Anda di halaman 1dari 8

Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

Fitri Aritonang, S.Pd


PPG Angkatan II tahun 2023
SD Xaverius 4 Palembang.

No Masalah telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi


diidentifikasi penyebab masalah
1 Guru belum Kajian Literatur : Dari hasil
memanfaatkan Beberapa kesulitan siswa dalam operasi hitung pecahan eksplorasi
teknologi diantaranya adalah: a) Siswa kesulitan (lemah) melakukan penyebab masalah,
secara operasi hitung (penambahan, pengurangan, perkalian, dapat diperoleh
maksimal pembagian). b) Siswa mengalami kesulitan memahami hasil analisis
khususnya konsep operasi hitung pecahan (Nasiruudin & Hayati, sebagai berikut:
dalam 2019). 1. Guru hanya
pembelajaran Sumber: menggunakan
matematika Nasiruudin, F. A. Z., & Hayati. (2019). Analisis Kesulitan metode ceramah
(materi Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Pada Siswa Sekolah di kelas dalam
pecahan di Dasar di Makasar. Klasikal: Journal of Education, pembelajaran
kelas 5) Language Teaching and Science, 1(2), 23–31 matematika
(pecahan)
Penggunaan video dalam proses pembelajaran, memiliki 2. Peserta didik
beberapa keunggulan seperti yang dikemukakan oleh sudah terbiasa
Daryanto, yaitu: (1) dapat menambah pengalaman baru mendengarkan
bagi siswa dalam pembelajaran, (2) dapat menyajikan materi
gambar yang dapat bergerak dan disertai suara sehingga matematika
siswa lebih tertarik, (3) dapat menampilkan suatu keadaan dengan metode
yang abstrak menjadi nyata (Novita dkk., 2019). ceramah.
Sumber : 3. Guru belum
Novita, L., Sukmanasa, E., & Pratama, M. Y. (2019). sepenuhnya
Penggunaan media pembelajaran video terhadap hasil menggunakan
belajar siswa SD. Indonesian Journal of Primary media video
Education Penggunaan, 3(2), 64–72. belajar
https://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/article/view/22103 matematika
yang asyik dan
Menurut Asmani (2011: 114) bahwa pembelajaran media PPT yang
berbasis TIK akan berjalan efektif jika menerapkan menarik minat
pembelajaran yang berpusat pada kegiatan peserta peserta didik
didik (student/learned centered learning), yaitu: dalam belajar
1. Mengembangkan kemampuan peserta didik matematika.
untuk memecahkan permasalahan dalam 4. Guru perlu
kehidupan nyata (kontekstual), sehingga mengaplikasikan
pendidikan menjadi relevan dan responsive teknologi dalam
terhadap tuntutan kehidupan sehari- hari. pembelajaran
2. Menumbuhkan pemikiran refklektif dan karena teknologi
kreatif. memberikan
3. Membantu perkembangan dan keterlibatan banyak
aktif dari peserta didik dalam proses belajar. kemudahan,
Sumber : misal
Asmani, 2011, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis kemudahan
Penelitian Pendidikan : Jakarta, Diva Press. mengakses
bahan bacaan,
Wawancara: materi, simulasi
 Kepada peserta didik kelas 5C; dan sebagainya.
1. Guru hanya menggunakan metode ceramah.
2. Guru hanya menggunakan buku sebagai sumber utama
dalam belajar.

➢ Rekan satu paralel/ Maria Suratmi, S.Pd Kelas 5C:


Berdasarkan wawancara kepada rekan sejawat diperoleh
hasil berikut:
1. Teknologi mungkin menjadi hal yang menyulitkan
bagi seagian guru, khususnya untuk materi pecahan.
2. Guru merasa dengan metode ceramah dan menjelaskan
langkah di papan tulis merasa akan lebih mudah
memberikan penjelasan kepada siswa.
3. Guru perlu diperkenalkan bagaimana menggunakan
teknologi dalam pembelajaran.

➢ Wawancara Kepala Sekolah SD Xaverius 4


Palembang/ ST. Andy Kurniyanto, S.Pd
Berdasarkan wawancara kepada kepala sekolah diperoleh
hasil berikut:
1. Guru belum sepenuhnya menggunakan media video
belajar matematika yang asyik dan media PPT yang
menarik minat peserta didik dalam belajar matematika.
2.Guru perlu mempelajari berbagai macam aplikasi yang
dapat membantu dan mendukung pembelajaran
contohnya;quizizz, kahoot,dll agar siswa menjadi lebih
semangat dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu mengaplikasikan teknologi dalam
pembelajaran karena teknologi memberikan banyak
kemudahan, misal kemudahan mengakses bahan
bacaan, materi, simulasi dan sebagainya.

2. Peserta Kajian literatur : Setelah dianalisis


didik belum Menurut Hine. (2002) Literasi informasi dapat diartikan lagi masalah
memiliki sebagai sekumpulan kemampuan yang dilakukan oleh Peserta didik
kemampuan seorang individu untuk mengidentifikasi kapan informasi belum memiliki
literasi itu dibutuhkan, menemukan, mengevaluasi, dan literasi membaca
membaca menggunakan informasi tersebut apabila digunakan. yang baik karena
yang baik :
kelas atas. Sumber: 1. Sarana
Hine, A. (2002). Embedding Information Literacy in a mendukung
University Subject Through Collaborative Partnerships. literasi membaca
Psychology Learning and Teaching, 2(2), 102–107. masih kurang.
2. Kurang
Menurut Jesica (2017) dikarenakan (1) kebiasaan program sekolah
membaca belum dimulai dari rumah, (2) perkembangan dan guru dalam
teknologi yang canggih, (3) sarana membaca yang meningkatkan
minim, dll. literasi membaca
Sumber : peserta didik..
Jessica. 2017. 5 Penyebab Rendahnya BudayaLiterasi di
Indonesia. 25 Mei 2020. https://www.educenter.id/5-
penyebab-rendahnya-budaya-literasi-di-indonesia/

Menurut Anjani dkk (2019) Minat baca adalah


kecenderungan jiwa seseorang secara mendalam yang
ditandai dengan perasaan senang serta berkeinginan kuat
untuk membaca tanpa adanya paksaan.
Sumber :
Anjani, S. N. Dantes, G. Artawan. 2019. Pengaruh
Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat
Baca Dan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas
V SD Gugus II Kuta Utara. PENDASI: Jurnal Pendidikan
Dasar Indonesia. Vol.3 No 2, Agustus 2019. Hal. 74-83.

Hasil Wawancara :
Sigit. ST, Petugas Perpustakaan SD Xaverius 4
Palembang.
1. Ketersediaan buku non akademik yang masih kurang
di sekolah.
2. Fasilitas perpustakaan dan pojok baca belum
mendukung.
3. Sekolah kurang memiliki program literasi
membaca.
4. Pengaruh media sosial dan informasi yang instan.
3. Siswa memiliki Kajian Literatur: Setelah dianalisis
kebiasaan negatif Menurut Hidayat (2019), perilaku merupakan suatu lagi
(Bulliying) dan tindakan yang diperolah dari lingkungannya. Apabila Masalah perilaku
berkata kasar di suatu lingkungan tersebut baik maka menghasilkan negatif siswa di
lingkungan perilaku yang baik dan begitu pula sebaliknya. Oleh kelas atas (Kelas
sekolah dan di karena itu suatu lingkungan bisa mempengaruhi perilaku 5sd) karena :
rumah. baik buruknya seseorang. 1. Kurangnya
Sumber : perhatian orang
Hidayat, J. A. (2019). Peran Guru dalam Menanggulangi tua.
Perilaku Bullying Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif 2. Lingkungan
Klangon Kalibawang Kulon Progo Yogyakarta Tahun Pelajaran tempat tinggal
2018/2019. At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, 8(2), 293–315. siswa yang
Perilaku negatif merupakan suatu perilaku menyimpang kurang baik,
Iqbal (2014), perilaku menyimpang secara sosial tidak sehingga siswa
mampu menyesuaiakan diri sendiri serta tingkah lakunya memiliki sifat
tidak dapat diterima umum atau sekelompok orang. Oleh yang negatif
karena itu guru mempunyai peran penting dalam seperti sering
mengatasi terjadinya perilaku negatif yang dilakukan bercakap kotor.
oleh siswa. 3. Kurangnya
Sumber : perhatian guru
Iqbal, M. (2014). Penanggulangan Perilaku Menyimpang (Studi terhadap siswa
Kasus SMA Negeri 1 Pomalaa Kab. Kolaka Sulawesi Tenggara). yang memiliki
Lentera Pendidikan, 17(02), 229–242. perilaku negatif

Widiasworo (2017), masalah yang terjadi pada siswa


sangat bermacam-macam. Solusi guru sangat
diperlukandalam mengatasi perilaku negatif siswa sagar
siswa dapat tumbuh dengan baik dan terhindar dari
perilaku negatif. Menjadi seorang guru harus
mengetahui permasalahan yang dimiliki oleh setiap
siswa, seorang guru harus bisa menjadi teman maupun
orang tua agar siswa merasa nyaman dan dapat
bercerita tentang apa yang sedang ia alami.
Sumber:
Widiasworo, E. (2017). Masalah Peserta Didik dalam Kelas dan
Solusinya. Yogyakarta: Araska.
Tujuan Pengelolaan kelas:
menurut (Hasibuan, 2012) dalam bukunya “Proses Belajar
Mengajar” tujuan pengelolaan kelas bagi siswa adalah
sebagai berikut:
1. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung
jawab individu terhadap tingkah lakunya.
2. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang
sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa
teguran guru merupakan suatu peringatan, atau bukan
kemarahan.
3. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam
tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan
aktivitas kelas.
Sumber :
Hasibuan, Malayu. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wawancara dengan guru/ kepala sekolah/ pengawas/
rekan sejawat di sekolah:
Maria Suratmi, S.Pd Guru rekan sejawat satu paralel:
Penyebab masalah perilaku dengan pendekatan yang
membangun sifat positif pada kelas atas (Kelas 5sd)
1. Proses pembelajaran yang kurang menarik.
2. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru.
3. Memiliki permasalahan yang di bawa dari rumah.
4. Terlalu banyak menggunakan hp
5. Tidak ada pengawasan orang tua

ST. Andy Kurniyano, S.Pd Kepala Sekolah SD Xaverius 4


Palembang: Penyebab masalah perilaku dengan
pendekatan yang membangun sifat positif pada kelas atas
(Kelas 5sd)
1. Guru kurang menguasai karakter anak, karena tidak
melakukan asesmen di awal pembelajaran.
2. Kurangnya perhatian orang tua.
3. Perceraian orang tua.
4. Siswa yang memiliki latar belakang ekonomi yang
kurang
5. Lingkungan tempat tinggal siswa

4. Guru belum Kajian Literatur: Setelah dilakukan


optimal dalam Winarno (2009) dalam Chotimah (2011) menyatakan analisis terhadap
mengembangkan pembelajaran yang berkualitas memiliki pengaruh yang hasil kajian
perangkat signifikan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. literature dan hasil
pembelajaran Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang wawancara, dapat
yang sesuai berkualitas, terdapat banyak aspek yang turut diketahui bahwa
dengan memengaruhi diantaranya adalah pengajar (guru dan penyebab Guru
kebutuhan dosen) yang profesional dan berkualitas dengan belum optimal
peserta didik kualifikasi yang diamanatkan oleh Undang-Undang Guru dalam
dan Dosen, penggunaan metode mengajar yang menarik mengembangkan
dan bervariasi, perilaku belajar peserta didik yang positif, perangkat
dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran yang
mendukung proses belajar itu sendiri (Wijayati, 2008). sesuai dengan
Berdasarkan pengamatan dan informasi yang diperoleh, kebutuhan peserta
kenyataan di lapangan banyak sekolah yang guru-guru didik adalah:
nya mengajar dengan menggunakan perangkat Waktu yang
pembelajaran seadanya tanpa memerhatikan konsep terbatas membuat
belajar dalam penyususnan perangkat pembelajaran. guru kesulitan
Padahal penting bagi seorang guru menganalisis konsep untuk merangcang
belajar dan merencanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan
kurikulum yang berlaku sehingga memungkinkan guru perencanaan yang
dan siswa melakukan proses pembelajaran yang terarah mendalam, Guru
dan terencana sesuai yang diinginkan. lebih memilih jalan
Hal ini sejalan dengan pendapat Maryati (2009), bahwa pintas dengan cara
konsep belajar mendorong guru untuk menghubungkan mendowload dan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata serta mengedit RPP yang
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan sudah ada dan tidak
yang dimilikinya dan penerapan dalam kehidupan mereka mengkombinasikan
sendiri. Kurangnya pengetahuan guru terhadap perangkat dengan kebutuhan
pembelajaran menyebabkan rendahnya minat dan dan kondisi
motivasi belajar siswa, karakter siswa di
Sumber : kelas
( Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan
Volume: 2 Nomor: 4 Bulan April Tahun 2017 Halaman:
535—539)
2.2 Wawancara :
( Guru Kelas 6A : Hendrika Juliati, S. Pd)
2.2.1 Keterbatasan waktu karena kesibukan guru
2.3 Wawancara
( Waka : Y. Supeno, S. Pd)
2.3.1 Kurangnya pelatihan/ workshop pembuatan
perangkat pembelajaran sesuai kebutuhan siswa
2.4 Wawancara
( Guru Kelas3C : Eliasm,, M. Pd)
2.4.1 Pengetahuan guru yang rendah
2.4.2 Guru hanya sekedar membuat dan tidak benar-benar
dipraktekkan
2.4.3 Kebanyakan RPP yang dibuat guru bukan karya
sendiri
2.5 Kepala Sekolah:
( ST.Andy Kurniyanto, S. Pd)
2.5.1 Kurangnya motivasi/ semangat guru untuk membuat
perangkat pembelajaran yang baik
2.5.2 Supervisi akademik dan administrasi oleh kepsek
dan pengawas kurang optimal
2.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan
2.6.1 Guru baru membuat perangkat ketika akan
disupervisi/ akreditasi
2.6.2 Guru mendownload RPP yang sudah ada tanpa
disesuaikan dengan karakter siswa
5. Guru belum Kajian Literatur Setelah dilakukan
memaksimalkan Menurut Purwoko (dalam Utama 2017:21) menyatakan analisis terhadap
pembuatan bahwa : LKPD merupakan bahan yang berbentuk hasil kajian
LKPD lembaran-lembaran yang didalamnya berisi materi literature dan hasil
pembelajaran serta tugas dan latihan yang berkaitan wawancara, dapat
dengan pembelajaran. Peran LKPD adalah sebagai alat diketahui bahwa
untuk memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kebanyakan guru
peserta didik yang dapat digunakan sebagai penunjang masih
dalam pembelajaran untuk mengoptimalkan hasil belajar. mengandalkan LKS
Jurnal Pendidikan Dasar E-ISSN2549-5801. (Juni 2020) yang dijual
penerbit. Alasannya
Wawancara: karena masih
