2, Desember 2009
ABSTRACT
Tujuan dari penelitian ini tidak hanya menguji pengaruh kenaikkan harga gabah terhadap harga beras di tingkat
petani tetapi juga untuk mengetahui struktur pasar atau pola harga dari kedua komoditas tersebut. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kedua komoditas ini memiliki struktur pasar yang monopsonistik, dan hanya
33% dari kenaikkan harga yang diterima oleh petani sedang sisanya 67% diterima oleh pedagang.
Kata kunci : Struktur pasar monopsonistik, harga beras, harga gabah di tingkat petani.
The objectives of this research was not only to test the impact of the increasing paddy price toward the price of
rice at the farmer level, but also to know the market structure or the price pattern of both commodities. The
result of this research indicated that, both of commodity market structure are monopsonistic, and only 33 % of
the increasing price were accepted by farmers, and 67 % by merchants.
Keyword: Monopsonistic market structure, Price Rice, Paddy Price in farmer level.
163
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
Di lain pihak bagi rumah tangga yang dan lembaga-lembaga lain yang ikut dalam
berpenghasilan per kepalanya lima ratus tataniaga beras.
ribu rupiah per bulan (keluarga menengah
ke atas) pengeluaran rumah tangga mereka Dari uraian tersebut maka perumusan
untuk komoditas beras hanya di bawah 3%. masalah penelitian ini adalah, apakah
Karenanya, dapat kita simpulkan bahwa pasar gabah di tingkat petani merupakan
jika terjadi kenaikan harga beras di pasar bersaing sempurna atau bukan pasar
Indonesia, maka yang paling terpukul bersaing sempurna. Jika strukur pasar
adalah keluarga miskin. Padahal tugas kedua komoditas bersaing sempurna maka
pemerintah adalah melindungi mereka, kenaikan harga beras akan diikuti
yaitu penduduk keluarga miskin. kenaikan harga gabah di tingkat petani.
Sebaliknya jika bukan strukur pasar kedua
Anggapan bahwa kenaikan harga beras komoditas bukan persaingan sempurna
akan diikuti secara proposional oleh maka, kenaikan harga beras tidak akan
kenaikan harga gabah di tingkat petani berpengaruh proposional terhadap harga
dapat dimungkinkan akan terjadi, jika gabah di tingkat petani.
struktur pasar gabah di tingkat petani padi
adalah pasar persaingan sempurna. Tujuan Penelitian
Sebaliknya apabila struktur pasar gabah di
tingkat petani bukan pasar persaingan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sempurna terlebih pasar monopsoni, seberapa besar keterkaitan pasar
kenaikan harga beras tidak akan komoditas beras dan pasar komoditas
meningkatkan harga gabah di tingkat gabah di Indonesia, sehingga lebih lanjut
petani. Kenaikan harga beras ini hanya dapat di estimasi struktur pasar kedua
akan dinikmati oleh pedagang pengumpul komoditas tersebut. Jika strukur pasar
164
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
kedua komoditas bersaing sempurna maka pem beli besar yang dominan, adanya
kenaikan harga beras akan diikuti pe ngekangan perdagang an, adanya
kenaikan harga gabah di tingkat petani. manipulasi harga akibat ketidak
Sedangkan jika bukan pasar bersaing sempurnaan pengetahuan pembeli atau
sempurna maka kenaikan harga beras tidak penjual mengenai biaya dan harga,
akan berpengaruh banyak terhadap miskinnya in formasi pasar, dan hambatan
perubahan harga gabah di tingkat petani. perda gang an lain.
MC
P1t MC
H G
P1d P1k
P0t D
C
P0d P0k
E F D1
AC
A AC
B S D0
Q0 Q1
Q0 Q1 Q0 Q1
Petani Pedagang Konsumen
165
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
Gambar 1 di atas ini adalah penyederhanaan Laba usahatani meningkat dari segiempat
pengaruh harga pasar pada tingkat ABCD menjadi segiempat EFGH. Tetapi
pedagang dan pada tingkat petani. Pada jika struktur pasarnya adalah monopsoni,
struktur pasar persaingan sempurna seperti yang terlihat pada gambar 2,
kenaikan harga di tingkat konsumen dari P0k kenaikan harga di tingkat konsumen
ke P1k akan diikuti dengan persentase yang persentasenya tidak akan proposional.
sama pada pedagang dan petani. Hal ini
terjadi karena tidak ada hambatan pasar.
MC
MC
P1k
P1t P1d
P0k
D1
P0d AC
AC
P0t S D0
Q0 Q1 Q0 Q1 Q0 Q1
Pada pasar monopsoni karena pedagang meningkatkan laba dari usahatani padi.
dominan, maka pedagang akan membeli Malah biaya hidup keluarga akan
gabah dari petani sebesar AC (Average Cost) meningkat seiring naiknya harga beras yang
petani. Karena pedagang membeli gabah mereka harus konsumsi.
sama dengan harga sama dengan AC, petani
tidak mendapatkan laba. Jika harga naik, Banyak penelitian telah membuktikan
petani pun tidak mendapatkan laba. adanya keter kaitan harga antar pasar.
