
membuat kalimat berita contracts method dapat diaplikasikan untuk anak 2. Siswa belum hapal bentuk huruf kapital dan
berpola S-P-O dengan huruf kecil.
berkesulitan belajar, terutama anak kesulitan belajar
menggunakan tanda baca 3. Siswa belum memahami dengan baik
dan huruf kapital yang menulis kalimat, karena dalam penerapan menulis kalimat penggunaan tanda baca titik (.) dan huruf
tepat. diperlukan pemahaman dan keleluasaan menuangkan ide kapital yang tepat.
dalam menulis”. 4. Siswa belum memahami dengan baik
(Rizka, Miftahur, dkk., Jurnal Pendidikan Berkebutuhan Khusus, pengertian Subjek-predikat-objek.
Universitas Negeri Padang Indonesia, 2019.) 5. Guru tidak selalu memberikan feedback
2. Murni Winarsih (2007: 72) menjelaskan tentang metode terhadap hasil kerja siswa.
konstruktif yang menitik beratkan pada penguasaan 6. Guru belum menggunakan metode yang
tepat.
struktur, dan tata bahasa dengan pola latihan drilling
7. Guru masih menggunakan media
(tubian) dari kalimat sederhana sampai pada kalimat pembelajaran yang konvensional dan tidak
kompleks. Dengan latihan yang terus-menerus, diharapkan variatif.
anak mengenal pola-pola kalimat tertentu, dan mampu 8. Model pembelajarn yang dipakai oleh guru
menyusun kalimat baru dengan sendirinya berdasarkan pola tidak sesuai.
yang dikuasainya.
(Arum, Ngesti winahyu, Skripsi, UNY, 2015)
3. Menurut penelitian Tiara Astari (2018), hasil belajar siswa
dalam menulis kalimat pendek dengan memperhatikan
huruf kapital dan tanda baca bisa terdongkrak jika
menggunakan PAKEM atau teknik aktif dan menghibur.
(Destia, dkk, Seminar Nasional Sosial Sains: Peningkatan Kemampuan
Menulis Kalimat Sederhana dengan Penggunaan Huruf Kapital dan
Tanda Baca Melalui Bahan Ajar pada Siswa Kelas II SD, Universitas
PGRI Madiun.)
4. Debi (2018) menemukan bahwa penggunaan media gambar
dapat mendorong siswa untuk belajar tentang kemampuan
menulis kalimat awal dalam bahasa Indonesia.
(Destia, dkk, Seminar Nasional Sosial Sains: Peningkatan Kemampuan
Menulis Kalimat Sederhana dengan Penggunaan Huruf Kapital dan
Tanda Baca Melalui Bahan Ajar pada Siswa Kelas II SD, Universitas
PGRI Madiun.)
5. Ngesti dalam penelitiannya menemukan bahwa
keterampilan siswa menulis kalimat dengan menggunakan
pendekatan kontekstual mengalami peningkatan.
(Arum, Ngesti Winahyu,PTK, UNY, 2015)
6. Erman (2009: 5) menjelaskan bahwa model concept
sentence digunakan untuk mengajarkan siswa membuat
kalimat berpola S-P-O dengan tanda baca dan huruf kapital
yang tepat, karena concept sentence adalah model
pembelajaran dengan cara siswa dibentuk berkelompok dan
membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci.
(Kusuma, Ni Made Enita, Jurnal Pendidikan, 2016)
b. Wawancara dengan teman sejawat
Narasumber: Nur Fadholi (Guru kelas II A)
Waktu : Jumat, 22 September 2023
Pak Fad menjelaskan bahwa siswa kelas II akan tertarik
mengikuti pelajaran jika kita tampilkan media yang sesuai usia
mereka, warna-warni, dan mudah didapat.
5 Rendahnya hasil belajar a. Kajian Literatur 1. Siswa tidak fokus dalam menyimak
siswa dalam mata 1. Sekar (2010) menjelaskan bahwa bagi sebagian siswa, pelajaran.
pelajaran Pendidikan materi pelajaran PPKn dirasakan sebagai beban yang hanya 2. Adanya kesamaan nilai pada pengamalan
Pancasila materi nilai Pancasila dengan beberapa nilai sila
menambah bahan hafalan. Sehingga Ali dkk. (2018) di
pengamalan nilai sila Pancasila.
Pancasila. dalam penelitiannya mengungkapkan, pembelajaran PPKn 3. Siswa terkesan hanya menghafalkan
(Pendidikan Pancasila) bisa dilaksanakan melalui tanpa memahami maksud dari
pengembangan media Lectora Inspire untuk menghasilkan pengamalan Pancasila.
media pembelajaran yang menarik bagi siswa. 4. Guru belum memahami dengan baik
(Musafa, Ali, dkk., Jurnal Review Pendidikan Dasar: Pengembangan materi pengamalan nilai Pancasila dalam
Media Berbasis Komputer dengan Lectora Inspire untuk Meningkatkan kehidupan sehari-hari.
Pemahaman Siswa tentang Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila di Kelas 5. Guru belum mengembangkan media
III SD, Unesa, 2018.) pembelajaran yang sesuai.
2. Vindy dkk. Menemukan bahwa mengajarkan pengamalan 6. Guru belum menggunakan metode dan
nilai-nilai Pancasila bisa lebih mudah jika menggunakan model pembelajaran yang tepat.
media board game.
(Oematan, Vindy Novianty Chandra, Universitas Kristen Petra).
3. Agus AP (2021) menggunakan model pembelajaran make a
match (mencari pasangan) dalam menyampaikan materi
simbol Pancasila dengan pengamalan nilai sila Pancasila.
(https://radar-semarang.jawapos.com/Untukmu-
guruku/721381794/belajar-pancasila-dengan metode-make-a-match,
diakses pada 23 September 2023 pukul 17:41).
4. Nurikawati (2020) menemukan bahwa hasil belajar siswa
pada materi pengamalan sila-sila Pancasila melalui model
discovery learning dengan media power point mengalami
peningkatan.
(Nurikawati, Reni, PTK, Unusa, 2020)
5. Juwianti (2022) mengungkapkan bahwa materi simbol dan
nilai-nilai serta pengamalan sikap Pancasila bisa bermakna
jika menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah
(PBL).
(https://joglojateng.com/2022/10/21/memahami-makna-sila-sila-
pancasila-dengan-metode-pbl)
b. Wawancara dengan teman sejawat
Narasumber: Elok Farida Margaretha, S.Pd. (Guru kelas I)
Waktu : Jumat, 22 September 2023
Beliau menjelaskan, untuk memudahkan siswa memahami
pengamalan nilai Pancasila, kita bisa menunjukkan berbagai
gambar sikap, lalu siswa disuruh menentukan gambar tersebut
sesuai dengan sila ke berapa.
6 Rendahnya keterampilan a. Kajian Pustaka 1. Siswa tidak terbiasa berkomunikasi
berbicara siswa dalam 1. Setiyanto (2009) menyebutkan multimedia yang cocok menggunakan bahasa daerah dalam
menirukan, mengeja, dan dipakai dalam pembelajaran bahasa daerah antara lain: kehidupannya sehari-hari di
mengucapkan bunyi lingkungannya.
media alat elektronik, software komputer (seperti
bahasa daerah (Jawa). 2. Ejaan beberapa bunyi huruf pada bahasa
Hanacaraka), dan pemanfaatan website berbahasa daerah daerah yang berbeda dengan bahasa
(seperti www.familiazam.com/bahasa_jawa.htm) Indonesia sehingga siswa kelas 2 yang baru
(Azhar, Iqbal Nurul, Jurnal Jembatan Merah Volume 3: Penggunaan bisa membaca mengalami kebingungan.
Multimedia dalam Pengajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah, 3. Guru kurang dalam memberi keteladanan
Universitas Trunojoyo, 2009). dalam mengucapkan bunyi bahasa daerah
2. Zuchdi (1994) mengatakan, model pembelajaran basjam dalam pelajaran bahasa daerah.
(bahasa Jawa yang menyenangkan) digunakan untuk 4. Guru belum menggunakan multimedia saat
pembelajaran bahasa Jawa yang didasarkan pada pelajaran bahasa daerah.
pendekatan komunikatif.
(Setiyanto, Edi, https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/artikel- 5. Guru belum menggunakan model
detail/801/model-pembelajaran-dan-pelestarian-bahasa-daerah, diakses pembelajaran yang variatif.
pada 23 September 2023 pukul 04.54.)
3. Kusumawati dan Setiawati (2020) menyimpulkan bahwa
penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Jawa.
4. Syafril dan Nugraha (2020) menjelaskan bahwa
penggunaan bahasa Jawa dalam proses pembelajaran
dilaksanakan setiap hari saat membuka dan menutup
pelajaran, untuk unggah-ungguh kepada semua warga
sekolah, khususnya para siswa.
(Proceddings Series on Social Science & Humanities, UMP Press, 2020)
b. Wawancara
Narasumber: Endang Pujiastutik, S.Pd., M.Pd. (kepala sekolah)
Waktu : 4 September 2023
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menghimbau sekolah
supaya saat Kamis Anjawani, semua warga sekolah seperti
guru, siswa, dan seluruh tenaga kependidikan berbusana adat
Jawa dan berbahasa Jawa krama alus. Hal ini dilaksanakan
supaya bahasa daerah tetap lestari, dan siswa bisa mengucapkan
bahasa daerah dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai