LAPORAN MAGANG
Rumah Sakit Hermina Padang
Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan
OLEH :
ELGA APRODITA
NIM. 1903059
OLEH:
ELGA APRODITA
1903059
Laporan magang ini telah diperiksa oleh Pembimbing Magang dan telah
disetujui untuk di seminarkan
OLEH:
ELGA APRODITA
1903059
Laporan Magang ini telah diseminarkan di depan Tim Penguji Seminar Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat pada Februari 2021 dan dinyatakan telah
memenuhi syarat untuk diterima
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga Laporan Magang dengan Judul “Tinjauan Pelaksanaan Program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Hermina Padang tahun 2020”
dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulisan laporan ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syamsul Amar, B.MS Pembina Yayasan Pengembangan Sumber
Daya Masyarakat (YSDM) Sumatera Barat
2. Bapak Drs. H. Hasrinal, A.Md. Kep, MM Ketua Stikes Syedza Saintika Padang
3. Ibu Oktariyani Dasril, SKM, M.Kes Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat Stikes
Syedza Saintika Padang.
4. dr. Nanik Supriani, MARS Direktur RS Hermina Padang
5. Bapak Edison, M. Kes Pembimbing Akademik Magang yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam menyelesaikan Laporan Akhir
Magang.
6. dr. Mila Gunawan, MARS Manajer Mutu dan Akreditasi yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam pelaksanaan Magang di RS Hermina
Padang.
7. Ibu Mita Puspa Hardini, A.Md.Kep IPCN RS Hermina Padang yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan dukungan dalam proses
pelaksanaan Magang.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Akhir Magang ini.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari
berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Padang, Februari 2021
Elga Aprodita
DAFTAR ISTILAH
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................. 3
B. Tujuan ........................................................................................................................ 12
C. Manfaat ...................................................................................................................... 12
A. Pengertian .................................................................................................................. 13
F. Kewaspadaan Standar............................................................................................... 19
L. Manajemen................................................................................................................. 29
A. Perencanaan ............................................................................................................... 53
B. Pengorganisasian ....................................................................................................... 54
C. Pelaksanaan................................................................................................................ 54
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 58
B. Saran........................................................................................................................... 58
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 61
DAFTAR GAMBAR
1. Jadwal Kegiatan
2. Dokumentasi Kegiatan
3. Dokumen Perizinan Magang
4. Daftar Kehadiran Mahasiswa Magang
5. Lembar Revisi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
RS sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, RS dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
yang bermutu sesuai standar yang sudah ditentukan. Masyarakat yang menerima
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada
resiko terjadinya infeksi atau infeksi nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di RS,
baik karena perawatan atau datang berkunjung ke RS (Ginting, 2018).
Ditinjau dari asal atau didapatnya, infeksi dapat berasal dari komunitas
(community acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (hospital
acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Karena
sering kali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi
nosokomial (hospital acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare
Associated Infection” (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya dirumah
sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada
pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat pada saat
melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi yang terjadi atau didapat
di rumah sakit selanjutnya disebut Infeksi Rumah Sakit (IRS) (Ginting, 2018).
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau HAIs merupakan salah satu
masalah kesehatan di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam forum Asian
Pasific Economi Comitte (APEC) atau Global Health Security Agenda (GHSA)
penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda yang dibahas. Hal ini
menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara langsung sebagai beban
ekonomi negara (Permenkes, 2017).
Data global HAIs hingga saat ini masih sangat terbatas, namun mengacu pada
laporan WHO berdasarkan tinjauan pada literatur dari berbagai studi nasional atau
multisenter pada tahun 1995-2010 didapatkan data bahwa prevalensi keseluruhan HAIs
di dunia berkisar antara 3,5% - 12% dimana prevalensi HAIs di negara maju mencapai
7,6% sedangkan prevalensi di negara berkembang didapatkan lebih tinggi yaitu
mencapai 10,1% dengan variasi 5,7% sampai 19,1%. Di negara maju yaitu Amerika
Serikat memperkirakan 1,7 juta kejadian infeksi (9,3 infeksi per 1000 hari pasien atau
4,5 per 100 pasien yang masuk) di rumah sakit di Amerika Serikat dan menyumbang
lebih dari 98.000 pasien meninggal pada tahun 2002. The European Center for Disease
Control and Prevention (ECDC) dalam WHO (2015) melaporkan prevalensi di eropa
rata-rata adalah 7,1% (WHO,2011).
Berdasarkan hasil survey di Rumah Sakit Amerika Serikat didapati angka
kejadian HAIs mencapain 722.000 di unit rawat akut dan 75.000 pasien meninggal
dengan HAIs (CDC, 2016).
Kejadian HAIs juga terjadi di Indonesia. Pada beberapa penelitian di Indonesia
masih juga terdapat banyak kejadian HAIs. Di Indonesia belum terdapat data nasional
HAIs, akan tetapi Widodo dan Astrawinata (2004) melaporkan data HAIs di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo 1999 – 2002 yaitu 1,1 , 0,9 , 0,6 dan 0,4%. Pada tahun 2003,
Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Prof. Dr. Sulianti Saroso melakukan survey ke 11 RS di
DKI Jakarta. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan data prevalensi infeksi nosokomial
untuk Infeksi Daerah Operasi (IDO) 18,9% , Infeksi Saluran Kemih (ISK) 15,1% ,
Infeksi Alirah Darah (IADP) 26,4% , Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran Napas
Lainnya 15,1% serta infeksi lain 32,1% (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Di Rumah Sakit Hermina Padang, data HAIs pada tahun 2020 untuk IDO pada
semester 1 tidak terjadi dan pada semester 2 terjadi 1,47% (RS Hermina Padang, 2020).
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
kesehatan secara konsisten melaksanakan upaya-upaya Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit melalui program PPI. Program PPI
dilaksanakan sebagai upaya untuk memberikan perlindungan kepada setiap orang
terhadap kemungkinan tertular infeksi pada saat memberikan pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan (Permenkes, 2017).
Adapun yang termasuk dalam program PPI antara lain Kegiatan Surveilans,
Pendidikan dan pelatihan, Kewaspadaan isolasi, Pengendalian anti mikroba, dan
Penerapan Bundles HAIs. Salah satu dari program PPI adalah kegiatan surveilans, yang
difasilitas pelayanan kesehatan dan salah satu kegiatan yang penting untuk mencapai
keberhasilan program (Permenkes, 2017) .
Oleh karena pentingnya pelaksanaan program PPI untuk menurunkan angka
kejadian HAIs, maka penulis bermaksud untuk melakukan peninjauan pelaksanaan
program tersebut di RS Hermina Padang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan laporan magang ini adalah untuk mengetahui Tinjauan
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Hermina Padang Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Perencanaan (Planning) Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi RS Hermina Padang Tahun 2020
b. Untuk mengetahui Pengorganisasian (Organization) Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi RS Hermina Padang Tahun 2020
c. Untuk mengetahui Pelaksanaan (Actuating) Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi RS Hermina Padang Tahun 2020
d. Untuk mengetahui Monitoring dan Evaluasi (Controlling) Program Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi RS Hermina Padang Tahun 2020
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa sebagai bahan rujukan dan pengetahuan tentang Program
Kesehatan yang telah dipelajari selama perkuliahan
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Syedza Saintika Padang sebagai
tambahan referensi dan kepustakaan khususnya tentang bagaimana Program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Hermina Padang Tahun 2020
3. Bagi RS Hermina Padang diharapkan dapat menambah masukan dan bahan
pertimbangan dalam membuat berbagai keputusan dan kebijakan.
D. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penulisan laporan magang ini yaitu penerapan Program
PPI di RS Hermina Padang dengan kegiatan Perencanaan, Pengorganisasian,
Pelaksanaan, serta Monitoring dan Evaluasi pada Tahun 2020 yang dipelajari selama
proses magang pada tanggal 11 Januari – 06 Februari 2021.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah upaya mencegah agar tidak
terjadi infeksi pada pasien yang dirawat dan petugas kesehatan pada saat melakukan
tindakan perawatan serta upaya mengendalikan guna menurunkan angka kejadian
infeksi (Permenkes,2017).
2. Surveilans Infeksi RS adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-menerus
dalam pengumpulan data, identifikasi, analisis, dan interpretasi dari data kesehatan
yang penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala
kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan,
penerapan, dan evaluasi suatu Tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (RS
Hermina Padang, 2018).
3. HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan
tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah
pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
(Permenkes, 2017).
4. Bundle adalah kumpulan proses atau intervensi konsep ilmiah yang dibutuhkan
untuk perawatan secara efektif dan aman untuk pasien, yang dapat mencegah HAIs
(RS Hermina Padang, 2018).
5. Pemberian terapi antimikroba adalah salah satu tata laksana penyakit infeksi yang
bertujuan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba di dalam tubuh
(Permenkes, 2017).
6. Kewaspadaan Standar adalah kewaspadaan yang utama, dirancang untuk
diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah didiagnosis, diduga terinfeksi atau
kolonisasi (Permenkes, 2017).
7. Pendidikan dan Pelatihan PPI diberikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan /
atau organisasi profesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
serta petugas fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang
PPI, termasuk Komite atau Tim PPI (Permenkes, 2017).
8. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah (Permenkes, 2017).
9. Penyakit menular atau infeksi adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah
dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung (RS
Hermina Padang, 2018).
Agen
Reservoi
Host
r
Portal of Portal of
Entry Exit
Metode
Penularan
F. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk
diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah didiagnosis, diduga terinfeksi atau
kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis,
sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuangan
sampah dan lainnya juga berisiko besar terinfeksi. Oleh karena itu penting sekali
pemahaman dan kepatuhan petugas tersebut untuk juga menerapkan Kewaspadaan
Standar agar tidak terinfeksi (Permenkes, 2017).
Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas) komponen
utama yang harus dilaksanakan dan diaptuhi dalam kewaspadaan standar, yaitu
kebersihan tangan, APD, dekontaminasi peralatan perawatan pasien, kesehatan
lingkungan, pengelolaan limbah, penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan
petugas, penempatan pasien, hygiene respirasi / etika batuk dan bersin, praktik
menyuntik yang aman dan praktik lumbal pungsi yang aman (Permenkes, 2017).
Kesebelasan kewaspadaan standar tersebut yang harus di terapkan di semua
fasilitas pelayanan kesehatan, sebagai berikut :
1. KEBERSIHAN TANGAN
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan
alkohol bila tidak tampak ktoor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong
pendek, tanpa kuku palsu, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin.
Indikasi keberihan tangan :
a. Sebelum kontak pasien
b. Sebelum Tindakan aseptic
c. Setelah kontak darah dan cairan tubuh
d. Setelah kontak pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
H. Kegiatan Surveilans
Surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien. (Permenkes,
2017)
Kegiatan surveilans HAIs merupakan komponen penunjang penting dalam setiap
program pencegahan dan pengendalian infeksi. Informasi yang dihasilkan kegiatan
surveilans berguna untuk mengarahkan strategi program baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan maupun pada tahap evaluasi.
Tujuan surveilans HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan :
1. Tersedianya informasi tentang situasi dan kecenderungan kejadian HAIs
2. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya fenomena
abnormal pada hasil pengamatan dan dampak HAIs
3. Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian penyimpangan pada hasil
pengamatan dan dampak HAIs
Metode Surveilans :
1. Surveilans Komprehensif, adalah surveilans yang dilakukan di semua area
perawatan untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami infeksi selama di RS
2. Surveilans Target, adalah surveilans yang berfokus pada ruangan atau pasien dengan
risiko infeksi spesifik seperti ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi baru
lahir, dan lainnya dengan risiko ISK, IDO, IAD, HAP, VAP
3. Surveilans Periodik, adalah surveilans yang dilakukan secara periode misalnya satu
bulan dalam satu semester
4. Surveilans Prevalensi, adalah menghitung jumlah aktif infeksi selama periode
tertentu.
Langkah-langkah surveilans :
1. Perencanaan
2. Pengumpulan data
3. Analisis
4. Interpretasi
5. Pelaporan
6. Evaluasi
(Permenkes, 2017)
L. Manajemen
1. Perencanaan
Perencanaan menurut Levey dan Lomba adalah suatu proses menganalisis dan
memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin
dicapai, memperkirakan segala kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala
kemungkinan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
menganalisis efektivitas dari berbagai kemungkinan tersebut, Menyusun perincian
selengkapnya dari kemungkinan yang terpilih serta mengikatnya dalam satu sistem
pengawasan yang terus-menerus sehingga dicapai hubungan yang optimal antara
rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut (Hasibua, 2011).
