Anda di halaman 1dari 13

PRANATA ADAT

1. NAMA PRANATA ADAT : BEGAWE BELAUQ


2. KOMUNITAS ADAT : RUMAH BUDAYA PAER LENEK
3. ALAMAT KOMUNITAS : DESA LENEK PESIRAMAN KEC.
LENEK KAB. LOTIM
4. TOKOH YANG
BERPERAN : - PAPUQ SRI
- PAPUQ ALI
- USTD. ABDULLAH
- MASPAKEL DANE RAHIL

Begawe belauq adalah sebuah adat tradisional Desa Lenek untuk


memperingati atau mensyukuri tanaman padinya yang selamat dari penyakit
(wereng, walang sangit, hama dan lain-lain). Tradisi Begawe Belauq ini biasa
dilaksanakan disaat musim padi yang menjelang bunting. Adapun hal tersebut
dimaksudkan adalah untuk menjaga keseimbangan alam jangan sampai ada
rantai makanan yang terputus dalam artian binatang-binatang kecil untuk
terjalinnya ekosistem ada yang terbunuh. Tradisi Begawe Belauq ini dilakukan
setiap tahun dikomandani oleh Kepala Desa lalu diperintahkan setiap
kekadusan untuk ikut serta memperingati upacara begawe belauq ini masjid
peresak lenek pesiraman. Bahan-bahan yang harus dipersiapkan yaitu :
1. Nasi kuning
2. Nasi santen
3. Bubut putih
4. Bubur abang
5. Ulet-uletan
6. Pelemeng
7. Tikel
8. Pisang goreng
9. Cerorot
10. Topat lepas (dibuat oleh masing-masing kekadusan)
11. Ikan laut (ikan teri, ikan asin, bajo)
12. Rondon kosong terbuat dari pisang
13. Kekelok (potongan bamboo)
14. Dulang (rerbuat dari kayu)
15. Ceret (terbuat dari tanah liat)
16. Tabak (lepean terbuat dari kayu)
17. Awar (terbuat dari daun kelapa/ enau)
18. Sanggah (terbuat dari bamboo)
19. Dupa
20. Bokor
Alat tersebut yang akan ditaruh di dalam dulang, adapun dulang yang
harus dipersiapkan sebanyak 9, 11 atau 13. Biasanya dulang tersebut bernilai
ganjil dan banyaknya dulang tergantung banyaknya hadirin/undangan yang
mengikuti acara tersebut.
Kepala Desa menyiapkan 2 dulang yang akan naik di Masjid yaitu
dulang yang isinya untuk makanan dan dulang yang isinya jajan. Sedangkan
dulang yang lain disiapkan oleh masing-masing kekadusan. Setelah bahan-
bahan yang dipersiapkan serta Kepala Desa telah mengundang bermusyawarah
para kadus, tokoh agama dan tokoh masyarakat menetapkan hari yang telah
disepakati yaitu taun balit yakni : mengambil 4 bulan terakhir (minggu
pertama, sebelum buntingnya padi) yang sudah ditanam.
Dipersiapkanlah tempat untuk memasak. Masakan yang akan naik ke
masjid tidak boleh dimakan lebih dahulu/dicicipi dengan maksud agar
makanan tersebut tidak mubazir/sisa, ini pantangan dalam acara tersebut kalau
dimakan duluan.
Adapun kalau masakan tersebut tidak terasa asin maka sudah disiapkan
garam dalam dulang tersebut. Yang memasak masakan untuk upacara itu tidak
boleh masih dalam tahapan produktif/ beranak, yang boleh memasak adalah
belum masuk akil baligh atau sudah non produktif, karena tidak tergolong
dalam haid yang akan membuat masakan kurang berkah.
Yang bertugas sebagai penghulu desa (pemimpin doa) adalah tokoh
agama yang sudah cukup usia, jujur, tidak tercela di masyarakat dan menjadi
panutan. Adapun masyarakat yang ikut didalam begawe belauq sudah diatur
sejak dulu bahwa tempat-tempat tersebut tidak boleh sembarang diduduki oleh
peserta :
1. Sebelah Utara Adalah Masyarakat Dusun Ramban Biak (dimpimpin oleh
Patih Ramban Biak) Lenek Desa, Desa Lenek Pesiraman
2. Sebelah Timur Adalah Masyarakat Dusun Dasan Tapen Adalah Rakyat
yang Dipimpin Oleh Patih Tembing Bagia
3. Sebelah Barat masyarakat Paok Pondong dan Dasan Montong yang
dipimpun oleh Patih Demung Papak
4. Sebelah Selatan masyarakat Dasan Nyiur di pimpin oleh Patih Senyiur
5. Arah Kiblat duduk penghulu desa yang akan memimpin doa
Setelah masyarakat itu siap membawa dulang perlengkapan yang diatas
dipimpin zikir dan doa oleh Penghulu, maka selesai zikir semua nasi kuning,
bubur putih dan bubur abang, ulet-uletan, awar dan sanggah dibagikan dan atau
awar dan Sanggah masing-masing dibawa oleh pemilik sawah yang akan
dibagikan bubur tersebut.
Selesai berdoa, maka tibalah sholat maghrib berjamaah, setelah bubar
dalam acara tersebut maka masyarakat pulang membawa ulet-uletan yang
terbuat dari tepung ketan, nasi kuning, bubur putih, bubur abang, empok-
empok menik siong untuk dipasang di sawah masing-masing beserta awarnya.
Begawe belauk ini dilakukan pada sore hari ba’da ashar sampai ba’da
maghrib, hal tersebut terkandung maksud kebiasaan makhluk halus atau
binatang-binatang malam biasa mengganggu tanaman tersebut pada saat waktu
sore sampai ba’da maghrib.
Philosopi Begawe Belauq
Begawe Belauq diperingati karena pada zaman dahulu kala sebelum
datangnya ahli-ahli pertanian dari luar daerah atau luar pulau mengajarkan
ilmu bertani di Desa Lenek, para orang tua terdahulu sudah mengerti tentang
ilmu-ilmu pertanian. Adapun istilah yang sering dilakukan pada tempo dulu :
1. Bungkah (ngerebak) : Tanah tersebut dibajak lebih dahulu lalu dibiarkan
sampai 1 bulan terendam air dan pohon geronong
yang biasa menjadi pupuk
dan humus tanah dipotong
dan direndam. Begitu juga
pagar tanaman yang
dedaunannya panjang
dipotong dan dibuang di
tengah sawah untuk menjadi
humus tanah.
2. Bebangar : adalah merendam tumbuhan yang sudah dipotong
atau jerami yang direndam
3. Memanoang : adalah mengantar nasi dan lauk pauk beserta snack
ke sawah yang sedang dibajak dan kebiasaannya
makan secara bersama-sama.
4. Nenggala : Adalah membajak tanah agar humus tanah yang
dibawahnya bisa merata.

5. Begau : membajak untuk meratakan tanah yang sudah lumat


dan siap ditanami bibit padi
6. Laong : menanam bibit padi yang sudah disemai secara
khusus

7. Ngeder : kegiatan mencabut rumput setelah umur padi 3


minggu/ 1 bulan dan itu
tergantung kesuburan tanah dan
padatnya rumput yang dicabut
8. Berujek : adalah bergotong royong secara ramai-ramai untuk
memotong akar padi sebelum bunting agar tumbuh
akar yang baru

9. Nenungkulin : adalah kebiasaan masyarakat Lenek ketika padi


menjelang hamil, biasanya banyak diserang walang
sangit dan belalang/hama lainnya. Disaat itulah
pemilik sawah memasang buah maja (buah bila)
dibelah 4 lalu dintancapkan ditengah-tengah sawah
secara berjejer lebih tinggi dari padi yang hamil.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menyiapkan
makanan persediaan bagi binatang yang akan
mengganggu tanaman, buah maja tersebut apabila
dibelah setelah 3 hari akan keluar busa putih dan
setelah 5 hari buah maja tersebut sangat bau.
Karena bau menusuk inilah yang digemari oleh
walang sangit dan belalang sekaligus menjadi
makanan persediaannya, begitu juga pemilik sawah
kadang menyiapkan bungkus terasi yang terbuat
dari daun pandan. Hal tersebut terkandung maksud
untuk membuat binatang-binatang yang menggangu
padi agar tidak turun langsung ke batang padi yang
masih hamil yang riskan buahnya ditusuk oleh
moncongnya walang sangit sehingga saripatinya
diambil dan kalau sudah tua buahnya menjadi
kosong. Untuk menghindari hal tersebut itulah
sehingga para orang tua di Desa Lenek
meninggalkan kami cara agar tanaman padi tidak
diganggu maka binatang-binatang itu disiapkanlah
makanan (nenungkulin).
10. Bau Inan Pade : adalah mencari induk padi yang paling panjang
rantingnya/tangkainya untuk dijadikan induk padi.
Adapun tata cara mengambil induk padi/inan pade,
pemilik sawah memasak secara khusus dengan
kendi yang terbuat dari tanah yang isinya 1/5 kg
beras sekedar di pakai makan oleh petugas yang
dipercayakan oleh pemilik sawah. Setelah padi
menguning dan siap untuk di potong besok pagi
maka sore harinya si pemilik sawah menyilak
(mengundang) orang yang sudah bias mencari
induk padi (bibit unggul). Adapun bahasanya
“tengendeng tulung lek side, side bauang ita inan
pade sengaq gen ta mataq jemaq” (saya minta
tolong kepada saudara bantu saya, mencari induk
padi pada malam hari ini sebab besok pagi kita akan
mulai memotongnya/matak). Setelah persiapan
sudah ada, yang dibawa oleh petugas pencari induk
padi :
1. Lekes
2. Lekok buak
3. Empok-empok menik siong
4. Rokok
5. Beras kuning
6. Topat lepas
7. Nasik bao
8. Telok manuk kampung
9. Awar
10. Sanggah yang terbuat dari anyaman bamboo
11. Dupa

Adapun bahasa petugas pencari induk padi : Ya Allah nenek kaji


siq kuase penguasa gumi langit, kaji nunas adek da berkatin panjak de kaji
niki si gen bau inan pade, adekna berkat ne terima rizki niki si panjak
pelungguh de kaji lekan dunia sampai akherat, sengaq si jemak niki kami
gen pada mataq atekna berkat gamaq, berisi dendeq ne araq gombas.
Ashadu alla illaha illalah washadu anna muhammadan rasulullah (3x),
ucapan itu setelah tawaf 3x mengelilingi sawah, yang paling utara.
Kebiasaan induk padi berada pada sawah yang paling depan (paling
pertama di airi di sebabkan karena humus tanah yang paling subur dan
kebetulan pusatnya sumber kotoran. Secara logika tanaman padi yang
paling pertama dimasukin air disebut (penamak), itulah tempat induk padi
(inan pade) yang unggul.
11. Mataq (motong padi) : memotong padi dengan alat yang namanya
rangkap, kebiasaannya
memakai hitung nyelikur
(21) / metangdasa dua (42).
Maksudnya adalah apabila
masyakat yang ikut
membantu memotong padi
dapat 21 ikat, maka 1 ikat
adalah bagiannya sebaliknya
metangdasa dua kalau sudah mendapat empat puluh
ikat maka 2 ikat adalah bagiannya dan itu sebesar-
besar ikatan/ sekemampuan
yang membantu itu
mengikat padi yang sudah
dipotongnya.

12. Nenalik (mengikat) : adalah mengikat padi yang dilakukan secara


gotong-royong setelah nginep 1 malam, jadi
besok malamnya sudah mulai pemilik
sawah menyiapkan jajan (snack) yang
kebiasaan dari ketan bercampur kelapa dan
minumannya tuak manis/ air nira, itupun
kalau sudah mendapat 21 ikat maka mendapatkan 1
ikatan sebagai upahnya.
13. Nungkep : adalah mengumpulkan padi setelah diikat dan
menyusunnya seperti gunung dan induk padi paling
atas, untuk menjaga bibit unggul yang sudah
terpetik jangan sampai terganggu oleh binatang
lain.

14. Nguleang : adalah mengantar padi yang sudah diikat dan


memasukkannya (menyimpannya) di lumbung padi
yang sudah disiapkan agar
tidak termakan tikus karena
tiang daripada lumbung
tersebut (jelepeng) itu
bentuknya seperti payung
terbalik sehingga tikus tidak
bisa naik untuk makan padi
di atas lumbung, itulah sebabnya lumbung
jaman dahulu atapnya tidak boleh bersentuhan
dengan maksudnya untuk mempersulit
perpindahan tikus dari 1 lumbung ke lumbung
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai