Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN AGAMA

MENGANALISA PERMASALAHAN KEAGAMAAN YANG ADA DI


PERGURUAN TINGGI SECARA UMUM

DOSEN PENGAMPU:

Arsyadani Mishbahuddin, M.Pd.I

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

NAMA ANGGOTA:

1. Ayudia Martnice (D1E023059)


2. Afifah Nabila Rahmadhina (D1E023003)
3. Muhammad Christiano (D1E023)
4. Jopandu Ilham Prasetio (D1E023
5. Ikbal Maulana (D1E023
6. Mutia (D1E023)
7. Sheisa Putri Faisal (D1E023083)
8. Septia Deriska (D1E023
9. Duamaiyanti Putriani (D1E023
10. Wike Dyah Setyowati (D1E023

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU 2023
Permasalahan Keagamaan Yang Ada Di Perguruan Tinggi Secara Umum

1. Kurangnya antusiasme mahasiswa terhadap pembelajaran pendidikan agama di


bangku perkuliahan.

Sering kali terjadi di bangku perkuliahan, saat jam mata kuliah Pendidikan agama sedang
berlangsung, mahasiswa tidak fokus terhadap dosen dan pelajaran yang sedang diterangkan.
Kebanyakan para mahasiswa sibuk dengan kegiatan nya masing-masing. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan hal ini terjadi, diantaranya:

1) Pembawaan dosen yang terlalu serius dan monoton.


2) Kurangnya kesadaran diri mahasiswa tentang pentingnya pembelajaran yang sedang
berlangsung.
3) Niat yang belum sepenuhnya terbentuk.
4) Penyalahgunaan handphone dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Padahal, pelajaran pendidikan agama bertujuan untuk mendidik karakter mahasiswa agar
menjadi pribadi yang mempunyai karakter yang baik, paham ilmu, dan tidak mudah
terjerumus hal-hal yang sesat.

2. Mahasiswa melewatkan waktu beribadah.

Aktivitas sehari-hari Mahasiswa sering sekali tidak teratur, Mahasiswa kebanyakkan sering
melewatkan bahkan melupakan waktunya untuk beribadah. Padahal pada dasarnya, manusia
itu harus memiliki keseimbangan hidup antara kesehatan jasmani dan rohani. Namun tanpa
disadari, mahasiswa terlalu memprioritaskan aktivitas yang dianggap mereka suatu hal yang
penting. Karena terlalu fokus terhadap aktivitas yang padat, membuat mahasiswa menjadi
mager/malas bergerak untuk meluangkan waktunya beribadah.

Seorang Mahasiswa banyak yang jauh dari orang tua dikarenakan mahasiswa merantau di
luar kota. Tinggal jauh dari orang tua dan keluarga bukan berarti dapat hidup dengan bebas
semaunya sendiri dengan mengabaikan kewajiban utamanya seperti untuk belajar dan
menjalankan ibadah dengan disiplin.

Tidak jarang, karena bermukim jauh dari orangtua membuat mahasiswa merasa bebas
dengan mengabaikan kewajibannya untuk beribadah. Kondisi tersebut dapat terjadi karena
tidak adanya kontrol langsung dari keluarga. Selain itu juga, mahasiswa kadang bahkan
sering melupakan ibadah karena tidak ada yang mengingatkan kepada kita dan teman-teman
sekitar kita kurang memperhatikan dan memberitahu supaya tidak lupa untuk beribadah.
Ajakan dan niat yang kurang baik bisa menjadi faktor penyebab malas dan melewatkan
waktu untuk beribadah.
3. Keanekaragaman pemahaman agama

4. Ekstremisme dan Radikalisme

Paham radikalisme, intoleransi dan terorisme tidak hanya menjangkiti kalangan-kalangan


dewasa atau organisasi garis keras saja, tetapi juga telah menyusup ke dunia pendidikan
khususnya sekolah dan perguruan tinggi. Sebuah institusi pendidikan yang diharapkan
menjadi tempat yang netral dan bebas dari pemahaman-pemahaman yang cenderung ekstrim,
akhirnya menjadi terpapar oleh ideologi-ideologi sesat yang dapat berakibat fatal bagi
stabilitas dan keamanan negara. Penduplikasian ideologi yang terbilang sangat mudah karena
sasaran yang dituju (mahasiswa) masih begitu polos layaknya selembar kertas putih yang
belum ternodai, tentu akan sangat memuluskan langkah aktor – aktor teroris menyebarkan
propaganda yang bertentangan dengan ideologi negara dan Pancasila..

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga melaporkan hasil survei terkait
radikalisme. Menurut data BNPT, sebanyak 39 persen mahasiswa di 15 provinsi di Indonesia
yang menjadi responden terindikasi tertarik kepada paham radikal. Hasil survei tersebut
menguatkan dugaan bahwa generasi muda adalah target penyebaran radikalisme dan kampus
rentan menjadi tempat penyebarannya. Selain itu Menristekdikti M. Nasir mengatakan telah
melihat potensi radikalisme di kalangan mahasiswa pada saat ini.Hal tersebut mendesak
pemerintah untuk perlu melakukan upaya pencegahan agar paham radikalisme tidak merebak
luas. Menristek Dikti Muhammad Nasir juga mengingatkan bahwa penyelenggara perguruan
tinggi diharapkan berperan dalam mencegah tumbuhnya paham radikalisme .Para peneliti
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa pengaruh paham dan
ideologi radikal semakin merisaukan karena gerakan militan marak berkembang di kalangan
kelompok strategis, terutama mahasiswa.

5. Adab dan Etika

Penggunaan tutur kata yang kurang baik saat berkomunikasi dengan lawan bicara seperti
berbicara dengan dosen maupun sesama mahasiswa. Banyak mahasiswa enggan menyapa
dosen saat berpapasan dengan dalih mereka menganggap dosen tersebut tidak mengenali
karena banyak mahasiswa yang diajar.

Beberapa solusi yang dapat diimplementasikan

1.

2. Sebagaimana telah dijelaskan bahwasannya ada beberapa faktor yang mempengaruhi


mahasiswa melewatkan waktu dalam beribadah, sebagai umat beragama hendaknya kita siap
memiliki kesiapan untuk menjalankan perintahnya dan menjauihi larangannya, masih ada
harapan untuk para mahasiswa berubah kuncinya adalah diri sendiri. Hendaknya kita
memahami kedudukan dan keutamaan shalat dalam islam serta memiliki kesadaran untuk
melakukan yang baik dan benar serta takut akan azab Tuhan Yang Maha Esa

3.

4. - Melakukan penyuluhan tentang bahayanya radikalisme, di lingkungan kampus.

- Mempelajari agama secara benar sesuai dengan metode yang sudah ditentukan oleh para
ulama Islam dan mendalami esensi agama agar menjadi muslim yang bijaksana tidak hanya
literasi tanpa bimbingan

- Tanamkan jiwa nasionalisme dan kecintaan terhadap NKRI

- Dan adapun solusi yang di berikan negara yaitu membuat UU.15 tahun 2003 yang berisi
tentang pemberantasan tindak pidana terorisme

5.

Anda mungkin juga menyukai