Ada tiga (3) aspek pokok yang harus diperhatikan dalam perencanaan. Ketiga
aspek tersebut yaitu :
a. Hasil dari Pekerjaan Perencanaan (Outcome Of Planning)
Hasil dari pekerjaan perencanaan disebut dengan nama rencana (pla), yang dapat
berbeda antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lain. Hasil pekerjaan
perencanaan yang dilakukan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan
adalah rencana kesehatan (health plan), sedangkan hasil pekerjaan perencanaan
yang dilakukan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang Pendidikan adalah
rencana Pendidikan (educational plan)
b. Perangkat Perencanaan (Mechanic Of Planning)
Perangkat perencanaan adalah suatu organisasi yang ditugaskan dan atau yang
bertanggun jawab menyelenggarakan pekerjaan perencanaan. Sama halnya dengan
hasil, perangkat perencanaan juga dapat berbeda antara satu pekerjaan perencanaan
dengan pekerjaan perencanaan lainnya. Pada suatu organisasi yang besar dan
komplek, perangkat perencanaan ini mungkin satu biro khusus. Pada suatu
organisasi yang kecil dan sederhana mungkin dijabat oleh beberapa staf saja.
c. Proses Perencanaan (Process Of Planning)
Proses perencanaan adalah Langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada
pekerjaan perencanaan. Berbeda halnya dengan hasil dan perangkat, proses
perencanaan ini pada dasarnya adalah sama untuk berbagai pekerjaan perencanaan.
Untuk dapat menghasilkan suatu perencanaan yang baik, seyogyanya langkah-
langkah yang ditempuh adalah sama.
(Bowo, 2008).
Ruang lingkup perencanaan di pengaruhi oleh dimensi waktu, spasial dan jenis
perencanaan. Ketiga dimensi saling berinteraksi masing masing dimensi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan Dimensi Waktu
a. Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan ini meliputi jangka waktu hingga 10 tahun keatas dalam
perencanaan ini belum di tampilkan sasaran sasaran yang bersifat kuantitatif
tetapi lebih kepada proyeksi atau perspektif atas keadaan ideal yang di inginkan.
b. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan ini meliputi jangka waktunya 3 sampai 8 tahun, umumnya 5 tahun.
Ini merupakan penjabaran atau uraian perencanaan jangka panjang, walaupun
perencanaan jangka menengah ini masih bersifat umum tetapi sudah di tampilkan
sasaran yang di proyeksikan secara kuantitatif.
c. Perencanaan Jangka Pendek
Jangka waktunya 1 tahun. Perencanaan ini di sebut juga perencanaan operasional
tahunan.
(Hasibuan, 2011)
2. Perencanaan Dimensi Spasial
Merupakan perencanaan yang memiliki kararkter yang terkait dengan ruang dan
batasan wilayah yang terdiri atas:
a. Perencanaan Nasional
Suatu Proses penyusunan perencanaan berskala nasional sebagai konsensus dan
komitmen seluruh rakyat Indonesia yang terarah terpadu dan menyeluruh untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur memperhitungkan dan
memanfaatkan sumber daya nasional dan memperhatikan perkembangan
internasional.
b. Perencanaan Regional
Pilihan antar sektor dan hubungan antar sektor dalam suatu wilayah atau daerah
sehingga disebut juga sebagai perencanaan daerah/wilayah.
c. Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan yang mengupayakan pemanfaatan fungsi kawasan tertentu,
mengembangkan secara seimbang, baik secara ekologis, geografis, maupun
demografis.
(Hasibuan, 2011)
3. Perencanaan Dimensi Jenis
a. Top Down Planning
Perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi
gagasan awal serta pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya
program yang berawal dari perencanaan hingga proses evaluasi, dimana peran
masyarakat tidak begitu berpengaruh. Kelebihannya hasil yang dikeluarkan bisa
optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh pemerintah namun
masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang
lebih dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri. Sehingga
masyarakat akan merasa terabaikan kepentingannya.
b. Bottom Up Planning
Perencanaan yang dilakukan dimana masyarakat lebih berperan dalam hal
pemberian gagasan awal sampai dengan mengevaluasi program yang telah
dilaksanakan sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu
jalannya program. Sistem Bottom Up digunakan sebagai taktik untuk mengetahui
permasalahan dalam sistem perencanaan namun lebih memakan waktu yang lama
dikarenakan harus adanya sinkronisasi dari lower level employee kepada
atasannya.
c. Perencanaan Sistem Gabungan
Perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan program yang
diinginkan oleh masyarakat yang merupakan kesepakatan bersama antara
pemerintah dan juga masyarakat sehingga peran masing-masingnya saling
berkaitan. Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-
masing sistem tersebut maka sistem yang dianggap paling baik adalah suatu
sistem gabungan dari kedua jenis sistem tersebut karena banyak sekali kelebihan
yang terdapat didalamnya antara lain adalah masyarakat mampu berkreasi dalam
mengembangkan ide-ide mereka sehingga mampu berjalan beriringan bersama
dengan pemerintah sesuai dengan tujuan utama yang diinginkan dalam mencapai
kesuksesan dalam menjalankan suatu program.
(Hasibuan, 2011)
Adapun langkah-langkah dari perencanaan adalah :
1. Analisis situasi
Langkah ini dilakukan dengan analisis data laporan yang dimiliki oleh organisasi
(data primer) atau mengkaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang datanya
dibutuhkan. Analisis situasi bisa dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.
Data yang diperlukan sebagai berikut :
a. Data kependudukan
b. Data potensi organisasi
c Keadaan lingkungan dan demografi
d. Sarana dan prasarana
e. Data mengenai masalah yang berkembang dimasyarakat
2. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya
Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara situasi atau kondisi yang
diamati dengan situasi/ kondisi yang diharapkan, atau kesenjangan dapat diukur
antara lain yang mampu dicapai dengan tujuan/target yang ingin dicapai. Masalah
juga dapat dirumuskan dalam bentuk hambatan kerja dan kendala yang dihadapi
dalam kegiatan pelaksanaan program. Melalui analisis situasi dapat dilakukan
identifikasi masalah dan dapat melakukan rumusan masalah serta selanjutnya
dilakukan prioritas masalah.
3. Menentukan tujuan program
Syarat tujuan sebuah program adalah sebagai berikut :
a. Dipakai untuk mengukur keberhasilan kegiatan sebuah program
b. Harus sesuai dengan masalah dan ditetapkan sesuai dengan kemampuan
organisasi
c. Ditingkat pelaksana tujuan dijabarkan dalam bentuk tujuan operasional,
biasanya ditetapkan dengan waktu dan hasil akhir yang ingin dicapai.
d. Berbagai kegiatan alternatif dipilih untuk mencapai tujuan program.
Dalam perumusan sebuah tujuan operasional program kesehatan harus bersifat
SMART yaitu :
Spesific : Jelas sasarannya dan mudah dipahami oleh staf pelaksana
Measurable : Dapat diukur kemajuannya
Achievable : Tujuan yang ditetapkan dalam program tersebut haruslah bisa
dicapai
Realistic : Dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas
organisasi yang tersedia
Time Bound : Sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat
direncanakan untuk mencapai tujuan program sesuai dengan
target waktu yang telah ditetapkan
4. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
Rencana Kerja Operasional (RKO) adalah suatu rencana kegiatan yang disusun
berdasarkan tujuan, sasaran, dan sumberdaya pendukungnya. Format sebuah RKO
yang lengkap adalah :
a. Latar belakang
b. Tujuan kegiatan
c. Sasaran
d. Kegiatan program dan cara mengerjakannya
e. Pelaksanaan
f. Rencana anggaran
g. Sumber daya pendukung
h. Waktu pelaksanaan
i. Monitoring dan evaluasi
(Hasibuan, 2011)
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokkan berbagai kegiatan yang diperlukan
untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan (Bowo, 2009).
Unsur-unsur pokok dalam pengorganisasian ada tiga macam, yaitu :
1. Hal yang diorganisasikan
a. Kegiatan
Pengorganisasian kegiatan yang dimaksud di sini yaitu pengaturan berbagai
kegiatan yang ada dalam rencana sedemikian rupa sehingga terbentuk satu
kesatuan yang terpadu, yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Tenaga pelaksana
Pengorganisasian tenaga pelaksana yang dimaksud mencakup pengaturan
struktur organisasi, susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap tenaga
pelaksana, sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada penanggung jawabnya.
2. Proses Pengorganisasian
Proses yang dimaksud dalam pengorganisasian di sini adalah yang menyangkut
pelaksanaan langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
semua kegiatan yang akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan,
mendapatkan pengaturan yang sebaik-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan tersebut memiliki penanggung jawab pelaksana. \
3. Hasil Pengorganisasian
Hasil yang dimaksud di sini adalah terbentuklah suatu wadah yang pada dasarnya
merupakan perpaduan antara kegiatan yang akan dilaksanakan serta tenaga
pelaksana yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Manfaat yang
dapat diketahui dari pengorganisasian yaitu :
a. Pembagian tugas perorangan dan kelompok. Tugas pokok staf dan prosedur
kerja merupakan dokumen dari fungsi pengorganisasian, digunakan sebagai
panduan kinerja staf.
b. Hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi anggota atau staf sebuah
organisasi. Hubungan ini akan terlihat pada struktur organisasi.
c. Pendelegasian wewenang.
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang diiliki organisasi.
(Bowo, 2009)
Jenis organisasi terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Organisasi Lini (Lini/Command Organization)
Maksudnya dalam pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata
antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Keuntungannya
adalah pengambilan keputusan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin
serta pengawasan dan koordinasi lebih mudah. Sedangkan kerugiannya adalah
karena keputusan diambil oleh satu orang, maka keputusan tersebut sering kurang
sempurna serta dibutuhkan pemimpin yang berwibawa dan berpengetahuan luas.
2. Organisasi Staff (Staff Organization)
Maksudnya dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi staff yang berperan
sebagai pembantu pimpinan. Bantuan yang diberikan oleh staff tersebut hanya
bersifat nasehat saja, sedangkan keputusan dan pelaksanaan dari keputusan tersebut
tetap berada ditangan pimpinan. Keuntungannya adalah keputusan dapat lebih baik
karena dipikirkan oleh sekelompok kalangan ahli. Sedangkan kerugiannya adalah
pengambilan keputusan lebih lama dari pada organisasi lini dan dapat menghambat
kelancaran program.
3. Organisasi Lini dan Staff
Maksudnya peranan staff tidak hanya terbatas pada pemberian nasehat tetapi juga
diberikan tanggung jawab melaksanakan kegiatan tertentu. Bantuan yang
diharapkan dari staff tidak hanya pemikiran saja, tetapi juga telah menyangkut
pelaksanaannya. Keuntungannya adalah keputusan yang diambil lebih baik karena
telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang dan
karena itu lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting,
pengembangan bakat dilakukan sehingga mendorong disiplin dan tanggung jawab
kerja yang lebih tinggi. Sedangkan kelemahannya adalah pengambilan keputusan
lebih lama serta jika staff tidak mengetahui batas-batas wewenangnya dapat
menimbulkan kebingungan pelaksana.
(Bowo, 2009)
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf
pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Tujuan dari fungsi pelaksanaan ini adalah :
1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
5. Membuat organisasi berkembang secara dinamis
(Bowo, 2009)
SPI SEKRETARIS
IT RS
URUSAN FRONT
BIDANG BIDANG BIDANG
BIDANG OFFICE & BIDANG BIDANG
PELAYANAN PENUNJANG URUSAN MEDIS URUSAN MUTU PENUNJANG
KEPERAWATAN CUSTOMER PERSONALIA KEUANGAN
MEDIS MEDIS UMUM
SERVICE
PERAWATAN
GIZI & TATA
IGD GAWAT FARMASI URUSAN RESIKO REKRUTMEN PIUTANG
BOGA
DARURAT
PERAWATAN KLINIK
RAWAT INAP EKSEKUTIF/KLINIK LABORATORIUM DIKLAT PAJAK LAUNDRY
KHUSUS
KAMAR
PERAWATAN
BERSALIN & REKAM MEDIS KOMPETENSI KASIR IPSRS
RAWAT INAP
KAMAR BEDAH
REHABILITASI PERAWATAN
MEDIK & KTK KAMAR OPERASI
PERAWATAN
PERINATOLOGI
E. Struktur Organisasi PPI di Rumah Sakit Hermina Padang
PPI
(Ketua : IPCD)
Sekretaris :
IPCN
G. Fokus Magang
Fokus magang yaitu tentang gambaran Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit Hermina Padang tahun 2020. Program ini berada dibawah
naungan Rumah Sakit Hermina Padang untuk pengaturan kegiatan pelayanan PPI di
RS ini. Berikut perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS Hermina Padang 2020.
1. Perencanaan
Perencanaan Program PPI ini berdasarkan landasan hukum Permenkes RI
No.27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengendalian Infeksi. Tujuan dari program ini
adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan,
sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan, pasien, dan masyarakat dari
penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. (Permenkes, 2017)
a. Input
1) Man (Manusia)
Dilihat dari unsur man yang terlibat dalam perencanaan Program PPI adalah S
Hermina Padang khususnya Bidang Mutu dan Akreditasi di Bagian PPI.
2) Money (Biaya)
Dilihat dari unsur money yang digunakan dalam proses perencanaan, Program
PPI bersumber dari Rencana Anggaran Biaya RS Hermina Padang tahun 2019.
Pada saat perencanaan tidak ada dana yang digunakan.
3) Material (Alat dan bahan)
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses perencanaan ini adalah kebijakan
dan pedoman Pelayanan PPI dan berlandaskan hukum Permenkes No. 27 Tahun
2017, serta evaluasi program tahun sebelumnya.
4) Method (Metode)
Proses perencanaan program PPI berpedoman pada Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi tahun 2018 dan Kebijakan PPI tahun 2019. Selain itu,
Program PPI ini juga berdasarkan Peraturan Kemenkes No.27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi guna meningkatkan
kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga melindungi
sumber daya manusia kesehatan, pasien, dan masyarakat dari penyakit infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
b. Proses
Proses dari perencanaan Program PPI dimulai dengan melakukan rapat internal
Anggota PPI yang membahas mengenai rencana kegiatan tahun depan dan dilihat juga
dari kebutuhan di lapangan yang dirumuskan dalam bentuk Rencana Kegiatan yang
disetujui sebagai Program Kerja PPI.
c. Output
Pada Proses perencanaan, telah dihasilkan Rencana Kegiatan dan Rencana
Anggaran yang disetujui sebagai Program Kerja PPI, selanjutnya membuat uraian
kegiatan pelaksanan dan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dalam satu tahun
kedepan dan melakukan rapat koordinasi dengan bagian dan unit terkait.
2. Pengorganisasian PPI (Ketua : IPCD)
dr. Chintia Mona Firda
Sekretaris : IPCN
Mita Puspa Hardini, A.Md.Kep
Mutia Ferizana,
dr. Nurhasanah
A.Md.Kep
Desmaryanti Kazmak,
dr. Iva Dewi Permata
AMK
Devi Yennita,
dr. Mentari Deomora
AMK
A. Perencanaan
Rumah Sakit Hermina Padang adalah salah satu instansi yang menerapkan prinsip
PPI pada semua layanannya. Perencanaan kegiatan dilakukan oleh RS Hermina Padang
khususnya Bidang Mutu dan Akreditasi dengan sub bagian Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI). Tidak ada dana yang digunakan dalam proses perencanaan.
Perencanaan Program PPI ini berdasarkan landasan hukum Permenkes No.27 Tahun
2017. Tujuan dibuatnya program ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit yang dilaksanakan oleh semua bagian. Perencanaan dilakukan dengan membuat
kegiatan – kegiatan dalam bentuk Program Kerja yang disetujui nantinya oleh Direktur
RS Hermina Padang dan Direktur PT. Medikaloka Hermina setiap awal tahun.
Saran atau masukan pada tahap perencaan Program PPI ini adalah agar bisa
dijelaskan hasil dari evaluasi pencapaian program PPI pada tahun 2020 di program kerja
2021 agar terlihatnya fokus atau sasaran mana dari program PPI yang paling di
prioritaskan untuk dicapai.
B. Pengorganisasian
Dalam rangka mencapai tujuan program PPI dibentuklah suatu tim atau komite
PPI guna mencapai target dan sasaran program PPI, dimana anggota dari tim atau komite
PPI ini harus memenuhi syarat dan ketentuan berlaku sesuai Pedoman Pengorganisasian
PPI RS Hermina Padang tahun 2018. Pengorganisasian menyangkut pelaksanaan
langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang
akan dilaksanakan dan tim pelaksana yang dibutuhkan akan mendapatkan pengaturan
yang sebaik-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan dapat mencapai
sasaran dan targetnya.
Sampai saat ini untuk Tim PPI sudah dibentuk, tetapi untuk pelaksanaan masing-
masing peran masih belum optimal, dikarenakan IPCLN di lapangan yang mana
merangkap sebagai kepala ruangan masih belum bisa menjalankannya, disebabkan
rotasi kepala ruangan yang masing berjalan secara mendadak dan belum menetap.
Sehingga untuk pelaksanaan survei lapangan masih dilakukan langsung oleh IPCN.
Untuk pelaporan bulanan PPI dibuat oleh IPCN dan di setujui oleh Ketua PPI selaku
IPCD RS Hermina Padang. Kelemahan dari pelaksanaan saat ini adalah tidak
terpantaunya secara optimal kegiatan survei di lapangan oleh Tim PPI karena IPCLN
tidak berfungsi secara optimal dan IPCN hanya bisa melakukan survei lapangan.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan usaha untuk menciptakan iklim Kerjasama diantara
anggota pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Idealnya pelaksanaan program harus sejalan dengan perencanaan yang telah
dibuat dan tim PPI harus bekerja sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disusun dan
disepakati. Dalam pelaksanaan juga harus memiliki pemimpin yang akan mengarahkan
anggotanya serta melakukan koordinasi antar bidang untuk mencapai tujuan program.
Pelaksanaan Program PPI dilaksanakan selama setahun dari Januari 2020 hingga
Desember 2020. Sasaran dari Program PPI ini adalah semua yang terkait pada kegiatan
operasional Rumah Sakit mulai dari pasien RS Hermina Padang hingga karyawan RS
Hermina Padang. Targetnya semua kegiatan operasional dan layanan dilaksanakan
secara aman dan mengimplementasikan prinsip PPI. Setiap kegiatan program PPI
dilaksanakan oleh unit-unit pelayanan di lapangan dan akan dilakukan supervisi dan
dipantau oleh IPCLN, tetapi dalam kondisi saat ini masih dilakukan oleh IPCN dalam
melakukan supervisi dan pemantauan dilapangan. Kegiatan dari Program PPI sendiri
dipantau oleh Manager Mutu.
Monitoring dan evaluasi program PPI, dilakukan setiap bulan melalui laporan
bulanan yang dilaporkan oleh Tim PPI. Tidak hanya monitoring dan evaluasi melalui
laporan, tetapi juga dilakukan Pendidikan dan pelatihan pada seluruh karyawan serta
edukasi kepada pasien melalui kegiatan program PPI Pendidikan dan Pelatihan PPI guna
memantau implementasi dan pengetahuan individu terkait, contoh nya dilakukan setiap
bulannya diklat kewaspadaan standar/isolasi dan diklat HAIs untuk karyawan rumah
sakit dengan target 100% karyawan harus mengikuti. Selain itu, masalah-masalah yang
timbul dilapangan juga menjadi laporan evaluasi program dan menjadi evaluasi untuk
kegiatan program PPI.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. RS Hermina Padang dikepalai oleh seorang direktur. RS Hermina Padang
mempunyai 9 bidang dan 3 staf direksi, yaitu : Bidang Mutu dan Akreditasi, Bidang
Pelayanan Medis, Bidang Keperawatan, Bidang Penunjang Medis, Bidang
Penunjang Umum, Bidang Keuangan, Bidang Personalia, Bidang JKN, Bidang
Marketing, Staf Sekretariat, Staf SPI, dan Staf TI.
2. HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan
tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah
pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Perencaan yang dilakukan pada program PPI adalah dari bawah ke atas (Bottom Up
Planning) dan bersifat internal.
4. Pengorganisasian program PPI dipegang oleh Tim PPI dan dilaksanakan oleh
seluruh karyawan RS terutama pada unit-unit pelayanan
5. Pelaksanaan Program PPI sudah terlaksana sejak RS Hermina Padang berdiri di
tahun 2018 hingga saat ini, tetapi pelaksanaan dilapangan masih dominan dilakukan
oleh IPCN.
6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dilakukan setiap bulan sekali melalui
laporan bulanan PPI dan laporan kegiatan diklat yang diadakan oleh Tim PPI.
B. Saran
1. Diharapkan pada tahap pengorganisasian, IPCLN dari Tim PPI sudah mulai bisa
melakukan supervisi pelaksanaaan PPI di lapangan agar IPCN dapat berfokus pada
evaluasi dan validasi dari hasil supervisi yang dilakukan IPCLN.
2. Diharapkan pada tahap pelaksanaan agar IPCLN dapat membantu IPCN dalam
melakukan survei dan supervisi di lapangan untuk mengoptimalkan capaian
implementasi prinsip PPI di lapangan
3. Diharapkan untuk temuan-temuan di lapangan oleh Tim PPI dapat dimasukan ke
dalam latar belakang dari program kerja PPI ditahun berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Kemenkes RI No.27 tahun 2017 tetang Pendoman
Pengendalian Infeksi. Jakarta:Kemenkes RI
Hasibuan MSP. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara;
2011.
WHO. 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care : First Global Patient
Safety Challenge, World Health, Organization, 2009).
LAMPIRAN
TAHUN 2021
RS HERMINA PADANG
DOKUMEN PERIZINAN MAGANG
DAFTAR HADIR MAHASISWA MAGANG
LEMBAR REVISI UJIAN MAGANG
Penguji : Annisa Novita Sary, M.Kes