Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

A. Definisi Jathilan

Jathilan adalah kesenian daerah yang juga sering disebut Jarang Kepang, Jaranan, Kuda
Lumping, dan lain-lain. Jathilan berasal dari kata “Jarane Jan Thil-Thilan Tenanan” dalam bahasa
jawa, yang dalam bahasa Indonesia berarti kudanya benar-benar bergerak tak beraturan. Jathilan
merupakan tarian yang dimainkan 1 orang atau lebih menggunakan properti berupa kuda-kudaan
yang terbuat dari anyaman bambu.

Pada mulanya dipentaskan di dusun-dusun dan desa-desa untuk menghibur rakyat dan
menyemangati rakyat dalam melawan penjajah. Ada juga yang berpendapat bahwa Jathilan juga
dipentaskan sebagai perwujudan rasa syukur terhadap tuhan atas hasil panen dan kemanan. Di
salah satu versi, Jathilan di sejarahkan menceritakan tentang perjuangan Raden Patah yang dibantu
Sunan Kalijaga dalam melawan penjajah. Ada juga versi yang mengatakan bahwa Jathilan
merupakan cerita tentang Panji Asmarabangun yaitu putra dari kerajaan Jenggala Manik.

Jika melihat unsur gerakan dalam Jathilan, ada juga yang meggambarkan bahwa Jathilan
merupakan berbagai macam problem dalam hubungan masyarakat antara pekerja dan kaum
masyarakat kelas atas. Kelas pekerja diwakili oleh penari kuda yang digambarkan tanpa aturan, dan
tidak berhenti bergerak. Gerakan itu adalah Pacak Golu (Kepala bergersk ke kiri dan ke kanan),
berguling bahkan bergerak nagwur yang menggambarkan pekerja yang tidak diberi upah bahkan
waktu untuk istirahat sehingga pekerja tersebut memberontak dan terpancing emosinya.
Disekitarnya, pria dengan cemeti mengawasi segala tindakan para kuda yang digambarkan tokoh
yang sedikit jumlahnya, tidak urakan dan memiliki otoritas. Kesan ini dimunculka dengan tata roias
dan busana yang digunakan berdominasi warna hitam dan merah. Biasanya penari menggunakan
gelang kaki yang berbunyi apabila digerakkan, gelang kaki tersebut dinamakan gongseng. Mereka
terus berputar di antara para kuda dan sesekali melecutkan cemeti untuk memperingatkan para
kuda. Dalam pementasan nya, Jathilan diiringi oleh gabungan alunan music gamelan yang berupa
kedang, kenong, gong, dan slompret sebagai tambahan. Gabungan suara-suara alat musik tersebut
mempengaruhi tempo gerakan para penari. Dari awal gerakan yang menggunakan tempo yang
lambat, kemudian semakin lama semakin menanjak sampai alunak musik yang dilantunkan
membuat para penari melewati alam bawah sadar yang membuat mereke kerasukan.

Pada saat kerasukan, para penari Jathilan sering melakukan hal-hal mustahil yang tidak
sewjarnya dilakuka oleh manusia. Seperti contoh mereka memakan paku, pecahan kaca, bunga,
ayam mentah, dan lain-lain. Hal itu membuktikan bahwa tarian Jathilan melibatkan magis dan
makhluk yang tidak bisa dilihat manusia. Disinilah keunikan Jathilan yang menunjukkan bahwa di
dunia ini tidak hanya manusia, hewan dan tumbuhan yang ada, namun ada makhluk-makhluk yang
tidak bisa kita jangkau dengan mata kita, oleh karena itu kita idak boleh gegabah melakukan
apapun.

Alasan mengapa kuda yang dijadikan properti adalah dalam filosofi Jawa, kuda melambangkan
kekuatan, kepatuhan dan sikap pelayanan dari kelas pekerja. Ini memberikan pelajaran kepada kita
bahwa kekuatan yang paling hebat dalam dunia ini adalah kesabaran dan kedisplinan.
B. Cara Melestarikan Jathilan

Telah kita ketahui bahwa Jathilan sekarang sudah mulai ditinggalkan, tentu merupakan hal
yang sangat buruk apabila hal ini terus-menerus terjadi. Pada dasarnya cara yang paling ampuh
untuk melestarikan tarian ini adalah dimulai dari diri kita sendiri. Apabila kita sadar bahwa jathilan
itu ditinggalkan, maka kita harus mencoba mengapresiasi, dari dalam diri kita sendiri dulu kita
mencoba untuk mencari tahu, mengenali dan mencoba untuk mendalami tarian tersebut. Agar kita
bisa mengerti hal-hal apa saja yang menarik dalam tarian ini. Telah dijelaskan di poin A bahwa ada
banyak maksud dan versi-versi Jathilan, cara kita melestarikan adalah dengan cara menggali kembali
apa saja yang ada didalam Jathilan itu dan bagaimana Jathilan itu. Semakin banyak wawasan yang kit
dapat akan semakin kita merasa bahwa kita itu tidak mengerti apa-apa. Oleh karena itu jangan
menyerah belajar.

Setelah kita mempelajari, mengapresiasi dan mendalami Jathilan. Disaat itulah saat yang tepat
untuk kita mengenalkan, mempromosikan, mengkampanyekan Jathilan kepada orang lain di sekitar
kita, kepada saudara-saudara kita. Dan mengajak mereka melestarika Jathilan.

C. Cara Mempopulerkan Jathilan

Sudah dikatakan di poin B bahwa jika ingin melestarikan Jathilan kita harus mengenalinya, baru
mengenalkan ke orang lain, lalu dengan cara apa kita mengenalkan itu?

Pada zaman sekarang budaya barat mudah masuk ke Indonesia karena derasnya arus
eksploitasi teknologi, maka kita juga bisa memanfaatkan hal itu. Kita bisa memanfaatkan dunia maya
atau internet untuk mempromosikan Jathilan. Selain itu masyarakat juga menyukai hal-hal yang
berbau modern, maka kita juga harus bisa mempersatukan Jathilan dengan modernisasi, seperti
menampilkan nya menggunakan panggung drama yang megah, menciptakan pagelaran-pagelaran
Jathilan di daerah daerah. Dan menjadikan Jathilan sebagai suatu tarian yang tidak terkesan kaku
dengan kreasi-kreasi baru. Kita juga bisa membuat sanggar-sanggar tari Jathilan di beberapa daerah
untuk menghimpun orang-orang yang ingin mempelajari Jathilan.

D. Memperkenalkan Jathilan Kepada Kaum Muda

Generasi muda adalah generasi yang amat sangat bersemangat, mudah terpengaruh dan
sebenarnya memiliki semangat yang membara, namun mereka mudah bosan dan suka dengan hal-
hal yang baru dan menarik. Mereka selalu mencari sesuatu yang berbeda, baru, dan bisa dianggap
keren tanpa memikirkan sesuatu itu bagus atau tidak untuk mereka.

Jathilan adalah salah satu jenis tarian tradisional yang di pentaskan dengan sistem yang
lumayan monoton. Oleh karena itu kita harus membuat kreasi-kreasi baru supaya Jathilan bisa
diminati kaum muda. Bisa dengan memanajemen pementasan Jathilan yang bertema modern,
menggabungkan Jathilan dengan drama, dan membuat souvenir-souvenir Jathilan. Termasuk juga
kita harus memperkenalkan Jathilan kepada mereka dengan mementaskan Jathilan di acara-acara
sekolah, universitas dan perkumpulan.

Generasi muda suka membuat suatu komunitas-komunitas. Kita bisa memanfaatkan itu dengan
membangun komunitas-komunitas Jathilan di wilayah-wilayah Indonesia dan menghimpun anggota
sebanyak-banyaknya. Agar mereka tidak bosan mereka harus diajak berfikir kreatif dan
mengkreasikan Jathilan kedalam berbagai hal. Seperti membuat pertunjukan Jathilan di acara desa,
berwirausaha dengan membuat kerajinan-kerajinan yang bertemakan Jathilan dan memasarkannya
di dunia maya atau Online Shop .

Generasi muda suka dengan belanja dan pakaian yang tren. Kita tidak harus selalu membuat
souvenir Jathilan dengan image yang magis. Kita bisa membuat gambar-gambar emotikon yang lucu
tentang Jathilan, membuat maskot-maskot tentang Jathilan. Sehingga mereka tidak berprasangka
buruk tentan Jathilan, dan Jathilan mereka anggap sesuatu yang modern. Kaum anak-anak juga
sering takut apabila diadakan pertunjukan Jathilan. Maka kita harus menyetting pertunjukkan
Jathilan untuk anak-anak dan membuat animasi-animasi yang ditayangkan di televisi sehingga anak-
anak akan bersahabat dengan Jathilan. Kita juga bisa membuat mainan-mainan yang diminati anak-
anak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jathilan adalah kesenian tradisional daerah jawa yang berupa tarian menggunakan properti
kuda yang disebut jaran dalam bahasa jawa yang terbuat dari anyaman bambu.

Bila kita ingin melestarika Jathilan terlebih dahulu kita harus mempelajari apa Jathilan itu lalu
mulai memperkenalkan kepada masyarakat.

Cara mempopulerkan Jathilan adalah dengan cara menyantumkan modernisasi dan teknologi di
dalam Jathilan, juga kita harus sering menayangkan Jathilan ke dalam media massa.

Untuk membuat generasi muda mengenal Jathilan, kita harus bisa mengubah main set

Anda mungkin juga menyukai