Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PROYEK


PEKERJAAN ATAP
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Keselamatan Kerja dan
Lingkungan Hidup

Dosen Pengampu : Suharto, S.Mn., M.M.Kes.

Di Susun Oleh Kelompok : 1


Ai Cahyati (D512011001)
Alif Alfandi (D512011002)
Deni Supriadi (D512011003)
Fikri Ramadhan (D512011004)
Fitri Aryani (D512011005)

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI BANGUNAN


POLITEKNIK TEDC BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul K3 Bendungan ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada K3
dan Lingkungan Hidup jurusan Konstruksi Bangunan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pentignya Pedoman Kesehatan Keselamatan
Kerja (K3) dan Lingkungan Hidup bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Suharto, S.Mn., M.M.Kes. selaku dosen
mata kuliah K3dan lingkungn hidup yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, bahwasanya makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Cimahi, 23 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3


A. Pengertian ............................................................................................................ 3
B. Fungsi Atap ......................................................................................................... 3
C. Tipe dan Jenis Atap ............................................................................................. 3
D. Pemeliharaan ....................................................................................................... 5
E. Resiko dan Bahaya .............................................................................................. 7
F. APD dan Penerapan K3 ....................................................................................... 8
G. Pengawasan (Project Manager) ......................................................................... 11

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14

A. Kesimpulan .....................................................................................................14

B. Saran......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Atap yang terdiri dari penutup atap dan rangka atap merupakan bagian dari
konstruksi bangunan yang terletak di bagian paling atas dari suatu bangunan.
Sebagai bagian paling atas, atap hendaknya didesain seringan mungkin sehingga
beban yang disalurkan ke bagian bawahnya juga kecil. Pemilihan material
penyusun atap sangat diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya, untuk
penutup atap, orang lebih memilih penggunaan genteng yang berat sendirinya lebih
ringan dibandingkan atap yang terbuat dari beton. Begitu juga dengan rangka
atapnya. Dahulu material kayu merupakan material yang sering digunakan untuk
konstruksi rangka atap. Hal ini karena material kayu cukup ringan dan kekuatannya
pun cukup memadai untuk struktur rangka atap. Namun, dengan ketersediaan kayu
yang semakin terbatas, orang-orang beralih menggunakan baja konvensional
sebagai konstruksi rangka atap. Seiring perkembangan teknologi, ditemukanlah
material baja ringan yang memiliki kekuatan lebih tinggi dan berat sendiri yang
lebih ringan sehingga baja ringan menjadi alternatif untuk material penyusun
rangka atap. Dengan kondisi tersebut, penggunaan material baja ringan semakin
marak digunakan khususnya pada konstruksi rangka atap.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diambil


rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor kecelakaan kerja dan penyebab bagaimana kecelakaan bisa
terjadi pada pekerjaan atap?
2. Bagaimana penerapan prosedur – prosedur manajemen K3 pada pekerjaan
atap?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :


1. Menganalisis resiko kecelakaan kerja dan penyebab bagaimana
kecelakaan bisa terjadi pada pekerjaan atap.
2. Menjelaskan bagaimana penerapan prosedur – prosedur manajemen K3
pada pekerjaan atap.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada di bawahnya. Atap juga merupakan sebuah mahkota
yang mempunyai fungsi untuk menambah keindahan dan sebagai pelindung
bangunan dari panas, hujan, salju, petir, angin, debu dan sebagainya.

B. Fungsi Atap
Fungsi utama atap yakni untuk melindungi rumah dari perubahan cuaca baik
panas, hujan, salju, petir, angin, debu, dan sebagainya. Atap juga memiliki fungsi
proteksi untuk menutupi ruangan yang berada di bawahnya, menahan radiasi panas
yang berlebihan, mencegah tampias hujan, dan mengurangi pergerakan angin.
Pada perkembangannya, atap pun mempunyai peranan penting dalam
mempengaruhi estetika suatu bangunan.

C. Tipe dan Jenis Atap


a. Atap Datar (Plandak)
Meskipun bentuk atap ini dikatakan atap datar, akan tetapi pada
permukaan atap selalu dibuat sedikit miring untuk menyalurkan air hujan ke
lubang talang. Bahan yang sesuai untuk atap ini biasanya digunakan campuran
beton bertulang. Agar dibawah atap ini tidak terlalu panas atau dingin maka
perlu dibuat ruang isolasi diatas langit-langit (plafon). Atap datar digunakan

untuk rumah mewah seperti rumah bertingkat.

3
b. Atap Standar

Atap sandar biasanya disebut juga atap sengkuap atau atap temple. Pada
umumya atap ini terdiri dari sebuah bidang atap miring yang bagian tepi
atasnya bersandar atau menempel pada tembok bangunan induk ( tembok
yang menjulang tinggi ). Pada bentuk atap sandar menggunakan konstruksi
setengah kuda – kuda untuk mendukung balok gording. Kemiringan atapnya
dapat diambil 30 derajat atau 40 derajat bila memakai bahan penutup dari
genteng. Untuk bahan penutup dari semen asbes gelombang dan seng
gelombang kemiringan atapnya dapat diambil 20 derajat atau 25 derajat, yang
pada pemasangannya tidak memerlukan reng.

c. Atap Pelana

Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring
yang tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus, dinamakan bubungan. Tepi
bawah bidang atap, dimana air itu meninggalkan atap dinamakan tepi teritis.
Pada tepi teritis ini dapat dipasang talang air. Bahan penutupnya banyak yang
menggunakan genteng biasa ( genteng kampung ) maupun seng gelombang.
Bentuk atap pelana digunakan untuk rumah – rumah sederhana. Rumah
dengan atap ini banyak dijumpai dipedesaan seperti Bali, Jawa Timur, Jawa
Tengah dan Jawa Barat.

4
d. Atap Limasan

Atap limasan mempunyai nilai lebih sebagai berikut. Penaungan dan


perlindungan dari matahari dan hujan merata di tiap sisi bangunan. Terkesan
megah apabila dengan bentukan yang tinggi seperti asap jogjo. Selian nilai
lebih, juga mempunyai kekurangan sebagai berikut konstruksi rumit dan
mahal dengan penggunaan kuda-kuda yang banyak.

D. Pemeliharaan
Atap merupakan salah satu struktur bangunan yang paling rentan terhadap
kerusakan.Radiasi ultraviolet, angin kencang, hujan deras, hujan es, dan salju dapat
menyebabkankerusakan tersebut. Apabila terjadi kerusakan, maka harus segera ditangani
agar tidakmengundang masalah yang lebih serius misalnya kerusakan struktur rangka atap.
Maka dari itu, perlu dilakukan adanya pemeliharaan yang rutin untuk mencegah dan
memperbaiki kerusakanyang diakibatkan cuaca tersebu.
Pemeliharaan atap juga bisa dilakukan sebelum rumah tersebut didirakan dalam
artiandilaksanakan saat pembangunan rumah. Sehingga, pada saat pembangunan atap, ada
beberapahal yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:
a. Penyambungan bahan harus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
b. Pemasangan harus cermat. Kemiringan harus sesuai. Talang yang ukuran
dankemiringannya kurang sesuai menyebabkan pemasangan rengnya akan kurang
rapidan kurang rata sehingga pemasangan gentengnya pun kurang baik atau tidak
dapatmenjadi rapat.

5
c. Pemilihan bahan material harus mempertimbangkan kualitas dari bahan
tersebut.Terutama dari segi keawetan.

Sedangkan untuk pemeliharaan setelah bangunan berdiri dilakukan pemeliharaan


rutin.Lantas, apa saja yang dilakukan dalam pemeliharaan ini? Dibawah ini
merupakan pemeliharaanyang disarankan untuk dilaksanakan secara rutin.
1. Pemeriksaan Rutin Atap
Secara umum, pemeliharaan atap dapat dilakukan dengan cara memeriksa
material atapdan juga konstruksinya, apakah tejadi kerusakan atau tidak, apakah
strukturnya masih sempurnaatau tidak, serta adakah perubahan bentuk dari struktur
tersebut. Pemeliharaan ini lebih bersifattidak terencana apabila anda melakukan
pemeliharaan pada rumah anda sendiri.
Mengingat pemeriksaan ini terjadi sewaktu-
waktu dan tidak dijadwalkan. Bisa saja pemeriksaan terjadisatu kali setiap bulan
atau malah sekali saat terjadi kerusakan. Namun, untuk melakukan perawatan atap
yang baik, adakalanya pemeriksaan atap dilakukan rutin tiap tahun. Untuk itu,ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan atap
rumah anda.
2. Pemeliharaan Struktur Rangka Atap
Struktur rangka atap pada bangunan umumnya terbuat dari kontruksi kayu,
kemudian pada era tahun 90-an mulai dikenal dan digunakan struktur rangka atap
yang terbuat dari baja ringan. Karena merupakan struktur yang tertutup, sehingga
pemeliharaan dan perawatan struktur rangka atap lebih banyak bersifat preventif.
3. Pemeliharaan Sesuai dengan Material Penutup Atap
Pemeliharaan material atap diharapkan dapat mencegah kerusakan
berlanjut. Pemeliharaan ini dilakukan secara rutin. Menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008, tentang Pedoman Pemeliharaan dan
Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan atas komponen atap dapat dilakukan
dengan.
• Pemeliharaan atap seng dan coment fiber gelombang
• Pemeliharaan atap genteng metal
• Pemeliharaan atap turap
• Pemeliharaan atap beton
• Pemeliharaan atap beton keramik
• Pemeloiharaan atap fiberglass
4. Memperkirakan Umur Atap
Setiap jenis penutup atap punya umur kerja masing-masing. Atau biasanya
dinyatakan dalam masa garansinya. Misalnya bila disebut bergaransi 15 tahun, kita
harus bersiap-siap dengan perbaikan atau bahkan penggantian atap rumah kita pada
saat selesainya masa tersebut.

6
E. Resiko dan Bahaya

Klasifikasi Risiko Proyek Penyebab dari kecelakaan ada 2, yaitu faktor


manusia (unsafe action) dan faktor lingkungan (unsafe condition). Risiko yang
paling tinggi disebabkan oleh faktor manusia (unsafe action).

1. Faktor manusia (unsafe action) Dapat disebabkan oleh :


a. Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja:
• Posisi tubuh yang sebabkan mudah lelah.
• Cacat sementara.
• Cacat fisik.
• Kepekaan panca indra terhadap sesuatu.
• Kurang pengalaman.
• Kurang terampil.
• Salah pengertian terhadap perintah.
• Salah artikan SOP sehingga akibatkan kesalahan alat kerja.
b. Jalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan.
c. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya.
d. Mengangkat beban yang berlebihan.
e. Pemakaian APD hanya berpura-pura.
f. Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja.

2. Faktor lingkungan (unsafe condition) dapat disebabkan oleh :


a. Ada api ditempat bahaya.
b. Terpapar bising.
c. Terpapar radiasi 13.
d. Peralatan yang tidak layak pakai.
e. Pengamanan yang tidak standar.
f. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan.
g. Sistem peringatan yang berlebihan.
h. Kondisi suhu yang membahayakan.
i. Sifat pekerjaan yang mengandung bahaya.

Adapun resiko yang sering terjadi yang berdampak pada kerja proyek
adalah :

1. Perubahan persyaratan
2. Perubahan desain
3. Aktifitas dilewatkan
4. Kesalahan estimasi biaya dan jadwal
5. Kesalahan teknis
6. Cuti mendadak, meninggal, atau sakit
7. Perubahan prioritas

7
8. Keterlambatan pada proses persetujuan atau penerimaan
9. Cuaca yang tidak menentu
10. Tidak menguasai metode pelaksanaan

F. APD dan Penerapan K3

Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan


Kerja) secara umum merujuk pada 2 (dua) sumber, yaitu Permenaker No 5 Tahun
1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan pada
Standar OHSAS 18001: 2007 Occupational Health and Safety Management
Systems. Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif. Sedangkan Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah
bagian dari sebuah sistem manajemen organisasi (perusahaan) yang digunakan
untuk mengembangkan dan menerapkan Kebijakan kecelakaan kerja dan
mengelola kecelakaan kerja organisasi (perusahaan) tersebut. Kecelakaan kerja
menurut Ramli (2009) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan
cidera atau kerugian materi baik bagi korban maupun pihak yang bersangkutan.
Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dan dalam sekejap mata. Setiap kejadian
terdapat empat faktor yang bergerak dalam satu kesatuan berantai yaitu lingkungan
, bahaya, peralatan, dan manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Faktor yang
menyebabkannya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi, salah satunya adalah
karakter dari proyek itu sendiri. lokasi proyek yang berantakan karena padatnya
alat, pekerja dan material. Faktor pekerja konstruksi yang cenderung kurang
mengindahkan ketentuan standar keselamatan kerja, perubahan tempat kerja
dengan karakter yang berbeda sehingga harus menyesuaikan diri, perselisihan yang
mungkin timbul diantara para pekerja dengan tim proyek dan pemilihan metoda
kerja yang kurang tepat.

APD yang sering digunakan dalam pekerjaan proyek bendugan ialah:


1. Helm pelindung
Helm berfungsi melindungi kepala dari kejatuhan benda keras.

8
2. Sabuk pengaman (safety ball)
Berfungsi melindungi pekerja dari ketinggian atau tepi galian.

3. Sepatu
Sepatu berfungsi melindungi kaki dari benda tajam seperti paku,
pecahan kaca dan yang lainnya.

4. Sarung tangan
Sarug tangan berfungsi mengamankan tangan dari bagaya benda
tajam.

9
5. Masker
Masker melindungi hidung dan mulut (alat pernafasan) dari debu atau
bahan kimia lainya.

6. Pelindung mata (kaca mata)


Berfungsi melindungi dari debu, asap las dan lainya

7. Pelindung telinga
Berfungsi melindungi telinga apa bila terjadi tingkat kebisinan yang
tinggi yaitu diatas 85db.

10
8. Rompi
Untuk memudahkan pekerja lain dalam melakukan pekerjaaan bahwa
di sekitar dia ada pekerja lain saat malam hari.

G. Pengawasan (Project Manager)

Project manager bertanggung jawab atas pengorganisasian dan


pengawasan suatu proyek dilapangan agar sesuai dengan mutu, waktu dan biaya
yang telah ditetapkan untuk dipertanggung jawabkan kepada direksi. Seorang
Project manager dituntut untuk mengkoordinasikan seluruh aparat pembangunan
dan memberikan informasi lengkap yang berhubungan dengan kemajuan proyek.
Tugas dan tanggung jawab project manager adalah :
a. Memimpin, mengkoordinir dan melaporkan kepada konsultan pengawas
segala kegiatan pelaksanaan dari proyek beserta unit-unitnya
b. Menyetujui dan mendatangani semua dokumen yang bersifat usulan,
permintaan, pembelian, pemakaian dan pembayaran.

1. Bagian quality control


Tugas dari bagian Quality Control yaitu:
a. Memeriksa kualitas hasil pekerjaan yang telah selesai.
b. Memberikan saran kepada pelaksana agar hasil pekerjaan tersebut sesuai
dengan dokumen.
c. Memeriksa kualitas material yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

2. Bagian kesehatan keselamat kerja dan lingkungan (K3L)


Tugas dari bagian K3L pada proyek pembangunan Bendungan yaitu:

11
a. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait
K3 konstruksi.
b. Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
c. Melakukan sosialisasi, penerapn dan pengawasan pelaksanaan program,
keadaan prosedur kerja dan instruksi kerja K3.
d. Mengevaluasi penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta darurat.

3. Bagian teknik/administrasi kontrak (Adkon)


Tugas dari bagian teknik/admistrasi kontrak (Adkon) pada proyek pembangunan
Bendungan yaitu:
a. Membantu pelaksanaan lapangan dalam bidang pengendalian biaya, mutu,
waktu.
b. Mempersiapkan gambar kerja dan bagan balok untuk pedoman.
c. Membantu kepala proyek dalam pengawasan dibidang teknik dan
admistrasi teknik.
d. Membantu dalam pengawasan di bidang personalian dan keuangan.
Bagian Teknik/Adkon tersebut dibantu oleh beberapa tim ahli.

12
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Atap merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam


pembuatan bangunan. Selain berfungsi sebagai penutup18 ruangan, atap juga
dapat memperindah rumah penghuninya. Pemilihan bentuk dan
pemasangan atap yang kurang baik berisiko terjadinya kebocoran
sehingga penghuni bangunan tersebut akan merasa tidak nyaman.
Memang hal ini dapat diperbaiki, tetapi diperlukan biaya dan energi cukup
banyak. Biaya tersebut bukan hanya untuk perbaikan atau tetapi juga biaya
keamanan benda-benda atau barang-barang yang ada di bawahnya atau di
dalam rumah.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka saran-saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Sebelum membangun sebuah gedung khususnya atap harus
direncanakan sedetail mungkin, agar atap yang digunakan
dalam sebuah gedung tersebut berkualitas baik. Pemilihan atap
hendaknya memperhatikan iklim setempat, tampak atap yang
dikehendaki, biaya yang tersedia dan bahan-bahannya dengan
mudah di dapat dimana bangunan itu didirikan.

2. Untuk mengantisipasi terjadinya faktor risiko penyebab kecelakaan kerja


yang dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja maka
perlu untuk lebih banyak dilakukan sosialisasi dan pengarahan melalui
safety meeting ( safety introduction, safety morning talk, tool box meeting)
atau pertemuan – pertemuan di lapangan yang diikuti oleh semua pihak
mulai dari pekerja, mandor dan sub-kontraktor, agar pekerja memiliki
budaya kerja yang aman, disiplin, dan lebih memperhatikan keselamatan
kerja.
3. Melakukan pembinaan K3 pada proses awal perekrutan tenaga kerja baru
untuk memperhatikan tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan
kerja. Serta dilakukan pelatihan terhadap K3 dan ditingkatkan agar pekerja
yang direkrut sadar terhadap K3 dalam melaksanakan pekerjaannya, serta
dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/makalah-atap.html
https://id.scribd.com/document/362361627/K3-Pekerjaan-Atap
https://www.situstekniksipil.com/2018/11/permasalahan-atap-serta-
pemeliharaan.html?m=1
https://www.scribd.com/document/387030838/Pemeliharaan-Atap

15

Anda mungkin juga menyukai