Disusun Oleh :
dr. Machyuddin Tumpak Marojahan Pangaribuan
PPDS Tahap 1A
Pembimbing :
dr. Nicko Pisceski K. S, SpOG
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Deep Transverse Arrest”.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
2.1.1 Power.............................................................................................................2
2.1.3 Passanger.......................................................................................................9
iii
2.2.5 Ekstensi .......................................................................................................17
2.4.3 Diagnosis.....................................................................................................23
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.14 Diagram menunjukkan rotasi kepala pada keadaan tepat dan tidak
tepat .................................................................................................... 24
v
BAB I
PENDAHULUAN
Posisi oksiput transversal janin (OT) merupakan masalah dalam bidang obstetri
yang masih sering dijumpai. Salah satunya adalah deep transverse arrest dikaitkan
dengan operasi caesar dan persalinan per vaginam instrumental. 1 Posisi OT yang secara
kebetulan ditemukan pada kala dua persalinan juga terkait dengan persalinan operatif
pada kohort risiko tinggi. Prevalensi posisi OT adalah 19% sampai 49% saat onset
persalinan, 10% sampai 20% pada tahap kedua persalinan dan 3 sampai 8% saat
melahirkan.1,2 Hubungan antara posisi OT pada persalinan kala dua dan persalinan
kardiotokograf kala dua abnormal dan usia ibu. Dari semua wanita yang merencanakan
persalinan normal, 10% sampai 20% akan memiliki janin dalam posisi OT di awal
persalinan kala dua. Sebagian akan memenuhi syarat untuk dilakukan rotasi manual
(sekitar 50%) intervensi dengan forsep, vakum atau operasi caesar. Komplikasi posisi
ini dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi akibat augmentasi
persalinan, trauma perineum derajat ketiga atau keempat, persalinan kala dua ya ng
memanjang dan skor tes Apgar 5 menit pertama yang rendah.3 Oleh karena itu sangat
penting untuk menentukan diagnosis dan metode persalinan yang tepat untuk kasus ini.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam setiap persalinan terdapat 4 faktor yang harus diperhatikan yang biasanya
disingkat dengan 4P. Faktor-faktor tersebut adalah power/ kekuatan-kekuatan pada ibu,
2.1.1 Power
His yang sempurna bila terdapat kontraksi yang simetris, kontraksi paling kuat
atau adanya dominasi di fundus uteri dan adanya relaksasi. His paling tinggi di fundus
uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh
bagian uterus. Sesudah tiap his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut retraksi. Oleh karena serviks kurang mengandung otot, serviks
kemudian akan tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan), terlebih lagi bila ada
tekanan oleh bagian janin yang keras, umpamanya kepala. His yang sempurna dan
efektif bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga kontraksi simetris
dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitudo 40 sampai 60 mmHg yang
berdurasi 60 hingga 90 detik, dengan jangka waktu antara kontraksi 2 sampai 4 menit,
dan pada relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg. Jika frekuensi dan amplitudo his
lebih tinggi, maka dapat mengurangi pertukaran O 2 sehingga terjadi hipoksia janin dan
timbul gawat janin yang secara klinik dapat ditentukan dengan cara menghitung detak
2
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah, tenaga yang mendorong
anak keluar selain his adalah kontraksi dari otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peningkatan tekanan intraabdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu
kita buang air besar tetapi lebih kuat lagi. Ketika kepala janin sampai pada dasar
panggul, maka akan timbul suatu refleks yang mengakibatkan ibu menutup glottisnya,
mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan serviks sudah lengkap dan paling
efektif dilakukan sewaktu ada his. Tanpa adanya tenaga mengejan ini, anak tidak dapat
lahir misalnya pada penderita yang mengalami lumpuh otot-otot perutnya sehingga
persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga diperlukan untuk
2.1.2 Passage
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas dua yaitu bagian keras yang terdiri
dari tulang-tulang panggul dan bagian lunak yang terdiri dari otot-otot, jaringan-
Panggul terdiri atas 4 tulang yang terdiri 2 tulang innominata (disebut juga os
3
Gambar 2.1 Tulang Panggul6
panggul. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri yang disebut
simfisis. Simfisis terdiri atas jaringan fibrokartilago serta ligamentum pubikum superior
di bagian atas dan ligamentum pubikum inferior di bagian bawah. Kedua ligamentum
Panggul secara fungsional dapat dibagi menjadi pelvis mayor (false pelvis) dan
pelvis minor (true pelvis). Pelvis mayor terletak di atas linea terminal, batas
posteriornya ialah vertebra lumbal, lateralnya adalah fossa iliaca, dan sisi depan dibatasi
4
oleh dinding abdomen bagian bawah. Pelvis minor terletak di bawah linea terminal,
yang merupakan bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri dan harus
pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul, yaitu
jarak antara pinggir atas simfisis dan promontorium lebih kurang 11 cm, disebut
konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul lebih
kurang 12,5-13 cm, disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari
artikulasio sakroiliaka ke titik temu antara diameter transversa dan kojugata vera
Cara mengukur konjugata vera adalah dengan jari tengah dan telunjuk
dikurangi 1,5 cm. Selain itu, dikenal pula konjugata obstetrika, yakni jarak dari
ini yang paling penting, walaupun perbedaannya dengan konjugata vera sedikit
sekali.
5
Caldwell-Molloy mengklasifikasikan panggul menjadi 4 jenis antara lain
sebagai berikut.4
a. Jenis ginekoid
b. Jenis android.
c. Jenis antropoid
d. Jenis platipelloid
bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os ischii dan os
sakrum serta segitiga lainnya yang alasnya merupakan garis antara kedua tuber
lengkung yang disebut arkus pubis. Dalam keadaan normal, besarnya sudut ini
6
± 900, atau lebih besar sedikit. Bila lebih kecil dari 90 0, maka kepala janin akan
Pada panggul terdapat bidang Hodge yang merupakan bidang yang digunakan
untuk menentukan seberapa jauh bagian terendah janin turun ke rongga panggul.
1. Hodge I, merupakan bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
2. Hodge II, yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge I dan terletak setinggi bagian
3. Hodge III , yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge I dan II terletak setinggi
spina iskiadika.
4. Hodge IV, yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge I, II, dan III terletak setinggi
os koksigis.
7
Gambar 2.3 Bidang Hodge.4
Bagian lunak jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul. Pada
kala II segmen bawah uterus, serviks uteri dan vagina ikut membentuk jalan lahir.
Selain uterus dan vagina; otot-otot, jaringan ikat dan ligamen-ligamen yang berfungsi
menyokong alat-alat urogenitalis mempengaruhi jalan lahir dan lahirnya kepala atau
bokong pada partus. Otot-otot yang menahan dasar panggul di bagian luar adalah
yang melingkari uretra (muskulus sfingter uretrae), otot-otot yang melingkari vagina
bagian tengah dan anus, antara lain muskulus iliokoksigeus, muskulus iskiokoksigeus,
muskulus perinei transversus profundus dan muskulus koksigeus. Lebih ke dalam lagi
ditemukan otot-otot yang paling kuat, disebut diafragma pelvis terutama muskulus
Muskulus levator ani memiliki peranan penting dalam mekanisme putaran paksi
dalam janin. Kemiringan dan kelentingan (elastisitas) otot ini membantu memudahkan
8
putaran paksi dalam janin. Pada otot yang kurang miring (lebih mendatar) dan kurang
melenting terutama pada multipara yang elastisitas ototnya berkurang, putaran paksi
dalam lebih sulit terjadi. Selain faktor otot, putaran paksi dalam juga ditentukan oleh
2.1.3 Passanger
9
2.1.3.1 Sikap (Habitus)
Hubungan antara bagian-bagian janin yang satu dengan yang lain, biasanya
terhadap tulang punggungnya. Sikap fisiologis janin yakni badan dalam keadaan kifosis
sehingga punggung menjadi konveks, kepala hiperflexi sehingga dagu dekat dengan
dada, lengan bersilang didepan dada dan tali pusat terletak diantara ekstremitas. Sikap
defleksi ditandai dengan dagu menjauhi dada sehingga kepala akan menengadah dan
Letak (situs) merupakan hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu
panjang ibu, misalnya situs memanjang atau membujur adalah sumbu panjang janin
sesuai dengan sumbu panjang ibu, dapat pada letak kepala atau letak bokong. Situs
melintang adalah sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu. Situs
miring adalah sumbu panjang janin miring terhadap sumbu panjang ibu. 4
2.1.3.3 Presentasi
Untuk menentukan bagian janin yang terbawah, dan tiap presentasi terdapat 2 macam
posisi yaitu kanan dan kiri, dan tiap posisi terbagi menjadi 3 variasi, yaitu depan,
Macam-Macam Presentasi :
(merupakan normoposisi).
10
b. Presentasi puncak kepala: kepala defleksi ringan dengan penunjuk ubun-ubun
besar.
a. Frank breech (bokong murni) : ekstremitas bawah flexi pada sendi panggul,
d. Presentasi kaki
e. Presentasi lutut
2.1.3.4 Posisi
Hubungan antar salah satu bagian presentasi janin dengan sisi kanan/ kiri jalan
lahir. Pada pemeriksaan dalam, posisi ditentukan dengan menentukan kedudukan salah
satu bagian janin yang terendah terhadap jalan lahir yang disebut penunjuk.4
11
Gambar 2.5 Presentasi kepala dengan berbagai posisi7
2.1.4 Psikologis
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan
keluarganya. Banyak ibu hamil mengalami masalah psikis seperti kecemasan dalam
menghadapi persalinan. Hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang akan menolong
persalinan.6,7
Perasaan cemas serta khawatir akan mempengaruhi hormon stress yang akan
mengakibatkan komplikasi persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak ada catatan
atau laporan kasus yang menyebutkan mengenai hormon stress terhadap fungsi uteri,
juga tidak ada catatan atau penelitian mengenai hubungan antara kecemasan ibu,
12
yang akan melahirkan karena adanya keadaan psikologis mempunyai pengaruh terhadap
memungkinkan diameter terkecil bagian janin yang menjadi presentasi dapat melewati
rongga panggul dengan diameter dan kontur yang bervariasi sehingga dihasilkan
tahanan yang lebih kecil. Cardinal movement dari persalinan terdiri dari adalah
engangement, descent, flexion, putar paksi dalam (internal rotation), putar paksi luar
(external rotation).6
2.2.1 Engagement
Mekanisme ini dimulai ketika diameter biparietal telah memasuki rongga panggul.
Kepala janin mungkin telah mengalami engagement pada beberapa minggu terakhir
kehamilan atau tidak sama sekali hingga persalinan dimulai. Pada sebagian besar wanita
multipara dan beberapa nulipara, kepala bayi bergerak bebas diatas pintu atas panggul
pada saat persalinan. Pada keadaan ini disebut kepala yang mengambang. Pada kepala
anteroposterior. Sebaliknya, kepala janin biasanya memasuki pintu atas panggul secara
13
Kepala janin cenderung muat pada axis transversal pada pintu atas panggul, dimana
sutura sagitalis tetap sejajar dengan axis tersebut. Sutura sagitalis sering dibelokkan ke
Defleksi lateral ke arah posisi anterior atau posterior pada pelvis disebut asinklitismus.
juga presentasi parietal anterior/ Naegele’s obliquity) adalah keadaan apabila sutura
sagitalis terletak lebih dekat ke arah promontorium sakrum dibanding simfisis pubis
sehingga pada posisi ini tulang parietal anterior lebih mudah teraba saat pemeriksaan.
Litzmann’s obliquity) terjadi bila sutura sagitalis terletak lebih dekat ke arah simfisis
pubis sehingga tulang parietal posterior berada lebih bawah dibanding dengan yang
anterior.6
2.2.2 Descent
Mekanisme ini merupakan syarat pertama untuk kelahiran bayi. Pada nulipara,
engagement mungkin terjadi sebelum onset persalinan, dan penurunan lanjut mungkin
tidak diikuti oleh onset kala dua. Pada multipara, penurunan biasanya dimulai
14
bersamaan dengan engagement. Penurunan disebabkan oleh satu atau lebih dari empat
gaya: (1) tekanan dari cairan amnion, (2) tekanan langsung pada fundus oleh bokong
akibat kontraksi, (3) upaya mendororng dari otot abdominal ibu dan (4) ekstensi dan
2.2.3 Fleksi
Segera setelah penurunan kepala mencapai tahanan, baik dari serviks, dinding
panggul, atau dasar panggul, kepala biasanya akan mengalami fleksi. Dengan gerakan
15
Gambar 2.9 Fleksi6
2.2.4 Putar paksi dalam (Internal Rotation)
Mekanisme ini terdiri dari kepala yang memutar sehingga oksiput bergerak
secara bertahap menuju simfisis pubis secara anterior dari yang sebelumnya secara
posterior menghadap sakrum. Rotasi internal penting dalam persalinan kecuali bila janin
berukuran sangat kecil. Saat kepala gagal berputar mencapai dasar pelvic, umumnya
kepala akan berputar selama satu atau dua kontraksi sebelumnya pada multipara. Pada
wanita nulipara, rotasi internal biasanya terjadi selama tiga sampai lima kontraksi
(Hart’s rule).
b. Bentuk panggul
panggul yang lebih panjang membuat kepala lebih mudah turun jika oksiput
16
c. Arkus pubis yang lebar
Selain itu, syarat terjadinya rotasi yang adekuat adalah kepala yang
mengadakan fleksi dengan baik, kontraksi uterus yang efisien, dan bentuk
midpelvik yang sesuai. Rotasi oksiput dapat gagal terjadi, malahan oksiput
persisten) atau rotasi yang terjadi hanya sedikit sehingga membuat oksiput tetap
2.2.5 Ekstensi
Setelah terjadi putar paksi dalam, kepala yang mengalami fleksi tajam akan
mencapai vulva kemudian kepala janin akan mengalami ekstensi. Bila kepala
mengalami fleksi tajam menuju dasar panggul tetapi tidak mengalami ekstensi, kepala
akan didorong lebih jauh kebawah dan akan menimpa bagian perineum dan akhirnya
akan dipaksa keluar melalui jaringan perinuem. Ketika kepala menekan dasar panggul,
terdapat dua kekuatan yang berperan penting. Kekuatan pertama merupakan kekuatan
yang diberikan oleh uterus yang bekerja lebih dominan secara posterior serta kekuatan
kedua adalah kekuatan yang diberikan oleh resistensi dari simfisis yang bekerja lebih ke
17
anterior. Resultan vektor ini akan menyebabkan pembukaan langsung vulva, sehingga
menyebabkan ekstensi kepala. Mekanisme ekstensi ini akan menyebabkan dasar dari
bagian oksiput secara bertahap semakin membesar. Kepala akhirnya lahir dimulai dari
oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu.melewati secara berurutan
margo anterior perineum. Segera setelah kepala lahir, kepala akan menunduk ke bawah
Bila pada awalnya oksiput berada pada arah kiri, oksiput akan berputar ke arah
tuberositas iskia sinistra. Namun bila pada awalnya oksiput berada pada arah kanan,
maka oksiput akan berputar ke arah kanan. Restitusi dari kepala ke posisi oblique
diikuti oleh rotasi eksternal atau putar paksi luar lengkap ke arah posisi transversal.
Gerakan putar paksi luar ini sesuai dengan rotasi dari badan janin dan menyebabkan
18
panggul. Sehingga salah satu bahu berada pada anterior di bawah simfisis dan bahu
simfisis pubis dan perineum segera mengalami distensi akibat bahu posterior. Setelah
bahu telah lahir, maka seluruh bagian tubuh lainnya dapat dengan mudah dilahirkan.
19
2.3 Malposisi Janin
Malposisi adalah posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
referensi.8
Jenis malposisi:8,9
posisi oksipitalis transversalis jika tidak ada kelainan panggul, his dan janin,
maka kemungkinan akan terjadi putar paksi dalam dan 45% ubun-ubun kecil ke
depan, 45% ke belakang dan hanya 5-10% tidak terjadi putar paksi dalam dan
disebut juga transverse arrest. Keadaan tranverse arrest terbagi menjadi dua
yaitu:
DTA terjadi jika kepala telah jauh turun kedasar panggul dimana sutura
dan tidak ada kemajuan penurunan kepala setelah ½ sampai 1 jam setelah
pembukaan lengkap.
20
2. Posisi oksipitalis posterior persisten
tidak ada kelainan panggul, his dan janin, dan hanya 8% yang menetap. Persalinan
akan berjalan lambat terutama pada akhir kala I dan selama kala II. Pembukaan
serviks mungkin tidak lengkap karena kepala tidak begitu baik dalam rongga
2.4.1 Definisi
Deep transverse arrest (DTA) didefinisikan sebagai tidak menurunnya atau berhentinya
kepala janin pada posisi transverse pada diameter ischial station "0" selama setengah
sampai satu jam meskipun kontraksi uterus yang baik.1 Posisi oksipital melintang ini
merupakan hasil akhir dari rotasi anterior yang tidak sempurna dari posisi oksipital
posterior atau karena tidak terjadinya rotasi dari posisi oksipital melintang. DTA sendiri
merupakan bagian dari malposisi, yaitu presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun
kecil tetap berada disamping atau dibelakang. Posisi ubun-ubun kecil (UUK) tetap
(POTP).8
2.4.2 Etiologi
kelainan panggul (spina ischiadika menonjol, sakrum datar, dinding samping panggul
konvergen), kontraksi uterus yang tidak adekuat, penggunaan obat anestesi epidural,
kelemahan otot dasar panggul atau gabungan dari hal-hal tersebut diatas.1,8
21
a. Keadaan panggul yang dapat menyebabkan deep transverse arrest adalah
panggul “funnel pelvic” atau panggul corong. Jenis panggul ini merupakan
kelainan panggul yang sering terdapat pada wanita kulit putih. Sesuai dengan
atau arkus pubis yang sempit). Tanpa adanya kelainan dan bentuk panggul, besar
mengalami rotasi menjadi posisi anterior. Pada panggul jenis android dan
platipelloid mungkin tidak terdapat ruangan yang cukup untuk rotasi oksiput ke
posisi anterior atau posterior. Pada panggul jenis platipelloid kepala janin
terhalang oleh sakrum dan diameter interspinosus yang sempit. Selain itu
kelainan panggul lain seperti otot dasar panggul lemah pada multiparitas, tidak
dengan spina ischiadika yang menonjol dengan diameter interspina <10 cm,
b. Disfungsi uterus hipotonik. Hal ini berhubungan dengan high transverse arrest .
60 mmHg. Pada saat relaksasi otot uterus tidak mengadakan relaksasi sampai 0
mmHg akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga tekanan didalam ruang
amnion masih terukur antara 6-12 mmHg. Hal ini disebabkan karena setiap
22
sesudah his, otot di korpus menjadi lebih pendek dari sebelumnya yang dalam
hipotonik, pada keadaan kontraksi uterus mempunyai pola gradien yang normal
(sinkron), namun dengan kenaikan tekanan yang sedikit pada saat his tidak
Tipe uterus ini terjadi selama fase aktif dari persalinan, yaitu sesudah servik
oksitosin.
c. Kelainan janin: janin kecil atau mati (kepala lunak), kepala janin kecil atau
2.4.3 Diagnosis
2. Kaput menonjol. Keadaan ini disebabkan rotasi internal kepala yang tidak
komplit. Oksiput berotasi melalui 1/8 lingkaran secara anterior dan sutura
3. Sutura sagittal teraba pada diameter transversal dengan fontanela pada sisi
23
Gambar 2.14 Diagram menunjukkan rotasi kepala pada keadaan tepat dan tidak tepat 8
2.4.4 Penatalaksanaan
Keadaan letak belakang kepala dengan ubun-ubun kecil melintang belum dapat menjadi
alasan untuk mengambil tindakan. Karena dapat dilakukan percobaan dengan posisi ibu
berbaring miring ke samping ke arah punggung anak. Jika kepala gagal mengadakan
rotasi spontan yang disebabkan oleh adanya disfungsi uterus hipotonik tanpa adanya
bunyi jantung anak dan kontraksi uterus dipantau secara ketat. 8-11
Kondisi fetus dan penilaian pelvis menjadi pedoman dalam menentukan manajemen
persalinan yaitu:2
1. Persalinan secara seksio sesarea jika ditemukan kondisi bayi besar maupun pelvis
yang tidak adekuat. Arrest pada deep transverse secara umum lebih sulit
penangannya dibanding pada posisi oksipito posterior dan juga lebih serius dari
arrest pada pintu atas panggul. Pada keadaan terakhir adanya disproporsi diketahui
pada awal persalinan dan persalinan dengan seksio sesarea dapat dilakukan ketika
keadaan masih baik. Tapi pada posisi deep transverse arrest, proses persalinan telah
24
jauh berjalan dan secara teknik seksio sesarea sulit dilakukan dan dapat
menyebabkan infeksi.
2. Persalinan pervaginam jika kondisi aman bagi bayi dan ibu, dilakukan dengan
beberapa metode:
Rotasi digital harus dilakukan ketika posisi oksiput transversal persisten atau
kelainan denyut jantung janin ditemukan pada persalinan kala dua. Biasanya
transversal oksiput kiri, telunjuk dan jari tengah tangan kanan operator
sepanjang tulang parietal. Rotasi berlawanan arah jarum jam digunakan. Setelah
kepala berputar ke posisi oksiput anterior (atau oksiput kiri anterior), jari
telunjuk dan jari tengah digunakan untuk menahan kepala janin di tempatnya
atau forsep diterapkan. Teknik serupa untuk posisi oksiput melintang kanan,
kecuali operator menggunakan tangan kiri dan rotasi dilakukan searah jarum
jam.12
Rotasi manual dapat dilakukan dengan cara Whole Hand Method yaitu seluruh
kanan melintang biasanya digunakan tangan kiri dan pada oksiput kiri melintang
biasanya digunakan tangan kanan. Setelah dua jari tangan membeberkan labia,
anterior.13
25
Rotasi dan ekstraksi dengan forsep kielland14,15
Forsep ini dirancang dan dinamai menurut Kielland (Kjelland) dari Norwegia
(Forsep rotasi, 1916). Di tangan seorang ahli, forsep ini menjadi instrumen yang
yang banyak digunakan adalah: (1) Dapat digunakan pada presentasi wajah atau
Blade harus dipegang di depan vulva dalam posisi yang aka n diangkat saat
dengan sisi letak oksiput. Pisau diberi tanda anterior dan posterior. Pisau anterior
(obsolete) (2) wandering dan (3) langsung. Indikasi forsep rotasi biasanya
digunakan pada DTA yang dalam dengan asynclitism pada kepala janin. Metode
kanan yang ditempatkan antara kepala dan rongga sakrum. Pegangan forsep
cukup terlatih sebelum digunakan secara mandiri. Yang perlu diperhatikan dari
pelaksanaan prosedur ini, pada janin: wajah memar, laserasi, kelumpuhan saraf
26
robekan sulkus perineum, robekan perineum lengkap. Episiotomi mediolateral
Digital
rotation
successful
Yes Tidak
Ya Tidak
Persalinan dengan
Persalinan sectio
bantuan
forsep/vakum sesarea
Gambar 2.15 Algoritma manajemen posisi oksiput transversal persisten atau posisi oksiput transversal
27
Gambar 2.16 Forsep Kielland8
Tarikan pada kulit kepala bayi dilakukan dengan membuat cengkraman yang
dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif. Mangkuk logam atau silastik akan
memegang kulit kepala yang kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi akibat
dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan) melalui seutas
rantai. Ada 3 gaya yang bekerja yang bekerja pada prosedur ini, pada prosedur
ini, yaitu tekanan intrauterin (oleh kontraks (oleh kontraksi), tekanan i), tekanan
ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan eksternal (tenaga mengedan) dan gaya
28
janin. Pada umumnya dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang
dapat dipasang.
dinaikkan -0,2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2 . Maksud
jalan lahir atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala
janin.
5. Bila perlu dapat dilakukan anestesi lokal, baik dengan cara infiltrasi maupun
Ibu jari dan jari telunjuk serta jari tangan kiri operator menahan mangkuk
supaya tetap melekat pada kepala janin. Selama ekstraksi ini, jari-jari
dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun kecil sudah berada dibawah
lahir.
29
Gambar 2.17 Metode ekstraksi vakum16
Ekstraktor vakum sudah menjadi instrumen populer yang dipakai pada pasien
dengan deep tranverse arrest dikarenakan keamanan serta mekanisme auto-rotasi dari
malposisi kepala janin. Sebagian besar penelitian klinis yang membandingkan antara
ekstraktor vakum dengan forcep mengemukakan bahwa ekstraktor vakum lebih unggul
karena tidak membutuhkan ruang kosong pada rongga pelvic lateral serta kurang
maternal mayor serta jarang terjadi mortalitas pada ibu akibat ekstraktor vakum. Efek
ekstraktor vakum pada janin terbatas antara cedera cranial minor seperti abrasi dan
Tidak ada bukti klinis dalam berbagai literatur yang mengemukakan bahwa
adanya efek jangka panjang ektraktor vakum dengan kerusakan neurologik. Cedera
kasus DTA tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.16 DTA sudah menjadi
indikasi untuk persalinan perabdominam pada 10 tahun terakhir. Sectio cesarean dapat
mengurangi morbiditas pada neonatal namun sectio cesarean memiliki risiko operasi
mayor. Angka kejadian asfiksia janin meningkat lebih signifikan pada pasien yang
dilakukan sectio secarea bila dibandingkan pasien yang dilakukan rotasi manual
30
2.4.5 Perkembangan Metode Persalinan
Di Asia, penelitian di RS Nehru India: persalinan dengan DTA dalam dekade 1970,
- Dekade 1970 banyak dipakai kielland forsep (44,4%), dan ditinggalkan pada
melakukan seksio sesarea, salah satunya DTA. Sebagai pola praktik saat ini sebagian
besar pasien telah meninggalkan persalinan per vaginam rongga tengah mendukung
operasi sesar mengingat manfaat bagi ibu dan janin dengan tingkat persalinan
pervaginam rongga tengah operatif tidak lebih dari 15%.1 Penelitian terbaru oleh
Agarwal (2020) yang dilakukan pada 308 primigravida dimana belum turunnya kepala
persalinan yang dilakukan 55,7% secara pervaginam dan 0,8% menggunakan bantuan
31
BAB III
KESIMPULAN
persalinan. Faktor-faktor tersebut adalah power/ kekuatan-kekuatan pada ibu berupa his
serta tenaga mengejan. passage/ jalan lahir yang terbagi menjadi dua yaitu bagian keras
mekanisme persalinan yang terjadi agar memungkinkan diameter terkecil bagian janin
yang menjadi presentasi dapat melewati rongga panggul dengan diameter dan kontur
yang bervariasi sehingga dihasilkan tahanan yang lebih kecil. Cardinal movement dari
persalinan terdiri dari adalah engangement, descent, flexion, putar paksi dalam (internal
Malposisi adalah posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai
titik referensi. Malposisi dibagi menjadi dua yaitu posisi oksipitalis transversalis
persisten serta posisi oksipitalis posterior persisten. Deep tranverse arrest merupakan
berhentinya kepala janin pada posisi transverse pada diameter ischial station "0" selama
setengah sampai satu jam meskipun kontraksi uterus yang baik. DTA dapat
32
DAFTAR PUSTAKA
33
13. Karen K. Malpresentation and cord prolapse. In: Current diagnosis and treatment
obstetrics and gynecology. 11th ed. Lange Medical Book. 2013
14. Patel RR, Murphy DJ. Forceps delivery in modern obstetric practice. Br Med J.
2004;328(7451):1302–5.
15. Cargill YM, MaeKinnon CJ, Arsenault MY, Bartellas E, Daniels S, Gleason T, et al.
Guidelines for Operative Vaginal Birth. J Obstet Gynaecol Canada.
2004;26(8):747–53.
16. Jain V, Guleria K, Gopalan S, Narang A. Mode of delivery in deep transverse
arrest. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 1993;43(2):129-135
17. Agarwall P, Shetty S. Clinical Study of Primigravida With Unengaged Head in
Labour at Term. International Journal of Women’s Health and Reproduction
Sciences. 2021;9(2):100–104
18. Rana A, Amatya A, Gurung G, Maharjan N, Shakya YR. Deep transverse arrest:
Cent percent advocacy of caesarean yet without morbidity. Nepal J Obstet
Gynaecol. 2015;1(1):18–22.
19. Caughey AB, Sharshiner R, Cheng YW. Fetal Malposition: Impact and
Management. Clin Obstet Gynecol. 2015;58(2):241–5.
20. Aiken AR, Aiken CE, Alberry MS, Brockelsby JC, Scott JG. Management of fetal
malposition in the second stage of labor: A propensity score analysis. Am J Obstet
Gynecol [Internet]. 2015;212(3):355.e1-355.e7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajog.2014.10.023
34