Anda di halaman 1dari 4

Artikel Kinetika Infografis “Electric Vehicle”

Introduction

Kekhawatiran yang semakin meningkat terhadap pasokan terbatas bahan bakar


berbasis fosil mendorong aktivitas yang intens dalam mencari sistem
transportasi alternatif. Selain itu, tekanan regulasi untuk mengurangi polusi
perkotaan, emisi CO2, dan kebisingan kota telah membuat kendaraan listrik
plug-in menjadi pilihan yang sangat menarik sebagai alternatif internal
combustion engine.

Terdapat 3 jenis Electric Vehicle (EV). Yang pertama adalah Hybrid Electric
Vehicle (HEV), dimana mengkombinasikan Internal Combustion Engine (ICE)
dan motor elektrik dalam sistem penggeraknya. Dimana motor elektrik
membantu ICE untuk efisiensi bahan bakar dan performa. Kedua adalah Plug-in
Hybrid Electric Vehicle (Plug-in HEV). Dimana kendaraan tersebut mempunyai
baterai jauh lebih besar dibandingkan dengan HEV, serta stasiun pengisian
baterai via outlet di rumah atau stasiun pengisian baterai. Terakhir adalah
Battery Electric Vehicle (BEV). Dimana bergerak hanya dengan tenaga baterai
dan tidak melepaskan polutan ke lingkungan.
Sejarah Singkat

Meskipun tampaknya kendaraan listrik merupakan inovasi terkini, kemunculan pertama EV


terlihat pada tahun 1830-an. Penemu Skotlandia Robert Anderson dianggap sebagai penemu
konsep kereta listrik di antara tahun 1832 dan 1839.

Misalnya, pada tahun 1881, penemu Prancis Gustave Trouvé meningkatkan performa motor
listrik Siemens yang ada dan memasangnya pada sepeda roda tiga, menciptakan kendaraan
listrik pembawa manusia pertama di dunia. Dia akhirnya mengadaptasi ini agar cocok untuk
berperahu, dan diuji prototipenya di Sungai Seine, berhasil mencapai kecepatan 3,6 hingga 9
kilometer per jam (tergantung arah).

Namun, pada tahun 1908, electric vehicle mengalami kemunduran dimana kelemahan
utamanya adalah jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Pada tahun yang sama, Ford model T
rilis di pasaran dengan harga yang terjangkau +- 650$ menjadi opsi utama masyarakat
memilih ICE dan electric vehicle menjadi tidak terlihat kembali di jalanan.

Membutuhkan waktu 30 tahun kemudian untuk menjadi era kebangkitan electric vehicle
dimana terdapa krisis bahan bakar dan energi +- tahun 1960 hingga 70s. Membawa
ketertarikan terhadap bentuk alternatif moda transportasi.

Pada tahun 1990-an, mulai banyak pabrikan yang mengembangkan teknologi EV mereka
seperti pabrikan asal Korea Selatan Hyundai. Mereka mengembangkan teknologi EV sejak
tahun 1990, dimana pada tahun 2016, dirilislah Ioniq untuk menyaingi Toyota Prius dan
merupakan kesuksesan besar. Dimana merilis brand EV terbaru mereka pada tahun 2020.
Dan pada pertengahan tahun 2021, mereka berencana untuk investasi sebesar US$7.4 milyar
dalam produksi EV, fasilitas produksi, dan smart mobility.

Revisi ke-2 :

Kekhawatiran tentang pasokan bahan bakar berbasis fosil yang semakin terbatas
mendorong pencarian sistem transportasi alternatif. Regulasi untuk mengurangi polusi
perkotaan dan emisi CO2 juga meningkatkan minat pada kendaraan listrik plug-in sebagai
alternatif mesin pembakaran internal. Ada tiga jenis Electric Vehicle (EV). Pertama, Hybrid
Electric Vehicle (HEV) menggabungkan Internal Combustion Engine (ICE) dan motor
elektrik untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan performa. Kedua, Plug-in Hybrid
Electric Vehicle (Plug-in HEV) dengan baterai yang lebih besar, dapat diisi ulang melalui
outlet di rumah atau stasiun pengisian baterai. Terakhir, Battery Electric Vehicle (BEV)
bergerak hanya dengan tenaga baterai tanpa mengeluarkan polutan.

Sejarah EV sebenarnya dimulai pada tahun 1830-an dengan penemuan konsep kereta
listrik oleh Robert Anderson dari Skotlandia. Pada tahun 1881, Gustave Trouvé dari Prancis
meningkatkan motor listrik Siemens dan menciptakan kendaraan listrik pertama di dunia,
sebuah sepeda roda tiga. Meski begitu, EV mengalami kemunduran pada tahun 1908 karena
jarak tempuhnya yang terbatas. Ford Model T menjadi populer dan menjadi pilihan utama
masyarakat karena harganya yang terjangkau, sehingga EV hampir menghilang dari jalanan.

Baru pada tahun 1960-an hingga 1970-an, ketika krisis bahan bakar dan energi terjadi,
minat terhadap kendaraan listrik muncul kembali sebagai alternatif moda transportasi. Pada
tahun 1990-an, banyak pabrikan mulai mengembangkan teknologi EV, termasuk Hyundai
dari Korea Selatan. Sejak tahun 1990, Hyundai telah mengembangkan teknologi EV mereka,
dan pada tahun 2016, mereka merilis model Ioniq untuk bersaing dengan Toyota Prius, yang
berhasil menjadi sukses. Pada tahun 2020, Hyundai merilis brand EV terbaru mereka dan
berencana untuk berinvestasi sebesar US$7.4 milyar dalam produksi EV, fasilitas produksi,
dan smart mobility pada pertengahan tahun 2021.
Dalam rangka menghadapi kekhawatiran terhadap pasokan bahan bakar terbatas dan
untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan, EV menjadi pilihan yang menarik
sebagai alternatif transportasi. Dengan adanya tiga jenis EV, yaitu HEV, Plug-in HEV, dan
BEV, konsumen memiliki lebih banyak opsi untuk memilih kendaraan yang sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi mereka. Perkembangan teknologi EV dari masa ke masa
menunjukkan komitmen produsen untuk menyediakan kendaraan yang ramah lingkungan dan
efisien dalam konsumsi energi. Dengan prospek yang cerah bagi industri EV, diharapkan
bahwa masa depan transportasi akan semakin berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai