Anda di halaman 1dari 49

TUGAS BESAR

STRUKTUR KAYU
PERANCANGAN ATAP KAYU

Disusun Oleh :
Lioe Herry Yulianto 15.B1.0006
Kiky Ardian Bintoro 15.B1.0069
Megawati Takary Putri 15.B1.0071

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2016

1
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS BESAR
STRUKTUR KAYU
PERANCANGAN ATAP KAYU

Telah diselesaikannya Tugas Besar Struktur Kayu dengan baik, guna melengkapi
syarat Ujian Akhir Semester 3 pada mata kuliah Struktur Kayu

Hari :
Tanggal :

Disusun Oleh :
Lioe Herry Yulianto 15.B1.0006
Kiky Ardian Bintoro 15.B1.0069
Megawati Takary Putri 15.B1.0052

Disetujui oleh:
Dosen Pengampu, Asisten Dosen,

Ir. Widija Suseno,MT Ivan Hidayat

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................6
1.4 Batasan Masalah..............................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7


2.1 Nilai Desain untuk Komponen Struktur......................................................................7
2.2 Koreksi terhadap Nilai Desain Acuan.........................................................................7
2.2.1 Faktor Durasi Beban,CD..................................................................................8
2.2.2 Faktor Temperatur, Ct......................................................................................8
BAB III LANGKAH KERJA.........................................................................................9
BAB IV Analisis Pembebanan........................................................................................10
4.1 Soal dan Data............................................................................................................10
4.2 Perhitungan
4.2.1 Beban mati .................................................................................................11
4.2.2 Beban Rangka................................................................................................11
4.2.3 Beban Hidup .................................................................................................11
4.2.4 Beban Angin..................................................................................................12
4.2.5 Beban Kombinas...........................................................................................12
4.2.6 Rekap Beban.................................................................................................12
4.3 Gaya Batang................................................................................................................13
4.4 Perhitungan perencanaan.............................................................................................15
BAB V Penutup.................................................................................................................45
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................43
Daftar pustaka...................................................................................................................44
Lampiran

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atap adalah bagian dari suatu bangunan gedung yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu atau
untuk keperluan perlindungan. Komponen atap terdiri dari dua bagian penting, yaitu
konstruksi rangka atap atau kuda-kuda di bawah penutup atap yang memikul beban
penutup atap dan konstruksi penutup atap/pelapis atap yang berfungsi sebagai kulit
pelindung kuda-kuda dan elemen bangunan di bawahnya.
Rangka kuda-kuda atap suatu bangunan gedung di Indonesia pada umumnya
menggunakan material kayu, baja, beton bertulang dan baja ringan. Material kuda-kuda
dari kayu menjadi pilihan khususnya untuk bangunan rumah karena kuat, mudah
dikerjakan dan ringan. Namun akhir-akhir ini penggunaan bahan kayu untuk rangka
kuda-kuda atap rumah tinggal dan bangunan gedung lainnya menemui beberapa kendala
seiring terbatasnya jenis kayu yang berkualitas untuk dijadikan material penyusun kuda-
kuda atap yang berdampak pada harga (nilai ekonomis) struktur kuda-kuda itu sendiri.
Selain kuda-kuda kayu, di lingkungan masyarakat juga umum menggunakan beton
bertulang sebagai konstruksi atap kuda-kuda. Kekuatan kuda-kuda beton bertulang dapat
di desain atau direncanakan sesuai dengan peruntukannya sehingga kuda-kuda ini sering
digunakan oleh masyarakat. Perencanaan dan proses pembuatan kuda-kuda beton
bertulang harus sangat diperhatikan karena kesalahan-kesalahan yang terjadi akan
berdampak pada menurunnya kekuatan beton bertulang atau bahkan sebaliknya
kemungkinan terjadi kelebihan kekuatan (overstrenght) yang dapat mengakibatkan
struktur boros.
Untuk bangunan-bangunan dengan bentang yang cukup panjang, kuda-kuda baja
menjadi pilihan yang sering digunakan oleh masyarakat. Sifat-sifat dan kekuatan baja
yang teridentifikasi dengan cukup rinci memudahkan untuk mendesain kekuatan struktur
yang terbuat dari material baja. Modifikasi dan pengembangan struktur kuda-kuda atap
menggunakan material baja terus berjalan untuk mencapai nilai ekonomis dan juga nilai

4
estetika. Penggunaan material baja jarang digunakan sebagai rangka kuda-kuda atap
untuk rumah tinggal, kuda-kuda dari baja lebih sering digunakan bangunan-bangunan
bentang panjang seperti pabrik, gedung pertemuan, stadion, kampus dan lain-lain. Namun
pengembangan material baja sebagai material baja ringan akhir-akhir ini mulai menjadi
altenatif yang banyak digunakan untuk struktur atap rumah tinggal. Proses pabrikasi dan
jasa konstruksi yang berkembang pesat pada kuda-kuda ini menjadikan kuda-kuda baja
ringan menjadi pilihan masyarakat yang dirasa cukup praktis dan ringan. Berat ringannya
atap bangunan tentu berpengaruh terhadap kontruksi di bawahnya atau konstruksi yang
menahan atap sehingga kuda-kuda baja ringan bisa dikatakan lebih ekonomis
dibandingkan kuda-kuda yang lain. Perencanaan desain dan sambungan kuda-kuda baja
ringan sangat bermacam-macam sehingga perlu diperhatikan sekali perencanaan dan
proses konstruksi atap baja ringan untuk menghindari kegagalan struktur atap baja ringan
yang terjadi akibat sambungan yang kurang kuat dan desain yang tidak sesuai.
Setiap jenis kuda-kuda mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing,
pada penelitian ini dilakukan penggabungan (komposit) baja ringan dan beton sebagai
rangka kuda-kuda atap yang diharapkan bisa digunakan oleh masyarakat sebagai
alternatif baru rangka kuda-kuda atap rumah tinggal. Kuda-kuda komposit ini
direncanakan sebagai rangka kuda-kuda yang ringan, mudah dikerjakan (pemasangan)
dan memiliki kekuatan yang efisien untuk menahan beban atap rumah tinggal baik dalam
kondisi normal ataupun pada kondisi khusus (bencana) sehingga mampu bersaing dengan
kuda-kuda yang telah berkembang dimasyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dibuat, maka dapat membuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menghitung beban mati, beban rangka, beban hidup, dan
beban angin?
2. Bagaimana cara mencari nilai gaya batang di program SAP2000 ?
3. Bagaimana cara menentukan dimensi kayu dan sambungan ?

5
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada laporan ini yaitu :
1. Sebagai syarat menempuh tugas besar mata kuliah struktur kayu.
2. Mahasiswa mampu menghitung beban mati, beban rangka, beban hidup, dan
beban angin.
3. Mahasiswa mampu membuat rekap gaya batang menggunakan program
SAP2000.
4. Mahasiswa mampu menentukan dimensi kayu dan sambungan

1.4 Batasan Masalah

Dengan banyaknya permasalahan dalam penelitian yang akan dilakukan terhadap


struktur rangka atap kayu bentang 9 meter tersebut dan terbatasnya pengetahuan yang
dimiliki oleh penulis sendiri mengenai permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan
pembatasan masalah dalam penulisan laporan ini :
1. Kayu bersifat homogen dan ortrotropis.
2. Sifat mekanis kayu diambil berdasarkan jenis kayu yang digunakan pada
struktur rangka atap.
3. Jenis sambungan yang digunakan dalam penyelesaian masalah adalah :
a. Sambungan kayu dengan kayu yaitu dengan alat sambung baut dan
sambungan gigi (takikan).
b. Sambungan kayu dengan pelat besi yaitu dengan alat sambung baut.
4. Perhitungan secara teoritis berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
(PKKI NI-5 2002).

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Desain untuk Komponen Struktur


Setiap komponen struktur atau sambungan kayu harus mempunyai ukuran dan
kapasitas cukup untuk memikul beban tanpa melampaui nilai desain terkoreksi yang
ditetapkan di sini. Nilai desain terkoreksi untuk komponen struktur dan sambungan kayu
pada penggunaan akhir khusus harus sesuai dengan kondisi dimana kayu tersebut
digunakan, dengan memperhitungkan perbedaan kekuatan kayu akibat perbedaan kadar
air, durasi beban, dan jenis perlakuan. Kondisi penggunaan yang dimaksud di dalam
spesifikasi di sini adalah kondisi umum. Desainer bertanggungjawab untuk mengaitkan
asumsi desain dan nilai desain acuan, dan melakukan penyesuaian nilai desain yang
sesuai dengan penggunaan akhir. Nilai desain acuan dan koreksi nilai desain untuk
produk kayu didasarkan atas metode yang disebutkan di dalam masing-masing Pasal
produk kayu. Pasal 4 sampai 9 berisi persyaratan desain untuk berturut-turut: kayu
gergajian, glulam struktural, tiang dan tiang pancang, balok kayu I prapabrikasi, kayu
komposit struktural, dan panel kayu struktural. Pasal 10 sampai 13 berisi persyaratan
desain untuk sambungan. Nilai desain acuan adalah untuk durasi beban normal pada
kondisi kadar air yang ditetapkan.

2.2 Koreksi terhadap Nilai Desain Acuan


Nilai desain acuan harus dikalikan dengan semua faktor koreksi yang berlaku
untuk menentukan nilai desain terkoreksi. Keberlakuan faktor koreksi pada nilai desain
untuk kayu gergajian, glulam struktural, tiang dan tiang pancang, balok kayu I
prapabrikasi, kayu komposit struktural, panel kayu struktural, dan sambungan berturut-
turut.

2.2.1 Faktor Durasi Beban, CD


Kayu mempunyai sifat mampu memikul beban maksimum jauh lebih besar untuk
durasi pembebanan singkat dibandingkan dengan durasi pembebanan lama. Nilai desain

7
acuan berlaku untuk durasi beban normal. Durasi beban normal merepresentasikan beban
yang secara penuh menimbulkan tegangan di suatu komponen struktur hingga mencapai
nilai desain izin dengan pemberian beban desain untuk durasi kumulatif kurang lebih
sepuluh tahun. Apabila durasi kumulatif beban maksimum penuh tidak melebihi periode
waktu yang ditentukan, maka semua nilai desain acuan kecuali modulus elastisitas, E,
modulus elastisitas untuk stabilitas balok dan kolom, Emin, dan tekan tegak lurus serat,
Fc, yang didasarkan atas limit deformasi harus dikalikan dengan faktor durasi beban
yang sesuai, CD untuk memperhitungkan perubahan kekuatan kayu terhadap durasi
beban.
Faktor durasi beban, CD, untuk beban durasi tersingkat di dalam kombinasi beban
harus berlaku untuk kombinasi beban tersebut. Semua kombinasi beban yang berlaku
harus dievaluasi untuk menentukan kombinasi beban kritis. Desain komponen struktur
dan sambungan harus didasarkan atas kombinasi beban kritis.
Faktor durasi beban, CD tidak bergantung pada faktor kombinasi beban, dan
keduanya harus digunakan di dalam perhitungan desain.

2.2.2 Faktor Temperatur, Ct

Nilai desain acuan harus dikalikan dengan faktor temperatur, Ct untuk komponen
struktural yang akan mengalami pengeksposan tetap pada temperatur tinggi sampai 65oC.

8
BAB III
LANGKAH KERJA
3.1 Langkah Kerja

1. Mencari Panjang masing-masing batang


Dalam langkah ini kami menggunakan autocad sebagai media untuk dapat
mengetahui panjang masing-masing batang dari Rangka Atap
2. Menghitung beban yang terjadi pada masing-masing titik buhul
2.1 Beban mati : beban mati terdiri dari Berat atap dan berat sendiri Rangka
tersebut yang memberikan beban merata
2.2 Beban Hidup : Beban hidup sendiri kami melihat dari SNI Pembebanan untuk
standard beban rangka atap yaitu 70kg/m2
2.3 Beban Angin : Karena bangunan kami berada lebih dari 5 meter dari pantai
maka beban angin yang diterima rangka atap kami yaitu sebesar 25kg/2
2.4 Beban Kombinasi : setelah mencari beban-beban yang terjadi pada rangka
atap , kami mengkombinasikannya dengan rumus 1,2DL+1,6LL+100(untuk
beban orang yang bekerja di atap beserta peralatannya
3. Mencari Gaya Batang
Digunakan bantuan Program SAP untuk mengetahui gaya batang pada setiap
batang yang ada pada rangka atap kayu kami
4. Mengecek dimensi batang
Digunakan batang 80 x 120
5. Menghitung Jumlah paku dan sambungan yang diperlukan
Digunakan sambungan pada masing-masing simpul yang ada untuk menahan
gaya batang yang terjadi
6. Menggambar Gambar rencana Atap kayu

9
Setelah Mengetahui sambungan yang digunakan kami menggambar gambar
rencana atap kayu kami dengan menggunakan program Autocad

BAB IV
Analisis Pembebanan

4.1 Soal dan Data

10
a. Panjang batang bawah = 1,5 m
b. Panjang batang atas = 4,5 m
c. Kemiringan atap = 45o
d. Jenis kayu = E22
e. Mutu kayu = B
f. Angin = 25 kg/m2

4.2 Perhitungan

4.2.1 Beban Mati

Beban Mati atap


Bentang 9 m A 2,12 x 30 x 2 x 0.5 = 63.6
Beban Atap 30 kg/m2 B (2,12+2,12) x 30 x 2 x 0.5 = 127.2
Jarak antar kuda-kuda 2 m C (2,12+2,12) x 30 x 2 x 0.5 = 127.2
D (2,12+2,12) x 30 x 2 x 0.5 = 127.2
E (2,12+2,12) x 30 x 2 x 0.5 = 127.2
F (2,12+2,12) x 30 x 2 x 0.5 = 127.2
G 2,12 x 30 x 2 x 0.5 = 63.6
4.2.2 Beban Mati

Beban Rangka Kayu


Beban rangka Jati 0.75 7.2x2.12/2= A 7.632
B 8 7.2x(2.12+2.12)/2= B 15.264
H 12 7.2x(2.12+2.12)/2= C 15.264
7.2x(2.12+2.12)/2= D 15.264
Berat Sendri
0,75x8x12= 72 g/m2 7.2x(2.12+2.12)/2= E 15.264
7.2 kg/m2 7.2x(2.12+2.12)/2= F 15.264
7.2x2.12/2= G 7.632

11
4.2.3 Beban Hidup

Beban Hidup
Beban Hidup 70 kg/m2 70 x 2 x 2.12/2= A 148.4
Jarak Kuda kuda 2 m 70 x 2 x (2.12+2.12)/2 B 296.8
70 x 2 x (2.12+2.12)/2 C 296.8
70 x 2 x (2.12+2.12)/2 D 296.8
70 x 2 x (2.12+2.12)/2 E 296.8
70 x 2 x (2.12+2.12)/2 F 296.8
70 x 2 x 2.12/2= G 148.4

4.2.4 Beban Angin

Beban Angin 25 kg/m2


Tekan (0.02*45-0.04)*25 = 21.5 kg/m2
Hisap 0.4 x 25 = 10 kg/m2
Tekan
Titik T V H
A 2.12/2 x 21.5x 2 = 45.58 32.25 32.25
C (2.12+2.12/2) x 21.5x 2 = 91.16 64.45988 64.45983
D (2.12+2.12/2) x 21.5x 2 = 91.16 64.45988 91.16
E 2.12/2 x 21.5x 2 = 45.58 32.22994 45.58
Hisap H V H
E 2.12/2 x 21.5x 2 = 21.2 14.99067 14.99066
F (2.12+2.12/2) x 10x 2 = 42.4 29.98134 29.98132
G (2.12+2.12/2) x 10 x 2 = 42.4 29.98134 29.98132
B 2.12/2 x 21.5x 2 = 21.2 14.99067 14.99066

4.2.5 Beban Kombinasi

(1,2xDL)+(1,6xLL)+100 = A 422.9184 Kg 4.229184 KN

12
(1,2xDL)+(1,6xLL)+100 = B 745.8368 Kg 7.458368 KN
(1,2xDL)+(1,6xLL)+100 = C 745.8368 Kg 7.458368 KN
(1,2xDL)+(1,6xLL)+100 = D 745.8368 Kg 7.458368 KN
(1,2xDL)+(1,6xLL)+100 = E 745.8368 Kg 7.458368 KN
(1,2xDL)+(1,6xLL)+100 = F 745.8368 Kg 7.458368 KN
(1,2xDL)+(1,6xLL)+100 = G 422.9184 Kg 4.229184 KN

4.2.6 Rekap Beban

V H
468.498
Rekap A 4 32.25 kgf
836.996 64.4598
C 8 3 kgf
836.996
D 8 91.16 kgf
791.416
E 8 45.58 kgf
724.636 14.9906
F 8 6 kgf
703.436 29.9813
G 8 2 kgf
380.518 29.9813
B 4 2 kgf

4.3 Gaya Batang

13
Catatan =satuan dalam N

Rekapitulasi Gaya-Gaya Batang

Nama Beban Jenis Nama Beban Jenis Nama Beban Jenis


Batang (kg) Batang (kg) Batang (kg)
O1 22436,26 N Tarik U2 4867,79 N Tarik D4 3722,22 N Tekan

O2 22937,71 N Tarik U3 17790,38 N Tarik V1 31224,09 N Tekan

14
O3 19719,38 N Tarik U4 4747,26 N Tarik V2 27400,4 N Tekan

O4 19567,88 N Tarik U5 2108,2 N Tekan V3 19933,07 N Tekan

O5 22630,8 N Tarik D1 3927,7 N Tekan V4 20271,48 N Tekan

O6 22097,87 N Tarik D2 7409,61N Tekan V5 27942,34 N Tekan

U1 2086,49 N Tekan D3 7089,35 N Tekan V6 31931,52N Tekan

4.4. Penghitungan Perencanaan

4.4.1 KONTROL DIMENSI BATANG TEKAN


Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar 1, elemen batang terbuat dari
kayu ukuran balok 80/120 dan panjang 1,5 m dengan kayu kelas B kode mutu E-12
dan balok di beri beban tekan maksimum 31931,52 N.

15
1. Sifat penampang balok
b = 0,08 m ; h = 0,12 m

Jari – jari girasi (r)

r min =
√ I min
A


3
1 80 × 120
r x= × =34,64 mm4
12 80 ×120

r y=
√ 1 120 ×80 3
×
12 80× 120
=23,09 mm4

ry < rx, maka rmin = 23,09 mm4


Ke = 1,0 (sendi – sendi) [SNI 03 – xxxx – 2120 butir 7.2.1 (Gambar 7.2.1)]
1× 337
Angka kelangsingan (KeL)/r = =14,595
23,09

2. Menghitung kuat tekan


Kayu dengan kode mutu E-12 memiliki kuat tekan sejajar serat Fc = 27 MPa dan
modulus elastisitas lentur Ew = 11000 MPa [SNI 03 – xxxx – 2120 butir 3.1
(Tabel 3.1)], faktor reduksi φ = 0,90 [SNI 03 – xxxx – 2120 butir 4.3.5 (Tabel
4.3.1)] Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, CF =
1,00 [SNI 03 – xxxx – 2000 butir 5.6.2], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai
Cpt = 1,00 [SNI 03 – xxxx – 2000 butir 5.6.1]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 125
mm x 125 mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8 Mpa maka
CM = 1,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-12], faktor tahan
stabilitas φs = 0,85 dan faktor tahanan tekan φ c = 0,90 [Bahan Ajar Modul
Struktur Kayu, hal V-8], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan
1,2 ( D )+ 1,6 ( L ) +0,8 (W ), c = 0,63 untuk batang massif [Bahan Ajar Modul
Struktur Kayu, Tabel 3.2, hal III-12].
 Kuat sejajar serat:
F c =27 ×0,63=17,010MPa

16
E w =11000× 0,63=6930 MPa

3. Menghitung faktor beban


 F c¿ =F c ×C m ×C t ×C pt × C F
¿
F c =17,010 ×1,00 ×1,00 ×1,00 ×1,00=17,010 MPa

 Pc ' = A × F c ¿

Pc ' =8 0 ×120 ×17,010=163296 MPa


'
 E05 =0,69 × E w
'
E05 =0,69 × 6930=4781,7 MPa
π 2 × E 05' × A
Pe =
( )
2
 Ke × L
r

3,142 × 4781,7× ( 80 ×120 )


Pe = =2124714,733
(
1,00 × 2120 2
23,09 ) N

φs × P e
 ∝c = '
⋌ × φc × P c
0,85 ×107245.912
∝c = =15,361
0,8 0× 0,90 ×163296

√( )
2
1+ α c 1+α c α
 C p= − − c
2c 2c c

√( )
2
1+ 15,361 1+15,361 15,361
C p= − − =¿ 0,58 ¿
2× 0,63 2× 0,63 0,63
=1
4. Menghitung tahanan tekan terkoreksi
' '
 P =C p × Pc
'
P =0,58 ×163296=94711.680 N

5. Kontrol tekanan tekan berfaktor

17
'
 Pu ≤ ⋌ ×φ c × P
34685,55 ≤ ( 0,80 × 0,90 ×94711.680 )
34685,55 N ≤ 68192,410 N OK!

4.4.2 KONTROL DIMENSI BATANG TARIK


Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar 1, elemen batang terbuat dari
kayu ukuran balok 80/120 mm dan panjang 9 m dengan kayu kelas B kode mutu E-
12 dan balok di beri beban tarik maksimum 22937,71 N.
6. Menghitung kuat tarik sejajar
Faktor tahanan kayu kelas mutu B = 0,63 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu,
Tabel 2.4, hal II-7], faktor kuat tarik sejajar serat Ft// = 22 MPa.
 F t=0,63× F t / ¿¿
F t=0,63× 22=13,86 MPa

7. Menghitung tahanan tarik terkoreksi


Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka nilai C t
= 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, CF = 1,00 [SNI
03 – xxxx – 2000 butir 5.6.2], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt = 1,00
[SNI 03 – xxxx – 2000 butir 5.6.1]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 125
mm x 125 mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8 Mpa maka
CM = 1,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-12], faktor
koreksi tahan api Crt = 1,00 [SNI 03 – xxxx – 2000 butir 5.6.1], faktor waktu λ =
0,80 untuk kombinasi pembebanan 1,2 ( D )+ 1,6 ( L ) +0,8 (W ), faktor tahanan serat
φt = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal VI-3].

 T ' =F' t × A n
'
T =Cm ×C t ×C pt ×C F ×C rt × F t × An
'
T =1× 1× 1×1 ×1 ×13,86 × A n

18
8. Menghitung kebutuhan luas
 T u=⋌ × φt × T '
22937,71=0,80 × 0,80 ×1× 1× 1× 1× 1×13,86 × A n
22937,71=13,86 × A n
22937,71
An = =1654,957 mm2
13,86

Penampang pada daerah sambungan menentukan tegangan yang timbul


karena terjadi pengurangan luas tampang akibat terdapat lubang alat
sambung. Untuk itu kegiatan perencanaan diperkirakan terjadi pengurangan
luas penampang sebesar 25% sehingga luas penampang bruto yang
diperlukan adalah

 A g=1,25 × A n
A g=1,25 ×1654,957=2068,696mm2

Pilih dimensi batang 80/120 mm yang memiliki luas 9600 mm2 (boros
pemakaian sehingga dianjurkan pakai dimensi batang 60/80)

9. Kontrol tahanan tarik


Luas penampang yang ditetapkan kemudian dikontrol untuk melihat besar
tahanan bahan
'
 T u=⋌ × φt × F t × A n
T u=0,80 ×0,80 × 13,86×(75 % ×9600)
T u=63866,880 N ≥ 26457,99 N OK!

4.4.3 Sambungan Mekanis Menggunakan Paku

19
1. Sambungan pada Titik Simpul A dan B
a. Menghitung tahanan perlu sambungan gigi tunggal
Sudut sambungan (θ = 45°) terhadap U1, tebal kayu O1 dan U1 (b = 80
mm), Tinggi balok (h = 120 mm), faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi
pembebanan 1,2 ( D )+ 1,6 ( L ) +0,8 (W ), faktor tahanan tekan φ = 0,90 [Bahan
Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], panjang kayu muka (lm = 200 mm),
kuat geser kayu (Fv = 6,1) berdasarkan Kode Mutu E-22 [Bahan Ajar Modul
Struktur Kayu, Tabel 2.1, hal II-8]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar
125 mm x 125 mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8
Mpa maka CM = 1,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-
12]. Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal.

b. Menghitung kuat tumpu kayu


 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100)]

670 kg/m 3
G m=
(
[1000 × 1+
23
100
])
Gm=0,5447
 Berat jenis dasar (Gb):
30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272

20
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):
0,5272
G=
(1−0,133 ×Gb )
0,47
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669

c. Menghitung tahanan geser kayu bagian muka


1
 t m≤ × h
3
1
t m ≤ ×120
3
t m=40 mm
 e m=80 mm

 F v ' =F v ×C M ×C D × CT
'
F v =6,1× 1,00× 1,60 ×1,00
'
F v =9,76 N/mm2
'
l m ×b × F v
N u cos ∝≤ λ × ϕ v ×
 l
1+0,25 × m
em
200 ×80 × 9,76
33970 ×cos 45 ° ≤ 0,80 ×0,75 ×
200
1+0,25 ×
80
24020,417 ≤ 57659,076 OK!

2. Sambungan pada Titik simpul 1


Sambungan Perpanjangan Batang U2 Dengan Batang U3 = Sambungan
Perpanjangan Batang U5 Dengan Batang U4

A. Paku 3,5”BWG9 memiliki diameter = 3,8 mm dan panjang = 89 mm


B. Kuat lentur paku (Fyb) = 620 N/mm2
C. Kuat tumpu kayu; Fes = Fem = 44,73 N/mm2 dan Re = 1,00

21
D. Tebal kayu samping (ts) = 40 mm
E. Kedalaman penetrasi (p) = 89 – 40 = 49 mm
F. Menghitung kuat tumpu kayu
 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100
] )
670 kg/m 3
G m=
(
[1000 × 1+
23
100
] )
Gm=0,5447
 Berat jenis dasar (Gb):
30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):
Gb
G=
(1−0,133 ×Gb )
00,5272
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669
 Nilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (Fes//)
F es /¿ =77,25× G
F es /¿ =77,25× 0,5669
F es /¿ =43,793 N/mm2
 Nilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (Fem┴)
1,45 −0,50
F em⊥=212 ×G ×D
1,45 −0,50
F em⊥=212 ×0,5669 ×3,8

22
F em⊥=47,756 N/mm2

c. Menghitung nilai Re, Rt


F em
 Re =
F es
47,756
Re = =1,090
43,793
tm
 Rt =
ts
40
Rt = =1,00
40
 Kontrol Overlaping (v)
v = 2 x (p – 0,5 tm)
v= 2 x (49 – 0,5 (80))= 58 mm > 4D (4 x 3,8 = 15,2 mm)
 KD = 2,2 (diameter paku ≤ 4,3 mm)

Moda Kelelahan Is
3,3 DtsFes 3,3 x 3,8 x 40 x 43,793
Z= = = 9984,804 N
KD 2,2

Moda Kelelehan IIIm


K1 = (-1) + 2 ( 1+ ℜ ) +
2 Fyb ( 1+2 ℜ ) D2
3 Fem P
2
= (-1) +


2
2 x 620 x ( 1+2 x 1,090 ) 3,8
2 (1+1,090 )+ 2
3 x 43,793 x 49

= 1,1971

3,3 k 1 DpFem 3,3 x 1,1971 x 3,8 x 49 x 43,793


Z= = = 4268,33 N
KD(1+2 ℜ) 2,2(1+2 x 1,090)

Moda Kelelehan IIIs

23
K2 = (-1) +
√ 2 ( 1+ ℜ ) 2 Fyb ( 1+2 ℜ) D2

+
3 Fem ts2
= (-1) +

√ 2 ( 1+1,090 ) 2 x 620 x ( 1+2 x 1,090 ) x 3,8 2


1,090
+
3 x 43,793 x 40 2

= 1,026262

3,3 k 2 DtsFem 3,3 x 1,0262 x 3,8 x 40 x 43,793


Z= = = 3316,19 N
KD( 2+ ℜ) 2,2(2+1.090)

Moda Kelelehan IV

√ √
2
3,3 D2 2 FemFyb 3,3(3,8) 2 x 43,793 x 620
Z= = = 2015,756 N
KD 3(1+ ℜ) 2,2 3(1+1.090)

Tahanan Lateral Acuan Moda Kelelehan


(N)
9984,804 Is
4268,33 IIIm
3316,19 IIIs
2015,756 IV

Karena penempatan paku pada dua sisi, maka tahanan lateral acuan :
Z = 2 x 2015,756 N = 4031,511 N
Nilai koreksi penetrasi (Cd)
P = 49 mm > 12D ( 12 x 3,8 = 45,6 mm) ∴ Cd = 1,00
Menghitung tahanan lateral acuan terkoreksi (Z’)
Z’ = Cd Z = 1,00x 4031,511 N = 4031,511 N
Menghitung jumlah paku (P)
P 26457,99
nf = ' = = 10,09 ≈ 10 paku
λ ϕz Z 1,00 x 0,65 x 4031,511

3. Sambungan pada Sambungan Titik simpul 2


Sambungan Batang O1, O2 dengan V1 menggunakan sambungan paku=
Sambungan Batang O6, O5 dengan V5 menggunakan sambungan paku
A. Paku 3,5”BWG9 memiliki diameter = 3,8 mm dan panjang = 89 mm

24
B. Kuat lentur paku (Fyb) = 620 N/mm2
C. Tebal kayu samping (ts) = 40 mm
D. Kedalaman penetrasi (p) = 89 – 40 = 49 mm
E. Kontrol Overlaping (v)
v = 2 x (p – 0,5 tm)
v= 2 x (49 – 0,5 (80))= 58 mm > 4D (4 x 3,8 = 15,2 mm)
F. KD = 2,2 (diameter paku ≤ 4,3 mm)

G. Menghitung kuat tumpu kayu


 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100)]

670 kg/m 3
G m=
[1000 × 1+( 23
100
] )
Gm=0,5447
 Berat jenis dasar (Gb):
30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):

25
Gb
G=
(1−0,133 ×Gb )
00,5272
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669
 Nilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (Fes//)
F es /¿ =77,25× G
F es /¿ =77,25× 0,5669
F es /¿ =43,793 N/mm2
 Nilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (Fem┴)
1,45 −0,50
F em⊥=212 ×G ×D
F em⊥=212 ×0,5669 1,45 ×3,8−0,50
F em⊥=47,756 N/mm2
d. Menghitung nilai Re, Rt
F em
 Re =
F es
47,756
Re = =1,090
43,793
tm
 Rt =
ts
40
Rt = =1,00
40

 Kontrol Overlaping (v)


v = 2 x (p – 0,5 tm)
v= 2 x (49 – 0,5 (80))= 58 mm > 4D (4 x 3,8 = 15,2 mm)
 KD = 2,2 (diameter paku ≤ 4,3 mm)

Moda Kelelahan Is
3,3 DtsFes 3,3 x 3,8 x 40 x 43,793
Z= = = 9984,804 N
KD 2,2

Moda Kelelehan IIIm

26

K1 = (-1) + 2 ( 1+ ℜ ) +
2 Fyb ( 1+2 ℜ ) D2
3 Fem P 2
= (-1) +

√ 2 (1+1,090 )+
2 x 620 x ( 1+2 x 1,090 ) 3,82
3 x 43,793 x 492

= 1,1971

3,3 k 1 DpFem 3,3 x 1,1971 x 3,8 x 49 x 43,793


Z= = = 4268,33 N
KD(1+2 ℜ) 2,2(1+2 x 1,090)

Moda Kelelehan IIIs

K2 = (-1) +
√ 2 ( 1+ ℜ ) 2 Fyb ( 1+2 ℜ) D2

+
3 Fem ts
2
= (-1) +


2
2 ( 1+1,090 ) 2 x 620 x ( 1+2 x 1,090 ) x 3,8
+
1,090 3 x 43,793 x 40
2

= 1,026262

3,3 k 2 DtsFem 3,3 x 1,0262 x 3,8 x 40 x 43,793


Z= = = 3316,19 N
KD( 2+ ℜ) 2,2(2+1.090)

Moda Kelelehan IV

√ √
2 2
3,3 D 2 FemFyb 3,3(3,8) 2 x 43,793 x 620
Z= = = 2015,756 N
KD 3(1+ ℜ) 2,2 3(1+1.090)

Tahanan Lateral Acuan Moda Kelelehan


(N)
9984,804 Is
4268,33 IIIm
3316,19 IIIs
2015,756 IV

Karena penempatan paku pada dua sisi, maka tahanan lateral acuan :
Z = 2 x 2015,756 N = 4031,511 N
Nilai koreksi penetrasi (Cd)
P = 49 mm > 12D ( 12 x 3,8 = 45,6 mm) ∴ Cd = 1,00

27
Menghitung tahanan lateral acuan terkoreksi (Z’)
Z’ = Cd Z = 1,00x 4031,511 N = 4031,511 N
Menghitung jumlah paku (P)
P 1826,05
nf = ' = = 0,6 ≈ 4 paku
λ ϕz Z 1,00 x 0,65 x 4031,511

4. SAMBUNGAN PERPANJANGAN DI BATANG O1 DENGAN BATANG O2 =


SAMBUNGAN PERPANJANGAN BATANG O6 DENGAN BATANG O5
A. Paku 3,5”BWG9 memiliki diameter = 3,8 mm dan panjang = 89 mm
B. Kuat lentur paku (Fyb) = 620 N/mm2
C. Tebal kayu samping (ts) = 40 mm
D. Kedalaman penetrasi (p) = 89 – 40 = 49 mm
E. Kontrol Overlaping (v)
F. v = 2 x (p – 0,5 tm)
G. v= 2 x (49 – 0,5 (80))= 58 mm > 4D (4 x 3,8 = 15,2 mm)
H. KD = 2,2 (diameter paku ≤ 4,3 mm)

Menghitung kuat tumpu kayu


 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100
])
3
670 kg/m
G m=
(
[1000 × 1+
23
100
] )
Gm=0,5447
 Berat jenis dasar (Gb):
30−23
a= =0,23
23

28
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):
Gb
G=
(1−0,133 ×Gb )
00,5272
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669
 Nilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (Fes//)
F es /¿ =77,25× G
F es /¿ =77,25× 0,5669
F es /¿ =43,793 N/mm2
 Nilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (Fem┴)
1,45 −0,50
F em⊥=212 ×G ×D
F em⊥=212 ×0,5669 1,45 ×3,8−0,50
F em⊥=47,756 N/mm2

e. Menghitung nilai Re, Rt


F em
 Re =
F es
47,756
Re = =1,090
43,793
tm
 Rt =
ts
40
Rt = =1,00
40

29
Moda Kelelahan Is
3,3 DtsFes 3,3 x 3,8 x 40 x 43,793
Z= = = 9984,804 N
KD 2,2

Moda Kelelehan IIIm


K1 = (-1) + 2 ( 1+ ℜ ) +
2 Fyb ( 1+2 ℜ ) D2
3 Fem P
2
= (-1) +


2
2 x 620 x ( 1+2 x 1,090 ) 3,8
2 (1+1,090 )+ 2
3 x 43,793 x 49

= 1,1971

3,3 k 1 DpFem 3,3 x 1,1971 x 3,8 x 49 x 43,793


Z= = = 4268,33 N
KD(1+2 ℜ) 2,2(1+2 x 1,090)

Moda Kelelehan IIIs

K2 = (-1) +
√ 2 ( 1+ ℜ ) 2 Fyb ( 1+2 ℜ) D2

+
3 Fem ts
2
= (-1) +


2
2 ( 1+1,090 ) 2 x 620 x ( 1+2 x 1,090 ) x 3,8
+
1,090 3 x 43,793 x 40
2

= 1,026262

3,3 k 2 DtsFem 3,3 x 1,0262 x 3,8 x 40 x 43,793


Z= = = 3316,19 N
KD( 2+ ℜ) 2,2(2+1.090)

Moda Kelelehan IV

√ √
2 2
3,3 D 2 FemFyb 3,3(3,8) 2 x 43,793 x 620
Z= = = 2015,756 N
KD 3(1+ ℜ) 2,2 3(1+1.090)

Tahanan Lateral Acuan Moda Kelelehan


(N)
9984,804 Is
4268,33 IIIm
3316,19 IIIs

30
2015,756 IV

Karena penempatan paku pada dua sisi, maka tahanan lateral acuan :
Z = 2 x 2015,756 N = 4031,511 N

Nilai koreksi penetrasi (Cd)


P = 49 mm > 12D ( 12 x 3,8 = 45,6 mm) ∴ Cd = 1,00

Menghitung tahanan lateral acuan terkoreksi (Z’)


Z’ = Cd Z = 1,00x 4031,511 N = 4031,511 N

Menghitung jumlah paku (P)


P 34685,55
nf = ' = = 13,236 ≈ 13 paku
λ ϕz Z 1,00 x 0,65 x 4031,511

5. Sambungan pada Titik sambungan batang O1,O2,dengan D1 Dengan


menggunakan sambungan Takikan majemuk = sambungan Batang O6, O5 ,
dengan O4

A. Menghitung tahanan perlu sambungan gigi tunggal


Sudut sambungan (θ = 45°) terhadap D1, tebal kayu O1 dan O2 (b = 80
mm), Tinggi balok (h = 120 mm), faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi
pembebanan 1,2 ( D )+ 1,6 ( L ) +0,8 (W ), faktor tahanan tekan φ = 0,90 [Bahan
Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], panjang kayu muka (lm = 200 mm),
kuat geser kayu (Fv = 6,1) berdasarkan Kode Mutu E-22 [Bahan Ajar Modul
Struktur Kayu, Tabel 2.1, hal II-8]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar
125 mm x 125 mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8
Mpa maka CM = 1,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-
12]. Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal.
 Menghitung kuat tumpu kayu
 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):

31
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100)]

670 kg/m 3
G m=
[1000 × 1+( 23
100
] )
Gm=0,5447
 Berat jenis dasar (Gb):
30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):
0,5272
G=
(1−0,133 ×Gb )
0,47
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669

 Menghitung tahanan geser kayu bagian muka


1
 t m≤ × h
3
1
t m ≤ ×120
3
t m=40 mm
 e m=60 mm
'
 F v =F v ×C M ×C D × CT
F v ' =6,1× 1,00× 1,60 ×1,00
'
F v =9,76 N/mm2

32
'
l m ×b × F v
N u cos ∝≤ λ × ϕ v ×
 l
1+0,25 × m
em
200× 80 ×9,76
5602,21× cos 45° ≤ 0,80× 0,75 ×
200
1+0,25 ×
80
3961,360 ≤57659,076 OK!

6. Sambungan batang U2,U3 dengan D1 Dengan menggunakan sambungan Takikan


majemuk = sambungan Batang U4, U5 , dengan O4 dengan mengunakan
sambungan takikan majemuk

A. Menghitung tahanan perlu sambungan gigi tunggal


Sudut sambungan (θ = 45°) terhadap D1, tebal kayu U2 dan U3 (b = 80
mm). Tinggi balok (h = 120 mm), faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi
pembebanan 1,2 ( D )+ 1,6 ( L ) +0,8 (W ), faktor tahanan tekan φ = 0,90 [Bahan
Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], panjang kayu muka (lm = 200 mm),
kuat geser kayu (Fv = 6,1) berdasarkan Kode Mutu E-22 [Bahan Ajar Modul
Struktur Kayu, Tabel 2.1, hal II-8]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar
125 mm x 125 mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8
Mpa maka CM = 1,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-
12]. Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal.

B. Menghitung kuat tumpu kayu


 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100
])
3
670 kg/m
G m=
(
[1000 × 1+
23
100
] )
33
Gm=0,5447

 Berat jenis dasar (Gb):


30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):
0,5272
G=
(1−0,133 ×Gb )
0,47
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669

C. Menghitung tahanan geser kayu bagian muka


1
 t m≤ × h
3
1
t m ≤ ×120
3
t m=40 mm
 e m=60 mm
'
 F v =F v ×C M ×C D × CT
'
F v =6,1× 1,00× 1,60 ×1,00
F v ' =9,76 N/mm2
'
l m ×b × F v
N u cos ∝≤ λ × ϕ v ×
 l
1+0,25 × m
em
200× 80 ×9,76
5602,21× cos 45° ≤ 0,80× 0,75 ×
200
1+0,25 ×
80

34
3961,360 ≤57659,076 OK!

7. Sambungan pada batang U2,U3 dengan V2 menggunakan sambungan paku =


sambungan batang U4,U5 dengan V4 menggunakan sambungan paku
A. Paku 4”BWG8 memiliki diameter = 4,2 mm dan panjang = 102 mm
B. Kuat lentur paku (Fyb) = 620 mm2
C. Tebal kayu samping (ts) = 40 mm
D. Kedalaman penetrasi (p) = 102 – 40 = 62 mm
E. Kontrol Overlaping (v)
v = 2 x (p – 0,5 tm)
v= 2 x (62 – 0,5 (80))= 44 mm > 4D (4 x 4,2= 16,8mm)
F. KD = 2,2 (diameter paku ≤ 4,3 mm)

H. Menghitung kuat tumpu kayu


 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100
])
3
670 kg/m
G m=
[1000 × 1+( 23
100
] )
Gm=0,5447
 Berat jenis dasar (Gb):
30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):
Gb
G=
(1−0,133 ×Gb )
00,5272
G=
(1−0,133 ×0,5272)

35
G=0,5669

 Nilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (Fes//)


F es /¿ =77,25× G
F es /¿ =77,25× 0,5669
F es /¿ =43,793 N/mm2
 Nilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (Fem┴)
1,45 −0,50
F em⊥=212 ×G ×D
F em⊥=212 ×0,5669 1,45 × 4,8−0,50
F em⊥=31.09769 N/mm2

f. Menghitung nilai Re, Rt


F em
 Re =
F es
31.09769
Re = =0,7101
43,793
tm
 Rt =
ts
40
Rt = =1,00
40

Moda Kelelahan Is
3,3 DtsFes 3,3 x 4,2 x 40 x 43,793
Z= = = 11035,836 N
KD 2,2

Moda Kelelehan IIIm


K1 = (-1) + 2 ( 1+ ℜ ) +
2 Fyb ( 1+2 ℜ ) D2
3 Fem P 2
= (-1) +

√ 2 (1+1,090 )+
2 x 620 x ( 1+2 x 0.710 ) 4,22
3 x 43,793 x 622

= 1,506

36
3,3 k 1 DpFem 3,3 x 1,506 x 4,2 x 62 x 43,793
Z= = = 8106,067 N
KD(1+2 ℜ) 2,2( 1+ 2 x 0,701)

Moda Kelelehan IIIs

K2 = (-1) +
√ 2 ( 1+ ℜ ) 2 Fyb ( 1+2 ℜ) D2

+
3 Fem ts
2
= (-1) +


2
2 ( 1+0.71 ) 2 x 620 x ( 1+2 x 0.71 ) x 4.2
+
0.7101 3 x 43,793 x 40
2

= 1,158

3,3 k 2 DtsFem 3,3 x 1,158 x 4,2 x 40 x 43,793


Z= = = 4718,80 N
KD( 2+ ℜ) 2,2(2+0.7101)

Moda Kelelehan IV

√ √
2
3,3 D2 2 FemFyb 3,3(4,2) 2 x 43,793 x 620
Z= = = 2722,35 N
KD 3(1+ ℜ) 2,2 3(1+0.701)

Tahanan Lateral Acuan Moda Kelelehan


(N)
11035,836 Is
8106,067 IIIm
4718,80 IIIs
2722,35 IV

Karena penempatan paku pada dua sisi, maka tahanan lateral acuan :
Z = 2 x 2722,35 N = 5444,70487 N

Nilai koreksi penetrasi (Cd)


P = 62 mm > 12D ( 12 x 4,2 = 50,4 mm) ∴ Cd = 1,00

Menghitung tahanan lateral acuan terkoreksi (Z’)


Z’ = Cd Z = 1,00x 4924,921 N = 4924,921 N

Menghitung jumlah paku (P)


P 5267.48
nf = ' = = 1,488 ≈ 4 paku
λ ϕz Z 1,00 x 0,65 x 4924,921

37
8. Sambungan pada batang O2,O3 dengan V2 menggunakan sambungan paku =
sambungan batang O4,O5 dengan V4 menggunakan sambungan paku
i. Paku 4”BWG8 memiliki diameter = 4,2 mm dan panjang = 102
mm
ii. Kuat lentur paku (Fyb) = 620 mm2
iii. Tebal kayu samping (ts) = 40 mm
iv. Kedalaman penetrasi (p) = 102 – 40 = 62 mm
v. Kontrol Overlaping (v)
v = 2 x (p – 0,5 tm)
v= 2 x (62 – 0,5 (80))= 44 mm > 4D (4 x 4,2= 16,8mm)
vi. KD = 2,2 (diameter paku ≤ 4,3 mm)
vii. Menghitung kuat tumpu kayu

 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):


ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100)]

670 kg/m 3
G m=
[1000 × 1+( 23
100
] )
Gm=0,5447
 Berat jenis dasar (Gb):
30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):
Gb
G=
(1−0,133 ×Gb )
00,5272
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669

38
 Nilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (Fes//)
F es /¿ =77,25× G
F es /¿ =77,25× 0,5669
F es /¿ =43,793 N/mm2
 Nilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (Fem┴)
1,45 −0,50
F em⊥=212 ×G ×D
F em⊥=212 ×0,5669 1,45 × 4,8−0,50
F em⊥=31.09769 N/mm2

viii. Menghitung nilai Re, Rt


F em
 Re =
F es
31.09769
Re = =0,7101
43,793
tm
 Rt =
ts
40
Rt = =1,00
40

Moda Kelelahan Is
3,3 DtsFes 3,3 x 4,2 x 40 x 43,793
Z= = = 11035,836 N
KD 2,2

Moda Kelelehan IIIm


K1 = (-1) + 2 ( 1+ ℜ ) +
2 Fyb ( 1+2 ℜ ) D2
3 Fem P
2
= (-1) +


2
2 x 620 x ( 1+2 x 0.710 ) 4,2
2 (1+1,090 )+ 2
3 x 43,793 x 62

= 1,506

39
3,3 k 1 DpFem 3,3 x 1,506 x 4,2 x 62 x 43,793
Z= = = 8106,067 N
KD(1+2 ℜ) 2,2( 1+ 2 x 0,701)

Moda Kelelehan IIIs

K2 = (-1) +
√ 2 ( 1+ ℜ ) 2 Fyb ( 1+2 ℜ) D2

+
3 Fem ts
2
= (-1) +


2
2 ( 1+0.71 ) 2 x 620 x ( 1+2 x 0.71 ) x 4.2
+
0.7101 3 x 43,793 x 40
2

= 1,158

3,3 k 2 DtsFem 3,3 x 1,158 x 4,2 x 40 x 43,793


Z= = = 4718,80 N
KD( 2+ ℜ) 2,2(2+0.7101)

Moda Kelelehan IV

√ √
2
3,3 D2 2 FemFyb 3,3(4,2) 2 x 43,793 x 620
Z= = = 2722,35 N
KD 3(1+ ℜ) 2,2 3(1+0.701)

Tahanan Lateral Acuan Moda Kelelehan


(N)
11035,836 Is
8106,067 IIIm
4718,80 IIIs
2722,35 IV

Karena penempatan paku pada dua sisi, maka tahanan lateral acuan :
Z = 2 x 2722,35 N = 5444,70487 N

Nilai koreksi penetrasi (Cd)


P = 62 mm > 12D ( 12 x 4,2 = 50,4 mm) ∴ Cd = 1,00

Menghitung tahanan lateral acuan terkoreksi (Z’)


Z’ = Cd Z = 1,00x 4924,921 N = 4924,921 N

Menghitung jumlah paku (P)

40
P 5267.48
nf = ' = = 1,488 ≈ 4 paku
λ ϕz Z 1,00 x 0,65 x 4924,921

9. Sambungan batang O2,O3, dengan D2 Dengan menggunakan sambungan Takikan


majemuk = sambungan Batang O4,O5 dengan D3 dengan mengunakan
sambungan takikan majemuk

A. Menghitung tahanan perlu sambungan gigi tunggal


Sudut sambungan (θ = 45°) terhadap D2, tebal kayu O2 dan O3 (b = 80
mm). Tinggi balok (h = 120 mm), faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi
pembebanan 1,2 ( D )+ 1,6 ( L ) +0,8 (W ), faktor tahanan tekan φ = 0,90 [Bahan
Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], panjang kayu muka (lm = 200 mm),
kuat geser kayu (Fv = 6,1) berdasarkan Kode Mutu E-22 [Bahan Ajar Modul
Struktur Kayu, Tabel 2.1, hal II-8]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar
125 mm x 125 mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8
Mpa maka CM = 1,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-
12]. Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal.
B. Menghitung kuat tumpu kayu
 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100
])
3
670 kg/m
G m=
(
[1000 × 1+
23
100
] )
Gm=0,5447
 Berat jenis dasar (Gb):
30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )

41
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):
0,5272
G=
(1−0,133 ×Gb )
0,47
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669

C. Menghitung tahanan geser kayu bagian muka


1
 t m≤ × h
3
1
t m ≤ ×120
3
t m=40 mm
 e m=60 mm
'
 F v =F v ×C M ×C D × CT
'
F v =6,1× 1,00× 1,60 ×1,00
F v ' =9,76 N/mm2
'
l m ×b × F v
N u cos ∝≤ λ × ϕ v ×
 l
1+0,25 × m
em
200 ×80 × 9,76
7843.99 ×cos 45 °≤ 0,80 ×0,75 ×
200
1+0,25 ×
80
5546,538 ≤57659,076 OK!
10. Sambungan batang O3, dengan V3 Dengan menggunakan sambungan Takikan
majemuk = sambungan Batang O4 dengan V3 dengan mengunakan sambungan
takikan majemuk

A. Menghitung tahanan perlu sambungan gigi tunggal

42
Sudut sambungan (θ = 45°) terhadap ) O3, tebal kayu V3 (b = 80 mm).
Tinggi balok (h = 120 mm), faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi
pembebanan 1,2 ( D )+ 1,6 ( L ) +0,8 (W ), faktor tahanan tekan φ = 0,90 [Bahan
Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], panjang kayu muka (lm = 200 mm),
kuat geser kayu (Fv = 6,1) berdasarkan Kode Mutu E-22 [Bahan Ajar Modul
Struktur Kayu, Tabel 2.1, hal II-8]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar
125 mm x 125 mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8
Mpa maka CM = 1,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-
12]. Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal.

B. Menghitung kuat tumpu kayu


 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100
])
3
670 kg/m
G m=
(
[1000 × 1+
23
100
] )
Gm=0,5447
 Berat jenis dasar (Gb):
30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):

43
0,5272
G=
(1−0,133 ×Gb )
0,47
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669

C. Menghitung tahanan geser kayu bagian muka


1
 t m≤ × h
3
1
t m ≤ ×120
3
t m=40 mm
 e m=60 mm
'
 F v =F v ×C M ×C D × CT
'
F v =6,1× 1,00× 1,60 ×1,00
'
F v =9,76 N/mm2
'
l m ×b × F v
N u cos ∝≤ λ × ϕ v ×
 l
1+0,25 × m
em
200 ×80 ×9,76
22084,72× cos 45° ≤ 0,80 ×0,75 ×
200
1+0,25 ×
80
15.616,25 ≤57659,076 OK!

11. Sambungan batang U3,U4 dengan D2 Dengan menggunakan sambungan Takikan


majemuk = sambungan Batang U3,U4 dengan D3 dengan mengunakan
sambungan takikan majemuk

A. Menghitung tahanan perlu sambungan gigi tunggal


Sudut sambungan (θ = 45°) terhadap D2, tebal kayu U3 dan U4 (b = 80
mm). Tinggi balok (h = 120 mm), faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi
pembebanan 1,2 ( D )+ 1,6 ( L ) +0,8 (W ), faktor tahanan tekan φ = 0,90 [Bahan

44
Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], panjang kayu muka (lm = 200 mm),
kuat geser kayu (Fv = 6,1) berdasarkan Kode Mutu E-22 [Bahan Ajar Modul
Struktur Kayu, Tabel 2.1, hal II-8]. Faktor koreksi layan basah, untuk
memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar
125 mm x 125 mm, Fb = 1,00 nilai CM = (Fb/CF) = (1,00/1,00 = 1,00) < 8
Mpa maka CM = 1,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-
12]. Nilai Ct diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38° < °C maka
nilai Ct = 1,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal.
B. Menghitung kuat tumpu kayu
 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %):
ρ
G m=
(
[1000 × 1+
m
100
])
3
670 kg/m
G m=
(
[1000 × 1+
23
100
] )
Gm=0,5447

 Berat jenis dasar (Gb):


30−23
a= =0,23
23
Gm
G b=
(1+ 0,265× a ×G m )
0,5447
G b=
(1+ 0,265× 0,23 ×0,5447)
Gb=0,5272

45
 Berat jenis kayu pada kadar 15 % (G):
0,5272
G=
(1−0,133 ×Gb )
0,47
G=
(1−0,133 ×0,5272)
G=0,5669

C. Menghitung tahanan geser kayu bagian muka


1
 t m≤ × h
3
1
t m ≤ ×120
3
t m=40 mm
 e m=60 mm

 F v ' =F v ×C M ×C D × CT
'
F v =6,1× 1,00× 1,60 ×1,00
'
F v =9,76 N/mm2
l m ×b × F v '
N u cos ∝≤ λ × ϕ v ×
 l
1+0,25 × m
em
200 ×80 × 9,76
7843.99 ×cos 45 °≤ 0,80 ×0,75 ×
200
1+0,25 ×
80
5546,538 ≤57659,076 OK!
12. Sambungan batang U3,U4 dengan V3 Menggunakan Purus
V. KONTROL TEGANGAN AKIBAT PERLEMAHAN
1. Batang U1 = Batang U6
Ft’ = 50 x 0,63 x 0,8 x 0,8 = 20.16 MPa
H’ = h – 2D = 120 – (2. 3,8) = 112.4 mm2
A net = h’ . b = 112.4. 80 = 8992 mm2
N 26138,01
σ tr = = = 2,906 MPa ≤ Ft’ = 20.16 Mpa ........................... AMAN
Anet 8992

46
2. Batang U2 = Batang U5
Ft’ = 50 x 0,63 x 0,8 x 0,8 = 20.16 MPa
H’ = h – 2D = 120 – (2. 3,8) = 112.4 mm2
A net = h’ . b = 112.4. 80 = 8992 mm2
N 25457,99
σ tr = = = 2,831 MPa ≤ Ft’ = 20.16 Mpa ........................... AMAN
Anet 8992

3. Batang U3 = Batang U4
Ft’ = 50 x 0,63 x 0,8 x 0,8 = 20.16 MPa
H’ = h – 2D = 120 – (2. 3,8) = 112.4 mm2
A net = h’ . b = 112.4. 80 = 8992 mm2
N 22084,473
σ tr = = = 2,45 MPa ≤ Ft’ = 20.16 Mpa ........................... AMAN
Anet 8992

4. Batang V1 = Batang V5
Ft’ = 50 x 0,63 x 0,8 x 0,8 = 20.16 MPa
H’ = h – 2D = 120 – (2. 3,8) = 112.4 mm2
A net = h’ . b = 112.4. 80 = 8992 mm2
N 1826.05
σ tr = = = 0,203 MPa ≤ Ft’ = 20.16 Mpa ........................... AMAN
Anet 8992

5. Batang V2 = Batang V4
Ft’ = 50 x 0,63 x 0,8 x 0,8 = 20.16 MPa
H’ = h – 2D = 120 – (2. 3,8) = 112.4 mm2
A net = h’ . b = 112.4. 80 = 8992 mm2
N 5267,48
σ tr = = = 0,585 MPa ≤ Ft’ = 20.16 Mpa ........................... AMAN
Anet 8992

6. Batang V3
Ft’ = 50 x 0,63 x 0,8 x 0,8 = 20.16 MPa
H’ = h – 2D = 120 – (2. 3,8) = 112.4 mm2
A net = h’ . b = 112.4. 80 = 8992 mm2
N 19365,21
σ tr = = = 2,15 MPa ≤ Ft’ = 20.16 Mpa ........................... AMAN
Anet 8992

Bab V
Penutup

47
KESIMPULAN

1. Dimensi Batang menggunakan dimensi 80/120


2. Sambungan Batang O1 & U1 = Sambungan Batang O6 & U6 = Gigi Tunggal
3. Sambungan Perpanjangan U2 & U3 = Sambungan Perpanjangan U4 & U5 = 10
Paku
4. Sambungan Batang O1, O2 & V1 = Sambungan Batang O5, O6 & V5 = 4 Paku
5. Sambungan Batang O1, O2 & D1 = Sambungan Batang O5, O6 & D4 = Gigi
Tunggal
6. Sambungan Perpanjangan O1 & O2 = Sambungan Perpanjangan O6 & O5 = 13
Paku
7. Sambungan Batang U2, U3 & D1 = Sambungan Batang U4, U5 & D4 = Gigi
Tunggal
8. Sambungan Batang U2, U3 & V2 = Sambungan Batang U4, U5 & V4 = 4 Paku
9. Sambungan Batang O2, O3 & V2 = Sambungan Batang O5, O4 & V4 = 4 Paku
10. Sambungan Batang O2, O3 & D2 = Sambungan Batang O5, O4 & D3 = Gigi
Tunggal
11. Sambungan Batang O3 & V3 = Sambungan Batang O4 & V3 = Gigi Tunggal
12. Sambungan Batang U3, U4& D2 = Sambungan Batang U3, U4 & D3 = Gigi
Tunggal
13. Sambungan Batang U3, U4 & V3 = Sambungan Purus

48
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(1961).“Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) NI-1961”.


Bandung:Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik. Yayasan Normalisasi Indonesia, Bandung.

Damanik. (2005). “Kekuatan Kayu”. Sumatera Utara: Program Studi Ilmu


Kehutanan USU.

Irawati, Siska.(2011).Kekuatan Sambungan Kayu Geser Ganda dengan Baut Tunggal


Berpelat Baja Pada Empat Jenis Kayu Tropis(Skripsi).Bogor. Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.

Mardikanto, T. R., L. Karlinasari. dan E. T. Bahtiar. (2011). “Sifat Mekanis Kayu”,


Bogor: PT. Penerbit IPB Press.

49

Anda mungkin juga menyukai