Anda di halaman 1dari 38

TUGAS

KONSELING KEBIDANAN

Disusun Oleh :

ZURATUL AINI
NPM. 1626040131.P

DOSEN:

YUNI RAHMADHANIATI, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI DIV JURUSAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017
PENGANTAR RUANG LINGKUP KONSELING KEBIDANAN
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan
menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul
Bari : 2002).
Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat
suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap
fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam
kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang
mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan cara
tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan
objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan
tegang.( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996).
Jadi konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk
wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan
usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai
tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan
ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan
kebidanan.
A. Dimensi manusia dan dimensi kemanusiaan
Dimensi-dimensi hakikat manusia. Manusia adalah mahluk yang serba
terhubung, dengan masyarakat, lingkunganya, dirinya sendiri, dan tuhan.
beerling mengemukakan sinyalemen heinemann bahwa pada abad ke- 20
manusia mengalami krisis total. disebut demikian karena yang dilanda krisis
bukan hanya segi-segi tertentu dari kehidupan seperti krisis ekonomi, krisis
energi, dan sebagainya, melainkan yang krisis adalah manusia sendiri. dalam
krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat, dengan
lingkunganya, dengan dirinya sendiri, dan dengan tuhannya. tidak ada
hubungan pengenalan, pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia.ini
lah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagiaan.
Dalam hubungan ini, pendidikan mempunyai peranan penting sebagai
wahana untuk mengantar peserta didik untuk mencapai kebahagiaan. yaitu
dengan jalan membantu mereka meningkatkan kualitas hubungannya dengan
dirinya, lingkunganya, dan tuhannya. untuk menciptakan rasa kebersamaan
dengan individu lain nya, rasa menghormati, serta menjalin hubungan yang
baik, maka diperlukan dimensi-dimensi didalam kehidupan sehari-hari agar
terciptanya manusia yang sempurna dan berakhlak yang baik.
Dimensi individual adalah keperibadian seseorang yang merupakan
suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Seorang pakar
pendidikan M.J.Lavengeld mengatakan bahwa setiap orang memiliki
individualitas, maksudnya dua anak kembar yang berasal dari satu telur yang
lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua dan sulit dibedakan satu dan yang
lain hanya serupa tetapi tidak sama apalagi identik. hal ini berlaku pada sifat-
sfat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya).
Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan
adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan,cita-cita,
kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda. contoh sederhananya
saja dua orang murid sekelas yang mempunyai nama yang sama tidak pernah
bersedia untuk di samakan satu sama lain, arti katanya masing-masing ingin
mempertahankan ciri-ciri khasnya sendiri, gambaran tersebut telah
dikemukakan oleh fancis galton seorang ahli biologi dan matematika Inggris,
dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur ternyata ternyata
tidak sepasang pun yang identik atau sama sifat dan kepribadiannya.
M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk
mandiri yang sangat kuat, meskipun disisi lain pada anak terdapat rasa tidak
berdaya, sehingga memerlukan pihak lain(pendidik) yang dapat dijadikan
tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan, sifat-sifat
sebagaimana di gambarkan diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak
lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidika agar bisa menjadi
kenyataan, sebab tanpa dibina melalui pendidikan, benih-benih individualitas
yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian
yang unik akan tetap tinggal laten. serta kesanggupan untuk memikul
tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya
individualitas pada diri manusia. Dengan kata lain kepribadiaan seseorang
tidak akan terbentuk dengan semestinya, sehingga seseorang tidak memiliki
warna kepribadiaan yang khas sebagai miliknya.jika terjadi hal demikian
seorang tidak memilki kepribdian yang otonom dan orang seperti ini tidak
akan memilki pendirian serta mudah dibawa oleh arus masa, padahal fungsi
utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk
keribadianya atau menemukan ke mandiriannya sendiri. Pola pendidikan yang
bersifat demokratis di pandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan
berkembangnya potensi individualitas seseorang.
1. Dimensi kesusilaan
Dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul, dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap
orang ingin bertemu sesamanya. Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa
tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula.
Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk
berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat.
masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukkan betapa dorongan
sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang menyadari sebenarnya ada
alasan yang cukup kuat. Seorang filosof Immanuel Kant menyatakan
manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia, maksudnya
tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa
membutuhkan orang lain.
2. Dimensi kesusilaan
Susiala berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih
tinggi. Akan tetapi dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup
hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu
misalnya terkandung kejahatan terselubung. dimensi kesusilaan disebut
juga keputusan yang lebih tinggi. kesusilaan diartikan mencakup etika dan
etiket. etika adalah (persoalan kebaikan ) sedangkan etiket adalah
(persoalan kepantasan dan kesopanan ). pada hakikatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya.
sehingga dikatakan manusia itu makhluk susila. persoalan kesusilaan
selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai kehidupan. Susila berkembang
sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih sempurna.
Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk
menentukan sesuatu manakah yang baik dan manakah yang buruk,
manakah yang pantas dan manakah yang tidak pantas. Dengan
pertimbangan nilai-nilai budaya yang dijunjungnya memungkinkan
manusia untuk berbuat dan bertindak secara susila. Drijarkara mengartikan
manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan
melaksanakan nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan
sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna
kebaikan, keluhuran, kemulian dan sebagainya, sehingga dapat diyakini
dan dijadikan pedoman dalam hidup. Pendidikan kesusilaan berarti
menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban disamping
hak pada peserta didik.
3. Dimensi keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang
lemah sehingga memerlukan tempat bertopang, agama menjadi sandaran
vertikal manusia. dan Manusia adalah mahkluk religius yang dianugerahi
ajaran-ajaran yang dipercayainya yang didapatkan melalui bimbingan nabi
demi kesehatan dan keselamatannya. Manusia sebagai mahluk beragama
mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya
menurut agama masing-masing.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang,
doa-doa maupun meditasi, komitmen aktif & praktekritual. Jauh dekatnya
hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan
manusia yang bersangkutan.Di dalam masyarakat Pancasila, meskipun
agama dan kepercayaan yang dianutnya berbeda-beda, diupayakan
terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling
pengertian, menghargai, kedamaian, ketentraman, & persahabatan.
4. Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia.
Usaha pengembangan hakekat manusia dalam dimensi keindividuan,
kesosialan, kesusilaan, & keberagamaan berangkat dari anggapan dasar
bahwa manusia secara potensial memiliki semua dimensi tersebut, yang
memungkinkan dan harus dapat dikembangkan secara bertahap, terarah
dan terpadu melalui pendidikan sehingga dapat menjadi aktual.
Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk individu
Manusia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesemestaan mampu
mengembangkan interelasi dan interaksi dengan orang lain secara selaras
serasi seimbang tanpa kehilangan jati dirinya.
5. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sejak lahir hingga ajalnya perlu dibantu oleh orang lain.
Manusia harus merasa sadar dirinya terpanggil untuk berbuat baik bagi
orang lain dan masyarakat. Pengembangan dimensi tersebut harus dimulai
sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat, untuk itu nilai/norma/kaidah
yang berlaku didalam keluarga juga perlu dijunjung tinggi disekolah dan
masyarakat.
6. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
Hanya manusia sajalah yang mampu menghayati norma-norma dan
nilai-nilai dalam kehidupan sehingga dapat menetapkan pilihan tingkah
laku yang baik dan yang buruk. Bagi manusia Indonesia norma-norma dan
nilai-nilai yang perlu dikembangkan adalah nilai-nilai universal yang
diakomodasi dan diadaptasi dalam nilai-nilai khas yang terkandung dalam
budaya bangsa. Sebagai manusia Indonesia yang ideal adalah manusia
yang memiliki pikiran, ide, gagasan yang terkristal dalam kelima nilai
dasar dalam Pancasila.
7. Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama
Sementara pihak ada yang lebih mengutamakan terciptanya suasana
penghayatan keagamaan lebih dari pengajaran keagamaan. Untuk itu yang
perlu diutamakan adalah sikap teladan dari orang tua, guru dan pendidik
lainnya disertai dengan pilihan metode pendidikan yang tepat dan
ditunjang dengan kemudahan-kemudahan fasilitas yang memadai.
Demikian pula halnya di sekolah dan di masyarakat yang religius.

B. Perlunya Bimbingan Dan Konseling


Menurut pakar bimbingan, bimbingan yaitu suatu proses pemberian
bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan
yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Dalam hal ini Bimbingan dan Konseling muncul berdasarkan berbagai
latar belakang yang berbeda, berikut adalah alasan perlunya BK dilihat dari
sudut beberapa aspek.
1. Latar belakang psikologis
Dalam kehidupan di lingkungan khususnya pendidikan, individu
(siswa) merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala
karakteristiknya. Individu secara dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki dinamika dan kebutuhan dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual
antara individu dengan yang lainnya, selain itu senantiasa terjadi adanya
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar.
Hal tersebut diatas merupakan beberapa aspek psikologis dalam
kehidupan yang bersumber pada individu sebagai sumber didik, dan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Timbulnya masalah psikologis menuntut
adanya pemecahan masalah tersebut melalui pendekatan psikologis juga.
Upaya tersebut dapat dilakukan melalui layanan bimbingan dan konseling.
2. Latar Belakang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan. Bimbingan berkembang dengan pesat,
sehngga mendapatkan tempat dan peranan yang amat penting dalam
keseluruhan proses pendidikan. Bimbingan dipandang sebagai salah satu
komponen yang tidak bisa dipisahkan dari komponen-komponen lainnya.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, dalam UU RI No. 20 tahun
2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif dapat mengembangan potensinya untuk memiliki kekuatan
keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, dan Negara.
Pendidikan dilaksanakan baik di sekolah maupun di luar sekolah yang
berlangsung seumur hidup. Dari pengertian dan tujuan diatas, jelas bahwa
yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan
kepribadian secara optimal dari setiap anak didik sebagai pribadi sesuai
dengan potensinya masing-masing serta terciptanya suasana pembelajaran
yang efektif dan optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan
pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya bersifat
intruksional (pengajaran), tetapi meliputi kegiatan yang menjamin setiap
anak didik secara pribadi memiliki layanan, sehingga akhirnya dapat
berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan tersebut ditandai dengan
pengadministrasian yang baik, kurikulum serta proses belajar mengajar
yang memadai, dan layanan kepada anak didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah Bimbingan dan Konseling mempunyai
peranan penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak
didik agar berkembang secara optimal. Selain itu, peran bimbingan dan
konseling juga membantu berbagai permasalah-permasalah pendidikan
baik yang menyangkut anak didik, maupun pendidik agar tercipta sebuah
suasana pendidikan yang diharapkan. Maka demikian hasil pendidikan
sesungguhnya akan tercermin pribadi anak didik yang berkembang baik
secara spiritual, akademik, psikologis dan sosial. Sehubungan dengan itu
bimbingan dan konseling dirasakan sangat berperan dalam mencapai
proses dan tujuan pendidikan.
3. Latar Belakang Sosiologis
Perkembangan zaman banyak menimbulkan berbagai perubahan dan
kemajuan dalam berbagai segi kehidupan dalam masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan
dalam berbagai aspek kehidupan, seperti: aspek sosial, politik, ekonomi,
industri dan sebagaianya. Perkembangan berbagai lapangan pekerjaaan,
kepadatan penduduk, hubungan sosial, masalah tenaga ahli, pengangguran
dan sebagainya, merupakan beberapa diantara masalah-masalah yang
sering terjadi akibat perubahan dan kemajuan tersebut.
Keadaan seperti di atas berpengaruh terhadap kehidupan individu
sebagai seorang pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Individu
dihadapkan pada berbagai masalah yang kompleks itu. Dengan demikian
individu lebih dituntut untuk lebih mampu menghadapi berbagai masalah
seperti masalah penyesuaian diri, masalah pemilihan pekerjaan, masalah
perencaaan dan pemilihan pendidikan, masalah hubungan sosial, masalah
keluarga, masalah keuangan dan masalah pribadi. Dapat dimaklumi bahwa
individu dapat berhasil dengan sebaik-baiknya mengatasi masalah-masalah
yang dihadapinya. Dalam hal ini individu-individu tertentu perlu
mendapatkan bantuan dalam usaha mengatasi tantangan yang ditimbulkan
oleh masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini lah bimbingan dan
konseling diperlukan untuk membantu permasalahan tersebut.
Bimbingan konseling juga harus mempertimbangkan aspek sosial
budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih
efektif. Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk (1976)
tentang berbagai aspek konseling budaya seperti makin besar kesamaan
pemahaman tentang tujuan konseling antara budaya pada diri konselor dan
klien maka konseling akan berhasil. Dengan memahami berbagai aspek
yang berkaitan dengan budaya sekitar akan memudahkan konselor
memahami klien. Keefektifan konseling tergantung pada kesensitifan
konselor terhadap proses komunikasi, keefektifan konseling akan
meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman terhadap
permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut.
4. Latar Belakang Filosofis
Kata filosofis atau filsafat adalah bahasa arab falsafah yang berasal
dari kata yunani philosophia. Philos yang artinya cinta dan sophia yang
artinya bijaksana. Jadi filosofis adalah cinta kepada kebijaksanaa atau
hikmah, atau ingin mengerti segala sesuatu dengan mendalam. Filsafat
memliki fungsi dalam kehidupann manusia antara lain setiap manusia
harus mengambil keputusan, keputusan yang diambil adalah keputusan
sendiri, dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham, dan untuk
menghadapi kebanyaknya kesimpangsiuran. Dengan berfilsafat seseorang
akan memperoleh wawasan pemikiran yang luas sehingga dapat
mengambil keputusan yang tepat.
Kaitannya antara arti dan fungsi filsafat dengan bimbingan koneling
menurut Prayitno dan Erman Amti (2003) mengemukakan pendapat
Belkin (1975) adalah pelayanan bimbingan dan konseling meliputi
kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan
yang bijaksana, untuk itu diperlukan pemikiran filsafat tentang berbagai
hal yang tesangkut-paut dalam pelayanan bmbingan dan konselng.
Pemikiran dan pemahaman filosofis memiliki manfaat, khusunya pada
konselor karena membantu konselor dalam memahami situasi konseling
dan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Di samping itu pemikiran
dan pemahaman filosofis juga memungkinkan konselor menjadikan
hidupnya sendiri lebih mantap, fasilitatif, serta lebih efektif dalam
perannya untuk memberi bantuan.
Bagi bangsa Indonesia yang menjadi landasan filosofis bimbigan
dan konseling adalah pancasila, yang nilainya sesuai dengan fitrah
manusia itu sendiri sebagai mahluk Tuhan yang bermartabat. Sehingga
program bimbingan harus merujuk pada nilai-nlai dasar yang terkandung
dalam kelima sila Pancasila.
5. Latar Belakang Agama
Dalam latar belakang agama pada bimbingan dan konseling
diperlukan penekanan dalam beberapa hal pokok diantaranya, keyakinan
bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk Tuhan. Sikap yang
mendorong perkembangan dan kehidupan manusia akan berjalan kearah
yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama. Upaya yang memungkinkan
berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat
budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama
untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu. Latar
belakang agama pada bimbingan dan konseling berkenaan dengan
beberapa hal seperti berikut ini:
1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan Manusia adalah mahluk Tuhan yang
memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tidak
boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya
bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada
hal-hal positif.
2. Sikap Keberagamaan Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan
dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap
keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri,
agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-
nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan
IPTEK sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan
akhirat.
3. Peranan Agama Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan
secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai
seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga
agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama.
Sebagai pedoman hidup agama memiliki fungsi seperti memelihara
fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan.
WAWASAN BIMBINGAN BELAJAR DAN KONSELING DALAM
KEBIDANAN
A. Wawasan pemahaman penanganan dan penyikapan terhadap kasus
Materi yang dibahas dalam pokok bahasan ini mencakup konsep dasar
dan pentingnya wawasa bimbingan dan konseling dikuasai oleh guru. Oleh
sebab itu tujuan dari pokok bahasan wawasan dan bimbingan konseling agar
mahasiswa bias memahami pengertian dan tujuan bimbingan dan konseling,
dan mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya bimbingan dan
konseling dalam pendidikan, menjelaskan fungsi dan prinsip bimbingan dan
konseling, serta menjelaskan azas-azas bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan suatu
kegiatan yan terintegrasi dalam keseluruhan proses belajar megajar.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok
agar mereka dapat mandiri, melalui bahan, interaksi, nasehat, gagasan ,alat
dan asuhan yang di dasarkan atas norma atau nilai-nilai yang berlaku.
Sedangkan konseling sebagai suatu usaha memperoleh konsep diri pada
individu siswa. Konsep diri meliputi konsep tentang diri, orang lain, pendapat
orang lain tentan diri, tujuan (harapan, kepercayaan diri) serta menyesuaikan
diri dengan norma yang berlaku dilingkungan dan masyarakat. (prayitno,
1987).
B. Pemahaman kasus
Sebagaimana pada umumnya ketika terjadi suatu kasus pada seseorang,
seorang konselor pasti akan melakukan 3 hal yakni melakukan pemahaman,
pananganan, dan penyingkapan terhadap kasus tersebut. Untuk lebih jelas
memahami 3 hal tersebut alangkah baiknya kita membahasnya secara
bertahap, pada bagian awal ini kita akan membahas tentang pemahaman kasus
dalam bk.
Untuk memahami sebuah kasus terlebih dahulu kita harus mempunyai
konsep atau ide-ide dasar tentang rincian masalah, yang mana rincian masalah
ini akan menjadi bekal penting bagi kita untuk memahami sebuah kasus. Agar
dapat lebih matang dalam memahami suatu kasus, seorang [1]konselor harus
dapat menerima orang lain, memahami secara intelektual dan emosional
bagamana orang merasa.
Tujuan pemahaman kasus dalam bk yakni :
a. Mengetahui lebih jauh berbagai seluk beluk kasus tersebut
b. Melihat berbagai kemungkinan yang bersangkut paut dengan kasus itu,
melihat dari segi rincian permasalahan, sebab-sebabnya, dan kemungkinan
akibat-akibatnya
c. Perlu mengembangkan konsep atau ide yang cukup kaya tentang berbagai
kasus
d. Selain memiliki tujuan pemahaman kasus dalam bk juga memiliki macam
pemahaman jika dilihat dari segi fungsi yakni
1) Pemahaman Tentang Klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya
pemberian bantuan terhadap klien. Pemahaman tersebut tidak hanya
sekedar mengenal diri klien, melainkan lebih jauh lagi, yaitu
pemahaman yang menyangkut latar belakang diri klien, kekuatan dan
kelemahannya, serta kondisi lingkungannya.
Dimasyarakat dan juga sekolah - sekolah, masih banyak
dijumpai individu - individu yang tidak memahami diri sendiri.
Akibatnya individu - individu tersebut tidak berusaha sekuatnya
mengembangkan secara optimal kekuatan/potensi yang ada itu disatu
sisi, dan disisi lain tidak bertusaha meredam atau memperkecil
kelemahannya.
Pemahaman tentang diri klien juga perlu bagi pihak - pihak lain
khususnya pihak - pihak yang bertkepentingan dengan perkembangan
dan kebahagiaan hidup klien tersebut. Pihak lain yang sangat
berkepentingan dengan pemahaman terhadap klien adalah
konselor. Bagi konselor upaya mewujudkan funfgsi pemahaman
merupkan tugas paling awal dalam setiap kali penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap individu tertentu.
2) Pemahaman Tentang Masalah Klien
Apabila layanan bimbingan dan konseling memasuki upaya
penanganan masalah klien, maka pemahaman terhadap masalah klien
merupakan merupakan sesuatu yang wajib apa adanya. Selain
konselor, pihak pihak lain yang amat berkepentingan dengan
pemahaman masalah klien adalah klien itu sendiri, oaring tua dan guru.
Klien amat perlu memahami masalah yang di alami. Pemahaman oleh
individu (klien) sendiri merupakan modal dasar bagi pemecahan
masalah tersebut. Sejak awal prosesnya, pelayanan bimbingan dan
konseling di harapakan mampu mengantarkan klien memahami
masalah yang di hadapinya.
3) Pemahaman Tentang Lingkungan Yang Lebih Luas
Secara sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar
individu yang secara langsung mempengaruhi individu tersebut, seperti
keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi yang
sosioemosional keluarga, hubungan antartetangga dan teman sebaya,
dan sebagai keadaan lingkungan dalam arti sempit itu pembahasannya
telah diintergrasikan pada pembahasan tentang klien termasuk kedalam
lingkungan yang lebih puas itu adalah bebagai informasi yang
diperlukan oleh individu, seperti informasi pendidikan dan jabatan bagi
para siswa imformasi promosi dan pendidikan lebih lanjut bagi para
karyawan, dan lain sebagainya. Pemahaman oleh klien tentang
lingkungan yang lebih luas perlu di kembangkan oleh pelayanan
bimbingan dan konseling. Pemahaman tentang hal-hal seperti itu akan
semakin terasa maafaatnya apabila di kaitkan dengan permasalahan
yang di alami klien, baik secara individu maupun kelompok. Konselor
perlu menyusun program yang lebih luas untuk pemahaman yang di
maksudkan itu. Kerja sama antar konselor dan oihak pihak lain, seperti
guru dan wali kelas di sekolahan, pejabat ketenagakerjaan dan dari
kalangan industri dan lain lain amat di perlukan.
Dari beberapa bagian dari pemahaman kasus diatas dapat kita
simpulkan bahwa bimbingan koseling juga mengajarkan kita untuk
membantu dalam menyelesaikan masalah seseorang, yang mana hal
tersebut dapat membantu kita untuk memperbaiki hubungan antar
sesama makhluk allah, sebagaimana dalam sebuah hadist berbunyi
[2]dari Abu darda r.a ia berkata rasullulah saw. Bersabda maukah
kamu aku beri tahukan kepada kalian sesuatu yang lebih utama
derajatnya daripada puasa, shalat, dan shadaqah? Para sahabat
menjawab ya, beliau bersabda hubungan yang baik diantara kalian,
karena rusaknya hubungan diantara kalian adalah perkara yang dapat
menghilangkan agama hr,Tirmidzi
C. Penanganan kasus
Sebagaimana yang kita ketahui setelah memahami sebuah kasus langkah
selanjutnya yang kita lakukan adalah menangani kasus tersebut. Cara
menanganinya yakni
1. Mengenal kapan awal dari munculnya kasus tersebut
2. Mengembangkan ide-ide ataupun dasar kasus yang telah kita dapat dari
pemahaman kasus
3. Menjelajah lebih lanjut seluk-beluk timbulnya kasus serta cara
penyelesaiannya
4. Mengupayakan dapat memecahkan inti dari sebuah kasus
Dalam melaksanakan ke 4 hal ini seorang konselor harus mempunyai
kemampuan, kemampuan atau abilitas untuk selanjutnya dirinci menjadi 2
bidang pokok, yaitu BAKAT dan PRESTASI. Bakat merupakan salah satu
dari kemampuan terkandung atau potensi dan kemampuan khusus adalah
kecakapan- kecakapan yang masih berupa kemungkinan dalam diri individu,
sedangkan prestasi adalah merupakan kemampuan, kecakapan atau abilitas
nyata, kecakapan ini telah dimiliki oleh individu-individu setelelah melalaui
pengalaman atau proses belajar.
Dalam melakukan pengenalan dalam kasus kita memerlukan beberapa
unsur antara lain :
1. Deskripsi awal kasus
2. Ide-ide tentang rincian permaslahan, kemungkinan sebab dari
kemungkinan akibat
3. pelaksanaan dan hasil penjelajahan lebih lanjut terhadap setiap
permasalahan yang tergantung pada kasus yang dimaksud
4. pelaksanaan penanganan secara khusus terhadap permaslahan pokok yang
menjadi sumber permasalahan pada umumnya
Penjelajahan masalah atau studi kasus yang lebih mnyeluruh dan
lengkap dapat ditempuh melalui berbagai cara, seperti wawancaran analisis
onecdotal repon, casehistory, cumulative records, oto biografi, deskripsi
tingkah laku dan perkembangan serta melakukan case conference.
Penanganan kasus, baik secara umum (menyeluruh ) khusus, tidak
mudah. Berbagai pihak dan sumber daya sering kali perlu diaktifkan dan
dipadukan demi teratasinya permasalahan yang dialami oleh seseorang.
Keberhasilan penanganan kasus akan lebih dijamin. Pihak yang paling utama
harus dilibatkan secara langsung ialah orang yang mengalami masalah itu
sendiri, pihak lain dalam urutan kedua yang perlu dilibatkan ialah orang-orang
yang amat besar pengaruhnya kepada orang yang mengalami masalah itu,
seperti orang tua, guru, serta orang lain yang amat dekat hubungannya. Yang
ketiga ialah lingkungan orang yang mengalami masalah, baik lingkungan
sosial, fisik, maupun lingkungan budaya.
D. Penyingkapan kasus
Hal terpenting dalam penyelesaian sebuah kasus adalah
penyingkapannya atau cara kita menyikapinya. Penyikapan pada umumnya
mengandung unsure-unsur :
1. Kognisi
Mengacu kepada wawasan, keyakinan, pengalaman, penghayatan,
pertimbangan, dan pemikiran konselor tentang keberadaan manusia
2. Unsur Afeksi
Menyangkut suasana perasaan emosi dan kecenderungan bersikap
berkenaan dengan keberadaan manusia sampai dengan penanganan kasus
tersebut
3. Unsur Perlakuan
Yang mengacu pada hakikat keberadaan manusia sampai dengan
pemahaman dan penanganan kasus.
Penyikapan terhadap kasus berlangsung sejak awal penerimaan kasus
untuk ditangani sampai dengan berakhirnya keterlibatan perhatian dan
tindakan konselor terhadap kasus tersebut
Penyikapan yang menyeluruh itu mencakup segenap aspek
permasalahan yang ada di dalam kasus dan segenap langkah ataupun
pentahapan pada sepanjang proses penanganan kasus secara menyeluruh
Penyikapan harus mengandung unsur kognisi, afeksi dan perlakuan
terhadap objek yang disikapinya.
Seorang konselor sejati seharusnya patut untuk memperhatikan serta
melalukan kajian tentang pemahaman, penanganan, penyingkapan kasus yang
baik dan benar sebagai orang islam kita haruslah melakukan kajian juga
terhadap 3 hal ini dengan berdasarkan al quran dan hadist agar sekiranya kita
dapat memisahkan sesuatu yang benar dan sesuatu yang bathil, [4]
sebagaimana ayat alquran surat al maidah ayat 83 yang bermakna dan
apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada muhamad, kamu
lihat mata mereka bercucuran air mata dibabkan kebenaran al quran yang telah
merak ketahui dari kitab-kitab mereka sendiri.
BIMBINGAN BELAJAR DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN
A. landasan filosofis religius psikologis
1. Landasan Fisoslofi
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan
arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan
setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa
dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama
berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan
filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai
aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat
modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai 42 aliran filsafat
yang ada.
2. Landasan Religi
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dengan
kehidupan di akherat. Dengan kata lain hidup manusia tidak dapat
dipisahkan dengan aspek religi (agam). Keyakinan manusia bahwa dirinya
sebagai makhluk Tuhan sebagai kholifah di muka bumi haruslah dijaga
dan difungsikan oleh manusia itu sendiri. Implementasi unsur agama di
dalam konseling tidak menuntut konselor sebagai ulama atau mengupas
suasana konseling dengan dakwah agama (Erman Anti, 1999:153) tetapi
dilakukan dengan wajar saja, jangan dipaksakan dan tetap memberikan
kebebasan pada klien untuk menentukan sendiri nasibnya. Agar proses
konseling tetap diwarnai aspek religious maka konselor sendiri hendaknya
orang yang telah mengamalkan ajaran agamanya memiliki iman dan taqwa
yang dinamik.
3. Landasan religius dalam layanan Landasan Fisoslofi
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan
arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan
setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa
dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama
berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan
filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai
aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat
modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai 42 aliran filsafat
yang ada.
4. Landasan Religi
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dengan
kehidupan di akherat. Dengan kata lain hidup manusia tidak dapat
dipisahkan dengan aspek religi (agama). Keyakinan manusia bahwa
dirinya sebagai makhluk Tuhan sebagai kholifah di muka bumi haruslah
dijaga dan difungsikan oleh manusia itu sendiri. Implementasi unsur
agama di dalam konseling tidak menuntut konselor sebagai ulama atau
mengupas suasana konseling dengan dakwah agama (Erman Anti,
1999:153) tetapi dilakukan dengan wajar saja, jangan dipaksakan dan tetap
memberikan kebebasan pada klien untuk menentukan sendiri nasibnya.
Agar proses konseling tetap diwarnai aspek religious maka konselor
sendiri hendaknya orang yang telah mengamalkan ajaran agamanya
memiliki iman dan taqwa yang dinamik.
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling
ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu :
a. Manusia sebagai makhluk Tuhan
b. Sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia
berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara
optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan
dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan
meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahan masalah.
5. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran
layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa
kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :
a. Motif dan motivasi
b. Pembawaan dan lingkungan
c. Perkembangan individu
Belajar bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu :
d. Manusia sebagai makhluk Tuhan
e. Sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia
berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
f. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara
optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan
dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan
meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahan masalah.
6. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran
layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa
kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :
a. Motif dan motivasi
b. Pembawaan dan lingkungan
c. Perkembangan individu
d. Belajar
B. Landasan Sosial Budaya, Ilmiah Teknologi
1. Landasan Sosial Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan
dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku
individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan
sosial-budaya dimana ia hidup.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh.
Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling
multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan
multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti
Indonesia.
2. Landasan Teknologi
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi
informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah
banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel
(Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer
ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Moh.
Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan
teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang
dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka
tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya)
melalui internet, dalam bentuk cyber counseling.
C. Landasan Paedagosis / pendidikan
Setiap masyarakat tanpa terkecuali senantiasa menyelenggarakan
pendidikan dengan berbagai cara dan sarana untuk menjamin kelangsungan
hidup mereka. Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang
universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial (Budi Santoso, 1992).
Pada landasan ini, pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan
konseling dari tiga segi:
1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia
hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya
melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu
tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya,
kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
2. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani
oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan
gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat .
pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan
Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar.
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan
konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan
pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu
dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling
meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang
menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan
personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan
menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan
konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada
umumnya.
BIMBINGAN BELAJAR DAN KONSELING DI KEBIDANAN
Konseling dalam Praktik Kebidanan Dalam praktik kebidanan, pemberian
asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan
ditentukan dengan cara bidan membangun hubungan, baik sesame rekan sejawat
maupun dengan orang yang diberi asuhannya.
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan
hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara
professional (sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk
memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi
kebutuhan klien. Dalam praktik konseling kebidanan setidaknya harus ada unsur-
unsur sebagai berikut:
Peserta Umumnya berjumlah minimal dua orang (bidan dan klien), bisa juga
berkelompok, dengan perananan atau afiliasi professional khusus, yaitu bidan
yang memiliki pengetahuan dibidangnya.
Tujuan Diperlukan untuk menyesuaikan diri kea rah yang lebih baik dan
berfungsi meningkat, yaitu klien dapat melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik.
Hasil Belajar Mengingat pentingnya tujuan konseling kebidanan dalam
membantu klien mencapai kemandirian sebagai makhluk individu, sosial,
religious, cultural, dan semakin kompleksnya masalah yang dihadapi klien, maka
bidan sebagai konselor dituntut untuk terus meningkatkan diri sehingga
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berkaitan dengan layanan konseling
terus berkembang.
A. Pengertian bimbingan belajar dan konseling di perguruan tinggi
Pemberian layanan bimbingan mahasiswa didesak oleh banyaknya
problema yang dihadapi oleh para mahasiswa dalam perkembangan studinya.
Belajar di perguruan tinggi memiliki beberapa karakteristik yang berbeda
dengan di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi tingkat ini adlah
kemandirian, baik dalam kegiatan belajar dan pemilihan program studi,
maaupun pengolahan dirinya sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa telah
dipandang cukup dewasa untuk memilih dan menentukan program studi bakat,
minat dan cita-citanya. Mahasiswa juga dituntut untuk belajar sendiri, tanpa
banyak diatur, diawasi, dan dikendalikan oleh dosen-dosennya. Dalam
mengelola hidupnya, mahasiswa dipandang telah cukup dewasa untuk dapat
mengatur kehidupannya sendiri, umunya mereka yang sudah berkeluarga.
Secara keseluruhan, problema mahasiswa dikelompokan menjadi dua
kategori, yaitu problema akademik dan problema sosial pribadi.
1. Problema akademik
Problema akademik merupakan hambatan atau kesulitan yang
dihadapi oleh mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan
memaksimalkan perkembangan belajarnya.
Beberapa problema studi yang dihadapi oleh mahasisiwa:
a. Kesulitan memilih program studi yang sesuai dengan kemamapuan dan
waktu yang tersedia.
b. Kesulitan mengatur waktu belajar.
c. Kesulitan mendapatkan sumber belajar.
d. Kesulitan dalam menyusun makalah, laporan, dan tugas akhir.
e. Kesulitan mempelajari buku-buku yang berbahasa asing.
f. Kurang motivasi atau semangat belajar.
g. Adanya kebiasaan belajar yang slah.
h. Rendahnya rasa ingin tahu dan ingin mendalami ilmu.
i. Kurangnya minat terhdap profesi.
2. Problema sosial pribadi
Problema sosial pribadi merupakan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh mahasiswa dalam mengelola kehidupannya sendiri serta
menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial, baik di kampus maupun di
lingkungan setempat.
Beberapa problema sosial pribadi yang dihadapi oleh mahasiswa:
a. Kesulitan ekonomi/biaya kuliah.
b. Kesulitan mengenai tempat tinggal.
c. Kesulitan menyesuaikan diri dengan teman mahasiswa.
d. Kesulitan menyesuaikan dengan masyarakat sekitar tempat tinggal.
e. Kesulitan karena masalah-masalah keluarga.
f. Kesulitan karena masalah-masalah pribadi.
B. Istilah Dan Perkembangan Bimbingan Belajar Dan Konseling
1. Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar mengacu pada
perkembangan siswa SD yang tengah beradaptasi dengan lingkungan yang
lebih luas dan belajar bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan,
nilai, dan norma-norma. Materi bimbingan dan konseling di SD termuat ke
dalam empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar,
dan karier.
Dalam bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa SD menemukan dan memahami, serta mengembangkan
pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, aktif, dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani.
Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa SD dalam proses sosialisasi untuk mengenal serta
berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur
dan rasa tanggung jawab.
Bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa SD mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam
menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkannya untuk
melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam bidang
bimbingan karier, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa
SD mengenali dan mulai mengarahkan diri untuk karier masa depan.
2. Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Pertama
3. Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas
Tujuan pendidikan menengah acap kali dibiaskan oleh pandangan
umum demi mutu keberhasilan akademis seperti persentase lulusan,
tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan
tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri, karena secara sekilas tujuan
kurikulum menekankan penyiapan peserta didik ( sekolah menengah
umum / SMU ) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau
penyiapan peserta didik ( sekolah menengah kejuruan / SMK ) agar
sanggup memasuki dunia kerja.
Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih
tinggi akan melulu memperhatikan sisi materi pelajaran, agar para
lulusannya dapat lolos tes masuk perguruan tinggi. Akibatnya, proses
pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan bobot dalam
proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan
pribadi, pengasahan nilai - nilai kehidupan ( values ) dan pemeliharaan
kepribadian siswa ( cura personalis) terabaikan. Situasi demikian
diperparah oleh kerancuan peran di setiap sekolah. Peran konselor dengan
lembaga bimbingan konseling ( BK ) direduksi sekadar sebagai polisi
sekolah.
Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap
pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-
tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi,
menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak
sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan sebagai musuh bagi siswa
bermasalah atau nakal.
Tantangan pertama untuk memulai suatu proses pendampingan
pribadi yang ideal justru datang dari faktor -f aktor instrinsik sekolah
sendiri. Kepala sekolah kurang tahu apa yang harus mereka perbuat
dengan konselor atau guru - guru BK. Ada kekhawatiran bahwa konselor
akan memakan gaji buta. Akibatnya, konselor mesti disampiri tugas-
tugas mengajar keterampilan, sejarah, jaga kantin, mengurus perpustakaan,
atau jika tidak demikian hitungan honor atau penggajiannya terus
dipersoalkan jumlahnya. Sesama staf pengajar pun mengirikannya dengan
tugas-tugas konselor yang dianggapnya penganggur terselubung. Padahal,
betapa pendampingan pribadi menuntut proses administratif dalam
penanganannya.
BK yang baru dilirik sebelah mata dalam proses pendidikan tampak
dari ruangan yang disediakan. Bisa dihitung dengan jari, berapa jumlah
sekolah yang mampu (baca: mau!) menyediakan ruang konseling
memadai. Tidak jarang dijumpai, ruang BK sekadar bagian dari
perpustakaan (yang disekat tirai), atau layaknya ruang sempit di pojok
dekat gudang dan toilet. Betapa mendesak untuk dikedepankan peran BK
dengan mencoba menempatkan kembali pada posisi dan perannya yang
hakiki. Menaruh harapan yang lebih besar pada BK dalam pendampingan
pribadi, sekarang ini begitu mendesak, jika mengingat kurikulum dan
segala orientasinya tetap saja menjunjung supremasi otak. Untuk memulai
mewujudkan semua itu, butuh perubahan paradigma para kepala sekolah
menengah dan semua pihak yang terlibat didalam proses kependidikan.
4. Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi

C. Tujuan Bimbingan Belajar Dan Konseling


Terdapat beberapa tujuan bimbingan belajar. Tohirin (2007)
menjelaskan bahwa tujuan bimbingan belajar adalah sebagai berikut: Secara
umum tujuan bimbingan belajar adalah membantu siswa agar mencapai
perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perkembangan
siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan
berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya. Selain
tujuan umum tersebut, secara khusus dapat diketahui bahwa bimbingan belajar
bertujuan agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
belajar, serta siswa dapat mandiri dalam belajar. Jadi tujuan bimbingan
bimbingan belajar adalah membantu siswa agar mampu mengatasi dan
memecahkan permasalahan belajarnya agar tidak mengganggu
perkembangannya.
Mendukung pernyataan di atas Saring Marsudi (2003) menerangkan
bahwa kegiatan layanan bimbingan belajar bertujuan membantu siswa dalam
mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Melalui layanan bimbingan
belajar maka siswa dapat secara terbuka memahami dan menerima kelebihan
dan kekurangannya, memahami kesulitan belajarnya, memahami faktor
penyebab dan memahami pula bagaimana mengatasi kesulitannya. Djumhur
dan Mohammad Surya (1978) menjelaskan bahwa tujuan dari bimbingan
belajar ialah membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik dalam
situasi belajar. Dengan bimbingan ini diharapkan setiap siswa dapat belajar
dengan sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005) tujuan dari bimbingan
belajar adalah:
1. Agar siswa memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti
kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian
terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar
yang diprogramkan.
2. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
3. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran,
dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
4. Memiliki keterampilan menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan
diri dalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang
berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
5. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
6. Pendapat di atas mengandung pengertian bahwa tujuan dari layanan
bimbingan belajar adalah agar siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik.
Motivasi yang tinggi untuk terus belajar, memiliki tekhik belajar yang
efektif serta dapat menetapkan tujuan pendidikannya agar siswa siap dan
mampu menghadapi ujian. Menurut Oemar Hamalik (1990) layanan
bimbingan belajar merupakan suatu proses yang bertujuan sebagai berikut:
7. Agar siswa bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri dan
menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya.
8. Agar siswa menjalani kehidupan sekarang secara efektif dan menyiapkan
dasar kehidupan masa depannya sendiri.
9. Agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi semua
aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.
Jadi, nantinya layanan bimbingan belajar akan mencetak siswa yang
dapat bertanggung jawab terhadap kemampuannya sendiri untuk menjalani
kehidupannya dengan mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara
optimal. Menurut Skinner (Oemar Hamalik, 1990) bimbingan belajar
bertujuan untuk menolong setiap individu dalam membuat pilihan dan
menentukan sikap yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan
yang ada yang sejalan dengan nilai-nilai sosialnya. Jadi, tujuan layanan
bimbingan belajar adalah membantu siswa menetapkan masa depannya sendiri
sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang datang. Berdasarkan
dari tujuan-tujuan bimbingan belajar yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan dari layanan bimbingan belajar adalah
membantu siswa mencapai keberhasilan belajar dan mengembangkan semua
potensi siswa secara optimal dengan cara memberikan motivasi untuk belajar
sepanjang hayat melalui kebiasaan kegiatan belajar yang positif dan efektif
sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang ada untuk mencapai
tujuan dari perencanaan pendidikan dengan kesiapan mental agar siswa
mampu mandiri dalam belajar.
FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN BELAJAR
Beberapa ahli mengatakan adanya perbedaan antara pengertian sifat dan
fungsi, namun tak sedikit ahli yang mengatakan bahwa sifat dan fungsi tidak ada
perbedaan yang tajam. Pengertian sifat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
terbitan Balai Pustaka (2003: 1062), disebutkan antara lain :
Peri keadilan yang menurut kodratnya ada pada sesuatu (benda, orang, dsb.).
Ciri khas yang ada pada sesuatu (untuk membedakan dari yang lain). Dasar watak
(dibawa sejak lahir), tabiat. Sedangkan fungsi merupakan bagian utama dari
cabang kerja yang selanjutnya terbagi menjadi aktivitas. (Marbun. 2003: 79).
Menurut Nurihsan A. J. dan Sudianto A. (2004: 13-15) sifat dan fungsi dalam
Bimbingan dan Konseling selalu berurutan atau bersanding, berikut pendapat dari
Nurihsan A. J. dan Sudianto A. Ada 5 macam sifat Bimbingan dan Konseling
antara lain: (1) pencegahan, (2) penyembuhan, (3) perbaikan, (4) pemeliharaan,
dan (5) pengembangan. Sedangkan fungsi Bimbingan dan Konseling ada 4
macam, yaitu (1) fungsi pemahaman, (2) fungsi penyaluran, (3) fungsi adaptasi,
(4) fungsi penyesuaian. Adapun tokoh-tokoh lain yang menyatakan bahwa sifat
dan fungsi Bimbingan dan Konseling itu sama, namun kami lebih condong
terhadap pendapat dari Nurihsan A. J. dan Sudianto A. yang sudah disebutkan di
atas. Secara singkat berikut adalah penjabaran dari 5 macam sifat Bimbingan dan
Konseling
A. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Sebagaimana diuraikan di muka bahwa fungsi merupakan bagian utama
dari cabang kerja yang selanjutnya terbagi menjadi aktivitas. Dengan
demikian yang dimaksud dengan fungsi Bimbingan Konseling adalah hal-hal
yang terkait dengan aktivitas yang dilakukan dalam pelaksanaan program
Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Menurut para ahli Bimbingan dan Konseling itu diungkapkan sebagai
berikut.
1. Menurut Priyatno dan Amati E. (2004: 194) menyebutkan bahwa fungsi
Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah :
a. Fungsi pemahaman,
b. Fungsi pencegahan,
c. Fungsi pengentasan,
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan,
2. Menurut Nurihsan A.J. (2006: 8-9) menyebutkan bahwa Bimbingan
Konseling minimal mempunyai 4 fungsi :
a. Fungsi pengembangan,
b. Fungsi penyaluran,
c. Fungsi adaptasi,
d. Fungsi penyesuaian,
3. Menurut Tohirin menyebutkan bahwa penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling khususnya di sekolah atau madrasah memiliki 9 fungsi :
a. Fungsi pencegahan (preventif),
b. Fungsi pemahaman,
c. Fungsi pengentasan,
d. Fungsi pemeliharaan,
e. Fungsi penyaluran,
f. Fungsi penyesuaian,
g. Fungsi pengembangan,
h. Fungsi perbaikan,
i. Fungsi advokasi,
Berikut penjelasan secara singkat tentang fungsi Bimbingan dan
Konseling di sekolah dari pendapat Nurihsan A.J.
1. Fungsi pemahaman.
Yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling menghasilkan pemahaman tentang
sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan siswa.
2. Fungsi penyaluran.
Adalah dapat membantu siswa dalam memilih jurusan, jenis sekolah,
ataupun pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri kepribadian
lainnya.
3. Fungsi adaptasi.
Yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling dalam hal membantu petugas-
petugas di sekolah khususnya guru untuk mengadaptasikan program
pendidikan dengan minat kemampuan, kebutuhan peserta didik.
4. Fungsi penyesuaian.
Yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling dalam rangka membantu siswa
untuk memperoleh kemajuan dan berkembang secara optimal.
Bimbingan dan Konseling diarahkan pada terselenggaranya dan
terpenuhinya keperluan akan bantuan dalam hal pendekatan, informasi dan
orientasi, konsultasi dan komunikasi kepada siswa dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
B. Prinsip Bimbingan Konseling
Prinsip yang berasal dari asal kata PRINSIPRA yang artinya
permulan dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain , yang
keberadaanya tergantung dari pemula itu, prinsip ini merupakan hasil
perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan.( Halaen.
2002,: 63 )
Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok pokok
dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan
main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan
dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan
main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan : Bahwa prinsip merupaka hasil kajian teoritik
dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu
yang dimaksudkan jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip
prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil hasil teori
dan praktik yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi
penyelenggaraan pelayanan.
Dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut
dikelompokan menjadi :
1. Prinsip Umum
a. Sikap dan tingkah laku seseorang merupakan refleksi dari kepribadian
seseorang,
b. Layanan Bimbingan dan Konseling yang berhasil diawali dengan telaah
kebutuhan dan kesulitan individu,
c. Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang pada akhirnya klien
dapat memecahkan masalahnya sendiri dengan kemampuaannya
sendiri,
d. Dalam proses Bimbingan dan Konseling, klien harus aktif, dinamis,
banyak ide, sehingga proses Bimbingan dan Konseling berpusat pada
klien,
e. Apabila permasalahan individu tidak dapat ditangani oleh petugas
Bimbingan dan Konseling, maka diperlukan reveral,
f. Program Bimbingan dan Konseling tidak boleh bertentangan dengan
program pendidikan,
g. Petugas Bimbingan dan Konseling hendaknya memiliki kemampuan
professional sebagai konselor,
j. Dalam program Bimbingan dan Konseling hendaknya dilakukan
evaluasi secara terprogram untuk mengetahui keberhasilannya.
2. Prinsip yang berhubungan dengan sasaran Bimbingan dan Konseling.
Sasaran layanan Bimbingan dan Konseling adalah klien. Agar berhasil,
layanan Bimbingan dan Konseling perlu memperhatikan beberapa prinsip,
antara lain :
a. Bimbingan dan Konseling melayani semua siswa tanpa pandang bulu,
b. Program Bimbingan dan Konseling berpusat pada siswa,
c. Bimbingan dan Konseling harus menjangkau keunikan individu,
d. Layanan Bimbingan dan Konseling harus berdasar perkembangan
individu,
e. Dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling harus dipahami
mengenai kesamaan dan perbedaan setiap individu.
3. Prinsip yang berkaitan dengan petugas Bimbingan dan Konseling
a. Petugas Bimbingan dan Konseling melakukan tugasnya sesuai dengan
kemampuan dan kewenangan masing-masing,
b. Petugas Bimbingan dan Konseling dipilih berdasar kualifikasi
kemampuan dan minat,
c. Petugas Bimbingan dan Konseling pada dasarnya perlu mendapat
kesempatan untuk meningkatkan dan mengembangkan diri,
d. Petugas Bimbingan dan Konseling perlu mendasarkan diri atas data-
data yang valid dari klien,
e. Petugas Bimbingan dan Konseling harus menjaga kerahasiaan pribadi
kliennya,
f. Petugas Bimbingan dan Konseling perlu memperhatikan hasil-hasil
penelitian bimbingan dalam rangka pengembangan kurikulum di
sekolah.
4. Prinsip-prinsip konseling
a. Konseling merupakan alat yang sangat penting dalam keseluruhan
program bimbingan,
b. Dalam konseling terlibat dua individu, konselor dan klien,
c. Interview merupakan media dalam proses konseling,
d. Konseling menitik beratkan masalah sikap dan mental,
e. Konseling menitik beratkan penghayatan emosional dari pada
intelektual,
f. Konseling terjadi dalam suatu jalinan hubungan khas antara konselor
dan klien,
g. Konseling dilakukan oleh orang yang memiliki kualifikasi professional
tertentu,
h. Tujuan konseling, agar individu :
1) Memperoleh pemahaman diri (self knowledge),
2) Mampu menerima dirinya sendiri (self confidence),
3) Mampu mengarahkan dirinya sendiri (self direction),
4) Mampu menemukan dirinya sendiri,
5) Mampu menghindarkan diri dari kecemasan,
6) Mampu mengaktualisasi dirinya sendiri (self actualitation),
7) Mampu memecahkan masalahnya sendiri (self solution),
8) Mampu menghayati kebahagiaan hidupnya.
DOSEN SEBAGAI PETUGAS BIMBINGAN BELAJAR DAN KONSELING
A. Orientasi bimbingan belajar dan konseling
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan
layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan,
namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Bimbingan dan konseling juga haruslah dikenalkan kepada setiap
peserta didik sejak dini dan karena layanan bimbingan dan konseling ini
haruslah diperkenalkan kepada saat yang tepat dan jangan sampai menjadi
salah sasaran. Dalam hal ini pula cakupan bimbingan dan konseling haruslah
sesuai dengan apa yang diharapkan dari tujuan bimbingan dan konseling ini.
Karena dalam kehidupan di sekolah sering terjadi pemahaman yang salah
tentang bimbingan dan konseling dimata para pendidik maupun peserta didik
itu sendiri yang notabennya menjadi objek kajian bimbingan dan konseling
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang orientasi
dan ruang lingkup yang harus di capai bimbingan dan konseling, melalui
tulisan ini akan dipaparkan tentang orientasi atau pengenalan dan ruang
ingkup bimbingan dan konseling.
Yang dimaksud disini ialah pusat perhatian misalnya : seorang
berorientasi terhadap ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menghitung
untung rugi yang dapat ditimbulkan oleh interaksi dengan orang lain. Disini
yang menjadi pusat perhatian konselor kepada klien :
1. Orientasi perorangan
a. Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam
bimbingan konseling sosial adalah sebagai berikut : Semua kegiatan
diselenggarakan dalam rangka pelayanan BK diarahkan pada
peningkatan perwujudan diri sendiri.
b. Kegiatan disini berkenaan dengan individu untuk memahami
kebutuhan-kebutuhan pemanfaatan bagi diri sendiri dan
lingkungannya.
c. Setiap individu harus diterima sebagai individu yang harus ditangani
secara individual.
d. Tanggung jawab konselor untuk memahami minat,kemampuan yang
terelakkan bagi berfungsinya individu.
2. Orientasi perkembangan
Orientasi ini lebih menekankan pentingnya peranan yang terjadi pada
individu dan sekaligus bertujuan mendorong konselor dan klien
menghilangkan problem yang menjadkan laju perkembangan klien.
Adapun hambatan ( Thomson & Rudolph ) yang dimaksudkan adalah :
a. Hambatan Egosentrisme ketidakmampuan melihat kemungkinan lain
diluar apa yang dipahaminya.
b. Hambatan Konsentrasi ketidakmampuan memusatkan perhatian pada
lebih dari satu aspek tentang suatu hal.
c. Hambatan Reversibilitas ketidakmampuan menelusuri alur yang
terbalik dari alur yang dipahami semula.
d. Hambatan Transformasi ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada
suasana urutan yang ditetapkan.
3. Orientasi permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa kehidupan berkembang itu resiko, agar
tujuan tercapai dengan baik maka resiko yang mungkin menimpa
kehidupan harus diwaspadai, nah kewaspadaan yang menimbulkan
hambatan dan rintangan itu melahirkan kosep orientasi permasalahan
dalam bimbingan konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsinya Orientasi ini mengarah
kepencegahan pengentasan permasalahan agar individu terhindar dari
beban didalam dirinya, pemahaman memungkinkan individu memahami
informasi dan aspek lingkungan yang berguna mencegah timbulnya
masalah pada diri klien.
B. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
1. Secara formal, terdapat empat bidang yang menjadi ruang lingkup layanan
bimbingan dan konseling dalam konteks pesekolahan saat ini, yaitu :
Bidang pelayanan kehidupan pribadi; membantu individu menilai
kecakapan, minat, bakat, dan karakteristik kepribadian diri sendiri untuk
mengembangkan diri secara realistik.
2. Bidang pelayanan kehidupan sosial; membantu individu menilai dan
mencari alternatif hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman
sebaya atau dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
3. Bidang pelayanan kegiatan belajar; membantu individu dalam kegiatan
dalam rangka mengikuti jenjang dan jalur pendidikan tertentu dan/atau
dalam rangka menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu.
4. Bidang pelayanaan perencanaan dan pengembangan karier; membantu
individu dalam mencari dan menetapkan pilihan serta mengambil
keputusan berkenaan dengan karier tertentu, baik karier di masa depan
maupun karier yang sedang dijalaninya.

Anda mungkin juga menyukai