Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN AMDAL

Proyek Pembangunan Pabrik Gula di Tenggarang, Bondowoso

1.1 Latar Belakang


 Letak lokasi yang stategis dengan akses jalan yang mudah yaitu jalan Bondowoso –
Situbondo
 Bertambahnya lahan tebu di wilayah sekitar akibat alih fungsi lahan menyebabkan
melimpahnya hasil panen tebu yang kemungkinaan terlambat untuk diserap oleh PG
Pradjekan dan PG Glenmore
 Efisiensi waktu dalam proses giling tebu yang kurang terpenuhi oleh PG. Pradjekan
sehingga muatan tebu bisa dialihkan ke PG baru agar lebih efisien.
 Peningkatan produktivitas dan permintaan gula nasional
 Melimpahnya SDM yang ada di kawasan Tenggarang
 Dampak yang ditimbulkan adalah munculnya polusi udara, bunyi, bau, pencemaran
tanah dan air.
 Resiko yang ditimbulkan dari pembangunan pabrik adalah munculnya berbagai
masalah dari aspek kesehatan, sosial, dan lingkungan.
1.2 Maksud dan Tujuan
 Memenuhi kebutuhan produksi gula nasional
 Mengantisipasi antrean yang panjang di penggilingan tebu PG pradjekan yang
panjang dan sering kali menyebabkan kemacetan
 tebu dapat segera digiling tanpa antri panjang
 Meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar dengan adanya lapangan pekerjaan
baru
1.3 Deskripsi kegiatan
 Batasan wilayah untuk pembangunan pabrik gula di daerah tenggaranh bondowoso
seperti batas proyek yaitu dimana rencana pembangunan pabrik gula akan dilakukan
pada area persawahan desa tangsil dengan luasan 8,5km² atau 850 hektar, Kecamatan
tenggarang, kabupaten bondowoso yang dari sini dapat dianalisis dampak yang
terjadi.
 Batas ekologis mencakup udara dan air yang dimana aktivitas pabrik tentunya akan
berdampak terhadap udara sekitar seperti polusi udara, suhu sekitar semakin
meningkat karena adanya pembangunan pabrik gula tebu baru. air kita perlu
mengetahui sumber mata air yang ada disekitar pabrik untuk membatasi kegiatan apa
yang boleh menggunakan sumber air dan tidak boleh terutama tidak membuang
limbah pada sumber mata air agar tidak terjadi pencemaran air.
 Batas administrasi pabrik gula tenggarang yaitu
batas utara: Jalan Raya Bondowoso - Situbondo
batas timur :Jalan desa Tangsil
batas selatan : Kecamatan Pujer
batas barat : Jalan Perikanan
 Perluasan jalan masuk desa tangsil untuk memudahkan truck keluar masuk pabrik
serta penyediaan parkir truk yang luas untuk antrian penggilingan.
 Batas waktu konstruksi berkisar 3-4 tahun dan tahap operasional sekitar 60 tahun.
 mensurvey lokasi jalan untuk truck dan tempat antrian agar tidak terlalu panjang.
 melakukan survey pada lokasi pembangunan dan mendata hal apa saja yang perlu
disiapkan dan bagian mana yang perlu diperbaiki agar lahan menjadi datar. Kontur
tanah yang tidak rata perlu diberikan input lumayan besar agar lahan menjadi datar
dan memudahkan saat pengerjaan pembangunan.
 mensurvey akses jalan kendaraan saat pengangkutan dan saat akan masuk untuk
digiling sebaiknya tidak pada wilayah yang sempit
 mendata dampak yang akan terjadi kedepannya bagi warga sekitar maupun bagi
lingkungan dan memaparkan kepada warga agar juga mengetahui dampaknya.
 melakukan proses pembangunan sesuai dengan arahan saat pra konstruksi
 membangun pabrik gula sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan agar tidak ada
sengketa di akhir.
 menggunakan operasional yang memadai
 tebu dapat diproses dengan baik tanpa antrian yang panjang dan kebutuhan gula
dapat terpenuhi.
 banyak dampak yang dapat ditimbulkan seperti jalan rusak karena selalu dilalui truk
bermuatan tebu, polusi kendaraan dan pabrik, debu yang berterbangan sehingga
mengganggu kesehatan masyarakat sekitar.