( Guru Kelas 5C : Maria Suratmi, S. Pd) terdapat beberapa
kendala . Meskipun
2.2.1 Kebanyakan guru menggunakan LKPD yang sudah terdapat banyak
jadi kendala dalam
2.2.2 Adanya keterbatasan dana untuk bisa membuat LKPD,
mengembangkan/ menerbitkan LKPD sendiri sebaiknya itu tidak
2.3 Wawancara menjadi
( Kepala Sekolah : St. Andy Kurniyanto, S. Pd, penghambat.
2.3.1 LKPD belum sesuai dengan karakter siswa dan Penggunaan LKPD
belum bisa menggali kemampuan berpikir siswa bisa membuat siswa
2.3.2 Murid yang bersifat heterogen membuat guru susah lebih aktif dan
membuat modul pembelajaran yang sesuai untuk semua membantu
siswa meningkatkan
2.4 Wawancara kemampuan
( Waka : Y, Supeno, S.Pd) berinteraksi siswa
2.4.1 Motivasi dan daya kreasi untuk mencipta masih karena ada
rendah beberapa tugas
2.4.2 Pemahaman guru tentang LKPD masih rendah yang harus
2.5 Pakar dikerjakan secara
( GP : Yaya, S. Pd) kelompok.
2.5.1 Guru lebih suka menggunakan bahan ajar yang lain Banyaknya manfaat
2.5.2 Kurangnya pelatihan pembuatan LKPD yang sesuai dari LKPD, maka
karakter dan profil belajar siswa sebaiknya LKPD
2.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan dibuat sendiri oleh
2.6.1 Keterbatasan sumber materi yang relevan dan semua guru
keterbatasan penggunaan IT
2.6.2 Belum ada wadah seperti MGMP/ KKG untuk
mengembangkan modul yang sesuai kebutuhan siswa
6. Pembelajaran 6.1 Kajian Literatur Setelah dilakukan
belum Selaras dengan penelitian Budiarta et al (2008:110) yang analisis terhadap
berorientasi pada menyatakan bahwa factor penghambat dalam hasil kajian
ketrampilan pengimplementasian soal HOTS yaitu guru masih literature dan hasil
berpikir tingkat kesulitan dalam merumuskan indicator, kurikulum 2013 wawancara, dapat
tinggi (HOTS) baru diimplementasikan dalam sekolah, guru kesulitan diketahui bahwa
memahami konsep dan implikasi HOTS dalam banyak guru yang
pembelajaran, kurangnya pelatihan penulisan soal HOTS, belum menerapkan
kurangnya pendampingan contoh implementasi secara kegiatan
langsung. pembelajaran
(Andreas Bagas Kiswara1 , Tri Murwaningsih2 , dengan berbasis
Susantiningrum3 123Pendidikan Administrasi HOTS, sedangkan
Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada saat UNBK/
Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: AKM para siswa
andreasbagas24@gmail.com, harus mengerjakan
murwaningsih_tri@staff.uns.ac.id, soal-soal
susantinigrum@staff.uns.ac.id HOTS.Oleh karena
itu sangat wajar
siswa mengalami
kesulitan ketika
6.2. Wawancara teman sejawat mengerjakannya.
( Guru Kelas 5B: Nira Tania Beda, S. Pd) Sebelum
6.2.1 Wawasan/ pemahaman guru mengenai soal HOTS pemerintah
masih kurang meminta guru
6.2.2 Minimnya sosialisasi mengenai implementasi soal menyusun soal-soal
HOTS HOTS, sebaiknya
6.3 Wawancara Kepala Sekolah jika kemampuan
( Kepala SD Xaverius 4 Palembang: ST. Andy guru dalam
Kurnitanto, S.Pd) melaksanakan
6.3.1 Redaksi soal panjang dan berkelit-kelit sehingga pembelajaran
siswa malas membaca berbasis HOTS pun
6.3.2 Siswa belum terbiasa dengan soal HOTS ditingkatkan
6.4 Wawancara Pengawas terlebih dahulu. Hal
(Jama’i) tersebut dapat
6.4.1 Kurangnya pelatihan penulisan soal HOTS dilakukan melalui
6.4.2 Keterbatasan waktu guru dalam membuat soal sosialisasi, KKG,
HOTS maupun pelatihan
6.5 Wawancara Pakar supaya guru dapat
( GP: Yaya, S. Pd) memahami dan
6.5.1 Guru kesulitan menyelaraskan soal dengan indicator menerapkan soal
6.5.2 Proses pembelajaran masih di level C1, C2, dan C3 HOTS pada proses
6.5.3 Guru masih membuat soal yang modelnya sama belajar mengajar
6.6 Observasi/ hasil pengamatan lapangan untuk
6.6.1 Guru kurang aktif berdiskusi dengan rekan sejawat meningkatkan pola
mengenai soal HOTS pikir kritis dan
6.6.2 Guru kesulitan mengaitkan antara stimulus dengan kreatif siswa.
pertanyaan yang akan dibuat
6.6.3 Pemahaman peserta didik masih rendah

Anda mungkin juga menyukai