Kenaikan harga sama dengan peningkatan Penelitian Jian Yang et all (2000), dengan
biaya untuk meningkatkan output produksi. judul “The Law of One Price: Developing
Selain itu kenaikan harga di tingkat Country Market Integration” yang dimuat
konsumen tidak proposional dengan dalam ‘Journal of Agricultural and
kenaikan harga di tingkat petani. Applied Economics, 32,3(December
2000):429-440. Penelitian, la in
Bagi petani yang berada dalam pasar dilaku kan oleh Ardeni (1989) judul
monopsoni, kenaikan harga beras tidak akan "Does the Law of One Price Really Hold
166
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
for Commodity Price". Penelitian ini harga di tingkat petani pada pasar
mem buktikan adanya ke ter kaitan harga monopsoni.
antar pasar da lam jangka panjang.
Penelitian lain lagi adalah pene litian yang Penelitian-penelitian tersebut
dilakukan oleh Zanias (1993) yang menyimpulkan bahwa terdapat integrasi
berjudul "Testing for Integra tion in harga diantara pasar-pasar yang saling
European Community Agricul tural berkaitan. Sehingga perubahan harga pada
Markets" yang membuktikan adanya suatu pasar akan mempengaruhi harga pasar
inte grasi pasar pada produk per tanian lainnya. Pada persaingan sempurna
pada Masyarakat Ekonomi Eropa. integrasi pasar ini akan sempurna, sehingga
Penelitian Gordon, Hobs & Kerr (1986), perubahan harga suatu pasar akan diikuti
yang ber judul "A Test for Price oleh kenaikan harga di pasar sempurna
Integration EC Lamb Market" secara proposional. Pada persaingan tidak
membuk tikan adanya integrasi pasar sempurna khususnya pasar monopsoni atau
pada pasar Inggris dengan Perancis pada monoipoli tidak terdapat integrasi pasar,
pemasaran domba. Penelitian integrasi dimana kenaikan harga pasar tidak
pasar juga diper kuat oleh Dahlgram & mempengaruhi harga pasar yang
Blank (1992) yang mengevaluasi integrasi dimonopsoni atau monopoli. Tentu saja
pasar melalui penelitian yang ber judul tidak ada pasar persaingan sempurna dan
"Evaluating pasar monopoli/monopsoni yang absolut
the Integration of Contiguous dalam realitas nyata, itu hanya pada kajian
Dis conti nuous Markets". teoritis. Tetapi ada pasar yang mendekati
pasar persaingan sempurna dalam hal ini
Penelitian yang menunjukkan bahwa ”Law pasar persaingan sempurna dan ada yang
of One Price” berlaku pada pasar yang mendekati pasar monopsoni/monopoli. Bagi
mendekati persaingan sempurna, dan pasar yang mendekati persaingan sempurna
kurang berlaku pada pasar mendekati kenaikan harga akan diikuti dengan
pasar monopsoni, telah diuji secara kenaikan yang hampir porposional pada
empiris pada disertasi Yogi (1996) yang pasar lainnya. Sedang bagi pasar
berjudul: Pengaruh Struktur Pasar monopoli/monopsoni kenaikan harga tidak
Terhadap Keberlakuan "Hukum Satu akan diikuti secara proposional dengan
Harga" Di Tingkat Petani (Suatu Kasus harga pada pasar lainnya.
Pada Daerah Produsen Sayuran di Jawa Dalam kaitannya dengan kenaikan harga
Barat). Penelitian lain yang mendekati hal beras dengan harga gabah di tingkat petani,
tersebut ada lah penelitian Wharton (1962) keduanya merupakan dua pasar yang
yang ber judul "Mar keting saling berkaitan. Apabila pasar di tingkat
Mer chandising and Moneylending : A petani merupakan pasar persaingan
Note on Middleman Monopsony, in sempurna maka kenaikan harga beras akan
Ma la ya". Penelitian tersebut berpengaruh terhadap kenaikan harga
se benarnya tidak secara khusus meneliti gabah secara proposional. Hal ini
keter kaitan harga, melainkan meneliti mengakibatkan kenaikan harga beras akan
faktor- faktor apa yang me nyebabkan meningkatkan pendapatan usahatani padi.
pedagang me nguasai monopsoni di Tetapi apabila struktur pasarnya
tempat pe tani. Akan te tapi, dari mendekati pasar monopsoni maka
peneliti an tersebut didapat hasil bahwa kenaikan harga beras tidak akan menaikan
harga di pasar tidak berkaitan dengan harga gabah di tingkat petani secara
167
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
Menurut Mubyarto (1995) pada petani Teknik analisis melalui power function
padi terjadi persoalan pertanian yaitu dari analisis regresi. Model elastisitas yang
keadaan ”gestation period”. Keadaan ini dipakai adalah :
adalah terjadinya kesenjangan antara
penerimaan yang hanya terjadi pada saat Y = b0 Xb1 eu
panen, sedangkan pengeluaran harus
dilakukan setiap hari. Pada petani berlahan
Y = Harga gabah kering giling di tingkat
luas, karena penerimaannya besar maka
petani.
hal itu tidak menjadi masalah. Tetapi pada
b0 = konstanta
petani berlahan sempit atau gurem,
penerimaan saat panen tidak mencukupi X = Harga beras di tingkat konsumen
biaya hidup selama belum panen. Menurut b1 = Nilai elastisitas perubahan harga di
Mubyarto (1995) hal ini membawa petani tingkat petani akibat perubahan harga
kepada pengijon, yaitu melakukan kontrak beras
dengan pedagang menjual hasilnya eu = Residual Variabel
sebelum saat panen itu tiba. Dengan
kondisi demikian petani akan berada Untuk memudahkan maka model tersebut
dalam struktur monopsoni. dirubah menjadi :
Ln Y = ln b0 + b1 Ln X + e
Hipotesis
Untuk menguji pengaruh dipakai hipotesis
Dari kerangka pemikiran tersebut maka
statistik
hipotesis penelitian ini adalah ”Kenaikan
H0 : b1 = 0
harga beras tidak menyebabkan kenaikan
H1 : b1 ≠ 0
yang proposional pada harga gabah di
tingkat petani”
H0 ditolak apabila thitung lebih kecil dari
t0,025, (dwi arah) apabila H0 ditolak maka
Metode Penelitian H1 diterima dengan kesimpulan terdapat
pengaruh harga beras terhadap harga
Data gabah di tingkat petani.
Data yang digunakan pada analisis ini Untuk menguji apakah struktur pasar di
adalah data sekunder dari Departemen tingkat petani merupakan pasar persaingan
Pertanian Republik Indonesia. Data sempurna, pengujian hipotesisnya adalah :
diperoleh dari laporan harga beras dan Pengujian hipotesis tersebut adalah :
harga gabah di tingkat petani yang H0 : b1 = 1
disampaikan oleh Departemen Pertanian
H1 : b1 ≠ 1
Republik Indonesia melalui internet
168
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
H0 ditolak apabila thitung lebih kecil dari perhitungan regresi dan pengujiannya
t0,025, (dwi arah) apabila H0 ditolak maka sebagai berikut :
H1 diterima dengan kesimpulan nilai
elastisitas tidak sama dengan satu. Apabila Regression
H1 diterima maka struktur pasar tersebut
bukan pasar persaingan sempurna. Dari hasil regresi terlihat bahwa secara
simultan bahwa model berpengaruh nyata,
karena tingkat signifikansi adalah 0,00
Hasil Penelitian dan Pembahasan lebih kecil dari tingkat α = 0,05. Model
regresinya adalah sebagai berikut:
Dalam rangka analisis struktur pasar gabah
di tingkat petani merupakan pasar LN Y = 4,937 + 0,338 LN X
persaingan sempurna atau monopsoni
dalam penelitian diukur melalui analisis Atau :
integrasi harga. Secara teoritis ciri-ciri
struktur pasar persaingan sempurna adalah Y = 139,35 X0,33
antara lain bercirikan; terdapat jumlah
penjual dan pedagang yang tinggi, produk Hasil uji pengaruh parsial harga beras
homogen, tidak ada hambatan pasar (free terhadap harga gabah di tingkat petani
entry and exit), terdapat mobilitas menunjukkan pengaruh nyata. Hal ini
sumberdaya, dan informasinya yang dilihat dari nilai thit = 4,711 lebih besar
bersifat sempurna. Kesemua ciri teoritis dari nilai t0,025 db=1 = 1,96 dan tingkat
tersebut adalah sukar untuk diukur. Oleh signifikansi 0,00 lebih kecil dari tingkat
karena itu lebih lanjut estimasi bentuk α=0,025.
struktur pasar beras dan gabah yang Sedangkan pengujian apakah nilai b = 1,
dilakukan dalam analisis ini adalah adalah sebagai berikut:
estimasi melalui teori derepatif dari ”Law Dari hasil analisis terlihat bahwa nilai thit =
of One Price”. Menurut teori atau hukum 0,93 sedangkan dari nilai t0,025 db=1 = 1,96.
satu harga ini pengukurannya adalah, Dengan demikian H0 ditolak dan H1
apabila kenaikan harga di suatu pasar diterima, sehingga b ≠ 1. Kesimpulanya
diikuti dengan kenaikan harga yang bahwa kenaikan harga beras tidak
proposional di pasar lainya, maka pasar proposional dengan kenaikan harga gabah
tersebut merupakan pasar persaingan di tingkat petani.
sempurna. Karenanya, analisisnya tidak
lain adalah dengan elastisitas harga, yaitu Hasil penelitian dan pengujian di atas
perubahan harga gabah di tingkat petani menunjukkan bahwa memang kenaikan
akibat perubahan harga beras di tingkat harga beras berpengaruh terhadap
konsumen. Apabila elastisitasnya kenaikan harga di tingkat petani, tetapi
mendekati satu maka disimpulkan pasar di kenaikannya tidak proposional. Dari
tingkat petani merupakan pasar persaingan penelitian ini dapat dijelaskan bahwa jika
sempurna. Sebaliknya, bila elastisitasnya harga beras naik 100 persen maka
tidak mendekati satu maka pasar gabah di kenaikan harga gabah di tingkat petani
tingkat petani bukan merupakan pasar hanya 33 persen. Hal ini mengindikasikan
persaingan sempurna. Dengan bahwa pasar gabah di tingkat petani
menggunakan program SPSS didapat hasil
169
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
170
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
171
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
Lampiran :
Data Harga beras dan Harga Gabah Kering Giling yang diambil dari Internet
(http://database.deptan.go.id/smsharga/laphrgpt.asp (pengambilan data 15 Maret 2007. Jam 17.00)
(Rice Price Data and Shell of Rice Price which is taken from Internet)
Nomer Kabupaten (Region) Tanggal Varietas Harga Gabah Harga Beras
(Number) (Date) (Variety) Kering Panen Kualitas
(Shell of Price) Medium
Rp/Kg (Medium
Quality Rice
Price)
(Rp/Kg)
1 Kab. Tanggamus 1-Jan-07 Ciherang 2.750 4.500
2 Kab. Tapanuli Selatan 1-Jan-07 IR64 2.300 5.000
3 Kab. Grobogan 2-Jan-07 Ciherang 2.400 5.400
4 Kab. Jember 2-Jan-07 Ciherang 2.100 4.300
5 Kab. Kulon Progo 2-Jan-07 IR64 2.300 4.200
6 Kab. Lombok Tengah 2-Jan-07 Ciherang 2.300 4.500
7 Kab. Tanggamus 2-Jan-07 Ciherang 2.750 4.550
8 Kab. Tapanuli Selatan 2-Jan-07 IR64 2.300 5.000
9 Kab. Grobogan 3-Jan-07 Ciherang 2.200 4.950
10 Kab. Jember 3-Jan-07 IR64 2.150 4.300
11 Kab. Kulon Progo 3-Jan-07 IR64 2.300 4.200
12 Kab. Lombok Tengah 3-Jan-07 Ciherang 2.500 4.500
13 Kab. Tanggamus 3-Jan-07 Ciherang 2.750 4.600
14 Kab. Deli Serdang 4-Jan-07 IR64 2.100 4.850
15 Kab. Grobogan 4-Jan-07 Ciherang 2.300 5.200
16 Kab. Lombok Tengah 4-Jan-07 Ciherang 2.500 4.550
17 Kab. Tanggamus 4-Jan-07 IR64 2.800 4.600
18 Kab. Deli Serdang 5-Jan-07 IR64 2.100 4.850
19 Kab. Grobogan 5-Jan-07 Ciherang 2.250 5.000
20 Kab. Lombok Tengah 5-Jan-07 Ciherang 2.500 4.500
21 Kab. Tanggamus 5-Jan-07 IR64 2.800 4.600
22 Kab. Grobogan 6-Jan-07 Ciherang 2.200 4.800
23 Kab. Tanggamus 6-Jan-07 IR64 2.800 4.600
24 Kab. Tanggamus 7-Jan-07 IR64 2.800 4.600
25 Kab. Deli Serdang 8-Jan-07 IR64 2.150 4.900
26 Kab. Grobogan 8-Jan-07 Ciherang 2.200 5.000
27 Kab. Lombok Tengah 8-Jan-07 Ciherang 2.500 4.500
28 Kab. Tanggamus 8-Jan-07 Ciherang 2.800 4.600
29 Kab. Deli Serdang 9-Jan-07 IR64 2.100 4.900
30 Kab. Kulon Progo 9-Jan-07 IR64 2.300 4.200
31 Kab. Lombok Tengah 9-Jan-07 Ciherang 2.500 4.500
32 Kab. Tanggamus 9-Jan-07 Ciherang 2.800 4.600
172
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
173
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
174
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
175
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
176
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
177
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
178
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
179
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
180
Jurnal NeO-Bis Volume 3, No. 2, Desember 2009
181