Anda di halaman 1dari 3

Budaya Etika Baik ber-Media Sosial

o MS Muhamad Saleh

o 24 Jul 2021 11.57 WIB

#WritingCompetitionDigitalBisa #DigitalBisa #UntukIndonesiaLebihBaik

Perkembangan dunia yang pesat membuat semua orang bergerak dan melakukan segala
aktivitasnya di dunia digital. Tak terkecuali kegiatan bersosial seperti mengobrol dan bertatap
muka dengan aplikasi seperti Umeet dari Telkom. Adanya aplikasi seperti itu dan media
sosial lainnya sudah menjadi kebutuhan setiap manusia. Bisa dipastikan bahwa semua orang
yang memiliki telepon pintar mempunyai minimal satu akun media sosial. Dengan media
sosial kita dapat terhubung dengan orang lain baik yang sudah kita kenal sebelumnya maupun
tidak.

Media sosial merupakan tempat berinteraksi antar pengguna dari berbagai daerah dalam
maupun luar negri. Pada proses interaksi seharusnya memiliki etika karena etika menjadi
salah satu alat kontrol untuk melakukan suatu tindakan maupun perkataan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Etika juga merupakan ajaran tentang baik-buruk yang diterima umum
tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika membahas tentang tingkah laku
manusia dipandang dari segi baik dan buruk. Etika menyangkut dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia. Di Indonesia, etika kehidupan
berbangsa sebagai konsep nilai moral diatur pada TAP MPR No. VI/MPR/2001 sebagai
rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang tersermin dalam Pancasila
sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan
berbangsa. Etika yang baik itu telah diupayakan untuk dibentuk melalui program pemerintah
Pendidikan karakter. Kegiatan itu perlu dilakukan di sekolah, rumah dan masyarakat dengan
menjaga keselarasannay untuk menjamin keefektivitasnya. Etika baik yang bisa dikaitkan
dengan Pancasila yang sesuai pada TAP MPR No. VI/MPR/2001, sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Di Indonesia terdapat 6 agama yaitu Islam, Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu. Dalam berkomunikasi di media sosial, kita
tidak berhak menghina agama lain yang buka agama kita.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Berlaku adil kepada sesama, saling
menghormati segala bentuk perbedaan dengan adab dan etika yang baik.
3. Persatuan Indonesia. Indonesia memiliki semboyan "Bhineka Tunggal Ika" yang
berarti berbeda-beda namun tetap satu jua. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku
bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang beraneka ragam. Dengan hal
tersebut kita harus saling menghormati budaya lain, membanggakan satu sama lain,
dan mengagungkan budaya sendiri tanpa harus menjatuhkan budaya yang lain.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Permusyawaratan Perwakilan.
Setiap warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Maka dalam menggunakan sosial media,
ketika pendapat kita berbeda dengan pendapat orang lain kita harus menghargainya,
seperti contoh pada pemilu harus menciptakan suasana "LUBERJUDIL" yaitu
Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, Adil.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam bersosial media kita harus
menghormati hak orang lain, mengembang kan sikap adil terhadap sesama, dan
menghargai hasil karya orang lain.

Negara Indonesia yang terletak dibagian timur dunia, menjadikan budaya dan corak
ketimuran menjadi identitas masyarakat Indonesia. Negara yang kental akan keramahannya
dan sopan santun dalam bergaul maupun berpakaian. Menurut Horton dan Hunt, budaya
adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota
suatu masyarakat. Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, keyakinan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, semua kemampuan dan kebiasaan. Bangsa timur juga sangat
menjunjung tinggi budaya yang merupakan nilai-nilai atau norma-norma yang tumbuh di
lingkungan masyarakat, seperti kesopanan atau tata krama yang merupakan salah satu ciri
dari masyarakat Indonesia. Baik dirumah maupun disekolah, kita selalu diajarkan untuk
berlaku sopan dan bertika yang baik. Pemerintah juga mendukung hal tersebut dengan adanya
program Pendidikan karakter yang mengacu pada Desain Induk Pembangunan Karakter
Bangsa tahun 2010-2025. Budaya tersebutlah yang membuat dunia internasional mengakui
bahwa negara Indonesia sebagai destinasi wisata yang penuh dengan ramah tamah dan sopan
santun. Dari penjelasan diatas, etika baik di Indonesia sudah bisa dikatakan sebagai budaya
masyarakat Indonesia.

Di Indonesia, luasnya jangkauan media sosial terkadang membuat kita lupa akan adab dalam
berkomunikasi dengan baik. Sudah sering kita jumpai dalam bermedia sosial
terdapat Netizen yang dengan mudahnya saling menghina baik pribadi, suku, atau bahkan
agama. Melihat realitas yang ada pada dunia digital khususnya media sosial, tentu kontras
dengan Pendidikan karakter yang telah dicanangkan oleh pemerintah serta pengakuan sebagai
destinasi wisata yang ramah pada Indonesia. Hasil riset tingkat kesopanan dalam bermedia
sosial yang dilakukan oleh Microsoft yang dimuat pada laporan Digital Civility Index (DCI)
tahun 2020 menempatkan Indonesia pada urutan ke-29 dari 32 negara. Hasil tersebut
menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kesopanan dalam bermedia sosial
terendah di Asia Tenggara. Laporan tersebut menjelaskan bahwa terdapat tiga risiko utama di
dunia digital yang dihadapi warga Indonesia, yaitu Hoax and scam, Hate Speech,
dan Discrimination.
Sosialisasi konten yang telah diadakan oleh telkomsel berkaitan dengan beretika baik di dunia
digital terutama media sosial sudah sering dilakukan. Hal ini sangat mendukung untuk
membangun kembali identitas budaya bangsa Indonesia yang selama ini telah dikenal dunia.

Anda mungkin juga menyukai