PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek. Kesehatan kerja merupakan upaya kelima dan 15 upaya kesehatan yang tercantun
dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, dalam pasal 23 dinyatakan bahwa
kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, agar
setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekeliling, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja. Mengingat potensi bahaya yang tinggi bagi petugas puskemas
maka Pedoman Kesehatan dan keselamatan kerja ini dapat dijadikan acuan terhadap
perlindungan kesehatan petugas kesehatan. Salah satu teknik pengelolaan resiko penularan
penyakit di puskesmas adalah dengan penerapan standar precaution.
B. Tujuan
Tujuan Umum : Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk
petugas puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar
pasien.
Tujuan Khusus :
a. Terbentuknya kelompok kerja atau tim sebagai penanggung jawab kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas.
b. Teridentifikasinya potensi bahaya/resiko dan cara pengendaliannya.
c. Tersusunnya rencana kerja keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas.
d. Terlaksanaya kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas.
e. Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja di
Puskesmas.
C. Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah petugas puskesmas dan pengguna jasa puskesmas.
D. Ruang Lingkup
1. Pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah kesehatan yang
ditimbulkannya.
2. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas.
3. Standard Precaution di Puskesmas
4. Indikator keberhasilan
E. Landasan Hukum
1. UU no 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
3. UU no 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
4. UU no no 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
5. Peraturan Pemerintah no 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan limbah berbahaya
6. Permenkes no 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
F. Pengertian
1. Bahaya adalah suatu potensi yang dapat menimbulkan kerugian ,gangguan
kesehatan,cidera,kerusakan properti dan lingkungan atau kerugian dalam produksi.
2. Kesehatan kerja adalah suatu layanan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan (fisik, mental dan sosial ) yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jabatan, pencegahan, penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerjaan dalam suatu lingkungan kerja yang adaptasi antara pekerjaan
dan manusia dengan jabatannya
3. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa dengan unsur unsur tidak
terduga dan ruda paksa, kecacatan dan kematian disamping menimbulkan kerugian
dan atau kerusakan properti
4. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya memberikan jaminan kesehatan,
keselamatan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja, dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
5. Manajemen resiko adalah proses pengendalian resiko secara berkelanjutan mulai dari
identifikasi, penilaian resiko, penetapan program pengendalian, pelaksanaan program
pengendalian, monitoring dan evaluasi resiko.
6. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten
7. Penyakit akibat kerja adalah setiappenyakit diakibatkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja.
8. Penilaian resiko adalah proses perkiraan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang
tidak diinginkan dan besarnya akibat dalam jangka waktu tertentu
9. Resiko adalah kesempatan untuk terjadinya cedera kerugian dari suatu bahaya,atau
kombinasi dari kemungkinan dan akibat.
10. Resiko kesehatan adalah besarnya kemungkinan yang dimiliki oleh suatu bahan,
proses atau kondisi untuk menimbulkan kesakitan, gangguan kesehatan, dan penyakit
akibat kerja yang dipengaruhi oleh magnitude of hazard (konsentrasi dan dosis) efek
rating (tingkat dampak, fatality, very serious, serious, moderate. Low trivial)
probabilitas, frekwensi pajanan, durasi pajanan.
11. Standar operasional prosedur adalah penetapan standar pelaksanaan pekerjaan baik
secara resmi maupun tidak resmi oleh manajemen tentang tahapan kegiatan yang
akan dilaksanakan pekerjaan sebagai acuan dalam bekerja.
12. Standar precaution yaitu pengurangan terjadinya penyakit infeksi yang disebabkan
oleh penularan kontak langsung terhadap bahan infeksius maupun alat yang tidak
steril atau mengandung bahan infeksius.
BAB II
A. Potensi Bahaya
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam terhadap kesehatan,
terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja, alat dan bahan kerja yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja. Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas
dan masalah yang ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan
pengendalian resiko dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah yang
ditimbulkan akibat pekerjaan.
B. Hirarki Pengendalian
Pengendalian resiko dengan hirarki sebagai berikut;
menghilangkan
penggantian
rekayasa
administrasi
1. alat pelindung diri; merupakan upaya pencegahan oleh pekerja dengan menggunakan
Alat Pelindung Diri contohnya sarung tangan,kaca mata,apron,masker,penutup
kepala,sepatu boat.
2. Administrasi; mengatur cara kerja mencakup pemilihan pekerjaan, kebijakan-
kebijakan, SOP, pengaturan shift kerja, imunisasi
3. Rekayasa; pengendalian resiko melalui perubahan desain, sistem ventilasi, dan
proses yang mengurangi sumber eksposure
4. Penggantian; prinsipnya mengganti bahaya dengan bahan lain yang mempunyai
resiko lebih kecil contohnya tambal amalgam dengan glass ionomer
5. Menghilangkan; mengganti alat atau bahan yang berpotensi bahaya dengan yang
lebih aman, contohnya mengganti tensi raksa dengan digital.
BAB III
A. Tahap Perencanaan
1. Sosialisasi K3 di puskesmas
2. Membuat komitmen dan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja di Puskesmas
Komitmen adalah kesepakatan seluruh pegawai puskesmas untuk menjalankan K3
di puskesmas dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh seluruh petugas.
3. Pembentukan tim K3; ditetapkan dengan surat keputusan kepala puskesmas
4. Perencanaan K3
a. Mapping potensi masalah di puskesmas
b. Membuat perencanaan (RPK) dan renstra dalam satu tahun dan lima tahun
B. Tahap Pelaksanaan
1. Menyusun SOP, rambu, petunjuk K3
2. Pembudayaan SOP K3
3. Penyediaan sarana dan prasarana K3 (APD,APAR,vaksin dll)
4. Pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat
5. Pengelolaan alat (penyediaan, pemeliharaan dan lain-lain)
6. Pengelolaan limbah
7. Peningkatan kemampuan sumber daya (pelatihan pencegahan infeksi, cuci tangan
benar, pemadaman kebakaran, desinfeksi )
8. Pengendalian resiko dengan upaya;
Promotif
a. Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kpd seluruh petugas
b. Memasang leaflet, brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Melaksanakan latihan fisik, bimbingan rohani, rekreasi
Preventif
a. Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun,APD,
mengganti alat berbahaya, pengaturan shift kerja
b. Vaksinasi hepatitis
c. Penatalaksanaan limbah puskesmas
No Jenis Asal Perlakuan
Limbah
4 Limbah Limbah berasal dari organ Masukkan dalam kontener kuat dan
patologis tubuh misalnya janin, organ tidak bocor
tubuh, darah, muntahan. Perlakuannya sama dengan limbah
infeksius
Jika limbah padat maka diolah
dengan alat pengolahan limbah
padat
Jika cair diolah dengan alat
pengolahan limbah cair
Kuratif
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus
Rehabilitatif
Ditujukan untuk mencegah kecacatan dan kematian,dan rekomendasi penempatan
kembali petugas pasca kecelakaan kerja
Standar precaution adalah suatu upaya pencegahan terhadap penularan infeksi hepatitis B
virus (HBV), hepatitis virus C (HVC) dan HIV secara parenteral melalui membran mukosa,
permukaan kulit yang intak, dengan memperlakukan semua darah, secret vagina, air mani, cairan
amnion, dan cairan tubuh lainnya kecuali feces, urin, keringat, dahak, ingus, air mata, muntahan
tanpa campuran darah dari semua pasien sebagai sumber yang potensial untuk menularkan
infeksi tanpa memperhatikan diagnosis maupun resiko yang ada pada pasien itu, tahapan
kewaspadaan standar adalah
Alat pelindung diri seperti kacamatan, apron, masker, sepatu bergantung pada jenis pekerjaan
atau tingkat paparan dengan darah dan cairan tubuh lain saat melakukan tindakan.
D. Penatalaksanaan peralatan
Bertujuan untuk menjamin peralatan dalam kondisi steril. Semua alat, bahan dan obat yang
dimasukkan ke dalam jaringan yang steril harus dalam keadaan steril.
Proses penetalaksanaan peralatan melalui 4 tahap:
1. Dekontaminasi:
Merupakan proses merendam peralatan pada larutan khlorin 0,5 % selama 10 menit
segera setelah melakukan tindakan. Alat yang didekontaminasi adalah peralatan
operasi/tindakan, jarum atau semprot yang akan dipakai ulang, sarung tangan,
kontener tempat penyimpanan peralatan
2. Pencucian :
Nerupakan langkah pencucian dan penyikatan peralatan dengan sabun dan deterjen
sebelum dilakukan sterilisasi atau DTT. Proses pencucian harus dapat
menghilangkan darah, cairan tubuh dan jaringan lain.
3. Sterilisasi atau DTT :
Sterilisasi bertujuan menghilangkan seluruh mikroorganisme dan direkomendasikan
pada alat yang berkontak langsung dengan darah atau jaringan bawah kulit.
Dilakukan dengan : Uap panas bertekanan tinggi, panas kering, atau menggunakan
bahan kimia.
DTT alternatif jika sterilisasi tidak dapat dilaksanakan. DTT tidak membunuh semua
kuman.DTT dilakukan dengan merebus, menggunakan bahan kimia, atau
menggunakan uap panas.
4. Penyimpanan:
Penyimpanan alat yang sudah disterilisasi. Cara menyimpan adalah:
a) Peralatan dibungkus:
Peralatan dibungkus bertujuan untuk tetap menjamin sterilisasi alat.umur
sterilisasi alat sangat bergantung pada packing, handling, jumlah petugas yang
menangani packing, kebersihan, kelembaban, dan suhu penyimpanan.
2.Sampah medis;
a. Padat
b. Cair
3.Limbah berbahaya
Kejadian tertusuk, terluka akibat pekerjaan harus didokumentasikan (dicatat dan dilaporkan)
1. Jangan panik
2. Segera keluarkan darah dengan memijat bagian tertusuk dan mencuci dengan air
mengalir atau jumlah yang banyak, cuci dengan sabun atau anti septik
3. Jika darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka segera cuci dengan air mengalir dan
menggunakan sabun.
4. Jika darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur beberapa kali
5. Jika darah mengenai mata cuci mata dengan mengalir atau garam fisiologis
6. Jika darah mengenai hidung, hembuskan keluar bersihkan dengan air
7. Luka tertusuk tidak boleh dihisap
8. Lapor ke tim K3 dlam 24 jam.
1. Menetukan status pasien sebagai sumber jarum/alat tajam bekas pakai terhadap status
HIV, HBV, dan HVC.
2. Petugas yang terpapar diperiksa status HIV, HBV, dan HVC. jika tidak diketahui
sumber paparannya
3. Bila status pasien HIV, HBV, dan HVC. Tidak dalam masa inkubasi tidak perlu
dilakukan tindakan khusus untuk petugas,atau cukup konseling
4. Bila status pasien HIV, HBV, dan HVC positif maka tentukan status petugas HIV,
HBV, dan HVC petugas tersebut
5. Petugas dilakukan konseling pre test
BAB V
INPUT
PROSES
OUT PUT
BAB VI
PENUTUP
LAMPIRAN
Kecamatan :
Kabupaten :
Propinsi :
Alamat:
Pelaksana Evaluasi :
1........................................................................................Jabatan.....................................................
2........................................................................................Jabatan.....................................................
3........................................................................................Jabatan.....................................................
4........................................................................................Jabatan.....................................................
A.Perencanaan :
Lampiran
No Kegiatan Ada Tidak Ket
SK Dok
2. Pembentukan tim K3
3. Perencanaan K3
B.PELAKSANAAN K3 DI PUSKESMAS
Lampiran
No Kegiatan Ada Tidak Ket
SK Dok
2. Pembudayaan K3
a. MCU
b. Emergency plan
c. Mapping bahaya
d. Penyiapan sarana tanggap
darurat,
a. Alat sterilisasi
b. Alat medis
c. Alat K3
d. Kalibrasi alat
6. Pengelolaan Limbah;
a. Limbah padat
b. Limbah cair
c. Limbah gas
d. Limbah medis
e. Limbah non medis.
a. Pelatihan K3 eksternal
b. Pelatihan K3 internal
c. Sosialisasi K3
d. Sosialisasi pencegahan Infeksi
a. APAR
b. APD
c. Sterilisasi
d. Anti septik
e. Vaksin
a. Promotif
b. Preventif
c. Kuratif
d. Rehabilitatif
CEKLIST
MANAJEMEN K3
1. Komitmen :
2. Kebijakan
4. SK Dinas Kesehatan
B. Tahap Pelaksanaan
b. khusus
4. Penilaian resiko K3
5. Pengendalian resiko K3
a. Secara umum:
i. Menghilangkan bahaya
ii. Subsitusi/mengganti
iii. Rekayasa teknik
iv. Administrasi:
1. Cara kerja yang aman
2. Bekerja sesuai SPO
3. Pengaturan waktu kerja atau shift kerja
4. Kebujakan /aturan
b. Pengendalian dalam aspek kesehatan
i. Promotif
1. Penyuluhan bahaya potensial dengan
gangguan yang timbul
2. Penyuluhan penggunaan APD yang
benar
3. Pemasangan leaflet dan brosur
4. Pemenuhan gizi
5. Penyusunan SPO pelayanan
6. PHBS Kerja
7. Pelatihan K3
8. Olahraga
9. Rekreasi bersama
10. Konseling
11. Manajemen stress
12. Bimbingan rohani
ii. Preventif
1. Penggunaan APD berdasarkan potensi
bahaya :
a. Sarung tangan
b. Masker
c. Topi
d. Kacamata
e. Apron
f. Sepatu bot
g. Dll.
2. Imunisasi
a. Hepatitis
b. Dll.
3. Penatalaksanaan Limbah :
a. Limbah domestik
b. Limbah benda tajam
c. Limbah infeksius
d. Limbah patologis
e. Limbah farmasi
f. Limbah kimia
g. Limbah logam berat
4. Deteksi dini melalui MCU
a. Pemeriksaan prakerja
b. Pemeriksaan berkala
c. Pemeriksaan khusus
iii. Kuratif
1. Penatalaksanaan tertusuk jarum
bekas/benda tajam
2. Penatalaksanaan kecelakaan kerja
3. Penatalaksanaan gawat darurat
4. Pengobatan penyakit akibat kerja
5. Rujukan kasus
6. Penatalaksana paska pajanan.
iv. Rehabilitatif
1. Evaluasi tingkat kecacatan
2. Rekomendasi penempatan kembali
sesuai kemampuan.
B2. Luar Gedung Puskesmas
Puskesmas Keliling
Kunjungan rumah:
o PHN
o Gizi
o UKS
o Surveilan
UKBM
o Posyandu
o Pos UKK
o Pos Lansia
Fogging
Pemantauan
C. Pengawasan :
-Inspeksi
-Pengajian
3.Audit K3
- audit Internal
-audit eksternal