Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN YURIDIS ATAS PERDAGANGAN INTERNASIONAL DENGAN

MENGGUNAKAN PEMBAYARAN LETTER OF CREDIT (L/C)

Suci Nurfadila 1 Rani Apriani2


Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang
Email : 2010631010040@student.unsika.ac.id

ABSTRAK
Permasalahan yang sering muncul dalam transaksi perdagangan internasional adalah
berkenaan dengan cara pembayaran. Hal ini dikarenakan penjual dan pembeli tidak berada pada
tempat yang sama, dan perbedaan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah negara masing-
masing. Salah satu cara pembayaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah Letter
of Credit (L/C). Oleh karena itu, penelitian hukum ini bertujuan mengetahui hubungan hukum
para pihak yang terkait dalam penerbitan L/C dan memberikan pertimbangan-pertimbangan
penggunaan L/C sebagai cara pembayaran transaksi perdagangan internasional di ASEAN
Economic Community. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ditemukan bahwa
hubungan hukum antar pihak dalam transaksi perdagangan internasional dengan menggunakan
L/C terkait dengan proporsi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Pembayaran dengan
menggunakan L/C merupakan cara yang paling aman dan memberikan kepastian kepada kedua
belah pihak dikarenakan adanya jaminan pembayaran dari importir kepada eksportir.
Penggunaan L/C diprediksi akan terus meningkat seiring dengan dilaksanakannya ASEAN
Economic Community. Berkaitan dengan hal tersebut, L/C sangat cocok dipilih dan diterapkan
sebagai pembayaran ketika tingkat kepercayaan di antara eksportir dan importir rendah dan
dampak untuk dirugikan itu tinggi. Letter of Credit (L/C) merupakan salah satu alat transaksi
pembayaran yang sudah lazim dilakukan dalam perdagangan internasional. Di Indonesia, L/C
diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/34/ULN Tanggal 17 Desember 1993. Sesuai
dengan Pasal 6 (c) UCP 500 bentuk L/C itu harus dengan tegas dinyatakan bahwa kredit itu
revocable atau irrevocable, dalam hal tidak ada ketegasan maka akan dianggap irrevocable dan
pihak ketiga yang dimaksud adalah bank devisa. Dalam perdagangan internasional khususnya
kontrak jualbeli, pelaksanaan L/C merupakan satu kesatuan transaksi sedangkan dari sudut
hukum pelaksanaannya L/C terpecah menjadi beberapa kontrak yang terpisah, karena L/C
tersebut merupakan suatu kontrak yang independent (mandiri) seperti yang tercantum dalam
article 3 (a) UCP 500 artinya para pihak yang berurusan dengan dokumen, bukan atas barang-
barang dan jasa yang bersangkutan. Dalam irrevocable L/C terdapat pula hubungan hukum
yang berkarakteristik antara para pihak yang terikat dan menimbulkan hak dan kewajiban
(tanggungjawab) serta terdapat penerapan irrevocable L/C terhadap kontrak jual beli yang
disepakati. Kontrak jual beli barang dan jasa dapat terlaksana dengan baik apabila syarat-syarat
irrevocable L/C terpenuhi.
Kata Kunci : L/C, Perdagangan Internasional, Pembayaran

1
ABSTRACT
Problems that often arise in international trade transactions are related to the method of
payment. This is because sellers and buyers are not in the same place, and differences in
regulations issued by the governments of their respective countries. One method of payment
that can overcome these problems is a Letter of Credit (L/C). Therefore, this legal research
aims to determine the legal relationship of the parties involved in the issuance of L/C and
provide considerations for using L/C as a method of payment for international trade
transactions in the ASEAN Economic Community. Based on the results of research and
discussion, it was found that the legal relationship between parties in international trade
transactions using L/C is related to the proportion of rights and obligations of each party.
Payment using L/C is the safest method and provides certainty to both parties because there is
a payment guarantee from the importer to the exporter. The use of L/C is predicted to continue
to increase along with the implementation of the ASEAN Economic Community. In this regard,
L/C is very suitable to be chosen and applied as payment when the level of trust between
exporters and importers is low and the impact on losses is high. Letter of Credit (L/C) is one
of the means of payment transactions that is commonly used in international trade. In
Indonesia, L/C is regulated in Bank Indonesia Circular No. 26/34/ULN December 17, 1993. In
accordance with Article 6 (c) UCP 500 the L/C form must be expressly stated that the credit is
revocable or irrevocable, in the event that there is no firmness it will be deemed irrevocable
and the third party referred to is foreign exchange bank. In international trade, especially
buying and selling contracts, the implementation of the L/C is a single transaction, while from
a legal point of view the implementation of the L/C is divided into several separate contracts,
because the L/C is an independent contract as stated in article 3 ( a) UCP 500 means the parties
dealing with documents, not the goods and services concerned. In an irrevocable L/C there is
also a characteristic legal relationship between the parties who are bound and give rise to rights
and obligations (responsibility) and there is an application of an irrevocable L/C to the agreed
sale and purchase contract. The contract of sale and purchase of goods and services can be
carried out properly if the irrevocable L/C conditions are met.
Keywords : L/C, International Trade, Payment

2
PENDAHULUAN
Kegiatan perdagangan internasional sebagai salah satu bentuk hubungan dagang didasari oleh
kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling
mengisi dan membutuhkan. Setiap negara memiliki karateristik yang berbeda baik dari segi
sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi, dan struktur sosial. Perbedaan
tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang
diperlukan, kualitas, dan kuantitas. Dengan demikian sebagai akibat adanya perbedaan ini,
maka masing-masing negara memiliki keunggulan dan di sisi lain memiliki kekurangan. Bisa
saja dijumpai hasil produksi suatu negara berlebih sehingga dapat mengekspornya ke negara
lain yang kekurangan atau membutuhkannya, begitu juga sebaliknya. Transaksi jual beli secara
sederhana yang sehari-hari kita jumpai yaitu dengan cara pembayaran secara langsung dan
barang langsung dibawa, pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar harga barang yang
dibelinya dan mempunyai hak untuk mendapatkan barangnya sesuai dengan harga yang
dibayarkan. Adapun penjual mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang yang telah
dijualnya sesuai dengan kesepakatan dan mempunyai hak untuk menerima pembayaran. Proses
yang terjadi pada transaksi jual beli umumnya yaitu “cash and carry”, dimana pembeli begitu
membayar secara cash atau tunai maka ia akan membawa barang yang dibelinya, begitu juga
sebaliknya dimana pejual ketika telah menerima pembayaran secara cash maka ia akan
menyerahkan barangnya kepada pembeli. Pada proses cash and carry ini hampir tidak ada
risiko yang harus ditanggung oleh penjual dan pembeli. Akan tetapi proses yang sederhana ini
tidak selamanya dapat dijalankan jika antara penjual dan pembeli dipisahkan jarak yang jauh
atau beda negara. Masalah tersebut akan bertambah rumit apabila antara penjual dan pembeli
ternyata tidak saling mengenal secara pribadi dan berdomisili di negara yang berbeda dengan
sistem hukum yang berbeda pula. Begitu juga perbedaan jenis mata uang yang berlaku di tiap
negara serta peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah negara masingmasing dalam bidang
perdagangan luar negeri. Hal tersebut harus diperhatikan karena sering menimbulkan masalah
dalam hal pembayaran. Untuk menyelesaikan permasalah tersebut, maka pembeli dan penjual
meminta pertolongan kepada pihak lain yang mengenal mereka yaitu bank. Pembeli membayar
sejumlah uang kepada pihak lain tersebut (bank), beserta dengan syarat-syarat yang
dikehendaki oleh pembeli untuk dipenuhi oleh penjual. Pihak ketiga ini akan memberitahukan
kepada bank yang mengenal penjual tentang penitipan uang yang diterimanya dari pembeli dan
pihak ketiga akan membayar kepada penjual apabila penjual telah memenuhi persyaratan.
Instrumen yang digunakan untuk menyelesaikan yaitu dengan Letter of Credit (L/C). Dari
sekian banyak cara pembayaran, L/C memang diakui lebih banyak dipakai karena CISG
(Convention of International Sale of Goods) telah mengeluarkan pedoman penggunaan L/C di
banyak negara yang dinamakan Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP).
Letter of Credit ini dibutuhkan dalam perdagangan internasional karena eksportir dan importir
terpisah baik secara geografis. Bahkan secara pribadi baik eksportir dan importir saling tidak
mengenal. Bagi eksportir merupakan resiko besar mengirimkan barang apabila tidak ada
jaminan pembayaran. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jaminan tersebut eksportir meminta
kepada importir agar membuka Letter of Credit untuknya. Dalam penulisan hukum ini
nantinya, penulis menggunakan cara penulisan Letter of Credit dengan singkatan L/C untuk
mempermudah pembahasan. Kaitannya dengan perdagangan internasional, L/C memainkan
peran yang cukup penting. Peranan tersebut adalah memudahkan pelunasan pembayaran
transaksi ekspor, mengamankan dana yang disediakan importir untuk membayar barang impor,
dan menjamin kelengkapan dokumen pengapalan. Oleh karena itu L/C tampak merupakan

3
jaminan atas pelunasan barang yang akan dikirim oleh penjual (eksportir). Jadi untuk
kepentingan eksportir L/C harus dibuka terlebih dahulu sebelum barang dikirim. Sehingga
penting untuk diketahui menggenai penggunaan L/C dalam perdagangan internasional,
khususnya di kawasan ASEAN dengan adanya ASEAN Economic Community. Fenomena
perdagangan internasional khususnya di kawasan ASEAN menumbuhkan kebutuhan akan
adanya peraturan yang bersifat universal dan seragam yang mengatur hak dan kewajiban kaum
pedagang dalam melakukan transaksi dagang internasional. Isi undang-undang nasional yang
berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya telah mengakibatkan munculnya
ketidakpastian hukum dan kesulitan dalam perdagangan internasional. Melihat berbagai
macam keadaan dalam perdagangan internasional yang begitu luas tersebut, maka penulis ingin
mengkaji lebih dalam mengenai Letter of Credit (L/C) sebagai cara pembayaran yang
mempunyai keunggulan dalam kerangka ASEAN Economic Community. Sehingga
kedepannya dapat dijadikan sebagai solusi dalam menangani permasalahan pembayaran dalam
transaksi perdagangan internasional, yang akan dikaji lebih lanjut mengenai
pertimbaanganpertimbangan penggunaan Letter of Credit (L/C) sebagai cara pembayaran
transaksi perdagangan internasional dalam kerangka ASEAN Economic Community.

4
PEMBAHASAN
Letter Of Credit (L/C)
Perdagangan antar negara telah lama dikenal masyarakat sebelum abad ke l7’. penggunaan L/C
sebagai alat pembayaran awal mulanya tidak dapat dinyatakan dengan pasti. Perkembangan
dan bentuk yang sederhana sampai menjadi bentuk kredit yang moderen sekitar abad ke 17 dan
di negara Inggris kredit dokumentar ini berkembang menjadi bentuknya seperti yang sekarang.
Sebab bentuk kredit ini mengalami kemajuan pesat disana, hal ini disebabkan karena begitu
jauh di negara tersebut tersedia kondisi-kondisi yang membantu berkembangnya kredit
dokumentan itu.Sekitar tahun 1914 London telah menguasai lalu lintas perdagangan luar
negerinya, pasar uang dan modal telah dimiliki oleh kota ini serta pengalamanpengalaman yang
luas dalam bidang pembiayaan internasional sehingga mereka mendapat kepercayaan dari
seluruh dunia. Inggris berusaha mempertahankan dalam politik luar negerinya status masa
lalunya sebagai negara kuat dan utama. Sebelum tahun 1914 perdagangan didasarkan atas
saling percaya, kegoncangan harga dan valuta pada waktu itu tidak perlu dikawatirkan apabila
mereka segera mengapalkan barang-barang yang dipesan oleh importirnya walaupun
pembayarannya diterima kemudian. Sesudah perang dunia I selesai dan ketika dunia
perdagangan internasional ingin meneggakkan kembali hubungan perdagangan, pengusaha-
penguasaha itu menghadapi kenyataan bahwa cara pembayaran yang diikuti sebelum perang
yang berdasarkan kepercayaan semata-mata tidak dapat dipertahankan lagi disamping itu para
eksportir dan importir tidak mengetahui tentang kebiasaan. isensi dagang yang berlaku
dinegara, sedang relasi-relasi baru yang baik pun sukar didapat. Dengan adanya unsur resiko
ini bagi eksportir dan importir, maka ditempuh cara pembayaran dalam setiap transaksi, luar
negerinya. Letter of Credit (L/C) yang biasa disingkat dengan L/C dalam bahasa Indonesia
disebut sebagai Surat Kredit Berdokumen. L/C merupakan salah satu jasa yang ditawarkan oleh
bank dalam rangka pembelian suatu barang, berupa penangguhan pembayaran pembelian oleh
pembeli (importir) sejak L/C dibuka sampai dengan jangka waktu tertentu sesuai perjanjian.
Umumnya L/C digunakan untuk membiayai kontrak pejualan barang jarak jauh, antar negara
di mana antar penjual dan pembeli belum saling mengenal dengan baik. Dan lebih jelasnya L/C
digunakan pada transaksi perdagangan Internasional. Letter of credit (L/C)digunakan untuk
membiayai transaksi perdagangan internasional. Tetapi, bukan merupakan garansi atau surat
berharga yang dapat dipindah tangankan.L/C adalah cara pembayaran dalam suatu transaksi
eksporimpor yang aman untuk eksportir maupun importir. Untuk itusaat ini L/C menjadi suatu
instrumen atau alat yang dapat melindungi eksportir dan importir dari tidak dipatuhinya
kewajiban-kewajiban yang dipersyaratkan kedua belah pihak. Selanjutanya, Bank Indonesia
telah mendefinisikan L/C sebagai janji dari issuing bank untuk membayar sejumlah uang
kepada eksportir sepanjang ia dapat memenuhi syarat dari L/C tersebut. Inti dari definisi ini
yaitu janji pembayaran L/C kepada penerima dapat dilakukan langsung oleh bank penerbit atau
melalui bank lain sebagai kuasanya Emmy Pangaribuan Simanjuntak mendefinisikan Letter of
credit (L/C) sebagai suatu surat perintah membayar kepada seorang atau beberapa orang yang
dialamati untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebut didalam surat
perintah itu kepada orang tertentu. Pembukaan L/C oleh importir dilakukan nasabah melalui
bank yang disebut opening bank atau issuing bank sedangkan bank eksportir merupakan bank
pembayar terhadap barang yang diperdagangkan. Dalam hal ini eksportir berhubungan dengan
bank pembayar atau disebut advising bank Menurut ketentuan Uniform Customs and Prartice
for Documentary Credits (UCPDC), L/C merupakan janji dari bank penerbit untuk melakukan

5
pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada
penerima atas penyerahan dokumen-dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C. Pada
hakikatnya Letter of credit (LC) adalah sebuah surat yang mengalihkan kelayakan menerima
kredit pembeli kepada sebuah bank. Sebuah L/C dapat dianggap sebagai jaminan berkondisi
yang dikeluarkan oleh bank atas nama pembeli ditunjukkan kepada penjual untuk memastikan
pembayaran bila penjual memenuhi syarat yang tercantum dalam L/C. Letter of Credit (L/C)
dalam bank termasuk produk pembiayaan, yaitu pembiayaan L/C impor atau L/C ekspor
syariah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Adiwarman A. Karim, secara definitif yang
dimaksud dengan L/C adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi
impor atau ekspor nasabah. Hakikat L/C adalah pembayaran dan oleh sebab itu, keseimbangan
hak dan kewajiban para pihak harus diperhatikan secara adil dan terbuka. Keadilan dan
keterbukaan dalam pelaksanaan L/C merupakan suatu yang harus dipenuhi karena inti dari L/C
adalah mewujudkan pembayaran sejumlah uang senilai yang sudah di tetapkan dalam L/C.
Perdagangan Internasional
Secara etimologis, perdagangan adalah segala bentuk kegiatan menjual dan membeli barang
atau jasa di suatu tempat, yang di sana terjadi keseimbangan antara kurva permintaan dengan
penawaran pada satu titik yang biasa dikenal dengan nama titik ekuilibrium. Sedangkan
internasional berarti dunia yang luas dan global, bukan parsial ataupun satu kawasan tertentu.
Maka, perdagangan internasional dapat diartikan, sejumlah transaksi perdagangan/jual beli di
antara pembeli dan penjual (yang dalam hal ini satu negara dengan negara lain yang berbentuk
ekspor dan impor) pada suatu pasar, demi mencapai keuntungan yang maksimal bagi kedua
belah pihak. Beberapa ratus tahun yang lalu, aliran Merkantilis mengira bahwa perdagangan
internasional merupakan transaksi untung-rugi atau win-lose deal. Menurut aliran ini, ekspor
adalah sesuatu yang menguntungkan (win) sedangkan impor adalah sebuah hal yang merugikan
(lose) sehingga negara harus mengejar ekspor dan menghindari impor. Namun, sejak
permulaan abad ke-19, para ekonom pasar berpendapat sebaliknya. Mereka mengatakan bahwa
perdagangan internasional merupakan transaksi yang saling menguntungkan atau win-win
deal, karena beberapa alasan berikut :
1. Perdagangan internasional menyangkut dua transaksi ketika dua negara saling melakukan
ekspor dan impor yang saling menguntungkan. Sebagai contoh, jika Indonesia sama sekali
tidak mengimpor barang dari Australia, maka Australia pun tidak dapat membeli barang yang
kita ekspor ke negara tersebut, karena Australia tidak memiliki uang rupiah. Uang rupiah ini
baru diperoleh jika Australia mengekspor barang atau jasa ke Indonesia.
2. Perdagangan internasional memberikan keanekaragaman barang dan jasa. Kita dapat
membayangkan jika Indonesia tidak mempunyai hubungan perdagangan internasional dengan
negara lain di dunia. Keanekaragaman barang dan jasa yang diperdagangkan di pasar dalam
negeri Indonesia akan sangat terbatas. Misalnya, kita tidak menemui komputer buatan
Amerika, tidak ada jam tangan buatan Swiss, atau mobil dari Jepang. Sekalipun Indonesia
dapat mengembangkan industri substitusi impor untuk memproduksi mobil sendiri, biaya
produksinya akan melebihi harga mobil impor dari Jepang.
3. Perdagangan internasional dapat mendatangkan efisiensi. Suatu negara yang mencoba
memenuhi segala kebutuhan barang dan jasanya sendiri (selfsufficient economies) tidak akan
mencapai efisiensi dalam perekonomiannya. Hanya dengan perdagangan internasional, maka
efisiensi dapat dihasilkan dan kedua negara akan saling mendapat keuntungan karena faktor-

6
faktor berikut: aneka sumber daya alam, skala ekonomi, dan perbedaan selera. Ketiga faktor
tersebut merupakan pandangan umum (common views) yang menjelaskan mengapa
perdagangan internasional antara dua negara dapat saling mendatangkan keuntungan. Selain
pandangan umum ini, masih ada pandangan spesifik (specific views) yang menjelaskan
mengapa perdagangan internasional harus terjadi dan tidak dapat dielakkan. Pandangan
spesifik tersebut adalah spesialisasi.
Secara umum perdagangan internasional merupakan sarana untuk melakukan pertukaran
barang dan jasa internasional. Dalam lima puluh tahun terakhir, perdagangan internasional
telah tumbuh dan berkembang secara drastis dan dalam ukuran yang besar. Hal ini disebabkan
oleh adanya kerjasama yang dilakukan oleh berbagai negara untuk menghilangkan proteksi
perdagangan dan adanya keinginan untuk mempromosikan perdagangan barang dan jasa secara
bebas. Perdagangan internasional merupakan elemen penting dari proses globalisasi. Membuka
perdagangan dengan berbagai negara di dunia akan memberikan keuntungan dan membawa
pertumbuhan ekonomi dalam negeri, baik secara langsung berupa pengaruh yang ditimbulkan
terhadap alokasi sumber daya dan efesiensi, maupun secara tidak lansung berupa naiknya
tingkat investasi. Setiap bentuk hambatan dan proteksi merupakan sumber distorsi pada
perdagangan internasional yang harus dihindari dan dihapuskan. Pada tahun 1995 terbentuk
organisasi perdagangan dunia WTO (World Trade Organization). WTO berperan besar dalam
mempromosikan perdagangan bebas dalam proses globalisasi. Tujuan utama dari didirikanya
WTO adalah untuk mendorong dan mengembangkan liberalisasi perdagangan dan
menyediakan sebuah sistem perdagangan dunia yang aman. Disamping itu, WTO berperan
besar dalam menjalankan setiap aturan yang telah ditetapkan dalam setiap perjanjian
perdagangan dunia seperti Uruguay Round Second dan perjanjian pada GATT (General
Agreement on Tarriffs and Trade). Salah satu konsekuensi dari lahirnya perjanjian dalam WTO
adalah bahwa setiap negara yang ada didunia akan berada dalam level dan tingkat yang sama
dalam perdagangan internasional. Keadaan ini menjadikan negara-negara yang sedang
berkembang berada dalam skenario ekonomi global dan bersaing dengan negara-negara maju.
Liberalisasi perdagangan merupakan tantangan bagi negaranegara miskin dan negara yang
sedang berkembang untuk bisa mempertahankan ekonominya dan ikut dalam persaingan
global. Perdagangan internasional antara dua negara dapat berlangsung karena masing-masing
negara ingin memanfaatkan keuntungan yang ditimbulkan oleh perdagangan internasional itu
sendiri, yaitu spesialisasi. Konsep spesialisasi digunakan David Ricardo pada tahun 1817 untuk
menunjukkan manfaat dalam perdagangan internasional. Setiap negara harus
menspesialisasikan diri pada komoditas yang dapat diproduksi secara efisien untuk diekspor
ke negara lain, mengimpor komoditas yang tidak dapat diproduksi secara efisien dari negara
lain. Agar konsep ini dapat lebih dipahami, berikut digunakan contoh dua negara, Thailand dan
Indonesia dengan dua komoditas berbeda, misal beras dan semen.

7
PENUTUP
Kesimpulan
ASEAN Economic Community merupakan kerjasama bidang ekonomi bagi negara-negara di
kawasan ASEAN melalui kegiatan ekspor-impor. Cara pembayaran secara tunai dirasa kurang
praktis jika digunakan untuk lalu lintas perdagangan internasional. Oleh karena itu muncul
caracara pembayaran yang lain. Cara pembayaran tunai berpeluang memberikan kerugian
kepada importir, dan dapat mendatangkan keuntungan bagi pihak eksportir. Cara pembayaran
yang sudah umum dipergunakan dalam perdagangan ekspor impor adalah dengan pembukaan
L/C, karena pihak eksportir maupun importir dapat merasa aman bahwa hak-hak mereka ada
kepastiannya. Pembayaran dengan menggunakan L/C ini merupakan cara yang paling aman
dan memberikan kepastian kepada kedua belah pihak, baik pihak importir ataupun pihak
eksportir. Penggunaan L/C dalam kegiatan ekspor-impor khususnya di wilayah Asia diprediksi
akan terus meningkat seiring dengan adanya kelompok ekonomi regional, seperti AEC di
wilayah ASEAN. Meskipun seluruh negara di kawasan ASEAN telah menganal L/C, tetapi
tidak semua negara telah mempunyai pengaturan mengenai L/C secara khusus. L/C telah
menjadi pilihan yang efektif dilakukan dalam hal pembayaran kegiatan ekspor-impor, misalnya
apabila mata uang asing persediaannya terbatas di suatu negara yang akan melakukan
pembayaran. Berkaitan dengan pemilihan pembayaran perdagangan internasional dan
kepercayaan dalam hubungan perdagangan, L/C sangat cocok dipilih dan diterapkan sebagai
pembayaran ketika tingkat kepercayaan di antara beneficiary/eksportir dan applicant/importir
rendah dan dampak untuk dirugikan itu tinggi.
Saran
1. Perlu adanya pengaturan yang sifatnya universal dan mengikat bagi para pihak yang
menggunakan L/C sebagai pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional. Atau perlu
adanya penguatan status berlakunya UCP apabila ada klausula penggunaan L/C sebagai
pembayaran dalam transaksinya
2. Penggunaan L/C sebagai salah satu pembayaran transaksi perdagangan internasional dalam
AEC ini diharapkan mampu menjadi solusi atas permasalahan mengenai pembayaran dalam
kegiatan ekspor-impor terutama dalam hal kepercayaan dan keamanan para pihak. Sehingga
kedepannya, dalam kegiatan ekspor-impor di wilayah ASEAN dapat menggunakan L/C
sebagai pembayarannya.

8
DAFTAR PUSTAKA
M. Syarif Arbi, 2013, Petunjuk Praktis Perdagangan Luar Negeri, Edisi kedua: Seri Ekspor
Yogyakarta: BPFE Fakultas Ekonomi UGM
Triono, Dwi Condro. 2005. Perdagangan Internasional
Ramlan Ginting, 2002, Letter of Credit Tinjauan Aspek Hukum & Bisnis Jakarta: Salemba
Empat
Kasmir, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Seri Hukum Bisnis, Transaksi Bisnis Internasional
(Ekspor-Impor dan Imbal Beli) Jakarta: Raja Grafindo Persada
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1979, Pembukuan Kredit Berdokumen Yogyakarta : FH-
UGM
Ana Mercedes Lopes Rodriguez. 2002. Lex Mercatoria, Retsvidenskabeligt Tidskrift,
2.argang, Juridisk Institut , Aarhus Universitet
Amir M.S. 2003. Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor. Jakarta : PT. Pustaka Binaman
Pressindo.
Huala Adolf. 2011. Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional.
Bandung : Keni Media.
Abdulkadir Muhammad. 1989. Hukum Dagang Indonesia. Bandung : Alumni.
James Julianto Irawan. 2014. Surat Berharga: Suatu Tinjauan Yuridis dan Praktis. Jakarta:
Kencan Prenada Media Group.
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-107.pdf diakses pada tanggal 30
Desember 2022 08.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai