Anda di halaman 1dari 2

Kasus dugaan penghinaan yang dilakukan seorang filsuf,

akademisi, dan intelektual publik Indonesia berinisial


RG terhadap Presiden Joko Widodo kini resmi diambil alih
oleh Bareskrim Mabes Polri.
RG dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas dugaan
penghinaan Presiden Joko Widodo melalui orasinya dalam
acara Konsolidasi Akbar Aliansi Aksi Sejuta Buruh di Bekasi
pada Sabtu 29 Juli lalu. Potongan video ucapan RG tersebut
viral di media sosial hingga menimbulkan keonaran.
Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri
Brigjen Djuhandani Rahardjo Puro mengatakan bahwasanya
RG akan diperiksa dalam kasus ini setelah pemeriksaan saksi
selesai.
Sejauh ini, total sudah ada 50 orang saksi dan 5 ahli yang
diperiksa dari 26 laporan yang diterima di Bareskrim Polri
maupun Polda jajaran. Di sisi lain, Djuhandani menyebut
pemeriksaan terhadap RG juga akan dilakukan setelah pihaknya
menerima hasil laboratorium atas bukti-bukti yang ada.
Muncul dua masalah yang saling tumpang tindih dalam
kasus ini yakni mengenai Pasal 240 ayat (1) KUHP menyatakan,
Setiap Orang yang Di Muka Umum dengan lisan atau tulisan
menghina kekuasaan umum atau lembaga negara dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam)
Bulan atau pidana denda paling banyak kategori II. Hal ini
kemudian dibantah oleh Pakar Hukum DNT Lawyers, Boris
Tampubolon yang menganggap bahwa kasus ini adalah delik
aduan. Adapun ketentuan delik aduan itu tertuang dalam Pasal
72 Ayat 1 (KUHP). Yang berbunyi, selama orang yang terkena
kejahatan yang hanya boleh dituntut atas pengaduan. Sehingga
menurutnya, laporan tersebut tidak tepat apabila pelapor bukan
merupakan korban.
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU)
Jawa Timur Abdussalam Shohib menilai sudah sepatutnya
lembaga penegak hukum fokus pada kasus yang lebih besar
ketimbang ucapan RG. Beliau juga berpandangan lebih baik
kasus korupsi yang lebih diprioritaskan karena sangat merugikan
dan menghambat kemajuan. Bagi beliau, pernyataan RG yang
jadi polemik itu tidak akan menjatuhkan marwah Jokowi sebagai
individu maupun kepala negara.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menegaskan ucapan yang
diutarakan RG kepada Jokowi tergolong tak sopan. Sehingga
beliau menghimbau kepada seluruh warga NU untuk tidak
meniru tidak melakukan hal yang sama kepada siapapun.
Sejauh ini RG juga telah meminta maaf karena telah
membuat kegaduhan serta perselisihan antar berbagai kelompok
atas ucapannya. Begitu pula bagi Presiden Joko Widodo yang
menganggap kritikan RG adalah hal yang sepele. Sehingga
beliau memilik untuk lebih fokus bekerja.

Anda mungkin juga menyukai