1.4 Rona Awal


Lingkungan yang akan dibangun menjadi PG tenggerang merupakan lahan persawahan
dan pemukiman desa tangsil. Pada lahan tersebut dibudidayakan tanaman tebu, padi,
sengon, pisang dan jagung. Daerah pemukiman yang kemungkinan akan direlokasi
adalah desa tangsil wetan dan tangsil kulon. Kegiatan pembangunan pabrik gula
tenggarang memerlukan amdal karena terdapat beberapa bagian wilayah yang terdampak
dan proyek akan dilaksanakan dengan jangka 3-4 tahun dan waktu operasi 60 tahun,
dengan hal tersebut tentunya perlu perencanaan yang matang dan proses konstruksi harus
maksimal maka dari itu bagian area yang tidak datar diberikan input yang lumayan besar.
Rona awal lingkungan pabrik gula Tenggarang meliputi Geologi ,fisik, kimia, biologi,
sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat.

a. Komponen Geo-Fisik-Kimia
 Iklim Wilayah
kecamatan tenggarang beriklim tropis dengan tipe iklim muson tropis (Am) dan
memiliki dua musim sebagai akibat dari pergerakan angin muson, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau.
 Kualitas Udara
Data kualitas udara diperoleh dengan pengukuran secara langsung di dua tempat
dengan menggunakan impinger dan dust sampler. Dan berdasarkan hasil
pengukuran kualitas udara di lokasi kegiatan dan lokasi sekitarnya kualitas udara
masih tergolong baik, hal ini ditunjukkan oleh hasil pengukuran kualitas udara
tidak ada parameter yang diukur melampaui baku mutu udara ambien.
 Tingkat Kebisingan
Data kebisingan yang diperoleh melalui pengukuran secara langsung dengan
menggunakan sound level meter. Yang dimana hasil dari pengukuran kebisingan
di lokasi kegiatan (tapak proyek) memperlihatkan bahwa tingkat kebisingan
masih memenuhi baku mutu.
 Topografi
1. Kecamatan Tenggarang terletak di dataran rendah hingga dataran tinggi,
sehingga memiliki variasi topografi yang beragam.
2. Bagian utara kecamatan ini cenderung lebih datar, sementara bagian selatan
lebih berbukit dan bergunung.
 Sungai
Sungai yang ada di kecamatan Tenggarang yaitu sungai Tenggarang yang
bermuara pada Bendungan Sampean Baru, Kali Tapen, Bondowoso.
 Geografi
Tanah disekitar lahan yang akan dibangun pabrik termasuk lahan persawahan
yang cenderung bertekstur gembur dan tidak cocok untuk konstruksi sehingga
perlu adanya penimbunan tanah agar tanah menjadi padat.
b. Ekonomi
mayoritas penduduk desa tangsil bermata pencaharian sebagai petani dengan
komoditas pangan dan perkebunan yang meliputi komoditas tebu, padi, jagung,
sengon dan pisang. Selain itu, banyak dari penduduk desa tangsil mengelola umkm
produksi kerupuk pattola yang berkembang sehingga desa tersebut dijuluki kampung
pattola.
c. Sosial Budaya
Masyarakat desa tangsil mayoritas berasal dari suku madura dengan bahasa sehari
hari adalah bahasa madura dan mayoritas memeluk agama islam. Budaya yang masih
melekat pada masyarakat desa tangsil adalah gotong royong.
d. Kesehatan masyrakat
Kawasan desa tangsil merupakan kawasan pertanian yang memiliki kondisi
lingkungan yang asri dan sejuk serta belum banyak polusi udara yang terjadi.

Kelompok 5

Ahmad Yunus Wilujeng 211510801006

Sean Zheva Danuartha 211510801013

Febri Anggraini 211510801014

Tus Damar Mukromiin 211510801027

Rendra Dhimas Agusti 211510801030

Anda mungkin juga menyukai