BAB I
PENDAHULUAN
banyak remaja yang tidak terlalu peduli dengan pergaulan dan lingkungan
sekolahnya.
Mengenai pernyataan di atas sebagai bukti dari hasil penelitian Fina
Fakriya, Prima Auria yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan
Altruisme pada Siswa SMA yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka”
Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pramuka cenderung berkelompok. Anggota sedang istirahat. Dalam sebuah
kejadian saat jam istirahat dimana seorang siswa dibully, siswa tersebut terdorong
ke tanah karena penampilannya yang berantakan. Siswa lain yang melihatnya
hanya tertawa bukannya membantu. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
peneliti mendapatkan tanggapan rata-rata dari anggota Pramuka yang
menunjukkan bahwa perilaku yang membantu altruisme secara perlahan mulai
berkurang dan oleh karena itu perlu ditingkatkan.
Pelatihan kecerdasan emosional dalam Pramuka dikenal dengan istilah
Pengembangan Emosional Otak Kanan. Pramuka memfasilitasi pembentukan EQ
melalui pelatihan dan interaksi, komunikasi, kreativitas, dan afiliasi dengan
teman-teman lainnya. Menurut Gardner, altruisme diasosiasikan dengan
kecerdasan emosional karena terwujud dengan sendirinya saat kita merasa baik
dan memungkinkan kita memahami diri sendiri dan orang lain, salah satu aspek
kecerdasan emosional (empati). Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan
koefisien korelasi r = 0,673, p = 0,000 (p < 0,01), menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara kecerdasan emosional dan altruisme pada siswa SMA
peserta ekstrakurikuler pramuka. korelasi positif antara aktivitas.
Di sisi lain, kaitan antara altruisme dan kecerdasan spiritual diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani Diyai, Hendro Bidjuni, dan
Frandly Onibala berjudul Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku
Altruistik pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Sam Ratulangi, Manado
Terbukti, ungkap mahasiswa menjadi calon intelektual muda. Seseorang yang
sedang dalam proses belajar Seseorang yang bertanggung jawab atas perilaku
yang sesuai dengan norma sosial, yang sangat cerdas, dan yang dapat menjadi
panutan bagi masyarakat.altruisme. Seiring berjalannya waktu, minat siswa
terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya semakin menurun. Setelah peneliti
melakukan survei awal dengan beberapa mahasiswa tersebut, dapat dikatakan
bahwa mahasiswa lebih sering berkumpul dengan teman dekat dan sahabat. Selain
itu, siswa dapat membantu orang yang mereka kenal, tetapi sulit untuk membantu
orang yang tidak mereka kenal, dan mereka tidak dapat membantu orang yang
sibuk.
Menurut Widyastuti, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
altruisme, salah satunya nilai agama dan moral. Menurut Dana Zohar, kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan yang menghadapi dan memecahkan masalah makna
dan nilai. Artinya, kecerdasan yang menempatkan tindakan dan hidup kita ke
dalam konteks dan makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan yang menentukan
bahwa tindakan dan cara hidup kita lebih masuk akal daripada yang lain. Untuk
penelitian ini memiliki nilai signifikan p = 0,000 < (0,05) dan koefisien korelasi
(r) = 0,693, yaitu ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan mental
siswa dan perilaku altruistik menunjukkan Tingkatan Perilaku Altruistik Pada
Mahasiswa Keperawatan Universitas Sam Ratulangi.
Penelitian awal yang dilakukan peneliti pada guru bimbingan konseling di
sekolah Madrasah Aliyah Mujahiddin Samarinda Seberang menemukan bahwa
sebagian siswa Madrasah Aliyah mengalami ketidakstabilan emosi, menahan
emosi saat marah, ternyata sebagian orang kurang memiliki kecerdasan emosional
seperti ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu atau ketidakmampuan untuk
melacak situasi saat berinteraksi dengan orang lain. Akibatnya, terjadilah tawuran
dan kerusuhan. Selain itu, beberapa siswa mengalami depresi dan kesulitan
bersosialisasi karena membual kepada temannya dan merasa rendah diri. Sebagian
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini ialah :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
altruisme remaja pada siswa Madrasah Aliyah Pesantren Al-Mujahidin
Samarinda Seberang?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan
altruisme remaja pada siswa Madrasah Aliyah Pesantren Al-Mujahidin
Samarinda Seberang?
3. Bagaimana hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual dengan altruisme pada siswa Madrasah Aliyah Pesantren
Al-Mujahidin Samarinda Seberang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya ialah :
1. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan emosional
dengan altruisme remaja pada siswa Madrasah Aliyah Pesantren Al-
Mujahidin Samarinda Seberang.
2. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan spiritual dengan
altruisme remaja pada siswa Madrasah Aliyah Pesantren Al-Mujahidin
Samarinda Seberang.
3. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual dengan altruisme pada siswa Madrasah Aliyah Pesantren
Al-Mujahidin Samarinda Seberang.
D. Kajian Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggali informasi dari penelitian
sebelumnya yang relevan dengan judul yang digunakan dalam proposal ini.
Tentang kekuatan atau kelemahan yang sudah ada. Di bawah ini adalah studi-studi
tersebut.
1. Kajian Fali Fajar Dita Sari “Hubungan antara tingkat kecerdasan mental (SQ)
dan kecerdasan emosional (EQ) terhadap sikap siswa untuk menghindari perilaku
menyimpang pada siswa kelas VIII MTsN 1 Kota Blitar”. Tujuan penelitian ini:
1) Untuk menjelaskan hubungan antara kecerdasan mental dengan sikap siswa
agar terhindar dari perilaku menyimpang di Kelas VIII MTsN 1 Kota Blitar. 2)
Kelas VIII MTsN 1 Mendeskripsikan hubungan kecerdasan emosional terhadap
sikap siswa agar terhindar dari perilaku menyimpang di kota Blitar. 3) Kelas VIII
5
- Metode
pengumpulan
data
menggunakan
skala gaya
angket,
sedangkan
penelitian yang
saya lakukan
menggunakan
skala
dokumentasi
dan skala
psikologis.
d. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan untuk mengetahui dan
memanfaatkan aspek-aspek dari kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan
altruismenya agar bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi kecerdasan Emosional
B. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecerdasan Spiritual
C. Altruisme
1. Pengertian Altruisme
2. Aspek-Aspek Altruisme
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Altruisme
D. Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Altruisme
dalam Perspektif Islam
E. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Altruisme dalam
perspektif Islam
F. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dan Altruisme dalam
Perspektif Islam
G. Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Definisi Operasional
E. Variabel, Indikator dan Instrumen Pengumpulan Data
F. Keabsahan Data
G. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Deskripsi Hasil Penelitian
C. Pembahasan
BAB V PENUTUP
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian kecerdasan Emosional (EQ)
Goleman mengatakan bahwa Kecerdasan emosi adalah salah satu
keberhasilan hidup, orang yang cerdas secara emosi sadar akan dirinya dan orang
lain, memiliki motivasi dan optimisme. Kecerdasan emosional juga berhubungan
dengan individu serta bagaimana individu mengelola emosi tersebut dan
memahami dampak bagi orang lain. Kemampuan yang dirasakan untuk
memahami dan mengatur emosi serta dapat mengatasi stres dan emosional yang
terjadi dalam kehidupan individu maupun orang lain. Dimana hal itu akan
mengacu pada pengalaman individu dan juga pada orang lain.
Menurut steven J. Stein, mengemukakan bahwa kecerdasan emosional
merupakan hubungan keterampilan yang memungkinkan membuka jalan yang
sulit, aspek pribadi, sosial dan menjaga dari seluruh kecerdasan emosional, akal
sehat yang penuh dengan misteri, serta kepekaan yang penting untuk berfungsi
efektif setiap harinya.
Kecerdasan emosional diketahui memiliki berbagai efek positif pada
fungsi manusia dan juga telah diakui sebagai faktor utama yang dapat
mempertahankan dan meningkatkan perilaku kesehatan positif manusia.
Menangani emosi yang baik merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar
perilaku manusia, dengan kata lain kemampuan untuk memverifikasi berbagai
bentuk emosi dalam hubungan dengan proses berpikir, dan penggunaan
kemampuan ini untuk mengelola pertumbuhan pribadi.
Kecerdasan emosional merupakan istilah dalam dunia pendidikan yang
menggambarkan suatu aspek yang menunjukkan kemampuan manusia secara
emosional dan sosial. Kecerdasan emosional ini dapat membantu membentuk
karakter dalam diri seseorang sehingga mampu mengenali emosi diri, mampu
mengenali emosi orang lain, mampu memotivasi diri dan mampu mengadakan
hubungan sosial dengan orang lain. Berdasarkan hal tersebut, kecerdasan
emosional menyatakan pada kemampuan seseorang untuk mengenal arti dari
emosional dan hubungannya serta mencari alasan yang tepat untuk dapat
menyelesaikan masalahnya.
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional
Daniel Goleman mengklasifikasikan kecerdasan emosional terdiri dari
lima komponen penting yaitu:
a. Kemampuan Mengenali Emosi Diri
Kemampuan mengenali emosi diri merupakan kesadaran diri untuk lebih
mengenali perasaan dimana itu terjadi dari waktu ke waktu dalam kehidupan
individu. Menurut John Mayer kesadaran diri berarti lebih waspada pada suasana
hati maupun pemikiran kita tentang suasana hati.
Kesadaran diri ialah kemampuan untuk lebih mengenal dan mampu
membedakan perasaan individu, dapat memahami apa yang telah dirasakan,
mengapa hal tersebut bisa dirasakan, serta mengetahui penyebab munculnya
perasaan tersebut. Kesadaran diri ketika mengalami emosi adalah suatu permulaan
24
dan memiliki misi yang lebih tinggi untuk diri mereka sendiri.Saya merasa Tuhan
memperhatikan saya.
Spiritual Quotient (SQ) dikenal sebagai Kecerdasan Spiritual. Menurut
Zohar dan Ian Marshall, kecerdasan spiritual tidak perlu dikaitkan dengan agama.
Namun, sementara beberapa menemukan cara untuk mengekspresikan kecerdasan
spiritual mereka melalui agama formal, agama tidak menjamin SQ yang tinggi.
Spiritualitas adalah seseorang yang menempatkan tindakan dan kehidupannya
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya dengan menghadapi dan
memecahkan masalah serta menilai tindakannya lebih berarti daripada tindakan
orang lain.
Budi Yuwono mengatakan, “Spiritualitas berkaitan dengan kemampuan
untuk memahami kebenaran-kebenaran hakiki yang terkait dengan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, merupakan pengalaman nyata bagi
manusia untuk benar-benar merasakan dan mengalami dalam Kecerdasan
Spiritual itu sendiri diartikan sebagai spiritualisasi diri sendiri. Menurut Khalil
Khavari, kecerdasan spiritual adalah dimensi non-fisik dan kemampuan pikiran
manusia. Ini tidak diasah dan semua manusia memilikinya. Oleh karena itu, Anda
harus mengetahui apa itu, terus diasah dengan tekad yang besar, dan
menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kemampuan jiwa untuk melakukan
segala sesuatu berdasarkan aspek positifnya dan dapat memberikan makna
spiritual pada setiap tindakan. Kecerdasan spiritual seseorang memungkinkan
mereka untuk lebih menyadari diri dan lingkungannya serta berpikir dari sudut
pandang yang positif, sehingga orang dengan kecerdasan spiritual mampu
bertindak bijak dan memahami kehidupan. individu, dan melihat kegagalan,
pencobaan, dan penderitaan secara positif sehingga mereka melihat arti dari
semua yang terjadi pada mereka.
Kecerdasan spiritual merupakan fondasi kehidupan, termasuk nilai-nilai
yang perlu dikembangkan dan dipupuk di seluruh warga sekolah di lingkungan
rumah dan rumah. Karena sekolah dan rumah pintar dapat menyalurkan
kecerdasan spiritual ke dalam kehidupan remaja yang berjiwa ide. , Pengamatan,
Pemahaman, dan Perilaku Sehari-hari Remaja.
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall mengindikasikan tanda dari kecerdasan spiritual yang
telah berkembang baik mencakup hal berikut:
a. Kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
Bersifat fleksibel dapat diartikan juga sebagai toleransi. Yang artinya
mampu menghargai perbedaan dan keragaman orang lain dan situasi-situasi asing.
Perbedaan dan keberagaman adalah hal yang sangat wajar dalam hidup dan ini
menjadikan hidup yang lebih dinamis.
b. Tingkat kesadaran diri
Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang diyakini dan mengetahui nilai
dan hal apa yang sungguh-sungguh memotivasi diri, Kesadaran akan tujuan hidup
kita yang paling dalam, dan berusaha untuk memperhatikan segala kejadian dan
peristiwa dengan berpedoman pada agama yang diyakininya sehingga ia banyak
tahu tentang dirinya sendiri.
27
1
Fitra Hamdika, “Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Kepribadian Siswa Di
SMA Nurul Iman” (Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2018).
2
Danah Zohar dan Ian Marshall, Kecerdasan..., h. 65
3
Danah Zohar dan Ian Marshall, Kecerdasan..., h. 81
29
4
Danah Zohar dan Ian Marshall, Kecerdasan..., h. 143-144
5
David G. Myres, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: PT Pustaka Belajar, 2012), h. 100
6
C. Daniel Batson, Altruism in Humans, (Amerika Serikat, PT Oxford University Press,
2011), h. 11
7
Inggita Laurenza Harjo, “Perbedaan Altruisme Berdasarkan Jenis Kelamin Pada
Relawan di Sanggar Alang-Alang Surabaya” Jurnal Penelitian Psikologi 05 (2018): 5.
8
David G. Myres, Psikologi..., h. 101
30
dalam melakukannya tanpa pamrih. Hal ini, seseorang dituntut untuk memiliki
tanggung jawab dan pengorbanan yang tinggi.9
Menurut Myres altruisme adalah salah satu tindakan prososial dengan
alasan kesejahteraan orang lain tanpa ada kesadaran akan timbal balik atau
mengharapkan suatu imbalan apapun. Ada tiga teori yang menjelaskan tentang
motivasi seseorang melakukan tingkah laku altruisme adalah sebagai berikut:
a. Social Exchange
Pada teori ini menjelaskan tindakan tolong menolong dapat dilakukan
dengan adanya pertukaran sosial atau timbal balik (imbalan). Altruisme
menjelaskan bahwa imbalan yang memotivasi adalah kesulitan. Misalnya
kepuasan untuk menolong satu keadaan yang menyulitkan (rasa bersalah) untuk
menolong.
b. Norma Sosial
Alasan seseorang untuk menolong orang lain didasari dengan adanya
“sesuatu” yang mengatakan pada diri sendiri untuk “harus” menolong “sesuatu”
tersebut adalah norma sosial. Pada altruisme, norma sosial tersebut dapat
dijelaskan dengan adanya social responsibility. Adanya tanggung jawab sosial
dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan menolong karena dibutuhkan
dan tanpa mengharapkan imbalan di masa yang akan datang.
c. Psikologi Evolusioner
Pada teori ini, dijelaskan bahwa pokok dari kehidupan adalah
mempertahankan keturunan. Tingkah laku altruisme dapat muncul (dengan
mudah) apabila “orang lain” yang akan disejahterakan merupakan orang yang
sama (satu karakteristik). Misalnya seseorang menolong orang lain yang sama
persis dengan dirinya, keluarga, tetangga, dan sebagainya. Sehingga dari
penjelasan disaat Myres menyimpulkan bahwa altruisme akan lebih mudah terjadi
dengan adanya
1) Social responsibility, seseorang merasa memiliki tanggung jawab sosial
dengan apa yang terjadi di sekitarnya
2) Distress-Inner reward, yaitu kepuasan pribadi tanpa adanya faktor eksternal.
3) Kin selection, yaitu adanya salah satu karakteristik dari korban yang hampir
sama.10
2. Aspek-Aspek Altruisme
Menurut Myres aspek-aspek altruisme terdiri dari 5 komponen yaitu:
a. Peduli Pada Orang Lain
Perilaku altruisme akan terjadi dengan adanya empati dalam diri
seseorang. Seseorang yang paling altruis merasa diri mereka paling bertanggung
jawab, bersifat sosial, selalu menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri,
dan termotivasi untuk membuat kesan yang baik.
b. Meyakini Keadilan Dunia
Seseorang yang altruis akan yakin akan adanya keadilan dunia, yaitu
keyakinan bahwa dalam jangka panjang yang salah akan dihukum dan yang baik
akan mendapatkan hadiah. Orang yang memiliki keyakinan kuat terhadap
keadilan dunia akan termotivasi dengan mudah menunjukkan perilaku menolong.
9
David G. Myres, Psikologi..., h. 101-102
10
David G. Myres, Psikologi Sosial..., h. 102-103
31
11
David G. Myres, Psikologi Sosial..., h. 103-104
12
Pamungkas and Muslikah, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi DAN EMPATI
DENGAN ALTRUISME PADA SISWA KELAS XI MIPA SMA N 3 DEMAK.”, Jurnal
Bimbingan Konseling 5, no. 2 (Desember 31, 2019), 154, https://doi.org/10.22373/je.v5i2.5093.
32
Dari kisah tersebut dapat dilihat bahwa kecerdasan emosional Nabi Yakub
a.s. lebih tinggi daripada kecerdasan emosional saudara-saudara Nabi Yusuf a.s.
Kecerdasan emosional lebih dipengaruhi oleh lingkungan daripada herediter.
Dengan demikian, kecerdasan emosional dapat ditingkatkan dengan memperkaya
lingkungan, baik lingkungan luar rumah maupun lingkungan rumah. Anak dapat
meningkatkan kecerdasan emosionalnya dengan mempelajari berbagai tanggapan
emosional, baik verbal maupun non verbal.14
2. Kecerdasan Spiritual
Selain berpikir serial dan berpikir assosiatif, para pakar psikolog kemudian
menemukan bentuk proses berpikir lain yang disebut proses berpikir integratif.
Proses ini terjadi ketika otak mencari arti, melakukan pengindraan dan memahami
segala hal yang dialaminya. Otak memiliki wilayah yang berbeda warnanya
dengan bagian lain, yang di sebut Michael Persinger dan VS Ramachandran
sebagai titik ke-Tuhanan (God Spot), ketika pada saat yang sama terjadi getaran
khusus 40 megahertz pada seluruh bagian otak. Gejala ini merupakan dasar
fisiologis untuk menyatakan adanya kecerdasan spiritual.
Al-qur’an telah menggambarkan adanya getaran tertentu pada seseorang
ketika ia mencari makna dan menemukan spiritualitas ke-Tuhanan.
يَ ْخ َشوْ نَ ِك ٰتَبًا ُّمتَ ٰ َشبِهًا َّمثَانِ َى تَ ْق َش ِعرُّ ِم ْنهُ جُ لُو ُد ٱلَّ ِذينَ ٱهَّلل نَ َّز َل َأحْ َسنَ ْٱل َح ِديث
ك هُدَى ٱهَّلل يَ ْه ِدى بِ ِه َمن
َ َِربَّهُ ْم ثُ َّم تَلِينُ ُجلُو ُدهُ ْم َوقُلُوبُهُ ْم ِإلَ ٰى ِذ ْك ِر ٱهَّلل ِ ل
يَ َشا ء َو َمن يُضْ لِل ٱهَّلل فَ َما لَهُ ِم ْن هَاد
Terjemahan:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-
qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada tuhannya, kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah
petunjuk Allah, dengan kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-
Nya, dan barang siapa disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun
pemberi petunjuk baginya. (Q.S Al-Zumar [39]: 23)
Getaran tersebut terjadi ketika seseorang mencari petunjuk dengan membaca Al-
qur’an dan menemukan jalan yang mereka cari setelah membacanya.
Penelitian tentang proses berpikir integratif merupakan hal yang mendasari
pengukuran kecerdasan spiritual (spiritual quotient/SQ). Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna,
pandangan dan nilai untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya; menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual,
yang mulai dikembangkan oleh Ian Marshall dan Danah Zohar, tidak harus
berkaitan dengan agama. Kecerdasan spiritual lebih merupakan kebutuhan untuk
14
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta, PT Rajagrafindo
Persada, 2006), h. 154-157
34
menemukan makna dari pengalaman dan mencari jalan untuk mencapai integritas
kehidupan. Namun, kecerdasan spiritual merupakan kekuatan yang mendasari
keberadaan agama, merupakan kecerdasan jiwa dan kecerdasan diri yang paling
mendalam. Merupakan kecerdasan transformatif yang mengarahkan orang untuk
membuat pertanyaan yang fundamental dan melihat keadaan sekitarnya yang lebih
luas dari dirinya sendiri.
Mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi memiliki
karakteristik. Mereka fleksibel, memiliki tingkat kesadaran diri tinggi, mampu
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan dan rasa sakit, memiliki visi misi,
memiliki kemampuan untuk melihat hal yang berbeda-beda dengan pandangan
holistik. Selain itu mereka juga memiliki keinginan dan kemampuan untuk
mengurangi kerugian sampai sekecil mungkin, kecenderungan untuk mencari dan
mempertanyakan hal yang mendasar, dan kemampuan untuk bekerja sesuai
dengan idealismenya yang mungkin bertentangan dengan pendapat umum.
Kecerdasan spiritual dapat berubah sesuai dengan keinginan untuk
memahami dan memaknai pengalaman yang telah dimiliki seseorang. Viktor
Frankl menggambarkan bagaimana penderitaan manusia dapat mendorong
spiritualitas seseorang. Penderitaan dapat mendorongnya menjadi the saint (orang
suci) atau the slain (seekor babi). Melalui berbagai pengalaman, terutama yang
bersifat ekstrim, orang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk. Kejadian ini
digambarkan dalam al-qur’an surah Al-Balad ayat 10-11 sebagai berikut:
ك َما ْٱل َعقَبَة
َ ُ فَاَل ٱ ْقتَ َحم ْٱل َعقَبَة َ َو َمٓا َأ ْد َر ٰى
Terjemahan:
“Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia
tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar”. (QS Al-Balad [90]: 10-
11).
ْ
س ع َِن ٱلهَ َو ٰىَ َو َءاثَ َر ْٱل َحيَ ٰوة ٱل ُّد ْنيَا َ فَِإ َّن ْٱل َج ِحيم ِه َى ْٱل َمْأ َو ٰى َ َوَأ َّما َم ْن َخافَ َمقَا َم َربِّه َونَهَى ٱلنَّ ْف
Terjemahan:
“Adapun bagi orang-orang yang melampaui batas, dan lebih
mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat
tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya, serta menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (QS Al-Naziat [79]: 37-41.
15
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta, PT Rajagrafindo
Persada, 2006), h. 158-159
35
optimal, termasuk di dalamnya sifat yang sangat dianjurkan didalam islam yaitu
tolong menolong sesama manusia.16
Menurut ajaran islam altruisme merupakan tindakan untuk menolong
orang lain secara ikhlas karena islam menilai kebaikan dan perbuatan seseorang
berdasarkan keikhlasan untuk mengharapkan ridho Allah SWT, sehingga setiap
amal yang dilakukan hanya semata-mata karena Allah SWT, menafkahkan harta
yang ditetapkan sebagai perbuatan baik, dan berpahala besar karena ini sangat
bermanfaat untuk orang banyak, tindakan yang dilakukan seperti ini merupakan
manifestasi dari bentuk kesalehan sosial.
Setiap muslim harus berusaha memberikan kontribusi dan peran nyata
yang bermanfaat sehingga menjadikan kehidupan di dalam masyarakat sebagai
kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, Rasulullah saw bersabda bahwa.
Artinya:
“sebaik-baiknya manusia adalah yang lebih bermanfaat bagi manusia
yang lain" (H.R Thabrani).
Altruisme merupakan bentuk tindakan menolong atau memberikan
bantuan kepada orang lain serta mengutamakan kepentingan orang lain yang
didasari dengan perasaan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dari orang yang
ditolongnya walaupun mereka dalam kesusahan. Perilaku altruisme ini merupakan
perintah dalam ajaran islam dimana umat islam dianjurkan untuk saling tolong-
menolong satu sama lainnya.17
Sifat altruisme dapat ditunjukkan dalam personalitas individu yang
memiliki sifat rendah hati, sabar, simpati kepada sesama manusia, hal ini
dijelaskan dalam (QS. Al-Hasyr:9)
۟ ¬ُص ¬دُور ِه ْم َحا َج¬ ةً ِّم َّمٓا ُأوت
¬وا ُ َوٱلَّ ِذين تَبَ ¬ َّو ُءو ٱل ¬ َّدا َر َوٱِإْل ي ٰ َمن ِمن قَ ْبلِ ِه ْم ي ُِحبُّونَ َم ْن هَ¬¬ا َج َر ِإلَ ْي ِه ْم َواَل يَ ِج¬ ُدونَ فى
ْ َٓ ٰ ۟ ِ ُ ْ ِ َُأ
ْ
َك هُ ُم ٱل ُمفلِحُون َ اصةٌ ۚ َو َمن يُو
َ ق ش َّح نَف ِس ِه ف ولِئ َ ص َ َويُْؤ ثِرُونَ َعلَ ٰ ٓى َأنفُ ِس ِه ْم َولَوْ َكانَ بِ ِه ْم َخ
Terjemahan:
“Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin): dan mereka
mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri,
sekalipun mereka dalam kesusahan”. (QS. Al-Hasyr:9)
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa altruisme dalam perspektif
islam yaitu tindakan untuk menolong orang lain secara ikhlas atau tidak
mengharapkan imbalan kecuali mengharap ridha Allah SWT yang dapat
ditunjukkan melalui sifat rendah hati, sabar, serta simpati terhadap sesamanya.18
E. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Altruisme dalam perspektif Islam
Islam memandang kecerdasan emosional sebagai hal yang menekankan
pada pendidikan jiwa yang melahirkan perilaku terpuji. Secara didasari atau tidak
bahwa manusia bukan hanya semata-mata memiliki struktur akal saja, melainkan
juga memiliki qalbu (hati) yang berperan untuk mengasah aspek efektif, seperti
kehidupan emosional dan moral.19
16
Sekar Ayu Aryani, Psikologi Islami, (Yogyakarta, PT Suka-press, 2018), h.88
17
Nashori Fuad, Psikologi Sosial Islami, (Jakarta, PT Refika Aditama, 2008), h. 75
18
Nashori Fuad, Psikologi Sosial Islami, (Jakarta, PT Refika Aditama, 2008), h.76
19
Yunico et al., “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Altruistik Pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan D III Perbankan Syariah Angkatan 2013
36
22
Rahmatullah, “Kecerdasan Ruhaniah dengan Altruisme.” Jurnal Media Intelektual
Muslim dan Bimbingan Rohani 5, no. 2, 2019.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan
kuantitatif dengan metode korelasional. Dimana dalam metode ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Hubungan antara
satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi
dan signifikan dengan statistik.23 Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan data dalam bentuk angka-angka yang bersifat kuantitatif, untuk
bisa mengamati kondisi dari populasi, atau kecenderungan masa mendatang.
Penelitian kuantitatif memungkinkan adanya generalisasi untuk hasilnya dihitung
dengan analisis statistik.24
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi ialah keseluruhan dari subjek atau objek yang akan menjadi
sasaran penelitian. Subjek penelitian ini merupakan tempat atau lokasi dan data
variabel yang akan digunakan. Sehingga populasi tersebut adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
23
Helmina Andriyani Haldani et al., Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif
(Yogyakarta, PT, CV. Pustaka Ilmu Group, 2020), h. 23
24
Abd. Mukhid, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif (Surabaya: CV. Jakad
Media Publishing, 2019). h. 149
ditarik kesimpulannya.25 Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa Madrasah
Aliyah Pesantren Al-Mujahidin Samarinda Seberang yang berjumlah 130 siswa
pada tahun ajaran 2022-2023.
TABEL II
JUMLAH SISWA MADRASAH ALIYAH
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan
prosedur tertentu untuk dapat mewakili populasi. Untuk itu, Sampel yang baik
merupakan sampel yang memiliki populasi atau yang dapat menggambarkan suatu
karakteristik yang ada pada populasinya. Oleh karena itu, sebelum pengambilan
sampel, peneliti harus mempelajari populasinya sebagai dasar untuk menentukan
sampel penelitiannya.26 Adapun teknik dalam pengambilan sampel yaitu
menggunakan teknik random sampling. Random Sampling merupakan teknik
pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak.27 Adapun sampel
dalam penelitian ini adalah perwakilan siswa Madrasah Aliyah Pesantren Al-
mujahidin Samarinda Seberang.
Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa dalam pengambilan sampel jika
subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitian
merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya lebih dari 100 maka dapat diambil
10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam menentukan sampel pada penelitian ini
menggunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
25
Slamet Riyanto and Aglis Andhita Harmawan, Metode Riset Penelitian Kuantitatif
Penelitian Di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan Dan Eksperimen (Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2020). h. 11
26
Eddy Roflin, Iche Andriyani Liberty, and Pariyana, Populasi, Sampel, Variabel Dalam
Penelitian Kedokteran (Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management, 2021). h. 12.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D..., h. 82
56
TABEL III
JUMLAH RESPONDEN BERDASARKAN KELAS
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas
dan untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran istilah.
28
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013). h. 134
57
2. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan masalah persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan yang
menempatkan suatu perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya, kecerdasan sendiri yaitu untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Adapun kecerdasan
spiritual yaitu kemampuan bersifat fleksibel, tingkat kesadaran diri, kemampuan
untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup yang diilhami
oleh visi dan nilai, keengganan untuk menyebabkan kegiatan yang tidak perlu, dan
refleksi diri.
3. Altruisme
Altruisme merupakan perilaku menolong yang dilakukan oleh individu
atau kelompok untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun
dan dilakukan secara sadar dan sukarela. Altruisme juga merupakan suatu
tindakan yang dilakukan seseorang dalam menolong orang lain dengan tidak
mengharapkan apapun kecuali perasaan yang didapatkan setelah menolong.
Adapun aspek-aspek altruisme terdiri dari lima komponen yaitu cooperation
(kerjasama), sharing (berbagi), helping (menolong), genereocity (berderma), dan
honesty (kejujuran).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data
adalah suatu proses atau pengadaan untuk keperluan penelitian dimana data yang
terkumpul untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan pada rumusan
masalah dan kemudian akan dijadikan sebagai data dalam pengambilan atau
keputusan.29 Adapun dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Skala Psikologis
Skala psikologis merupakan teknik pengumpulan data berupa pernyataan
yang dibuat dalam bentuk favourable (kalimat positif dan bersifat mendukung dan
memihak pada objek sikap maupun perilaku) sedangkan unfavourable (kalimat
negatif dan sifatnya tidak memihak pada objek sikap). Pernyataan unfavourable
29
Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kuantitatif Quantitative Research Approach
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018). h. 6.
58
TABEL IV
PERHITUNGAN SKOR
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari dan
mengumpulkan data serta informasi yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian. Dokumentasi ini dilakukan di tempat kajian peneliti yaitu Madrasah
Aliyah Pesantren Al-Mujahidin Samarinda Seberang. Dokumentasi dalam
penelitian ini adalah data diri siswa.32
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian yang lebih spesifik agar data lebih mudah diolah
sehingga menghasilkan penelitian yang berkualitas.33 Alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah alat ukur psikologis. Skala psikologis adalah alat yang
mengukur atribut non-kognitif, khususnya disajikan dalam bentuk format
tertulis.34 Adapun bentuk skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert
yang berisi pernyataan yang menunjukkan respon sikap individu kepada soal
pertanyaan di dalam skala tersebut.35 Adapun kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel
2, 3, 4 dan 5 sebagai berikut:
1. Skala Kecerdasan Emosional
Indikator untuk kecerdasan emosional disusun berdasarkan karakteristik
pada kecerdasan emosional. Instrumen ini dijabarkan beberapa pertanyaan
dengan kisi-kisi yang dapat dilihat pada tabel 2, sebagai berikut :
30
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologis (PustakaBelajar, 2021). h. 27
31
Mardiah Kalsum Nasution, “Penggunaan Metode Pembelajaran dalam Peningkatan
Hasil Belajar Siswa” 11, no. 1 (2017): 8.
32
Sandu Siyoto and Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015). h. 69
33
Sugiyono, Metode..., h. 102
34
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologis (Pustaka Belajar, 2021), h. 7
35
Sugiyono, Metode..., h. 102
59
TABEL V
KISI-KISI SKALA KECERDASAN EMOSIONAL
Kualitas hidup
Mampu saling memaafkan
yang dihiasi
4. dan mempunyai tujuan 16,22 2
oleh visi dan
hidup
nilai
Keengganan
untuk Mampu mengikuti aturan
5. menyebabkan dan tidak terlibat dalam 17,19 2
kerugian yang perkelahian
tidak perlu
3. Skala Altruisme
Indikator untuk altruisme disusun berdasarkan karakteristik pada
altruisme. Instrumen ini dijabarkan beberapa pertanyaan dengan kisi-kisi yang
dapat dilihat pada tabel ke 4, sebagai berikut:
TABEL VII
KISI-KISI SKALA ALTRUISME
Dapat merasakan
2. Berbagi perasaan orang lain serta 25,33 2
peka terhadap orang lain
Dapat memberikan
3. Menolong sesuatu yang dibutuhkan 27,29 2
orang lain
Melakukan sesuatu
5. Kejujuran 26,32 2
dengan kejujuran
F. Keabsahan Data
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
kevalidan suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi.,
sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. 36 Dalam
penelitian ini uji validitas yaitu untuk menguji tiap-tiap variabel yang dipakai
dalam penelitian ini, yang mana terdapat 33 pernyataan yang terdiri dari `10
pernyataan untuk variabel kecerdasan emosional, 13 pernyataan untuk variabel
kecerdasan spiritual dan 10 pernyataan untuk variabel altruisme.
Dalam penelitian ini dilakukan uji coba sebanyak 30 siswa dari kelas XII
Madrasah Aliyah (MA) Darul Ihsan Samarinda. Perhitungan uji validitas ini
dilihat darir hitung kemudian dibandingkan dengan r tabel dengan tingkat signifikansi
25% atau 0,05 dengan n = 30. Jika dilihat dari r product moment, r tabel = 0,367.
Jika r hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan valid, dan jika r hitung < r tabel maka
item tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan rekapitulasi hasil pengujian
instrumen validitas, maka item-item yang tidak valid tidak dipakai karena sudah
terwakili oleh item yang lainnya dalam indikator yang sama. Adapun hasil uji
validitas disajikan dalam tabel dibawah ini:
TABEL VIII
HASIL REKAPITULASI VALIDITAS VARIABEL KECERDASAN
EMOSIONAL
36
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013). h. 168
62
TABEL IX
HASIL REKAPITULASI VALIDITAS VARIABEL KECERDASAN
SPIRITUAL
63
TABEL X
HASIL REKAPITULASI VALIDITAS VARIABEL ALTRUISME
64
Keterangan :
M = Jumlah butir pertanyaan
Vx = Variasi butir-butir
Vy = Variasi Total
Dalam metode pengujian reliabilitas, standar yang digunakan dalam
menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumental adalah nilai Alpha Cronbach
0,60 hingga 0,70 adalah nilai terendah yang dapat diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen tersebut tidak reliabel.
37
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta, PT Prenamedia Group, 2013),
h.47
65
Reliability Statistic
TABEL XIII
HASIL REKAPITULASI PERHITUNGAN RELIABILITAS VARIABEL
ALTRUISME
ΣX N
Keterangan :
M = Mean
ΣX = Jumlah nilai
N = Jumlah subjek
Rumus standar deviasi adalah sebagai berikut :
SD = Σfx2 - (Σfx)2
N- 1
Keterangan :
SD = Standar
Deviasi X = SkorX
N = Subyek
Dalam penelitian ini hasil nilai dikategorikan menjadi tiga, yaitu; tinggi,
sedang dan rendah. Adapun norma yang dipakai adalah sebagai berikut :
TABEL XIV
NORMA PENGGOLONGAN DAN BATASAN NILAI
38
Sugiyono, Metode..., h. 244
39
Pitri Ari Lestari, “Korelasi Antara Motivasi Belajar dan Sikap Tanggung Jawab dengan
Hasil Belajar IPA,” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2, no. 2 (August 3, 2018):
176, https://doi.org/10.23887/jppp.v2i2.15400.
68
Keterangan :
F = Frekuensi
N = Jumlah subjek40
Keterangan :
2
R = Koefisien Determinasi
K = Jumlah Variabel Independen
n = Jumlah Anggota Data atau Kasus
F hasil perhitungan ini dibandingkan dengan F tabel yang diperoleh
dengan menggunakan tingkat resiko atau signifikansi level 5% atau dengan degree
freedom = k (n-k-1) dengan kriteria sebagai berikut:41
H o ditolak jika F hitung> F tabel atau nilai sig < α
H o diterima jika F hitung< F tabel atau nilai sig > α
Variabel bebas dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui variabel
independen kecerdasan emosional (X1) dan kecerdasan spiritual (X2) mempunyai
40
Muhammad, Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial (Jakarta:
Salemba Humanika, 2009). H. 359
41
Sugiyono, Metode..., h. 257
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
TABEL XV
INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi 0,200 > 0,05
Maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual dan altruisme berdistribusi normal dan sampel dalam
penelitian ini dapat mewakili populasi.
b. Uji Linearitas
76
TABEL XVIII
HASIL UJI LINEARITAS KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN
ALTRUISME
TABEL XIX
HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
TABEL XXI
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
disimpulkan pula tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari hasil analisis pada tabel
diatas bahwa model regresi bebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi klasik, langkah selanjutnya adalah
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisis regresi
berganda.
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji ini yaitu untuk mengetahui apakah variabel independen (kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual) secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen (altruisme). Hasil F-test menunjukkan
bahwa pengaruh signifikansi bila p-value dari level of significant yang ditentukan
(0,05), atau F hitung lebih besar dari F tabel. Untuk lebih rinci bisa dilihat pada tabel
dibawah ini.
TABEL XXII
UJI STATISTIK F
3. Sumbangan Efektif
Melalui metode Multiple Regression diperoleh koefisien determinasi yang
menunjukkan nilai R2 (R square) sebesar 0,274. Yaitu kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual memberikan sumbangan sebanyak 27,4% terhadap altruisme.
Hal ini berarti masih banyak faktor lain yang mempengaruhi altruisme remaja
pada siswa.
TABEL XXV
SUMBANGAN EFEKTIF
81
4. Analisis Deskriptif
Dari skor skala kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan altruisme
diperoleh hasil statistik deskriptif subjek penelitian. Statistik deskriptif
menggambarkan tentang ringkasan data penelitian. Hasil statistik deskriptif dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
TABEL XXVI
STATISTIC DESKRIPTIF
Keterangan :
82
TABEL XXIX
KATEGORISASI SUBJEK BERDASARKAN SKOR SKALA
KECERDASAN SPIRITUAL
83
TABEL XXX
KATEGORISASI SUBJEK BERDASARKAN SKOR SKALA ALTRUISME
84
Pada kategorisasi skala altruisme diatas, dapat dilihat bahwa rerata empirik
subjek sebesar 27,85 termasuk kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan
secara umum bahwa subjek memiliki tingkat altruisme yang sedang.
D. Pembahasan
1. Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa Pesantren Al-Mujahidin
Samarinda Seberang
Goleman mengatakan bahwa empati yang merupakan kemampuan untuk
ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain, mengenali emosi sendiri,
mengendalikan emosi pada diri sendiri, serta mampu memahami orang lain dan
menggunakannya agar tindakan lebih produktif.42
Berdasarkan penelitian terdahulu dilakukan oleh Dabora Basaria diperoleh
tingkat kecerdasan emosi pada remaja pada kategori rendah sebanyak 273
responden atau 26,9%, kategori sedang sebanyak 467 responden atau 46,1%, dan
kategori tinggi sebanyak 273 responden atau 26,9%.43 Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Hendrik Vidyanto diperoleh tingkat kecerdasan emosi
pada kategori rendah sebesar 0 responden atau 0%, kategori sedang sebesar 42
responden atau 67,75%, sedangkan kategori tinggi sebesar 16 responden atau
6,45%.44
Berdasarkan hasil analisa peneliti dapat diketahui bahwasanya tingkat
kecerdasan emosional siswa Madrasah Aliyah Pesantren Al-Mujahidin Samarinda
Seberang berbeda-beda, hasil analisa ditunjukkan dengan tingkat kecerdasan
emosional yang terbagi menjadi tiga kategori. Kategori kecerdasan emosional
yang rendah memiliki persentase sebanyak 4% atau 2 responden, kecerdasan
emosional yang sedang memiliki persentase sebanyak 92% atau 51 responden,
kecerdasan emosional yang tinggi memiliki persentase sebanyak 4% atau 2
responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan emosional
siswa Madrasah Aliyah pesantren Al-Mujahidin Samarinda seberang berada pada
kategori sedang.
42
Daniel Goleman, Emotional..., h. 47
43
Dabora Basaria, “Gambaran Emosi Pada Remaja”,Jurnal Psikologi Pendidikan, Vol.
12, No. 1, 2019
44
Muhammad Hendrik Vidyanto, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku
Altruis Pada Remaja”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.
85
49
Indriyani Diyai, “Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Altruistik Pada Mahasiswa
Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado”, Jurnal Keperawatan 7 (1), 2019.
50
Kurniawati, Utomo Heri, “Hubungan Tingkat Kecerdasan Spiritual dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre operasi”, Jurnal Edu Health, 1 (1), 2010
51
Julia Aridhona. “ Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dan Kematangan Emosi
dengan Penyesuaian Diri Remaja”, Jurnal Psikologi Ilmiah, 9 (3), 2017.
52
Julia Aridhona. “ Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dan Kematangan Emosi
dengan Penyesuaian Diri Remaja”, Jurnal Psikologi Ilmiah, 9 (3), 2017
53
M. Japar, “Religiousity, Spirituality and Adolescents Self-Adjustment.Internasional
Education Studies, 7 (10), h. 66
87
dengan ihwal baik dan jahat, serta untuk membayangkan kemungkinan yang
terwujud untuk bermimpi, bercita-cita dan mengangkat diri dari kerendahan.54
3. Tingkat Altruisme Siswa Madrasah Aliyah Pesantren Al-Mujahidin
Samarinda Seberang
Altruisme adalah tindakan sukarela yang dilakukan oleh seseorang
ataupun kelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan suatu
imbalan apapun. Menurut sarwono altruisme sebagai hasrat untuk menolong
orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri.55
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nia Yuniar dkk diperoleh
tingkat altruisme pada peserta didik SMP Negeri 2 Berbah pada kategori rendah
yaitu nol siswa atau 0%. Kategori sedang yaitu sebanyak 108 siswa atau 42,2%,
dan kategori tinggi 147 atau 57,6%.56 Sedangkan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Zaujatul Amna yang diperoleh tingkat altruismenya ialah dalam
kategori rendah sebesar 114 responden, kategori sedang sebesar 0 responden atau
0%, dan pada kategori tinggi sebesar 6 responden atau 5,2%.57 Berdasarkan hasil
analisa peneliti dapat diketahui bahwasanya tingkat altruisme siswa Madrasah
Aliyah pesantren Al-Mujahidin Samarinda Seberang berbeda-beda, hasil analisa
ditunjukkan dengan tingkat altruisme rendah yaitu sebanyak 5 siswa atau 9%,
kategori sedang sebanyak 38 atau 69% responden, dan kategori tinggi sebanyak
12 siswa atau 22%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingkat altruisme pada siswa
Madrasah Aliyah pesantren Al-Mujahidin Samarinda Seberang berada pada
kategori sedang.
Tinggi rendahnya tingkat altruisme pada siswa Madrasah Aliyah pesantren
Al-Mujahidin Samarinda Seberang merupakan hal yang wajar terjadi, hal itu tidak
lepas apakah individu itu berada pada lingkungan yang mengharuskan untuk
berperilaku altruistik maupun tidak, karena menurut sarwono altruisme
dipengaruhi oleh beberapa faktor, adanya (1) pengaruh situasi, yaitu kehadiran
orang lain, menolong jika orang lain menolong, desakan waktu, kemampuan yang
dimiliki, (2) pengaruh dari dalam diri sendiri, yaitu perasaan, faktor sifat, agama,
tahapan moral, orientasi seksual, dan jenis kelamin, dan (3) jenis kelamin,
kesamaan, tanggung jawab korban, dan menarik. 58 Selain itu juga suasana hati,
empati, meyakini keadilan dunia, faktor sosiobiologi, dan faktor sosial.
Sarwono mengemukakan bahwa perasaan kasihan ataupun perasaan
antipati dapat berpengaruh terhadap motivasi remaja dalam menolong.
Adakalanya remaja termotivasi untuk menolong karena adanya perasaan kasihan
pada orang tersebut. Adapun orang yang memiliki sensitifitas dan berempati
tinggi dengan sendirinya akan lebih memikirkan orang lain sehingga mereka suka
54
Danah Zohar dan Ian Marshall, Kecerdasan..., h. 13
55
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2012), h.
76
56
Nia Yuniar, “Hubungan Antara Altruisme dan Kecerdasan Emosi Terhadap Interaksi
Sosial Teman Sebaya”, Jurnal Ilmu Pendidikan 3, 432-435, 2019.
57
Zaujatul Amna, Ruhul Aflah, “Stereotip Pride Kriet Terhadap Perilaku Altruisme”,
Jurnal Psikologi, 05 (02), 2020
58
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2012 h.
200
88
menolong. Begitu juga dengan orang yang mempunyai pemantauan diri yang
tinggi akan cenderung menolong, karena dengan menolong ia mendapatkan
penghargaan sosial yang tinggi.59 Lebih lanjut sarlito berpendapat bahwa agama
juga mempengaruhi terbentuknya perilaku menolong (altruisme). Pada diri
individu, altruistik merupakan salah satu dari inti agama.60
4. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Altruisme Remaja
Siswa Madrasah Aliyah Pesantren Al-Mujahidin Samarinda Seberang
Pada hipotesis ini menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara
kecerdasan emosional dengan altruisme menyatakan adanya hubungan ¿) sebesar
0,034 dan p < 0,05. Berdasarkan pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut
sugiyono bahwa nilai koefisien korelasi 0,00 – 0,199 termasuk sangat rendah, hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antara kecerdasan emosional dengan altruisme
memiliki hubungan yang rendah. Arah hubungan kedua variabel tersebut positif
karena nilai r positif. Jadi, hasil hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan
positif antara kecerdasan emosional dengan altruisme dapat diterima. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chandika Wiranda Anisya Suhanda
bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruisme pada
mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Riau. Berdasarkan nilai koefisien
korelasi r sebesar 0,806 dengan nilai p sebesar 0,000 (p , 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi
pula altruisme yang dimiliki seseorang. Begitupun sebaliknya jika semakin rendah
kecerdasan emosional maka semakin rendah juga altruismenya.61
Sedangkan penelitian yang dilakukan Finna Fakhriyah bahwa ada
hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan altruisme
pada siswa Sekolah Menengah Atas yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka.
Berdasarkan nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,673, p = 0,000 (p < 0,01), yaitu
semakin tinggi kecerdasan emosionalnya maka semakin tinggi pula altruismenya.
Begitupun sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosionalnya maka semakin
rendah pula altruismenya62. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Arif yaitu ada
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan intensi altruisme pada
siswa SMA N 1 Tahunan Jepara. Berdasarkan nilai koefisien diperoleh nilai r
sebesar 0,502 dengan p = 0,01 yang artinya semakin tinggi kecerdasan
emosionalnya maka semakin tinggi pula altruismenya.63
Aspek dari kecerdasan emosional membuat pengaruh terhadap altruisme.
Goleman mengatakan bahwa aspek dalam kecerdasan emosional ialah salah
satunya adalah empati yang sangat berhubungan dengan altruisme sebagai
59
Sarlito W. Sarwono, Psikologi...,h. 171
60
Sarlito W. Sarwono, Psikologi..., h. 121
61
Candika Wiranda Anisya Suhanda, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan
Perilaku Altruisme pada Mahasiswa Keperawatan Kemenkes Riau”, Skripsi, 2021
62
Finna Fakhriyah, Prima Aulia, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan
Altruisme Siswa SMA yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka”, Jurnal Riset
Psikologi,(3), 2019.
63
Ahmad Arif, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Intensi Altruisme pada
Siswa SMA N 1 Tahunan Jepara” Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010
89
64
Daniel Goleman, Emotional..., h. 140
65
Nadhim, M.S, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Altruistik
pada Siswa Anggota Pramuka”, (surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta)
66
Muhammad Sufi ALam, “Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Altruisme
Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”, Skripsi,
2014.
90
71
Iqbal Nur Huda, “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap
Altruistik Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”,
Skripsi, 2020.
92
72
Linda Tri Sulawati, “Perilaku Altruis Relawan Organisasi (AbdA) Ditinjau dari Tingkat
Kecerdasan Emosi dan Tingkat Kecerdasan Spiritual”, Skripsi, 2016.
73
Danah Zohar dan Ian Marshall, Kecerdasan..., h. 6
74
David G. Myres, Psikologi..., 67
BAB V
SARAN DAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
altruisme remaja pada siswa Madrasah Aliyah pesantren Al-Mujahidin
Samarinda Seberang. Semakin tinggi kecerdasan emosionalnya maka
semakin tinggi pula altruisme pada siswa. Maka semakin ringan kecerdasan
emosionalnya maka semakin rendah pula altruisme pada siswa. Kekuatan
hubungan antara kecerdasan emosional dengan altruisme termasuk kategori
sangat rendah.
2. Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan
altruisme remaja pada siswa Madrasah Aliyah pesantren Al-Mujahidin
Samarinda Seberang. Semakin tinggi kecerdasan spiritualnya maka semakin
tinggi pula altruisme pada siswa. Begitupun sebaliknya, semakin rendah
kecerdasan spiritualnya maka semakin rendah pula altruisme pada siswa.
Kekuatan hubungan antara kecerdasan spiritual dengan altruisme termasuk
dalam kategori sedang.
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual dengan altruisme remaja pada siswa Madrasah Aliyah
pesantren Al-Mujahidin Samarinda Seberang. Hal ini berarti secara simultan
105