Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGAN FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN TUMBUHAN KOMBA-KOMBA (Hcromolaena odorata)

Oleh:

FEBRI IRAWAN
NIM. M1A116166

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul proposal : Analisis Kandungan Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan


Tumbuhan Komba-Komba (Hcromolaena odorata)
Nama : Yutri
Nim : M1A1 16 166
Program Studi : Kehutanan
Jurusan : Kehutanan

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Niken Puji Rahayu, S.Hut., MP.,Ph,d Nurhayati Hadjar, S.Hut., MP


NIP. 19731103 200604 2 001 NIP. 19790929 201404 2 002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Kehutanan

Nur Hayati Hadjar, S.Hut., M.P


NIP. 19790929 201404 2 002

Tanggal Disetujui : 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TBEL.............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... v

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang..................................................................................
I.2. Rumusan Masalah.............................................................................
I.3. Tujuan dan Kegunaan........................................................................
I.4. Kerangka Pikir Penelitian.................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Deskripsi Bambu..............................................................................
II.2. Manfaat Dan Kegunaan Bambu.......................................................
II.3. Jenis-Jenis Bambu............................................................................
II.4. Sifat Fisik Bambu.............................................................................
III. METODE PENELITIAN
III.1..........................................................................................................Waktu
dan Tempat.......................................................................................
III.2..........................................................................................................Bahan
dan Alat............................................................................................
III.3..........................................................................................................Jenis dan
sumber data......................................................................................
III.4..........................................................................................................Rancang
an Penelitian.....................................................................................
III.5..........................................................................................................Variablel
Penelitian..........................................................................................
III.6..........................................................................................................Teknik
Pengumpulan Data...........................................................................
III.7..........................................................................................................Prosedur
Penelitian..........................................................................................
III.8..........................................................................................................Analisis
Data..................................................................................................
III.9..........................................................................................................Definisi
Operasional......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
1

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Antioksidan merupakan suatu substansi yang pada konsentrasi kecil secara

signifikan mampu menghambat atau mencegah oksidasi disebabkan oleh radikal

bebas (Prasad et al. 2009). Aktivitas radikal bebas dapat diredam dengan pemberian

antioksidan, Sebagian besar penggunaan antioksidan sintetik yang berpotensi

karsinogenik. Oleh karena itu diperlukan alternatif antioksidan alami yang berasal

dari tumbuhan. Salah satunya adalah tumbuhan komba-komba (Chromolaena

odorata L.). Tumbuhan ini digunakan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara khususnya

di Kabupaten Konawe sebagai obat luka.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Odutayo et al. (2017)

menunjukkan bahwa ekstrak daun komba-komba memiliki kandungan metabolit

sekunder steroid, terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, fenol, antraquinon.

Terdapat dua jenis tumbuhan komba-komba yaitu komba-komba berbunga

putih dan berbunga kuning. Perbedaan fisik lainnya yang dapat diamati di antara

kedua jenis komba-komba ini adalah daunnya. Tumbuhan komba-komba berbunga

kuning memiliki daun yang lebih besar dibandingkan dengan daun komba-komba

berbunga putih (Fery et al. 2017).

Penelitian mengenai analisis fitokimia dan pengujian antioksidan pada

tanaman komba-komba berbunga kuning sudah pernah dilakukan, namun pengujian

antioksidan pada komba-komba berbunga putih belum pernah dilakukan. Padahal

kandungan fitokimia tanaman selain dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh dan

jaringan dalam tanaman (Sari et al. 2015), juga dipengaruhi jenis tanaman. Sehingga
2

perlu dilakukan penelitian mengenai analisis fitokimia dan uji aktivitas antioksidan

tumbuhan komba-komba.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dapat dikemukakan

yaitu menganalisis fitokimia yang terkandung dalam tumbuhan komba-komba pada

bagian akar, batang, dan daun, dan bagaimana aktivitas antioksidannya.

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Adapaun tujuan pada penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui kandungan fitokimia tumbuhan komba-komba pada bagian akar,

batang, dan daun.

2. Mengetahui aktivitas antioksidan tumbuhan komba-komba pada bagian akar,

batang, dan daun.

1.4. Kerangka Pikir Penelitian

Tumbuhan komba-komba merupakan tumbuhan yang secara empiris sudah

lama digunakan oleh masyarakat Konawe sebagai alternatif alami untuk mengobati

luka.

Bambu dengan bahasa latin memegang peranan sangat penting dalam

kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, karena bambu dikenal oleh masyarakat

memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain memiliki batang yang

kuat, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta

ringan sehingga mudah untuk didistribusikan. Selain itu bambu juga relatif murah

dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar


3

pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan

(Berlin & Estu, 1995). Ciri lain dari bambu adalah memiliki bentuk batang bulat,

berlubang di tengah dan beruas-ruas, bentuk percabangan kompleks, setiap daun

bertangkai, dan bunganya terdiri dari sekam kelopak dan sekam mahkota serta 3-6

buah benang sari (Widjaja, 2001).

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Deskripsi Tumbuhan Komba-Komba (Chromolaena odorata)

Tumbuhan komba-komba merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili

Compositae. Tumbuhan ini adalah spesies semak berbunga yang berasal dari Amerika

Utara, digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Daunnya mengandung

beberapa senyawa utama seperti tannin, fenol, flavonoid, saponin dan steroid. Minyak

essensial dari daunnya memiliki kandungan α-pinene, cadinene, camphora, limonene,

β-caryophyllene dan candinol isomer (Benjamin, 2011).

Tumbuhan komba-komba adalah semak abadi yang tumbuh cepat, berasal dari

Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Telah diperkenalkan ke daerah tropis di Asia,

Afrika dan Pasifik, dimana itu adalah gulma invasif. Tumbuhan ini juga dikenal

sebagai gulma siam (Chakraborty et al. 2011).

Daunnya berbentuk oval, bagian bawah lebih lebar, makin ke ujung makin

runcing. Panjang daun 6–10 cm dan lebarnya 3 – 6 cm. Tepi daun bergerigi,

menghadap ke pangkal. Letak daun juga berhadap-hadapan. Karangan bunga terletak

di ujung cabang (terminal).Setiap karangan terdiri atas 20 – 35 bunga.Warna bunga


4

selagi muda kebiru-biruan, semakin tua menjadi coklat (Prawiradiputra dan Bambang

2007).

Pada tumbuhan Chromolaena odorata L. memiliki susunan akar berupa akar

tunggang, besar dan dalam.Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang bercabang.

Akar ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, dan bercabang.Warna

akar kekuning- kuningan. Bagian-bagian akar terdiri dari : Leher akar/ pangkal akar

(collum), ujung akar (apex radicis), batang akar (corpus radicis), cabang-cabang akar

(radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut / bulu akar (pilus radicalis)

dan tudung akar (calyptra) (Prawiradiputra, Bambang R, 2007).

II.2. Manfaat dan Kegunaan Tumbuhan Komba-Komba

Tumbuhan komba-komba merupakan tumbuhan yang bersifat allelopati yang

dapat dijadikan herbisida alami. Tumbuhan ini sangat cepat tumbuh dan berkembang

biak. Karena cepatnya perkembangbiakan dan pertumbuhannya, tumbuhan ini juga

membentuk komunitas yang rapat sehingga dapat menghalangi tumbuhnya tumbuhan

lain melalui persaingan. Berbagai senyawa yang bersifat alelopati berupa minyak

atsiri, Flavonoid, Alkaloid, Fenolik, Saponin, Tanin. Senyawa tersebut terkandung

dalam berbagai jenis tumbuhan termasuk tumbuhan tumbuhan komba-komba

(Chromolaena odorata (L.)) (Suwastika Nengah I, 2017).

Cara menggunakan tumbuhan komba-komba secara tradisional sebagai obat

luka yaitu daun muda dihancurkan atau diremas-remas menggunakan tangan,

kemudian cairan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengobati luka kulit.
5

Tumbuhan komba-komba digunakan untuk retensi urin dan daun digunakan tanaman

ini kadang-kadang tumbuh sebagai tanaman obat dan tanaman hias.

II.3. Fitokimia Tumbuhan Komba-Komba

Kandungan kimia ekstrak etanol daun tumbuhan komba-komba positif

terhadap flavonoid, tannin dan saponin sesuai dengan hasil yang ditunjukkan oleh

(Benjamin, 1987).

a) Flavonoid

Flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan jalan merusak

permiabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil dari interaksi

antara flavonoid dengan DNA bakteri dan juga mampu melepaskan energi tranduksi

terhadap membran sitoplasma bakteri serta menghambat motilitas bakteri (Yenti et al.

2011).

b) Tannin

Tannin dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit,

menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu menutupi luka

dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka (Yenti et al. 2011).

c) Saponin

Saponin memiliki kemampuan sebagai antimikroba dan berfungsi membunuh

atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga

luka tidak mengalami infeksi yang berat (Yenti et al 2011).

d) Steroid
6

Steroid dikenal untuk mempercepat proses penyembuhan luka karena dapat

menurunkan peradangan, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan

peningkatan laju epitelisasi (Barku et al. 2013).

II.4. Antioksidan

Antioksidan merupakan zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas

yang dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, membran dinding sel,

pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit

(Widyastuti,2010). Antioksidan dapat menangkap radikal bebas sehingga dapat

menghambat mekanisme oksidatif yang merupakan penyebab penyakit-penyakit

kronis dan degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, katarak, disfungsi otak dan

artritis.

Mekanisme kerja antioksidan memiliki beberapa fungsi. Fungsi pertama

merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu memberikan atom hidrogen yang

berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil.

Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ,

dan tokoferol. Antiosidan yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut

sebagai antioksidan primer. Antioksidan tersebut dapat memberikan atom hidrogen

secara cepat ke radikal lipida (R*,ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil,

sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil

dibandingkan radikal lipida.


7

Fungsi kedua merupakan mekanisme fungsi sekunder antioksidan, yaitu

memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme

pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih

stabil. Senyawa-senyawa ini mempunyai kemampuan untuk mendekomposisi

hidroperoksida menjadi produk akhir yang stabil.

Fungsi ketiga adalah sebagai Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa

yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi.

Dalam hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang

berada dalam system sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari senyawa-

senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat), askorbilpalminat, asam

eritorbat, dan sulfit (Gordon, 1990).

Antioksidan dari luar dapat diperoleh dalam bentuk sintetik dan alami. Namun

saat ini, antioksidan sintetik mulai dibatasi penggunaannya akibat adanya

kekhawatiran terhadap efek samping yang mungkin dapat terjadi, sehingga

menjadikan antioksidan alami sebagai pilihan utama dalam menangkal radikal bebas.

Antioksidan diharapkan aman dalam penggunaan atau tidak toksik, efektifitas pada

konsentrasi rendah, (0,01-0,02)% tersedia dengan harga cukup terjangkau, dan tahan

terhadap proses pengolahan produk. Antioksidan penting dalam melawan radikal

bebas, tetapi dalam kapasitas berlebih menyebabkan kerusakan sel (Kazia et al.,

2017).

Radikal bebas pada dasarnya adalah molekul yang pada orbital terluarnya

terdapat elektron yang tidak berpasangan sehingga menjadikannya sangat reaktif.

Radikal ini apabila masuk kedalam tubuh cenderung mengadakan reaksi berantai
8

yang dapat memicu kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan terus-menerus. Radikal

bebas yang masuk kedalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan

endogen yang terdapat didalam tubuh. Akan tetapi, radikal bebas juga dapat

mengalami peningkatan yang disebabkan oleh faktor stress, radiasi, asap rokok dan

polusi lingkungan sehingga sistem pertahanan tubuh yang ada tidak memadai,

sehingga tubuh memerlukan tambahan antioksidan dari luar yang dapat melindungi

dari serangan radikal bebas. Pembentukan radikal bebas akan dinetralisir oleh

antioksidan yang diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang berimbang (Khairah

2010).

Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) adalah suatu senyawa radikal

nitrogen. DPPH akan mengambil atom hidrogen yang terdapat dalam suatu senyawa,

misalnya senyawa fenol. Mekanisme terjadinya reaksi DPPH ini berlangsung melalui

transfer elektron. Larutan DPPH yang berwarna ungu memberikan serapan absorban

maksimum pada 517 nm. Larutan DPPH ini akan mengoksidasi senyawa dalam

ekstrak tanaman. Proses ini ditandai dengan memudarnya warna larutan dari ungu

menjadi kuning (Prakash 2001).

Metode DPPH mudah digunakan, cepat, dan cukup teliti serta mudah untuk

mengukur kapasitas antioksidan dengan menggunakan radikal bebas DPPH. Metode

DPPH dapat digunakan untuk sampel padatan, larutan untuk komponen antioksidan

tertentu. Elektron bebas dalam radikal DPPH memberikan absorbansi maksimum

pada 517 nm dan berwarna ungu (Prakash 2010). Prinsip metode penangkapan

radikal adalah pengukuran penangkapan radikal bebas sintetik dalam pelarut organik

polar seperti etanol atau metanol pada suhu kamar oleh suatu senyawa yang
9

mempunyai aktivitas antioksidan. Proses penangkapan radikal ini melalui mekanisme

pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas, sehingga

radikal bebas menangkap satu elektron dari antioksidan. Radikal bebas sintetik yang

digunakan DPPH. Senyawa DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui

pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan pasangan

elektron (Pokorni 2001).

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Kehutanan dan ilmu

Lingkungan sedangkan pengambilan sampel dilaksanakan di Kelurahan Lahundape.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah,bejana maserasi,

botol coklat, chamber, cawan porselin, erlenmeyer, gelas ukur 100 ml (pyrex ® ),

gelas kimia 250 ml (pyrex ® ), pipa kapiler, rotary evaporator (ika® ) dan timbangan

analitik.

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ekstrak etanol

daun dan batang sembukan (Paederia foetida Linn), etanol, N -heksan, etil asetat,

pereaksi H2SO4, pereaksi AlCl3, pereaksi dragendorf, pereaksi FeCl 3, dan Liebermen

Buchard, DPPH.

3.3. Jenis dan Sumber Data


10

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kuantitatif penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa

fitokimia dalam sampel yang berupa senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan

steroid/terpenoid. Sedangkan data kuantitatif pada penelitian ini berupa angka untuk

mengetahui reaktivitas antioksidan tanaman komba-komba.

3.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode eksperimental dan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan bagian tanaman

komba-komba yang terdiri atas 3 taraf meliputi A (akar), B (batang), dan D (daun)

tanaman komba-komba. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh

9 unit percobaan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan memilih tiga bagian tumbuhan komba-komba

sebagai contoh uji analisis kandungan fitokimia dan antioksidan. Pengujian

kandungan fitokimia tumbuhan komba-komba meliputi uji alkaloid, flavonoid, tanin,

saponin, dan steroid/terpenoid.

Hasil uji komponen fitokimia yang terkandung dalam ekstrak tumbuhan

komba-komba ditampilkan dalam Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil uji komponen fitokimia ekstrak tanaman komba-komba

Kandungan Fitokimia
Bagian (+ atau-)
tanaman
Alkaloid Flavonoid Tanin Saponin Steroid/terpenoid
11

Akar

Batang

Daun
Keterangan :

(+) = Terdapat kelompok senyawa

(-) = Tidak terdapat kelompok senyawa

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode eksperimen

dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada bagian batang tanaman komba-komba

yang terbagi dalam 3 bagian yaitu :

1. Akar (A)

2. Batang (B)

3. Daun (D)

Jumlah ulangan untuk setiap pengujian adalah 3 kali.

Tabel 1. RAL Analisis Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan


Ulangan
Bagian tanaman komba-komba
1 2 3
Akar (A) A1 A2 A3
Batang (B) B1 B2 B3
Daun (D) D1 D2 D3

3.6. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kandungan fitokimia dan

aktivitas antioksidan. Variabel jenis dilakukan dengan mengamati bambu seperti

batang. menunjukan seberapa banyak ketahanan bambu yang tersebar dikawasan


12

kelurahan Lahundape. Data yang diperoleh di lapangan ditabulasi untuk menghitung

volume bambu

3.7. Prosedur Penelitian

3.7.1. Persiapan Sampel

Sampel tanaman komba-komba yang digunakan adalah bagian akar, batang,

dan daun segar berwarna hijau. Pengambilan daun dimulai pada daun keempat dari

ujung batang. Sampel dari tanaman komba-komba dibersihkan dengan air, ditiriskan,

dan dikeringanginkan. Pengeringan dilanjutkan pada suhu 50 °C selama 20 jam

kemudian dihaluskan untuk memperoleh serbuk daun (Nubariah et al. 2021). Setelah

kering, sampel dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk. Serbuk yang

diperoleh tersebut kemudian ditimbang sebanyak 200 gram dan disimpan dalam

wadah kaca (toples kaca) untuk pengerjaan selanjutnya.

3.7.2. Pembuatan Ekstrak Komba-komba (Chromolaena odorata L.)

Ekstraksi dilakukan dengan mengacu pada metode yang dilakukan oleh Amin

et al. (2022). Ekstrak dibuat dengan cara tanaman komba-komba bagian akar, batang,

dan daun yang telah kering ditimbang dan dimasukkan ke dalam tempat maserasi

kemudian dimasukkan pelarut etanol 70% (1:10). Maserasi dilakukan selama 3 kali

24 jam, kemudian disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.

Ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak

kental.

3.7.3. Analisis fitokimia


13

Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif dari

ekstrak kasar daun komba-komba menggunakan metode Harborne dengan reagen

spesifik.

a) Uji alkaloid

Sebanyak 1 gram ekstrak dimasukkkan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan

dengan air kemudian ditambahkan 1-2 tetes perekasi Mayer lalu dikocok, keberadaan

alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan kuning muda. Sedangkan pengujian

alkaloid dengan menggunakan pereaksi Dragendorff ditandai dengan terbentuknya

endapan jingga.

b) Uji flavonoid

Sebanyak 1 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan pereaksi Wilstater (serbuk magnesium secukupnya dan 10 tetes HCl).

Keberadaan flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah pada larutan.

c) Uji tannin

Sebanyak 1 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan 3 tetes besi (III) klorida. Keberadaan tanin ditandai dengan terbentuknya

warna hijau kehitaman.

d) Uji saponin

Sebanyak 1 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan 5 tetes air panas kemudian dikocok kuat selama kurang lebih 1 menit
14

selanjutnya didiamkan selama 10 menit dan diamati buih atau busa yang terbentuk.

Keberadaan saponin dalam sampel ditandai dengan terbentuknya buih yang stabil

selama 10 menit dan tinggi sekitar 3 cm.

e) Uji steroid/terpenoid

Sebanyak 1 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard (2 ml kloroform dan 3 ml H2SO4

pekat). Keberadaan steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau-biru sedangkan

keberadaan terpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah-coklat.

3.7.4. Uji Aktivitas Antioksidan

Potensi antioksidan ekstrak ditentukan dengan mengukur aktivitas penangkal

radikal bebas 1,1diphenyl2picryl hydrazyl (DPPH) mengacu pada Mohamad et al.

(2009). Sebanyak 50 µL ekstrak (10 mg/mL) dicampur dengan sebanyak 1,95 mL

DPPH (0,1 mM) kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit. Nilai

absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm.

Asam askorbat digunakan sebagai pembanding perlakuan dan DPPH tanpa

pencampuran dengan ekstrak sebagai kontrol. Aktivitas penangkal radikal bebas

dinyatakan sebagai persentase penghambatan radikal bebas menggunakan rumus :

A 0 -A t
% Penghambatan = ×100%
A0
15

Keterangan :

A0 : absorbansi kontrol

At : absorbansi ekstrak

3.8. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam atau

Anova dengan menggunakan bantuan program SPSS 23. pada selang kepercayaan

95%, jika terdapat perbedaan akan diuji lanjut dengan uji Duncan.

3.9. Definisi Operasional

1. Analisis ragam (ANOVA) adalah suatu metode analisis statistika yang

dikembangkan Ronald Fisher dengan tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan

dari pemberian pelakuan yang dilakukan pengujian.

2.

Anda mungkin juga menyukai